Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13


"Gimana? Bapak lihat sendiri kan? Pekerjaan saya nggak ada yang salah."

Sohyun merengut. Mengapa dosennya begitu keras kepala? Pakai menawarkan diri sebagai tutornya segala. Kalau Sohyun merasa dirinya benar, tak perlu dibuktikan lagi. Semua orang juga tau bahwa Sohyun menguasai setiap mata perkuliahan. Namun entah bagaimana, gadis itu tak pernah sukses di mata kuliah yang Pak Mark ampu.

Taehyung meletakkan buku Sohyun ke atas meja, sedikit di lempar. Lalu, ia menyilangkan kakinya dan merentangkan tangannya di sandaran sofa.

"Kerjakan lagi."

"Apa?! Pak.."

"Kerjakan atau saya nggak bisa bantu nilai kamu di dosen sok berkuasa itu!"

Sohyun mendesah panjang. Bukankah ia membuang-buang waktu? Seharusnya dia sudah pulang saat ini. Tetapi apa yang dilakukan dosennya? Menahan Sohyun di ruangan yang bahkan Sohyun sendiri pantang untuk memasukinya.

Ting.

Ponsel Sohyun berbunyi, gadis itu buru-buru mengecek siapa yang mengiriminya pesan singkat.

"Serius?!" Teriaknya membuat Taehyung terhenyak dari posisi nyamannya.

"Siapa?"

"Bukan urusan Bapak."

Sohyun mengabaikan pertanyaan Taehyung dan mulai mengerjakan kembali soal-soal yang tidak ia tau di bagian mana salahnya. Sepanjang waktu, bibir gadis itu membentuk garis lengkung yang manis, menjadi hal yang memicu rasa kepenasaran seorang Kim Taehyung bertambah besar.

"Pak, bisa izin ke kamar mandi?"

Taehyung membenarkan posisi duduknya. Ia berdiri tanpa banyak bicara dan menuntun Sohyun menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.

"Terima kasih, Pak."

"Jangan tidur di dalam."

Peringat Taehyung sebelum pria itu meninggalkan Sohyun yang menegakkan badan dengan wajah sinisnya.

Taehyung bergerak kesit, ia menyahut ponsel Sohyun yang ada di atas meja. Segera melihat isi pesan yang masuk tadi sebelum gadis itu kembali ke posisinya.

"Sial. Gadis itu polos sekali.. kenapa aku jadi khawatir begini?"

"Pak-"

Taehyung melemparkan ponsel itu ke tempat semula dan ia merebahkan badannya di atas sofa tepat ketika Sohyun datang.

"Bapak tadi ngapain?"

"Ngecek jawaban kamu."

Sebenarnya Sohyun mau tidak percaya, tetapi ia tak punya bukti. Tidak ada untungnya berpikiran negatif terhadap dosen kan?

"Umm.. Sohyun.."

"Iya?"

"Nanti pulang saya yang antar."

Sohyun terdiam dan mengedipkan kedua matanya. Ah, anggap saja memberi respon 'apa aku tidak salah dengar?'

"Sudah sore. Kemasi barangmu."

"Tapi,"

"Nggak ada tapi-tapian," potong Taehyung, "mumpung saya lagi baik hati sama kamu."

"Maaf, Pak. Saya sudah ada yang jemput."

"Siapa? Cowokmu?"

"Itu privasiku, yang jelas terima kasih untuk hari ini, Pak."

***

Sohyun Pov

Malam ini aku merasa sangat bahagia. Seumur hidupku, sebuah misteri muncul. Aku bertanya-tanya, mengapa hanya malam ini yang dapat membuatku merasakan betapa Kak Hanbin memedulikanku? Bukannya ingin menyebut kalau Kak Hanbin tak pernah sedikit pun perhatian, tetapi sungguh. Tadi dia memberiku pesan singkat, mengatakan bahwa ia akan menjemputku pulang sebab merasa khawatir soal langit yang semakin gulita serta suasana kota yang mendekati tidak aman bagi gadis muda sepertiku.

Jantungku berdebar kesekian kalinya. Seandainya kami ditakdirkan tidak untuk menjadi sahabat. Seandaikan kami bukan teman masa kecil, dan kami dipertemukan dalam wujud pasangan yang saling mencintai..

"Sohyun," lamunanku terhenti saat telapak tangan yang cukup besar mengelus pucak kepalaku.

"Kak Hanbin.." senyumku merekah, namun bertahap memudar.

"Kak?!" Dengan jelas kedua mataku menyorot luka lebam di pipi dan sudut bibir Kak Hanbin.

Apa Kak Hanbin habis bertengkar?

"Kakak kenapa? Ini.. kenapa bisa terluka begini, Kak?"

Panik. Aku sibuk menyentuh luka-luka yang tercetak membiru di wajahnya. Kurogoh tasku, demi menemukan sesuatu yang bisa sedikit meringankan luka itu. Nihil.

"Biar aku ke apotek!"

"Tidak, tunggu!" Kak Hanbin menahan lenganku, dan memintaku agar duduk di sebelahnya dengan tenang.

"Tidak perlu khawatir, lukaku bukan apa-apa kok."

"Bagaimana-"

"Sst.." Kak Hanbin menempelkan jari telunjuknya ke bibirku, membungkam kebiasaanku yang suka menyerobot omongan ketika efek panik datang.

"Tolong jawab aku, jujur. Oke?"

Aku mulai tegang. Kedua sorot mata Kak Hanbin tajam, tenggelam di dalamku. Jantungku semakin tak bisa kukendalikan. Aku yakin, jika bukan karena jalanan yang ramai, Kak Hanbin pasti bisa mendengar debarannya dengan jelas.

Tangannya yang tadi menahan lenganku, sekarang berpindah ke pipi. Ia menggosok pipiku perlahan, menimbulkan kehangatan yang selama ini belum pernah kudapatkan.

"Jawab aku jujur. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Menyembunyikan, apa? Apa yang aku sembunyikan? Sejauh ini, Kak Hanbin selalu menjadi wadah untukku melepaskan isi pikiran. Ia tahu segalanya tentangku, masalah, keluarga, teman.. apalagi yang aku sembunyikan? Kenapa ia tiba-tiba bertanya seperti itu?

"Kak.. aku nggak ngerti.."

"Sohyun, lihat aku baik-baik."

Aku menatap wajah Kak Hanbin, dan hanya berfokus pada kedua iris hitam pekatnya. Setiap kali aku memperhatikannya seperti ini, seolah kutemukan sinar-sinar, yang tak bisa kujelaskan, terpancar dari parasnya.

"Apa kau merasakan sesuatu?"

"Ha?"

"Sohyun..."

Hmphh.

Mataku terpejam. Tidak!

Ini terlalu mendadak! Tidak bisa begini!

Kak Hanbin menekan tengkukku kuat. Dia menguasaiku. Tangannya yang lain mendekap tubuh kecilku. Aku sesak napas, dan merasa aneh dengan suara kecupan yang terekam di telingaku.

Kenapa aku hanya diam saja? Saat dalam sekejap Kak Hanbin berhasil melumat bibirku yang membeku, menggumam tak beraturan?!!

"Kak!!"

Aku melepaskan diri. Ini tidak benar!!

"A-apa.. a-apa yang tadi Kakak lakukan?"

Aku memundurkan tubuhku beberapa centi. Menghindari Kak Hanbin.

"Sohyun, kau menyukaiku kan?"

"Aku tau. Kau menaruh perasaan padaku. Sekarang, apa kau mendengar detak jantungmu?"

Aku tak bisa bohong. Apa yang dikatakan Kak Hanbin tepat. Tetapi aku juga tidak bisa berpura-pura polos, Kak Hanbin sudah punya kekasih. Kak Jihyo! Apa yang harus aku lakukan? Apa sekarang aku jadi orang ketiga?

Prok. Prok. Prok.

Keteganganku antara Kak Hanbin belum berakhir, namun kedua indera pendengarku menangkap suara tepukan tangan yang tak jauh dari tempatku beradu.

"Bagus, Hanbin!"

Mataku melotot.

"Akhirnya, lo menepati tantangan dari kita. Good job, Bro!"

Seakan jatuh dari tebing di atas lautan, serasa terhantam ribuan pisau belati, Ya Tuhan, dimana lagi aku sembunyikan muka ini?

Kak Bobby, bersama teman Kak Hanbin yang lain datang. Pandangan mereka seolah mengejekku. Aku yang bodoh. Aku yang terlalu lugu. Aku benar-benar lalai, bagaimana bisa terbuai dengan perlakuan manis Kak Hanbin belakangan ini?

Aku tidak menduga, dia yang sahabat baikku, malah memperlakukanku seperti ini. Dia yang sudah aku jadikan sandaran ketika jauh dari orangtua, yang selalu aku jadikan teladan dan pemberi advice terbaik, dia orang yang aku pandang bijak dan selalu menaruh perhatian padaku, ternyata dia mempermainkanku hari ini.

Teman-temannya tertawa, tetapi aku bisa melihat penyesalan yang ada di kedua binar netranya. Aku tak peduli. Dengan rasa sakit hati, aku berlari. Menjauh pergi. Meninggalkan Kak Hanbin, yang mungkin saja puas, dan membiarkannya bersuka cita menikmati kemenangannya.

Badanku bergetar. Hingga aku tiba pada suatu titik, dimana kakiku lelah untuk melangkah lebih jauh. Aku terduduk, terjatuh pada kedua lututku. Di sudut kota ini, air mataku membaur bersama dinginnya kabut malam.

Sial. Kau terlalu polos, Sohyun!

Namun, hal yang sangat tidak bisa aku terima secara logika adalah, mengapa Kak Hanbin begitu tega?

Kemana janjinya yang akan selalu menjagaku dengan baik, dimana peran yang pernah ia persembahkan padaku? Bahwa dia, sebagai sosok kakak laki-laki, akan memberiku perlindungan dan membuatku merasa bahagia setiap harinya.

Bohong! Omong kosong! Kejam!

Kak Hanbin.. kau mengecewakanku hari ini..

***

"Sohyun? Mata lo kenapa? Kok bengkak gini?"

Sohyun berusaha menutupi wajahnya dengan rambut. Ia sengaja menggerai rambutnya yang panjang agar sahabatnya yang cerewet itu tak banyak tanya. Namun, ia gagal.

"Ngomong sama gue! Siapa yang udah bikin lo nangis??"

Sohyun tetap diam. Ia tidak lagi menitikkan air matanya sejak semalam, mungkin persediaan cairan bening itu telah terkuras habis. Samar-samar, hanya terdengar suara ingus dari hidungnya yang memerah. Menunjukkan bahwa perasaan gadis itu masih belum tenang.

"Sialan! Cowok brengsek mana, Sohyun? Ngomong sama gue! Biar gue kasih dia pelajaran!"

"Udah.. nggak perlu berlebihan. Aku baik-baik aja.." Jawab Sohyun dengan suara parau.

Chaeyoung menggenggam kedua tangan sahabatnya.

"Oke, gue nggak akan tanya macem-macem. Sebagai hiburan, lo harus denger berita ter-up to date ini."

Sohyun mulai berani menaikkan wajahnya. Chaeyoung menahan untuk tidak bersikap heboh, bagaimana tidak? Melihat sahabat baiknya dalam keadaan sekacau ini - kedua mata membengkak dengan lingkaran hitam, hidung ingusan dan kemerahan, serta wajah berantakan tanpa make up- hasrat untuk memakinya mulai bangkit.

Untung Chaeyoung bersabar. Ia paham apa yang Sohyun rasakan, jadi ia akan tetap diam sampai gadis itu menceritakan setiap kronologi ceritanya dengan rinci.

"Sohyun, lo tau berita baru hari ini? Berita yang sudah menyebar sefakultas. Berita hot!"

Sohyun menggelengkan kepalanya sebagai bentuk respon.

"Gue yakin, lo akan senang mendengarnya. Karena pada akhirnya, lo bakal dapet kesempatan!"

Sohyun masih tidak mengerti. Dahinya berkerut mendengar celotehan Chaeyoung yang terbilang basa-basi.

"Sohyun, Kak Hanbin putus sama Jihyo!"

"Hah?!"

Putus? Kenapa?

"Gue sih nggak tau apa masalah di antara mereka, tapi katanya, semalem Kak Hanbin bikin Jihyo mewek di depan umum!"

"Rasain aja itu si cewek ganjen!"

Sohyun tidak fokus dengan umpatan-umpatan Chaeyoung pada Jihyo. Yang ia pikirkan saat ini adalah, bagaimana bisa mereka berdua putus? Kak Hanbin dan Kak Jihyo?

"Sohyun!"

Pekik seorang gadis yang tiba-tiba datang dan menggampar pipi mulus Sohyun.

Plak.

Bekas kemerahan pun mulai tampak. Sohyun yang tidak mengerti harus berkata apa, akhirnya cuma bisa mengamati gadis yang datang dengan raut kemarahannya. Mata gadis itu memerah, berair, apa ia juga baru saja menangis?

"Ini semua gara-gara kau! Dasar gadis penganggu! Dari awal aku sudah menduga kalau hal ini pasti terjadi! Kau.. kau akan jadi serigala berbulu domba. Kau merebut Hanbin dariku, dengan memanfaatkan kepolosanmu itu. Iya kan?"

"Kenapa kau tega padaku, Sohyun?"

"Bukankah kau sudah berjanji? Kau akan menjauhi Hanbin dan bersikap sewajarnya?"



Sekarang Sohyun semakin tidak mengerti. Jadi setelah Hanbin mempermainkan perasaannya? Lelaki itu juga mempermainkan Jihyo? Apa maunya?

"Heh! Nggak usah nampar pipi Sohyun juga dong, Kak! Kan dia nggak salah! Tanya aja sama mantan pacar Kakak itu! Mungkin aja kan, dia ninggalin Kakak karena sikap Kakak yang telalu manja, atau mungkin, Kak Jihyo udah nggak cantik lagi di mata Kak Hanbin!"

"Diam kau!! Nggak usah ikut campur urusan orang!"

"Sohyun! Kau ikut aku! Jelaskan, kalau Hanbin nggak boleh mutusin aku kayak gini! Cepat!"

Jihyo menarik lengan Sohyun. Sohyun yang mencoba menolak, malah jadi kewalahan. Tenanganya benar-benar menyusut. Saat berdiri pun, ia limbung. Tetapi, Jihyo yang tersulut emosi sungguh tidak mau tau dengan apa yang sebenarnya Sohyun rasakan kemarin malam. Gadis itu tidak tau, bahwa bukan hanya dia, melainkan Sohyun juga merasa tersakiti.

"Berhenti."

Langkah kedua gadis itu terhalangi. Jihyo mengendurkan cengkeramannya dan buru-buru membungkukkan badan, memberi hormat, disusul oleh Sohyun.

"Kalian mau kemana?"

"Kami ada urusan, Pak."Jawab Jihyo singkat.

"Bisa kau tunda dulu urusanmu dengan gadis ini? Karena kami sudah ada urusan yang jauh lebih penting."

Jihyo tertegun ketika tiba-tiba dosen berpostur tinggi nan berparas tampan itu merebut Sohyun darinya, mengajak Sohyun pergi begitu saja.

***

"Pak, kita mau kemana?"

"Masuk."

Sohyun dipaksa masuk ke dalam mobil yang begitu familiar. Mobil yang belakangan ini mengantarnya pulang pergi ke kos.

Laki-laki itu pun masuk dan mengambil tempat di kursi kemudi.

"Pak.."

Sohyun mengamati lamat-lamat rahang tegas dosennya. Oh, luka memar?

"Pak? Pak Taehyung.."

Sohyun tidak sengaja menyodok perut Taehyung ketika kedua tangan kecilnya hendak menyentuh memar yang terpampang di rahang keras itu.

"Aduh!" Rintih Taehyung.

"Bapak baik-baik saja? Maaf..."

Hal yang Sohyun tidak mengerti, lagi-lagi, kenapa Taehyung memiliki luka memar di wajahnya? Luka yang sama seperti yang ada pada wajah Hanbin.

Apa keduanya berkelahi semalam?

Namun... cukup tidak masuk akal.





























To be Continued.

Maaf telat update, karena author lagi banyak tugas kuliah dan fokus streaming MV Boy With Luv.. wkwk.

Sampai jumpa di part selanjutnya...

Taehyung dengan rambut biru itu.... Uwaw...😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro