Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12


Umurmu sudah semakin dewasa. Apa waktu tiga tahun masih belum cukup? Berhentilah melajang dan segera beri Mama momongan.

Mama tidak memaksa, tetapi menurut Mama Nayeon itu gadis yang terbaik untukmu. Dia sahabat masa kecilmu, cobalah buka hatimu untuknya.

Nak, Mama sudah mulai tua. Mama tidak tau kapan ajal akan menjemput. Sebelum terpanggil, bisakah kau mengabulkan permintaan Mama? Menikahlah.

Pria itu memijit pelipisnya yang terlalu pening. Memikirkan pendapat ibunya sendiri rasanya seperti menerima amanah yang harus segera dikerjakan. Masalahnya, amanah tersebut tak bisa ia laksanakan karena suatu hal. Katakan saja ia belum siap.

Belum sanggup melepas masa lalu dan kenyataan pahit yang melekat bersamanya.

Ia mengangkat cangkir teh lalu menyesapnya. Sudah pagi, namun gadis itu belum bangun juga. Roti selai yang ia buat pun terasa tidak nafsu untuk ia makan. Bagaimana ia bisa kenyang bila gadis yang ada di hadapannya saja belum mengisi perut sejak semalam?

Taehyung rapi dengan pakaian formalnya. Seharusnya ia berangkat sejak lima belas menit yang lalu.

Mendadak, perasaannya jadi tidak enak.

Gadis yang ia baringkan di atas kasurnya itu dihampiri. Benar, bibirnya terlihat pucat. Ketika ia cek, suhu tubuh gadis tersebut terlampau tidak normal.

"Kau demam?"

Taehyung pun panik. Segera ia mengambil ponsel dan menginfokan pada rekannya untuk menyampaikan permohonan izin tidak masuk kerja.

"Sohyun.. kau ini kenapa?"

***

Dia orang yang sangat kucintai. Aku titipkan dia padamu..

Kau harus tetap tersenyum. Jangan pernah sedih. Nikmati hidupmu dengan baik.

Sohyun memperhatikan seorang wanita yang terbaring lemah di sebelahnya. Miris sekali.  Bukannya kesakitan, tetapi wanita itu justru tersenyum ke arahnya. Memberikan sebuah pesan yang tidak Sohyun mengerti.

Dengan pakaian yang sama, ia dibawa pergi. Dan itulah perjumpaan pertama dan terakhir mereka.

Sohyun tak dapat melihatnya begitu jelas, sebab beberapa saat kemudian kedua pengelihatannya memburam dan segalanya menjadi gelap.

"Siapa..."

"Siapa yang kau maksud.."

Taehyung bangkit dari sofanya. Hari menjelang siang dan gadis itu mulai terbangun dari tidurnya yang panjang. Lelaki itu pun dapat menghirup udara lega.

"Sohyun.. bangunlah."

Gadis tersebut mengerjapkan kedua matanya. Taehyung menuntun gadis itu untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Sesekali telapak tangan Taehyung mengecek kening Kim Sohyun.

"Syukurlah.. demammu mulai turun."

"Pak? Saya dimana?"

"Kemarin malam kamu ketiduran di mobil saya waktu perjalanan nganter kamu pulang."

"Terus? Kenapa saya ada disini, Pak?"

"Karena..."

Iya juga. Buat apa aku membawa gadis ini ke apartemenku?

Bagus, Taehyung! Sekarang kau harus menjawab apa?

"Lupakan. Bagaimana keadaanmu?"

"Pusing.. haus.."

Taehyung segera meraih segelas air putih yang sudah ia persiapkan di atas nakas dan menyerahkannya pada Sohyun yang kehausan.

"Sudah lega?"

Sohyun mengangguk. Dirinya merasa sangat lemas.

"Dokter bilang mungkin kamu banyak pikiran. Jadi kebawa sampai sakit begini."

Sohyun mengiyakan dalam hati. Tetapi ia masih tidak mengerti, untuk apa Taehyung melakukan semua ini?

"Bapak peduli sekali padaku."

"Karena kau mahasiswiku."

"Apa Bapak juga membiarkan mahasiswi Bapak yang lain menginap disini?"

"Eeum.."

Taehyung mencoba mencari alasan. Tapi berujung dengan pengalihan topik pembicaraan.

"Kamu tahu, saat tertidur kamu terus meracau dan mengatakan 'siapa kau', 'siapa yang kau maksud?'. Memangnya kamu bermimpi sesuatu?"

Sohyun me-replay ingatanya. Siapa? Emangnya dia meracau? Dia memimpikan seseorang? Sohyun sendiri pun tak ingat.

Ding... Dong...

Bel apartemen Taehyung berbunyi. Lelaki itu pun beranjak untuk membukakan pintu.

"Hai.."

"Kau? Mau apa?"

"Ayolah, Tae! Kau selalu menanyakan itu setiap kali aku datang! Aku bosan mendengarnya. Apa menurutmu aneh jika sahabatmu sendiri datang bertamu ke apartemenmu?"

Kali ini, tanpa Taehyung persilakan, tamu itu masuk dengan sendirinya. Ia membawa pizza seperti hari-hari sebelumnya.

"Pak, saya mau pulang.."

Kedua orang yang ada di ruang tamu itu menatap ke arah yang sama. Tepat ke wajah polos Sohyun yang sedang salah tingkah berdiri di atas kedua kakinya.

Apa aku mengganggu Pak Taehyung?

Apa itu kekasihnya??

Gawat!

"Permisi, Pak. Saya bisa pulang sendiri."

Gadis itu dengan canggung melintasi Taehyung dan juga tamu wanitanya.

Aduh.. bodoh kau, Sohyun! Memangnya Pak Taehyung menawarkan diri untuk mengantarkanmu?


"Tunggu! Biar aku antar!"

***

"Serius lo! Pak Taehyung udah punya pacar?"

"Sst.. jangan keras-keras. Aku nggak yakin sih itu pacar Pak Taehyung. Tapi dia wanita cantik. Dan coba pikirkan, seorang wanita cantik bertamu ke apartemen Pak Taehyung mau ngapain kalau dia bukan kekasihnya..?"

"Tunggu! Kok lo tau ada cewek di apartemen Pak Taehyung?"

"HAH?!"

Mati kau Sohyun..

Kau tidak berpikir kalau Chaeyong akan menanyakan bagaimana kau bisa tau situasi di apartmen Pak Taehyung!

Sohyun bergumam tidak jelas. Chaeyoung setia berdiri dan menunggu penjelasan sahabatnya. Saking gugupnya, Sohyun tak bisa berkata-kata dan ia hanya berhasil memainkan jari-jemarinya berharap dapat meredam takut.

Bagaimana kalau Chaeyoung berpikiran yang tidak-tidak padaku?

Bagaimana aku bilang kalau kemarin malam aku menginap di apartemen Pak Taehyung?

"Sohyun.. gue nunggu jawaban lo. Buruan..."

"A-aku.. aku.."








"Kim Sohyun! Lo dipanggil Pak Mark tuh!"

Syukurlah..

"Ya ampun! Ngapain sih lo dateng! Gara-gara lo nih Sohyun nggak bisa cerita!!"

Rutuk Chaeyoung pada teman sekelas yang baru saja datang membawa pesan kepada Sohyun.

"Nah, aku pergi dulu ya. Sebelum Pak Mark marah.. daa."

"Sohyun! Pokoknya lo nanti harus cerita ke gue!!"

Teriak Chaeyoung dari belakang, yang meski jauh tetap dapat tertangkap indera pendengaran.

***

"

Kamu ini gimana?! Tugas kok revisi terus! Kamu pikir saya tidak lelah mengoreksinya?"

"Maaf, Pak. Tapi sungguh.. saya sudah cek ulang tugas saya. Saya sudah revisi semua yang Bapak centang kemarin lusa."

"Buktinya?? Ini! Lihat.. halaman 10 masih belum kamu ganti pembahasannya!"

Sohyun tidak berkutik. Benar, bagaimana bisa pekerjaannya masih salah? Padahal lebih dari tiga kali gadis itu mengecek kumpulan tugasnya.

"Dan ini!"

Sohyun terkejut seketika menerima lembar kertas hasil kuis minggu lalu bersama Mark.

"Pak, ini nilai saya? Kok jelek?"

"Kenapa tanya saya? Tanya sama diri kamu! Bagaimana cara belajar kamu sampai-sampai kuis dapat nilai segitu!"

Ah.. mana mungkin?

Aku mengerjakannya dengan teliti kok waktu itu.

"Sekarang bagaimana?"

Gumam Sohyun.

"Ingat, Sohyun! Jika kamu gagal di mata kuliah saya, artinya kamu juga gagal mendapat nilai A untuk membantu mempertahankan beasiswa prestasi kamu."

"Maaf, Pak. Lain kali saya akan lebih teliti dan hati-hati. Tolong berikan saya kesempatan untuk memperbaiki semua ini.."

"Ini kesempatan terakhir, Sohyun. Kamu ingat kan, minggu depan saya akan mengadakan kuis lagi?"

Sohyun memanggutkan kepalanya.

"Jika nilai kamu tidak mencukupi, terpaksa saya tidak mengizinkan kamu ikut kelas saya sampai satu semester ini!"

"Tapi, Pak? K-kenapa begitu?? Bukankah-"

"Tidak ada bantahan! Siapa yang mengizinkan kamu untuk membantah??"

Sohyun terdiam.

Kepalanya terasa berat. Gadis itu sudah semaksimal mungkin berusaha mendapat nilai yang baik di mata kuliah Mark, namun nilainya tetap saja kurang.


"Melihat ekspresi kamu, saya jadi yakin kamu gagal lagi."

Ucap Mark sambil tertawa meremehkan.

Sungguh sikap yang secara normal dosen itu tunjukkan pada mahasiswanya.

"Kenapa tidak? Sohyun pasti bisa lulus kuis!"

Seseorang datang, membuka pintu dengan sebelah tangannya sambil merapikan kerah kemeja.

"Oh ya?" Balas Mark.

"Tentu saja, asal Sohyun bersedia menjadikanku sebagai tutornya."



"Apa? Tutor??"


























To be Continued.

Double up :)) karena aku nggak bisa tidur.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro