Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

"Umm.. Pak.."

"Iya?"

Tik. Tik. Tik

Keduanya sama-sama membeku, tak ada sedikitpun gerakan. Yang terdengar hanyalah suara jam yang berdetik menunjukkan pukul tiga sore tepat. Sohyun dan Taehyung duduk berjauhan sejak kejadian di kamar mandi.

Bukan salah Sohyun, pun juga bukan salah Taehyung. Kejadian 'itu' hanyalah ketidaksengajaan. Karena memang sudah terlanjur, akhirnya Sohyun mendapatkannya untuk kali yang kedua. Gadis itu mengulum bibirnya ke dalam berkali-kali.

Meskipun tidak terlihat secara terang-terangan, gadis itu menyesal. Sangat-sangat menyesal. Sama halnya dengan Taehyung, ia juga menyesal karena tidak mendobrak pintunya secara hati-hati.

"Sohyun.."

Lirih Taehyung memanggil mahasiswinya itu.

"Maaf ya.. tadi itu.."

"Ah, nggak papa, Pak. Saya tau, Bapak nggak sengaja kan?"

Taehyung pun mengangguk.

Keadaan kembali hening dan di luar sana angin kencang berhembus. Seperti hari-hari biasanya, musim hujan tengah melanda dan di langit saat itu mendung sedang pekat-pekatnya. Situasi luar pun mengalihkan pembicaraan mereka.

"Sebentar lagi hujan.. sepertinya saya harus pulang, Pak."

"Baiklah, ayo saya antar."

"Eh, nggak perlu! Saya bisa naik bus."

"Kamu jangan melawan, ya.."

Sohyun tak berani lagi menjawab, ia menuruti perkataan dan perintah Kim Taehyung. Ya, walau dengan berat hati namun tidak buruk juga kalau pulang diantar oleh dosen sendiri.

***

Taehyung POV

Aku berjalan limbung, masuk ke dalam kamar. Apartemen yang luas ini selalu tampak sepi setiap harinya, ah.. tentu saja. Mau dengan siapa lagi aku tinggal?

Kedua mataku menerawang jendela yang transparan. Sembari melonggarkan manik kemeja dan juga melepaskan dasiku, aku berpikir lagi dan lagi.

Mengapa mereka sangat mirip?

Mengapa Tuhan mempertemukannya padaku? Apa ini memang rencananya?

Caranya bersikap, caranya menatap, caranya tersenyum dan tertawa, semua menggemaskan. Begitu detil, tiap hal tentang dirinya tak ada sedikit pun yang menyeleweng dari Seoyun.

"Kim Sohyun, kau ini siapa?"

Aku melepas penatku. Seharusnya malam ini aku langsung beristirahat, tetapi tugas dari kampus begitu menumpuk dan harus segera aku tuntaskan.

Aku menyelesaikan acara bersih-bersih diri. Pakaianku berganti dengan kaos hitam berlengan pendek, dengan celana piyama yang selalu kupakai setiap malam. Celana yang Seoyun buatkan khusus untukku. Celana yang selalu mengangkutku pada mimpi indah, bersamanya.

Sayangnya itu dulu. Sekarang, aku jarang sekali bermimpi indah. Kecuali di hari pertama saat aku bertemu gadis puber itu.

Kubuka laptopku sembari terkekeh kecil. Entahlah, gadis itu lucu di mataku. Terkadang ia tampak polos dan penurut, tapi kalau sudah menyebalkan, rasanya ingin kutelan bulat-bulat kedua pipinya.

Ding.. dong..

"Ada tamu? Siapa? Malam-malam begini?"

Gumamku sendirian.

"Apa mungkin Tuan Sihyuk?"

Aku mengusir rasa ingin tahuku dan buru-buru membukakan pintu. Jarang sekali ada yang bertamu ke apartemenku. Kecuali keluargaku, tak ada yang tahu alamat apartemenku ini.

"Nayeon?"

"Hai.."

Apa yang wanita ini lakukan di apartemenku malam-malam?

"Mau apa?"

"Hanya mampir, aku baru saja dari kantor, dan aku ingat Mamamu pernah memberikanku alamat apartemenmu. Karena dekat, kenapa sekalian nggak mampir aja?"

Terpaksa aku menyuruhnya masuk. Meskipun aku menolak, tidak baik aku mengusir seorang gadis yang dulunya sahabat kecilku. Ini pengecualian, aku hanya berpikir soal adab dan balas budi.

Setidaknya, kami pernah punya hubungan baik.

"Wah.. apartemenmu bagus juga."

"Hei, apa itu foto pernikahanmu?"

Nayeon masuk lebih dalam. Ketika dirinya menemui sebuah bingkai foto besar yang aku pajang di dinding, matanya terbelalak. Ia sepertinya tertarik untuk datang ke foto itu.

"Apa dia yang bernama Seoyun?"

"Tentu. Siapa lagi?"

Jawabku dengan membatin, 'gadis ini sudah tau tapi masih saja bertanya-tanya.'

"Dia cantik. Sayang sekali.. dia harus pergi saat kalian baru saja menikah."

Ucapnya yang sedikit menohok perasaanku.

Sejujurnya aku tidak suka jika orang lain mengungkit-ungkit masalah itu. Cukup aku saja yang merasa kehilangan dan berusaha membangun hidupku, tapi saat orang lain membahasnya, aku malah ingin memarahinya. Hal tersebut lah yang menjadikanku agak tempramen setelah kehilangan Seoyun.

"Jika kau datang untuk membicarakan itu, maaf. Mungkin sebaiknya kau pulang saja."

"Eh.. aku nggak bermaksud. Oh ya, lihat! Aku membawakan apa untukmu..."

Nayeon bergerak menuju sofa dan meletakkan sebuah kotak di atas meja. Aku tau, dia sedang mengalihkan perhatianku.

"Pizza dengan keju mozarella, juga hamburger isi barbeque kesukaanmu!"

Ia masih ingat. Padahal sudah tiga tahun tidak bertemu tanpa komunikasi, tetapi ia tetap ingat makanan kesukaanku.

"Kenapa diam saja? Ayo kita makan."

***

"Sohyun!"

Teriak seoranh lelaki yang terdengar manis setiap kali telinga Sohyun mendengarnya.

"Kak Hanbin? Tumben Kakak kemari."

"Kau lupa? Kau mau kemana?"

"Kuliah. Aku mau kuliah, kan?"

Hanbin mengacak rambut Sohyun yang sudah rapi.

"Kakak!! Kebiasaan banget sih berantakin rambut aku!"

"Iya- iya.. maaf. Habisnya rambut kamu lucu sih, jadi gemes pengen ngacak-ngacakin terus."

Sohyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Arah pandangnya menghambur keluar dari wajah Hanbin. Astaga, Hanbin berbicara begitu saja sudah sukses membuat Sohyun memerah.

"Yuk, berangkat!"

"Hah?"

Sohyun buru-buru menoleh ke Hanbin. Benar! Kenapa Hanbin malah mengajaknya berangkat bersama? Bukankah lelaki itu harus menjemput kekasihnya, Jihyo?

"Bukannya Kakak harus jemput Kak Jihyo ya? Ini hari Senin loh. Kak Jihyo masuk pagi juga."

"Ya ampun, kamu sampai ngehafalin jadwal kuliahnya Jihyo? Apa faedahnya sih?"

Ya jelas aku hafal. Tiap kali Kak Jihyo ada jadwal kuliah, Kak Hanbin pasti ngelupain aku.

Batin Sohyun.

"Ya.. nggak hafal juga sih. Cuma kebetulan ingat.."

"Ya udah! Yuk berangkat! Nggak usah mikirin soal Jihyo."

Hanbin meraih tangan Sohyun dan menggenggamnya erat. Bibirnya menampilkan senyuman yang jarang sekali Sohyun lihat.

Tidak tahu, itu jenis senyuman apa. Yang Sohyun ingat Hanbin cuma punya dua macam senyum.

Pertama, senyum ketika ia sedang bersama dengan Jihyo. Kedua, senyum Hanbin kepadanya setiap kali ia menunjukkan sikap manis seolah-olah ia kakak dari Kim Sohyun.

Dan yang ini? Senyuman jenis apa?

Kak, tolong berhenti berbuat manis begini. Atau aku akan semakin tersakiti karena mengingat fakta bahwa cinta kakak nggak pernah ditujukan padaku.

Pikir Sohyun yang akhirnya pasrah saat Hanbin mengajaknya ke kampus bersama.

"Habis pulang kuliah, kamu ada acara nggak?"

Tanya Hanbin pada Sohyun saat di perjalanan.

"Kenapa? Kok Kakak tiba-tiba nanya gitu?"

Tak terasa, kelas Sohyun sudah di depan mata. Sohyun bergegas, ia harus segera menempati bangkunya sebelum dosennya datang.

"Aku mau ngajak kamu jalan-jalan."

Sohyun membeku.

Jalan-jalan?

Apa dating?

Ah, nggak mungkin Kak Hanbin mau selingkuhin Kak Jihyo. Apalagi sama aku, aku kan cuma sahabat rasa adiknya.

Otak Sohyun berpikir keras, mencoba menerka-nerka kalimat ajakan dari Hanbin.

"Hei! Sohyun! Lo ngapain masih disana?? Buruan masuk! Pak Taehyung udah ada di kelas tuh!"

Teriak Chaeyong yang tiba-tiba muncul dari arah belakang. Benar saja, ternyata Taehyung sudah berjalan dan berada di dalam kelasnya.

"Eh, ya udah Kak! Aku pikirin lagi nanti! Aku harus masuk sekarang! Daa!"

Sohyun melambaikan tangannya pada Hanbin, Hanbin pun membalas lambaian tangan itu sambil menampakkan senyum.

"Maaf, Sohyun."

Ucapnya kemudian.

***

"Lo kenapa? Kok manyun gitu dari tadi?"

Tanya Chaeyong setelah kelas selesai hari itu. Sohyun tidak bisa tenang, bagaimana Hanbin bisa mengajaknya keluar disaat Jihyo selalu berburuk sangka dan salah paham padanya karena mengira dirinya memiliki hubungan khusus dengan Hanbin?

"Aku bingung nih mau jawab apa."

"Jawab apaan? Jelasin dulu dong ke gue, jangan bikin penasaran anak orang! Hobi banget!"

"Gini.. tadi tuh Kak Hanbin ngomong, katanya dia mau ngajak aku jalan-jalan. Jalan-jalan apaan coba maksudnya? Ya.. bukannya kepedean, tapi.. apa itu artinya kencan? Lagian kalo Kak Hanbin mau ngajak keluar, nggak pernah minta izin kayak gini kok."

Chaeyong tertawa lebar.

"Kok ketawa? Kasih aku solusi dong.."

"Ya ampun. Lo berlebihan banget. Emangnya, selama ini Kak Hanbin suka sama lo?"

"Nggak, kan? Ya apalagi maksudnya ngajakin lo jalan? Jangan mikir yang enggak-enggak. Ntar lo makin sakit hati lagi. Nangis lagi.. terpuruk lagi.. ckck."

Benar kata Chaeyong. Hanbin tidak pernah punya perasaan pada Sohyun, untuk apa Sohyun khawatir jika Hanbin mengajaknya keluar?

Tetapi, kata-kata Chaeyong terdengar menusuk. Sakit, bagaimana bisa gadis itu terang-terangan meledek Sohyun?

"Iya.. aku paham. Aku aja yang terlalu kepedean. Tapi, please. Omonganmu itu real tapi menusuk juga, ya?"

"Hehe.. maaf. Habisnya, lo bikin geregetan mulu sih."

***

"Thanks, aku kira kamu nggak bakal mau nolak ajakan aku."

"Ah, Kak Hanbin kan udah aku anggap kakak sendiri.. kita juga udah sahabatan dari kecil. Gimana aku bisa menolak ajakan Kakak?"

Sohyun.. Sohyun. Sejak kapan kamu terima kalau Kak Hanbin menganggapmu sebagai adik? Dan sekarang kamu malah mengakui Kak Hanbin sebagai kakak?

Sohyun membatin.

"Loh, jadi kamu terpaksa meng-iya-kan ajakanku?"

"B-bukan gitu! Mm.. maksud aku tuh..emm.."

"Iya, bercanda doang kok! Nggak usah gugup gitu! Kamu tuh tambah manis kalo lagi gugup, bikin gemes terus.."

Hanbin mulai merayu Sohyun. Sepertinya lelaki itu tau dimana titik lemah seorang Kim Sohyun.

Mereka berdua sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Kini, Hanbin menuntun Sohyun menuju ke sebuah outlet dimana disana terjual barang-barang mahal dan pasti membuat para pecinta shopping menghabiskan uang.

"Kita ngapain kesini, Kak?"

"Sebentar lagi musim dingin. Aku nggak mau kamu sakit."

"Huh? Aku nggak ngerti maksud Kakak."

Hanbin mengambil sebuah syal bulu berwarna peach yang terpajang. Tanpa ragu, lelaki itu melilitkan syal tersebut ke leher Sohyun. Ia lalu mendorong Sohyun untuk berkaca di depan cermin.

"Lihat, sangat pas buatmu."

Sohyun senang menatap pantulan bayangannya. Kenapa di saat Hanbin bersamanya, Sohyun jadi sangat menyukai cermin? Padahal ia tak pernah suka menatap refleksinya sendiri dari balik cermin.

Senang, Sohyun sangat senang! Apa Hanbin benar-benar akan membelikan syal itu untuknya? Sohyun bertanya-tanya.

"Baiklah! Kita ambil yang ini!"

"Kakak mau membelinya?"

"Oh, buat Kak Jihyo ya?"

Tanya Sohyun memastikan. Selama ini, Hanbin selalu membeli barang-barang cewek khusus untuk kekasihnya. Itu pun melalui perantara Sohyun, bisa jadi Sohyun hanya dijadikan model untuk membayangkan 'seperti apa jika Jihyo memakai syal itu?'.

"Aku membelinya, tapi bukan untuk Jihyo."

"Lalu?"

"Ini untukmu Kim Sohyun. Bukankah tadi aku sudah bilang, kalau sebentar lagi musim dingin dan aku tidak ingin melihatmu sakit?"

Oh iya.. tapi ini berlebihan.

Kata Sohyun dalam hati.

Belum sempat ia protes, mendadak Hanbin sudah kembali dangan kantong belanjaan. Lelaki itu sungguh membelikan syal untuk Sohyun. Gadis itu bahkan merasa takjub dan tidak percaya.

Hari semakin sore, Hanbin hendak mengantar Sohyun pulang ke kosnya. Namun, sebuah panggilan tak terjawab muncul di notifikasi ponselnya.

"Sohyun?"

"Iya?"

Jawab Sohyun bersemangat.

"Apa kau bisa pulang sendiri?"

Sohyun terdiam. Selalu saja begini..

Hanbin mengajaknya pergi bersama, lalu membiarkannya pulang sendirian. Tak apa, Sohyun paham. Sangat-sangat paham.

"Nggak masalah, Kak. Aku bisa pulang sendirian."

"Baiklah. Aku pergi dulu, buru-buru nih."

Sohyun melambaikan tangannya pada Hanbin seperti biasa, namun kali ini cowok itu tak sempat membalas.

Tin.. tin..

Sohyun terkejut ketika sebuah mobil membunyikan klaksonnya begitu kencang.

"Butuh tumpangan?"

Tanya seorang pria dari dalam mobil.
















To be Continued..

😃😃

Suka nggak sih sama cover barunya? Tanya aja.

Terus, apa alasan kalian tertarik sama cerita ini? Siapa tau pendapat kalian bikin aku update lebih cepat dari biasanya. Hehehe..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro