Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10 : Sunset Bloom

Bahkan ia tidak mempercayai dirinya sendiri nekat masuk ke dalam tempat orang-orang menumpahkan segala gundahnya dengan berjoget ria. Dalam hati Eira merasa asing dengan suasana hati. Tapi seiring tempo menghentak itu membuat dadanya ikut berdetak, perlahan-lahan gadis itu larut dalam suasana itu.

Hey, pretty.” Tiba-tiba seorang wanita dengan lengan yang penuh dengan tato mendekati Eira. Melihat wajahnya yang sepertinya sudah mabuk berat, Eira langsung melipir untuk menghindari wanita itu.

Semakin berjalan ke dalam, musik DJ itu terdengar semakin kencang. Kedua matanya melihat sebuah meja bar dengan tembok yang berisi botol-botol mewah yang memabukkan. Sembari menikmati musik dan bercakap-cakap, Eira bisa melihat bagaimana sesama pengunjung di bar ini dapat akrab dengan cepat satu sama lain. Asap yang keluar dari rokok elektrik pun mengambang lewat di depan wajahnya. Memang sebuah pemandangan yang baru bagi Eira, tapi ia tampaknya sudah mulai bisa menikmati tempat bermainnya sekarang.

“Bisa minta menu nya?” Eira duduk di kursi bar yang kosong, ia memanggil salah satu bartender yang berada di dekatnya.

“Menu?” Bartender itu nampak kebingungan. Ia menunduk untuk mencari sesuatu di bawah meja, kemudian ia memberikan buku menu yang terlihat mewah dengan desai hitam dan aksen emas.

“Kau baru di sini, ya?” Bartender tadi mengajak Eira mengobrol sambil menyiapkan pesanan orang lain.

“Ya, kemarin temenku ngasih tau tentang bar ini, jadi aku kesini.” Supaya tidak terlihat bodoh-bodoh amat, Eira mengarang saja alasan yang paling pas.

“Pantes. Soalnya orang-orang yang biasa ke sini gak liat menu kalau mau pesen sesuatu,” balas bartender itu dengan mulai menggunakan nada santai.

“Gimana kalo saya buatkan mocktail? Mojito di sini paling sering dipesan, lho.” Laki-laki berambut spike itu tersenyum ramah.

Sounds good.” Eira mencoba memberikan citra yang keren pada bartender itu.

“Wow, your accent is so pretty. Alright, one Mojito for you.” Balasan berbahasa Inggris dari si bartender berhasil membuat Eira terkejut. Aksen saat ia berbicara biasa dan berbicara bahasa Inggris sangat berbeda.

Inikah yang dinamakan suasana bar itu? Dalam kurang dari lima menit seseorang bisa membuat orang lain tertarik padanya. Seolah-olah saling menggoda sudah menjadi hal biasa di sini.

Tidak! Eira menahan dirinya. Ia bukanlah wanita gampangan.

Here’s your mocktail, young lady,” ucap sang bartender seraya menaruh satu gelas mojito segar. Kemudian ia menundukkan kepalanya dan memangku dagu memperhatikan Eira yang ingin meminum minumannya.

Tahu dirinya diperhatikan, Eira mundur sedikit ke belakang baru menyesap mocktail nya.

“Woo, woo! Hold on, Edgar! What are you… Eira?” Suara yang tiba-tiba muncul itu membuat sang bartender kaget dan menjauh.

Sementara itu Eira berusaha memulihkan pandangannya untuk mengenali wajah orang itu, ia belum terbiasa dengan situasi setengah gelap yang hanya diterangi dengan lampu disko warna-warni.

“Carol?”

Eira terbelalak saat melihat Carol berada di depannya. Terlebih karena ia melihat gadis itu memakai pakaian yang.. cukup ketat dan mengenakan piercing di hidungnya. Ia benar-benar sosok yang berbeda dari Carol yang terakhir Eira temui di sekolahnya.

“Lo beneran Eira?! Ya ampun! Ngapain lo di sini?”

“Ah, ini… Gue mampir aja, kok..” Eira hanya bisa nyengir kuda. Ia tak menyangka akan bertemu orang yang ia kenal di tempat seperti ini. Tapi itu tak menjadi masalah selama orang itu tidak satu sekolah dengannya.

“Oh.. Tapi tadi dia ngapain lo, Ra?!” tanya Carol sambil melotot ke arah Edgar, sang barista.

“Gak ngapa-ngapain, kok! Cuma ngobrol biasa sama buatin minuman doang,” balas Eira dengan senyum canggung.

“Awas lo, ya! Gue bilangin ke cewek lo, nanti.” Eira menaikkan kedua alisnya mendengar ancaman itu.

“Ck! Lo mah ngancem mulu.”

“Kalian saling kenal?” Eira bertanya setelah candaan mereka berakhir.

“Iya, gue kenal dia gara-gara sering ke sini. Oh ya, lupa gue kenalin dia ke lo. Ra, ini Edgar. Gar, ini namanya Eira, temen gue.” Kemudian dua orang yang diperkenalkan itu pun memberikan tos kepalan tangan.

“Berarti lo sering main ke sini, ya?”

“Sst, jangan bilang siapa-siapa, ya,” Carol berbisik ke telinga Eira sambil tersenyum kecil, “yuk duduk bareng, lo mau minum apa?” lanjut Carol menarik Eira untuk berpindah dari meja bar ke meja bulat di samping bar.

“Eh, gue udah pesen minum ini.”

“Udah, gak apa-apa. Gar, Sunset Bloom satu, ya!” seru Carol kencang di tengah hiruk pikuk bar. Eira menghela napas, tidak enak jika menolak kebaikan Carol. Lagi pula apa itu tadi? Sunset.. Bloom? Baru kali ini ia mendengar nama minuman cantik seperti itu.

“Sering-sering dong main ke sini, Ra. Ajak Vanka juga biar tambah seru.” Mendengar nama itu membuat bahu Eira menurun.

“Ah, dia mah sibuk pacaran terus.” Eira tak mau terlihat seperti sedang terlibat suatu persoalan, jadi ia mencoba untuk bicara dengan santai.

Here’s your Sunset Bloom. Enjoy,” timpal Edgar yang tiba-tiba datang membawa gelas berisi minuman jingga itu. Carol tersenyum saat Edgar balik badan.

“Cobain deh minumannya,” suruh Carol sambil merapikan rambutnya yang tergerai. Saat ia mengangkat tangannya ke atas, Eira menyadari bahwa tubuh Carol terlihat sangat body goals.

“Wah…” Eira membatin. Ia mencium aroma yang kuat dari mulut gelas itu hanya dengan jarak beberapa senti. Apakah minuman ini ada alkoholnya? Dilihat dari baunya, sepertinya memang minuman cantik itu beralkohol. Baiklah, Eira hanya akan minum dua seruput saja.

"So.. How's life? Gimana kabar Lo, Ra?" Carol memulai percakapan. Ia juga menyesap minumannya yang ia tuang di gelas berukuran kecil. Jelas, Carol sangat berani meneguk minuman beralkohol itu.

"Ya.. sebenernya biasa aja sih, haha. Capek sekolah, banyak tugas, stress deh pokoknya," keluh Eira, ia mengambil posisi duduk bersandar.

"Wah, kita sama, hahaha! By the way, waktu itu kan gue nonton tanding basket ya bareng lo sama Vanka, tapi… kok kayaknya ada yang gak beres, ya?"

"Gak beres gimana maksudnya?"

"Kayaknya.. lo ada masalah ya sama cowok yang jatoh waktu itu?"

Astaga, orang itu lagi.

"Salah paham doang sih sebenernya, tapi dia malah bikin masalahnya jadi gede! Kesel gue jadinya!" Eira melipat tangan dan alisnya menyatu.

"Waduh… Salah paham gimana tuh?" Carol bertanya antusias sambil kembali menuangkan minuman dari botol kaca berwarna hijau itu.

"Ya! Gue akuin kalo emang gue yang salah waktu itu. Tapi justru si Jevrio malah bikin tambah ribet masalahnya! Batu banget emang dia tuh," Eira bercerita dengan setengah berteriak, kemudian ia menyesap minumannya.

"Masak sih Jevrio orangnya kayak gitu?"

"Dia tuh ngeselin kalo ke gue doang! Dulu tuh dia orangnya pendiem banget, tapi sekarang dia kayak.. lebih banyak ngobrol sama orang lain."

Eira menggosokkan kedua tangan karena AC yang sangat dingin, padahal Eira mengenakan baju lengan panjang.

"Bagus dong berarti! Dia berubah jadi gak pendiem lagi."

"Bagus-bagus aja buat dia mah. Kalo dia begitu juga, kan gak ada untungnya buat gue." Karena emosi, Eira meneguk minumannya lagi.

"Hmm, kalo lo ada masalah sama dia, berarti lo pernah deket gitu sama dia?"

"Idih! Ogah gue deket sama dia. Awalnya tuh dia buat masalah di cafe tempat dia kerja."

Eira mulai merasa dunia di sekelilingnya berputar-putar.

"Dimana tuh kafenya?"

"Itu.. aduh… Kafenya di deket sekolah gue, dari… naik bus sekali dari terminal…" Bahu Eira melemas.

"Eh, Ra! Lo gak apa-apa?" Carol langsung membantu Eira duduk tegak lagi.

"Duh.. Kesel banget.. gue..."

“Ra, bangun!”

Pemandangan Eira menjadi berputar-putar seperti menaiki roller coaster. Kepalanya pusing dan seperti ada tornado di dalam lambungnya. Eira tak tahan lagi, ia langsung berlari menuju toilet untuk menumpahkan isi perutnya.

Awalnya Carol ingin ikut membantu, tapi setelah Eira pergi ke toilet, ia didatangi dengan teman-temannya yang lain untuk bergabung ke meja mereka. Akhirnya, Eira berusaha sendiri untuk menghilangkan mualnya.

Eira menghirup udara segar sedalam-dalamnya setelah keluar dari tempat mengerikan itu. Udara luar terasa lebih segar ketimbang dinginnya AC yang hanya membuat kulit kering. Tak pernah terpikirkan olehnya jika minuman cantik itu akan membuat isi perutnya terombang-ambing. Eira bersumpah tidak akan lagi menginjakkan kaki di tempat yang bernama bar itu.

Sial adalah kata yang tepat untuk menggambarkan hari ini bagi Eira. Ia ingin meneriakkan kata itu sekencang-kencangnya di hadapan semua orang. Sial, sial, sial! Semua orang lari dan tak ada yang berpihak di sisinya. Tak ada yang peduli. Tak ada yang berusaha menyenangkan Eira. Kehilangan sahabat adalah hal yang paling menyakitkan yang pernah ia alami. Masih banyak keinginan yang ingin Eira lakukan untuk menghabiskan masa mudanya bersama Vanka. Bahkan pergi ke bar masuk ke dalam daftar keinginan itu.

Dunia itu keras, dan Eira baru menyadarinya.

Eira terhuyung kesana kemari selama berjalan. Ia bahkan tiba-tiba jadi lupa arah jalan karena pusing dan rasa mual yang masih tersisa. Hari sudah malam, dan ia berada di tempat yang cukup jauh dari rumah. Kakinya yang menapak trotoar hampir tidak bisa menopang berat badannya lagi.

Kakinya melemas, dan akhirnya Eira tersungkur di trotoar.

“Eira?”

Seorang laki-laki berjaket hitam berdiri di depan Eira yang lemah. Setelah ia mengenali wajah itu, ia buru-buru membangunkan Eira.

“Ra! Ngapain lo di sini?!”

“Siapa…”

“Aduh, lo bau alkohol banget!” Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Eira berdiri.

“Siapa..” Eira berusaha memulihkan penglihatannya yang berkunang-kunang untuk mengetahui wajah orang yang menolongnya, “Jev..?”

Sst! Lo diem, naik ke punggung gue. Gue anter lo sampe halte.”

Laki-laki jangkung itu menggendong Eira tanpa ragu. Di posisi setengah sadar, Eira hanya bisa merasakan dirinya seperti terbang. Karena sudah tak kuat lagi, ia pun tertidur setelah laki-laki itu mengantarnya pulang dengan bus.

---

Wuaah akhirnya update lagii! Sorry ya guys update nya lama:") Tapi update kali ini lumayan panjang lohh hehe. Gimana rasanya baca part ini?? Langsung komen dan vote yaa! Thank you so soo much! <3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro