12. Bersama Bhadrika
"ACHA?"
"OH! ASTAGA!" Acha berseru kaget, hampir saja ia terjungkal dari kursi sebelum seseorang dengan sigap menahan tubuhnya kedalam sebuah pelukan. Bhadrika, dialah orangnya.
"Seharusnya kau berhati-hati! Bagaimana jika aku tidak ada di sini? Apa yang akan terjadi kepadamu?! Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama dengan membuatmu terluka." Bhadrika berkata dengan deep voice nya, yang membuat tubuh Acha menegang seketika.
"Gue ngerasa déjà vu. Entah kenapa suara Bhadrika terdengar gak asing... Wajahnya juga, kira-kira gue pernah liat dimana ya?"
"Ekhem, ya maaf." Acha berdeham pelan kemudian melepaskan diri dari Bhadrika.
"Oh iya, dimana Bratawati? Aku tidak melihatnya setelah sarapan pagi tadi. Kemana dia pergi?" tanya Acha, sekadar basa-basi sebenarnya, toh dia juga tahu kemana Bratawati pergi. Tadi pagi, gadis itu memberitahu Acha bahwa dia hendak pergi ke pasar. Acha juga sempat meminta untuk ikut, namun Bratawati melarangnya dengan alasan bahwa Acha masih sakit. Setelah perdebatan yang lumayan panjang antara kedua gadis cantik itu, akhirnya Acha menyerah. Dia sendiri merasa kakinya masih sangatlah sakit jika digerakan. Dan berakhirlah dia di sini bersama seorang pemuda jangkung bernama Bhadrika.
Bhadrika menjawab, "Pergi ke pasar, seharusnya aku ikut bersamanya tapi aku tidak bisa pergi karena tidak aman meninggalkan rumah jika ada orang asing di sini."
Acha merotasikan bola mata malas, "Kau pikir aku ini apa? Aku memang orang asing, tapi aku ini bukan orang yang jahat! Aku baik, asal kau tahu!"
"Bisa saja gadis sepertimu bertingkah baik, namun sebenarnya busuk di dalam. Bermuka dua." ucap Bhadrika yang terdengar ketus dan sedikit kasar.
Acha rasa dia akan punya riwayat darah tinggi bila terus beradu mulut dengan Bhadrika, pemuda itu super duper mengesalkan dibandingkan dengan wajahnya yang terbilang cukup tampan. Tapi tidak setampan Chanyeol EXO, Jungkook BTS, Mingyu SEVENTEEN ataupun Rowoon SF9 tentunya. Namun wajah tampan Bhadrika hampir sesuai untuk tipe ideal Acha, minus sikap yang menyebalkannya.
Ngomong-ngomong Acha pikir Bhadrika sama tingginya atau mungkin lebih tinggi dari Rowoon SF9 dan dengan dirinya yang memiliki tinggi sekitar 175 sentimeter, Acha nampak terlihat mungil apabila bersanding dengan Bhadrika. Dan jangan lupakan pula, tubuh kekar Bhadrika yang nampak atletis. Acha berani bertaruh, pemuda itu punya roti sobek di perutnya. Apakah dia harus memastikannya? Ah! Tidak, itu sangat tidak masuk akal. Baiklah, berhenti memikirkan itu. Acha tidak ingin dikira mesum.
Kembali pada Bhadrika yang saat ini tengah membersihkan pedang dan menata anak panahnya, Acha memandang pemuda itu dengan saksama. Kini, dia ingat betul seseorang yang sangat mirip dengan Bhadrika. 99,99% kemiripan Bhadrika dengan orang itu. Suaranya bahkan sama persis, hanya saja mungkin Bhadrika nampak lebih tinggi.
Dengan tatapan penuh tanya, Bhadrika menatap ke arah Acha. Pandangan mereka bertemu, Acha sudah tertangkap basah. Lantas, gadis itu memperbaiki posisi duduknya dan memalingkan wajah.
"Kau memperhatikanku seperti itu, sejak tadi?" tanya Bhadrika yang segera menaruh pedangnya di atas meja dan duduk di sebelah Acha.
Acha menelan ludah susah payah, bagaimana bisa pemuda Bhadrika itu bertanya tepat di telinganya? Membuat hembusan napas sang pemuda terdengar jelas.
"Siapa? Siapa yang memperhatikanmu? Aku hanya melihat kupu-kupu indah sedang terbang yang ada di belakangmu tadi. Jangan ge-er ya!?" balas Acha gugup bukan main, ya bagaimana tidak gugup?! Wajah Bhadrika nyaris 5 sentimeter dari wajahnya. Itu gila!
"Begitukah?" Bhadrika tersenyum, seraya menaikkan satu alisnya.
Apa tadi?! Tersenyum?! Pasti Acha salah lihat, tapi itu... Terlihat nyata dan senyumannya pun nampak manis.
"Ya... Tentu saja. Ngomong-ngomong, singkirkan wajahmu itu dariku. Sangat mengganggu." ujarnya sambil mendorong pelan wajah Bhadrika.
"Pelan-pelan! Dasar wanita kasar!" ketus Bhadrika. "Bilang saja kau gugup, kan sedekat itu denganku? Jujur saja wajahku ini memang tampan, kau mungkin terpesona dan tertarik kepadaku."
Apa yang baru saja Acha dengar? Seorang Bhadrika? Pemuda super menyebalkan, dingin dan kasar itu dengan pede-nya berkata seperti itu? Sungguh tak dapat dipercaya!
"Astaga aku tidak menyangka orang seperti dirimu punya kepercayaan diri yang sangat tinggi seperti itu. Namun, maaf. Aku sama sekali tidak tertarik dan tidak akan pernah tertarik kepadamu." sahut Acha, bergidik jijik.
"Terserahlah, aku harus pergi dan kau tetap di sini." Bhadrika beranjak dari duduknya.
Grep.
Acha mencekal lengan Bhadrika dan mendongakkan kepalanya, "Kemana?! Bukankah tadi kau bilang bahwa kau tidak bisa pergi karena tidak aman meninggalkan rumah jika ada orang asing di sini? Lalu mengapa sekarang kau hendak pergi?"
"Aku hanya pergi ke kebun belakang rumah. Cepat lepaskan tanganku, apakah kau se-tertarik itu kepadaku sampai tidak mau jauh-jauh dariku?"
Sialan. Lagi-lagi pemuda itu dengan kepercayaan dirinya yang tinggi mengucap kata-kata menyebalkan. Dengan segera, Acha melepaskan tangannya dari lengan Bhadrika. "Sembarangan! Aduh, sudah kubilang aku tidak tertarik kepadamu. Lain kali, jangan terlalu percaya diri. Lagipula kau bukan tipeku, ewh." lalu mengelap tangannya yang sempat menyentuh lengan Bhadrika. "Ngomong-ngomong, mau apa kau ke kebun belakang rumah?"
"Kau pikir orang pergi ke kebun untuk apa? Untuk memancing? Tentu saja untuk berkebun, dasar gadis bodoh!" cetus Bhadrika.
Acha mencibir, "Jangan sembarangan berkata! Aku ini gadis pandai, bukan gadis bodoh! Mungkin kau pemuda bodoh!"
Acha ingin sekali mencabik-cabik mulut Bhadrika, ia tidak terima dikatai gadis bodoh. Asal dia tahu saja, Acha seorang dokter. Ya, sekitar sebulan lagi magangnya akan berakhir dan dia akan mendapatkan surat izin praktek. Acha pula semasa kuliah, dia adalah mahasiswi terbaik di kampusnya, dia sangat pintar sampai selalu mendapatkan posisi pertama saat masih sekolah dan juga pada saat kuliah. Dia juga pernah mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri.
"Aku juga bukan pemuda bodoh!"
"Yasudah kalau begitu, jika tidak mau dikatai bodoh kau juga jangan mengataiku bodoh! Oke?" perkataan Acha yang membuat perdebatan tak berguna itu berakhir seketika. "Kau bilang mau ke kebun? Aku ikut!" seru Acha, berusaha untuk berdiri dengan susah payah sampai tubuhnya limpung dan berakhir dengan Bhadrika yang memapahnya sampai ke kebun belakang rumah.
__________
Terhitung sudah dua hari sejak peninggalan Acha dari istana. Jayanegara khawatir bukan main, karena lagi-lagi Gajah Mada beserta pasukannya pulang tanpa hasil apa-apa. Hanya saja hari ini, Jayanegara menerima satu hal yang membuatnya gundah gulana.
"Mohon ampun Gusti Prabu, hamba belum juga menemukan Acha. Namun hamba tidak sengaja menemukan ini saat menelusuri hutan." Gajah Mada menyerahkan potongan kain yang diduga merupakan bagian dari pakaian yang Acha pakai. Terlihat ada bercak darah di kain itu.
Jayanegara mengira, mungkin gadisnya itu mengalami kemalangan. Tapi ia yakin, Acha pasti akan baik-baik saja di luar sana. Jayanegara tahu, Acha gadis yang kuat. Dan ia juga yakin bahwa Acha tidak mungkin meninggalkannya begitu saja tanpa alasan yang jelas.
Sementara itu, seorang pria dengan kondisinya yang terbilang masih lemah nampak sedang bercakap-cakap dengan seorang gadis cantik yang senantiasa merawatnya selama ini.
"Aku yang menyebabkannya pergi, itu semua salahku. Semoga dia baik-baik saja. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa kepadanya." ucapnya dengan suara parau.
Lalu sang gadis menenangkannya dengan menggenggam erat tangan sang pria, "Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Aku juga merasa bersalah, seharusnya aku memberitahu dia lebih awal sebelum semuanya terlambat. Aku yakin, dia akan baik-baik saja. Aku pastikan, kami akan terus mencari sampai menemukannya segera mungkin dan memperjumpakan kalian berdua."
Author Note :
Haii, berjumpa lagi denganku!
Terakhir kali update Minggu kemarin, kan? Waktu itu kalau gak salah, hari Selasa.
Jadi karena aku sibuk, mungkin setidaknya aku bakal update 1 kali seminggu. Kalau weekday gak sibuk, aku pasti update. Kalau sibuk, aku updatenya pas weekend :)
Btw, mau tanya nih! Kalian jawab yya, jangan dikacangin! :(
Pertanyaannya, selama kalian baca buku ini, kalian ngebayangin tokoh Acha itu sebagai siapa sih? Apa mungkin kalian pas baca ngebayangin Acha dengan visual idola kalian? Atau mungkin dengan diri kalian sendiri? :D Atau kalau misalnya ada artis Indonesia atau darimanapun yang kalian bayangin sebagai tokoh Acha, komen juga ya... Sekalian tulisin siapa nama artisnya wkwk
Jangan lupa buat vote dan comment juga yang banyak. Aku yakin, kalian tahu caranya menghargai penulis! :)
Terima kasih banyak untuk semua yang membaca. Maaf untuk typo dan maaf kalau kependekan chapternya :(
See you in the next chapter! <3
Follow juga;
Wattpad: lysprecieux
Instagram: @lyxmintchoco
© lysprecieux
Minggu, 08 Agustus 2021 18:23 WIB
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro