07. Dyah Gitarja
TAP! TAP! TAP!
Suara hentakan kaki Acha terdengar, rupanya gadis itu kini pergi meninggalkan tempat pasukan Bhayangkara berlatih dengan rasa yang teramat kesal.
Dia sedang kesal dengan sosok pemimpin pasukan Bhayangkara itu. Siapa lagi kalau bukan Gajah Mada?
"Bisa-bisanya si Gajah tinggalin gue gitu aja?! Huh!? Nyebelin banget sih!!! Mana mukanya asem-asem dingin gitu, irit ngomong, tubuhnya sekeras beton, idup lagi!" berbagai macam umpatan-umpatan kekesalan terlontar dari bibir manis Dyah Acha Girinata.
Dan karena asyik mengumpat, dia sampai tak sadar apabila ada sosok pria yang kini tengah berdiri di sebelahnya, mengiringi langkahnya.
"Ah, jika kau sedang marah-marah begini, entah kenapa dirimu menjadi semakin manis dan cantik..."
Acha yang masih mengumpat pun terdiam seketika, dia merasakan ada hawa yang tak enak di sebelah kanannya. Dialah sosok yang menyebalkan, orang pertama dikenalnya ketika ia membuka mata di bumi Majapahit ini.
Yeah, tentu saja itu adalah Prabu Jayanegara. Siapa lagi kalau bukan ia, kan? Hanya Jayanegara saja yang hobinya menggoda Acha dengan rayuan sok manisnya itu.
"Ada apa?" Acha menjeling Jayanegara, kakinya terus melangkah dengan hentakan-hentakan keras.
Sudah kesal dengan perilaku Gajah Mada, kini dia dibuat kesal pula oleh Prabu Jayanegara. Membuat mood Acha semakin buruk saja!
"Kenapa kau sangat ketus kepadaku hari ini? Apa aku berbuat suatu kesalahan kepadamu?" tanya Jayanegara, yang tetap mengiringi langkah Acha.
"Tidak juga, hanya saja aku sedang kesal kepada pemimpin pasukan Bhayangkara itu!!!" Acha kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Satu alis Jayanegara terangkat, keningnya berkerut, "Maksudmu Gajah Mada?"
"Iya, dia... Siapa lagi sih, kalau bukan dia orangnya... Huh! Aku sangat kesal kepadanya, tadi aku menyapanya dan berniat untuk berbincang-bincang namun tak lama kemudian dia pergi begitu saja meninggalkanku sendirian di tempat latihan pasukan Bhayangkara."
Melihat reaksi Acha yang sedang uring-uringan, hal itu malah membuat Jayanegara menarik sudut bibirnya. Tersenyum tipis ke arah Acha, karena menurut Jayanegara reaksi Acha sangat lucu jika sedang seperti ini.
"Oh ya, Acha." panggilan dari Jayanegara membuat Acha mengalihkan pandangannya dan menatap petinggi Majapahit tersebut.
"Iya?"
"Bagaimana dengan kamar barumu? Aku sudah menyiapkannya khusus, apakah kau suka?" tanya Jayanegara, harap-harap Acha meresponnya dengan sebuah senyuman lebar.
Tapi nyatanya gadis itu hanya memperlihatkan reaksi yang biasa saja, "Aku suka, kamarnya memang terasa nyaman. Akan tetapi, bukankah seharusnya seorang gadis sepertiku tinggal di keputren saja? Bersama para putri, itu kan jauh lebih menyenangkan daripada setiap hari aku harus melihat sosokmu saat aku membuka pintu kamar!"
"Oh, begitu ya? Baiklah mungkin akan aku pertimbangkan lagi, jika kau memang merasa lebih nyaman dan senang jika tinggal di keputren, tidak ada salahnya juga aku mengizinkanmu tinggal di sana. Namun untuk sementara waktu, kau tetaplah di sini. Karena aku ingin selalu melihat wajahmu dikala aku baru saja bangun tidur. Melihat wajahmu itu sudah seperti menyerap energi positif untuk kesehatan tubuhku..."
Lantas tanpa seizin dari Acha, Jayanegara mendekat dan menggandeng tangannya dengan erat.ーAh, Tidak! Itu bahkan sangat erat, lebih dari saat mereka berkunjung ke pasar Majapahit tempo hari.
Dan sialnya, lagi-lagi wajah Acha mulai bersemu merah. Detak jantungnya pun berpacu dengan cepat, hatinya kembali menghangat seperti beberapa waktu lalu. Perasaan aneh pula terasa di dadanya, dan mengapa itu terjadi?
Ini tentu terasa sangat aneh bagi seorang Dyah Acha Girinata. Dia kembali merasakan sebuah rasa yang telah lama hilang dan tak pernah dia rasakan kembali, setelah menerima kenyataan bahwa sosok yang dia cintai ternyata bermain di belakangnya.
__________
Matahari telah berada di puncaknya, menyinari penjuru negeri Majapahit. Siang ini pula terasa sangat berbeda dari biasanya. Para dayang dan abdi dalem¹⁸ lainnya terlihat sibuk mengurus sesuatu. Membuat atensi seorang Dyah Acha Girinata teralihkan.
Diam-diam, seseorang memperhatikan Acha dari posisi yang agak jauh. Rupanya, tingkah gadis itu pula menarik atensi sosok pria tersebut. Dan secara diam-diam pula, pria itu menarik sudut bibirnya. Walau hanya sejenak, dan setelahnya ia tertangkap basah oleh Dyah Acha Girinata yang dengan segera menghampirinya.
"Eh, Gajah Mada? Lagi apa lo? Kenapa ada di sini? Emangnya Lo nggak latihan lagi sama pasukan Bhayangkara?" tanya Acha, mendongakkan kepalanya. Melihat sosok Gajah Mada yang memang lebih tinggi beberapa sentimeter darinya.
"Ehm." tak ada jawaban apapun, hanya dehaman yang terdengar dari bibir Gajah Mada.
"Sa'ae, lo manusia beton! Gue nanya panjang lebar malah dibalas sama dehaman aja! Jawab apa kek, irit ngomong banget perasaan..." kepala Acha mulai memanas lagi, diakibatkan oleh tingkah laku Gajah Mada yang senantiasa membuatnya naik darah.
Sedangkan Gajah Mada, ia masih diam dan tak berkutik. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibirnya.
"Oh iya, Manusia Beton, lo tahu nggak kenapa seluruh penghuni istana ini kayaknya lagi sibuk banget tuh. Gue gatau mereka lagi ngurusin apaan, jadi lo bisa dong jawab pertanyaan gue kalau mereka itu lagi ngapain?" Acha bersuara, dia melontarkan pertanyaan yang memang sejak tadi membuatnya sangat penasaran.
Satu detik, dua detik dan bahkan sampai tiga detik kemudian tak ada jawaban apa-apa dari Gajah Mada. Namun, setelah lima menit berlalu, pria itu mulai membuka suara.
"Gunakanlah bahasa yang baik dan benar," ujarnya.
Acha merotasikan bola mata malas, namun kemudian ia mengangguk. "Aku penasaran dengan semua dayang dan abdi dalem istana. Mereka nampaknya sedang sibuk mengurus sesuatu, bisakah kau menjelaskan apa yang sedang mereka lakukan saat ini?"
Akhirnya, Acha terpaksa menggunakan bahasa formal lagi. Dan kali ini, Gajah Mada segera menjawab pertanyaan Acha.
"Sebentar lagi akan ada pesta. Jadi semua abdi dalem istana sedang mempersiapkan untuk pesta itu." ujar Gajah Mada.
"Pesta? Pesta apa? Pesta Rakyat?" tanya Acha yang masih kurang paham.
Gajah Mada menggeleng. Membuat kebingungan Acha bertambah. "Terus apa dong?"
"Pesta ulang tahun ndoro¹⁹ putri."
Baru saja Acha ingin menanyakan siapa nama putri di Majapahit itu, Gajah Mada sudah melengos pergi dan meninggalkannya di sana seorang diri.
"KEBIASAAN, LO! GUE BELUM SELESAI NGOMONG, UDAH PERGI AJA! HUH! NYEBELIN! DASAR MANUSIA BETON! DINGIN! IRIT NGOMONG! AWAS AJA YA LO! KALO NTAR KETEMU LAGI, GUE BEJEK-BEJEK SAMPAI JADI PERKEDEL!!!"
__________
Di sudut kamar, Acha tengah tenggelam dalam lamunannya, tentu saja dia sedang memikirkan mengapa bisa dia berada di Majapahit? Apakah ini hanya mimpinya atau ini memang nyata?
Cklek.
Pintu kamar Acha terbuka, membuat gadis yang tengah melamun itu terhenyak dari duduknya. Dan mengucapkan sumpah serapah, "Ehemaklojatuhdarikasurguekagetbangetanjir."
"Acha? Kau kenapa?" Jayanegara yang memasuki kamar Acha pun merasa aneh dengan tingkah laku gadis itu.
"Ish! Jayanegara, Lo ngagetin gue aja sih???? Kalo mau masuk itu ketuk dulu kek! Nggak ada sopan santunnya lo jadi orang!!!" tatapan sinis terpancar dari sorot mata Acha, ia sungguh kesal dengan Jayanegara.
"Maaf, tapi ini istanaku dan aku berhak untukー"
Belum sempat Jayanegara menyelesaikan ucapannya, Acha telah menyela dengan nada ketus. "Aku tahu ini istanamu! Akan tetapi, kamar ini sekarang aku yang menempati! Dan asalkan kau tahu, aku ini wanita! Aku butuh privasi! Dan kau tidak sopan, seenaknya langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu!"
Jayanegara dibuat terdiam oleh Acha, gadis itu ada benarnya juga sih. Ia sebagai Raja seharusnya bisa bersikap lebih sopan dan santun. Apalagi Acha seorang wanita, dan bagaimana jika Jayanegara masuk di waktu yang tidak tepat.
Dengan menggaruk tengkuk yang tidak gatal, serta sebuah senyuman kikuk, Jayanegara lantas mengatakan kata maaf. "Demi Sang Hyang Widhi, maafkan aku Acha. Lain kali aku akan mengetuk pintu terlebih dahulu."
Gadis itu kemudian mengangguk, "Oke, kali ini aku maafkan. Awas saja jika kau mengulangi kesalahan yang sama!" peringatan itu dilontarkan oleh Acha, dan Jayanegara mengiyakan saja.
"Acha, kau sudah tahu tentang pesta ulang tahun yang akan diselenggarakan di istana ini?" tanya Jayanegara, sang Raja kini duduk berhadapan dengan Acha.
"Iya, aku tahu. Tadi manusia beton sudah memberitaku." balas Acha, acuh.
"Hah? Apa katamu? Manusia beton? Siapa dia?"
Bingung. Itu yang dirasakan oleh Jayanegara saat ini. Astaga, Acha... Jayanegara mana tahu siapa orang yang Acha maksud.
Acha nyengir dan terkekeh pelan, "Eh, maksudku itu Gajah Mada. Dia tadi telah memberitahuku bahwa akan ada pesta ulang tahun di istana ini. Katanya, ndoro putri yang akan berulangtahun. Benarkah itu?"
"Ya, itu benar. Acha, segeralah kau bersiap. Aku ingin memperkenalkanmu kepada seseorang."
"Apa? Siap-siap? Memang harus? Aku kan sudah tampil dengan rapi!" Acha berseru.
"Sudahlah, Sinta dan Sarah akan membantumu... Aku tunggu di luar." kemudian, setelah mengatakan itu Jayanegara pun berlalu pergi dan tak lama, Sinta dan Sarah pun memasuki kamar Acha.
__________
"Jay, sebenarnya kau ingin membawaku kemana dan bertemu siapa?"
Sepanjang perjalanan, Acha senantiasa menanyakan hal yang sama. Jayanegara tidak mengatakan apapun, pria itu hanya menatap Acha dan memperlihatkan senyumannya.
"Kita sudah sampai." ujarnya, di hadapan mereka kini ada sebuah ruangan yang cukup besar.
Pintu ruangan pun dibuka oleh dagang istana, Jayanegara melangkah masuk dan diikuti pula oleh Acha yang berada di sampingnya.
Ruangan ini mirip seperti kamar Jayanegara, namun terlihat lebih feminim. Saat Acha masuk, wangi dari bunga melati masuk ke dalam indera penciumannya.
"Kangmas?²⁰" terlihat figur sosok wanita dengan pakaian ala-ala seorang putri jaman dulu. Rambutnya yang panjang dan tersisir rapi, juga sebuah mahkota kecil ala seorang putri terlihat anggun terpasang di kepalnya.
"Iya, nimas?²¹ Ini kangmas, kenapa kau terkejut?" Jayanegara menghampiri gadis itu, sedangkan Acha masih diam di tempatnya.
"Demi Sang Hyang Widhi, tentu saja aku terkejut melihat kangmas datang ke sini tanpa bilang terlebih dahulu kepadaku. Kalau aku tahu kangmas akan datang, pasti aku akan menyambutmu." senyuman cantik terukir, membuat paras itu semakin terlihat menawan.
"Tidak perlu repot-repot seperti itu, nimas. Kangmas kemari hanya ingin mengenalkan seseorang kepadamu. Acha, kemarilah!" panggilan Jayanegara membuat Acha mengulas senyum lantas melangkah mendekat ke arah raja Majapahit tersebut.
"Dia siapa, kangmas?" tanya gadis itu.
"Dia Dyah Acha Girinata, nimas. Dialah gadis yang kutemukan tempo hari, dan membuat heboh seisi istana ini..." sahut Jayanegara, memperkenalkan Acha.
"Wah, jadi kau Dyah Acha Girinata? Senang bertemu denganmu! Namaku Dyah Gitarja! Aku adalah adik kangmas Jayanegara..." Dyah Gitarja tersenyum sumringah tatkala melihat Acha, ia lantas menghampiri Acha.
Sedangkan sang Dyah Acha Girinata, diam-diam menghembuskan napas lega ketika mendengar pernyataan dari Dyah Gitarja yang mengatakan bahwa dia adalah adik dari Jayanegara.
"Hai, Gitarja. Salam kenal, kau bisa memanggilku Acha."
Mereka pun saling melempar senyuman, ditengah perkenalan itu. Besok-besok, Dyah Gitarja akan menjadi tokoh yang sangat berperan penting dalam pemerintahan Majapahit. Namanya akan terukir manis di dalam sejarah. Dan akan dikenang sepanjang masa.
Author Note :
Hallo! Kembali lagi bersama denganku, Lily! Akhirnya aku update lagi, Yeay!
Makasih buat teman-teman semua yang sudah support cerita ini, dan yang sudah menunggu aku update! Aku seneng banget atas apresiasi dan komentar positif dari kalian! Makasih banyaaak!!! (≧▽≦)
Jangan lupa selalu vote, komen, jangan lupa follow dan share juga cerita ini ke temen-temen kalian! Maaf kalo ada typo ya! Hehe;))
__________
#FORYOURINFORMATION!
¹⁸ = Abdi dalem (Hanacaraka:꧋ꦲꦧ꧀ꦢꦶꦢꦊꦩ꧀꧉) merupakan orang yang mengabdikan dirinya kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang ada. Abdi dalem berasal dari kata abdi yang merupakan kata dasar dari "mengabdi" dan dalem atau ndalem yang bisa diartikan sebagai kata ganti untuk penyebutan "sunan/sultan (raja)".
¹⁹ = Menurut KBBI ndoro memiliki 2 arti, 1. sapaan kepada orang bangsawan atau majikan; 2. majikan.
²⁰ = Menurut KBBI kangmas berarti kakanda; kakak (laki-laki).
²¹ = Menurut KBBI nimas berarti adinda; adik (perempuan).
_________
Follow;
Wattpad: lysprecieux
Instagram: @lyxmintchoco
©lysprecieux
Sabtu, 08 Agustus 2020 21:58 WIB.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro