Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Apa ini mimpi?

"Tadaima~ ah, pasti Yuu-kun masih tidur. Dia bahkan tidak tahu kakaknya menguncinya di rumah sendirian," ucap Dichan sambil membuka sepatunya.

"Tadaima. Apa dia tidak kuliah hari ini?" tanya Kazuna sambil meletakan kantong belanja, namun diambil oleh Dichan.

"Uh? Dia bilang ada jadwal kuliah malam hari ini, makanya kemarin malam dia bergadang. Kali ini biar aku saja yang bawa, yeay~ ayo masak~" jawab Dichan yang langsung lari menuju dapur sambil mengotong kantong belanja.

Dichan terlihat mengeluarkan belanjaanya dari kantong sambil bersenandung.

"Jadi, ingin memasak apa?" tanya Kazuna begitu masuk ke dapur.

"Ada tiga jenis, udang saus tiram, bakwan jagung, dan sup bayam. Mau buat yang simple tapi mengenyangkan. Apalagi temanya bento," ucap Dichan sambil memberikan Kazuna celemek. "mohon bantuannya yah leader~" lanjutnya sambil tersenyum

Kazuna hanya tersenyum dan menaggguk sekali. Diambilnya celemek warna coklat yang diberikan dan mengenakannya.

"Bantu aku menyuci sayur..." pandangan Dichan tidak sengaja melihat seekor kelinci putih dengan corak blonde sedang berkeliaran dibelakang rumah.

"Nu-nuel?! Aish ... kelinci nakal itu berhasil kabur lagi dari kandangnya," ujar Dichan sambil meletakan celemeknya lagi dan berjalan keluar lewat pintu belakang.

Sang kelinci yang merasakan kehadiran majikannya, langsung lari kabur ke arah semak-semak yang berada tidak jauh dari majikannya berdiri.

"Nuel ... jangan kabur kau kelinci nakal!" seru Dichan mengejar Nuel yang masuk ke dalam semak-semak.

Terlihat sang gadis mencari-cari Nuel. Hingga tidak sadar masuk ke dalam hutan kecil yang berada di belakang rumah.

Kazuna yang memanggil nama Dichan, namun tidak di perdulikan. Dichan berjalan ngedap-ngendap begitu melihat Nuel berhenti di depan sebuah pohon dengan lubang yang lumayan basar.

"Kena kau ..." guman Dichan hendak menangkap Nuel. Begitu Dichan lompat ingin menangkap Nuel, dengan cepat pula si kelinci kecil itu masuk ke dalam lubang pohon.

"Aishh ... cerdik juga kau anak nakal," omel Dichan sambil bangun dan menepuk bajunya

"Sudah mendapatkan kelincinya?" tanya Kazuna yang kini berjalan menghampiri Dichan.

"Belum, dia malah ngumpet di dalam lubang pohon itu," jawab Dichan sambil menunjuk lubang pohon besar.

"Biar aku yang coba menangkapnya," kata Kazuna sambil berjongkok dan melihat ke dalam lubang pohon tersebut.

"Tidak terlihat apapun, sebaiknya aku--" ucapan Kazuna terpotong begitu tubuhnya seaakan terseret masuk ketika hendak mengambil ponsel dari sakunya.

"Kazu!" seru Dichan dengan sigap menahan pinggang Kazuna namun karena belum siap menarik beban berat hingga ia pun ikut terseret masuk ke dalam lubang.

Mereka berdua terjatuh dan kemudian, mendarat di sebuah tumpukan benda berwarna putih mirip seperti awan.

"Dichan, kau baik-baik saja?" tanya Kazuna sambil bangun dari posisinya

"I-iya, tapi ada di mana kita? Kenapa ada tempat seperti ini di dalam lubang pohon? Apa ini mimpi?"

"Dari yang kita rasakan tadi, sepertinya ini bukan mimpi." Kazuna mendongak ke atas dan terlihat hanya ada langit-langit berwarna biru gelap.

Bagaimana bisa mereka berada di tempat yang sangat asing. Dichan melihat kelincinya melompat-lompat turun dari putih-putih seperti awan ini.

"Nuel!" panggil Dichan langsung bangun

"Kazu, itu Nuel. Ayo kita kejar," kata Dichan sambil mengejar Nuel

Karena tempat yang diinjak oleh mereka tidak sabil, hingga beberapa kali Dichan terjatuh. Mereka berhasil turun dari tempat itu dan sayang Dichan kembali kehilangan jejak kelincinya.

"Aku heran, dia itu kelinci apa kilat cepat bener larinya," omel Dichan sambil melihat kesana-kemari.

"Sebaiknya kita mencari tempat berlindung karena ..."

"Karena?" ulang Dichan dan tepat saat itu juga hujan langsung menguyur mereka berdua.

"Hujan turun," sambung Kazuna dan Dichan mendongak ke atas. "Oh ..."

"Heh?! Kok hujan?! ... ka-kalau gitu ayo kita cari tempat berteduh sebelum basah semua," ujar Dichan panik sambil menarik Kazuna entah kemana.

Sepanjang mereka berlari kecil, tidak ada satu pun tempat yang bisa dijadikan tempat berteduh. Pohon-pohon terlihat tidak memiliki daun, dan hanya ada tanaman jamur aneh berwarna-warni berukuran setinggi lutut.

"Bagaimana ini?! Tidak ada tempat yang bisa menjadi tempat berteduh kita," ujar Dichan semakin panik

Kazuna tidak sengaja melihat sebuah rumah sederhana yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Ikut aku," kata Kazuna dan kali ini dia lah yang menarik Dichan menuju rumah yang dilihatnya tadi.

Dichan menghela nafas lega begitu mereka berhasil mendapatkan tempat berteduh. "Akhirnya dapat juga, walaupun sudah terlambat karena badan kita basah semua," ucap Dichan sambil memeluk dirinya sendiri.

"Dingin yah? Bagaimana kalau kita coba minta tolong sama orang rumah ini? Semoga dia mau menolong kita," saran Kazuna dan Dichan hanya bisa mengangguk cepat sebagai jawaban.

Ketika Kazuna ingin mengetuk pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka dan menampilkan figur seorang wanita tua.

"Oh, ada pemuda tampan yang datang. Masuklah, sepertinya kau kehujanan," kata wanita tua itu sambil membuka pintunya lebih lebar.

"Terima kasih. Tapi nenek, apa boleh temanku juga ikut masuk? Dia sudah mengigil kedinginan," ujar Kazuna sambil menoleh ke belakang di mana Dichan sedang memeluk dirinya sambil tersenyum cangung ke arah sang nenek.

"Tentu. Tentu saja nak, ayo cepat masuk nanti kalian bisa sakit," jawab sang nenek sambil mempersilahkan kedua orang tersebut untuk masuk.

"Lette, Lette ... di mana kau? Cepat kemari," panggil sang nenek dengan nada suara agak besar.

Seorang gadis yang sepertinya seumuran dengan mereka, datang menghampiri sang nenek. "Yah ampun, tuan kehujanan yah," ucap gadis bernama Lette tersebut.

"Jangan banyak bicara, cepat antar pemuda ini ke kamar tamu. Biar gadis ini bersamaku untuk menganti bajunya. Ayo, nak," ucap Sang nenek sambil menuntun Dichan ke arah yang berbeda.

Dichan sempat menoleh ke arah Kazuna. Terlihat Kazuna mengangguk dan mengisyaratkan untuk ikut sang Nenek sementara ia tengah bersama Latte.

Dichan dibawa ke sebuah ruangan yang sepertinya tidak terurus. Terlihat dari banyaknya debu dan juga sarang laba-laba di langit-langit.

"Maaf kalau ruangannya tidak bagus, aku harap kamu betah di sini. Baju gantinya ada di lemari," ujar sang nenek sambil berjalan keluar kamar.

Sebelum pintu kamar di tutup, Dichan mendengar ucapan terakhir sang nenek. "Akan lebih bagus kalau kau tidak ada disini dan segara pergi."

Hal itu membuat tanda tanya besar di kepala Dichan. Mendadak, perasaan Dichan tidak enak terutama soal Kazuna. "Ada yang aneh," guman Dichan sambil berjalan ke arah lemari.

Tapi begitu dibuka sedikit lemarinya. Beberapa ekor kecoa lari keluar membuat Dichan langsung berjingit karena kaget.

"Benar-benar ada yang tidak beres," batin Dichan kemudian dengan cepat berjalan ke arah pintu.

"Terkunci? Ini mencurigakan," guman Dichan sambil melihat sekeliling dan menemukan jendela kecil.

Sebuah senyum terukir di bibirnya. "Kalian kira bisa mengurungku begitu saja?" batinnya

Bersambung ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro