Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22. Jujurlah!

Happy Reading
.
.
.

"Namaku Nakajima Atsushi"

"Izumi Kyouka"


"Yoroshiku Onegaishimasu." Mereka bersorak berbarengan disertai membungkuk tigapuluh derajat.

"Kalian jangan terlalu kaku ya," kata Yosano dengan menepuk-nepuk pundak salah satu dari mereka. "Santai saja"

"Sayangnya tidak bisa seperti itu Yosano-san." Kunikida membetulkan kacamatanya. "Semua anggota detektif harus punya tata krama dan mengikuti semua peraturan di klub maupun di sekolah." Jelasnya dengan mata yang memicing tajam.

"Tidak seperti itu juga sih Kunikida"

"Harus!! Kalau tidak maka akan muncul orang-orang yang tidak bertanggung jawab," katanya dengan memicingkan mata kearah pemuda yang duduk santai sambil memakan cemilannya.

"Sudahlah, aku akan lihat data kalian dulu, oke?"

Dan begitulah saat Yosano mulai memperhatikan tiap-tiap data dari tiga anggota baru anak kelas satu itu. Memang untuk klub detektif ini pemilihannya sangat selektif bahkan tidak asal pilih-pilih bukan hanya kelas A melainkan harus punya sesuatu yang entah apa.

"[Yourname]-chan?"

Tersentak kaget [Yourname] menemukan Naomi yang sudah berada didekatnya padahal tadi dia sedang bergelayut manja dengan kakaknya.

"Ya?"

"Ada apa? Sepertinya kau banyak pikiran." Tanya Naomi menatap [Yourname] khawatir.

"Tidak kok"

"Kau masih bertengkar sama Ranpo-san?" Naomi mengerling kearah Ranpo dan itu sukses membuat [Yourname] menggeleng.

"Tidak ada yang bertengkar disini," sanggahnya membuat Naomi cemberut.

Tiba-tiba [Yourname] mengangkat tangan dan semua perhatian kali ini beralih padanya.

"Ada apa?"

"Maaf menggangu Yosano-san, tapi aku ingin izin ke toilet," pinta [Yourname]. Yosano menyetujuinnya.

"Silahkan"

Dengan itu [Yourname] keluar meninggalkan Naomi yang masih menatapnya penasaran bahkan Ranpo yang pada saat itu sibuk memakan cemilannya diam-diam memperhatikan dua orang gadis yang tadi berinteraksi sampai salah satunya keluar.

••••••

[Yourname]'s Pov

Ada yang ingin kamu pastikan tentang ucapan Ranpo dan Dazai pada saat itu dan saat inilah waktu yang tepat, ketika kamu berada di dekat toilet perempuan, matamu langsung bertemu dua orang gadis yang sewaktu itu pernah menyirammu.

"Permisi.."

Dua orang gadis itu melihat kearahmu dan benar saja mereka langsung menghindarimu. "Tunggu sebentar," kamu menahan salah satu dari mereka.

"Tolong lepaskan, aku tidak mau berurusan denganmu lagi," katanya memohon dan itu membuatmu semakin menahan mereka.

"Aku akan melepaskanmu sebelum kalian menjawab pertanyaanku," ucapmu serius.

Seperti menyetujuimu mereka saat ini tidak memberontak, hal itu membuatmu melepaskan tangan salah satu diantara mereka.

"Kenapa kalian begitu takut denganku?" Tanyamu.

Mereka berdua hanya saling pandang dan diam, sama sekali tidak menjawab, sesuai yang kamu duga, akan sulit membuat mereka berbicara.

"Apa karena Dazai?"

Tiba-tiba dua orang itu berjengit mendengar kata Dazai dan itu sudah membuktikan apa yang kamu inginkan.

"Tunggu [Yourname]-san, tolong jangan libatkan kami," katanya memohon, kamu yang melihatnya hanya mengangguk, kemudian pergi dari sana.

Beberapa saat kamu berpikir setelah meninggalkan dua orang gadis yang dulu pernah mengerjaimu, sepertinya saat ini kamu harus menemui orang yang bersangkutan, akan tetapi pasti orang itu akan menghindar atau mungkin menatapmu dengan tatapannya yang membunuh.

Jadi kamu harus bagaimana? Apakah membiarkan dan seolah-olah tidak tau? Tapi kamu sangat penasaran dengan alasan mengapa Dazai melindungimu sampai seperti itu.

"Ingin bertemu Dazai?"

Kamu menoleh kearah sumber suara dan terkejut. "Ah.. dokter?"

Ternyata itu adalah Dokter Odasaku dengan setelan baju formalnya. "Kenapa Dokter ada disini?" Tanyamu heran sedangkan yang ditanya tersenyum tampan.

"Aku ada sedikit urusan disekitar sini, karena sepertinya sekolah juga tidak ada kegiatankan selain penerimaan siswa baru jadi aku memutuskan untuk melihat-lihat," jelas Odasaku, kamu mengangguk walau masih sedikit ada yang janggal.

"Ngomong-ngomong kau ingin bertemu Dazai?" Odasaku bertanya dan kamu tanpa sadar mengangguk lalu beberapa saat kemudan menggeleng. "Ah itu.." kalimatmu tersendat karena bingung ingin berkata apa.

Odasaku tersenyum lagi. "Ikutlah aku," ucapnya.

"Eh tapi aku masih sekolah"

"Untuk kali ini biarkan aku yang bertanggung jawab atas bolosmu," dia tersenyum sangat menawan hingga membuatmu silau.

"Baiklah"

Setelah itu kamu dan Odasaku pergi menggunakan mobil dokter itu, lagi-lagi kamu dibuat kagum, karena mobilnya sangat bagus dan bersih, memang seorang dokter itu beda ya.

"Ano.. Dokter"

"Panggil Odasaku saja," ralatnya.

"Ah Odasaku-san, kita mau kemana?"

"Ke tempat dimana orang itu tidak bisa menghindar."

"Eh?" Kamu jelas tidak mengerti, bukankah tadi Odasaku ingin mengajakmu bertemu Dazai, dan jelas kamu tau bahwa pemuda itu tidak ada di sekolah, bahkan setelah acara pembukaan kemarin, pemuda itu langsung lenyap dan tidak terlihat dimanapun.

"Nah sudah sampai"

Kamu melihat kearah depan. "eh disini?" Tanyamu.

"Turunlah, ganti pakaianmu"

Mau tidak mau kamu hanya bisa menuruti perintah Odasaku, entahlah walaupun curiga tapi rasanya Dokter muda itu tidak akan jahat padamu. Mungkin.

"Ini." Odasaku memberikan sebuah bungkusan yang kamu yakini berisi pakaian, semakin mencurigakan apalagi tempat ini juga mendukung.

"Gantilah di toilet"

Akhirnya kamu memutuskan untuk mengganti di toilet, tidak ada yang aneh dengan isinya, hanya ada sweater rajutan berwarna merah dan hitam serta celana casual panjang selutut. Kamu memakainya dan merapikan rambutmu.

Setelah semua sudah rapih, kamu memutuskan untuk keluar dan sungguh mengejutkan Odasaku tidak ada disana. Baiklah bisa kamu jelaskan lokasi saat ini. Kamu berada di restoran yang ada di dalam hotel, agak sedikit ambigu ketika mobil Odasaku berhenti di depan hotel tadi, akan tetapi ketika dia memutuskan untuk menyuruhmu ganti baju dan kamu juga melihat Odasaku duduk disalah satu kursi, sudah jelas dia harusnya masih menunggumu.

Mencari-cari keberadaan Odasaku, jelas membuatmu pusing, kamu memutuskan untuk menunggunya di salah satu kursi restoran tersebut, ingin memesan sesuatu tapi kamu sedang berhemat, apalagi pekerjaan yang diberikan oleh Zombie masih belum jelas kelanjutannya bahkan gajipun belum ada.

"Sumimasen"

Seorang pemuda yang sekiranya berumur dua puluhan mendatangimu dan bertanya. "Apakah kau tau dimana letak toilet?" Tanyanya. Kamu langsung menjelaskan, pemuda itu mengangguk berterimakasih, entahlah kamu juga tidak mengerti apakah sesulit itu mencari toilet.

Menit demi menit berlalu, dan ini sudah lima belas menit, kamu jadi merasa ragu mungkinkah Odasaku sedang mempermainkannya.

Memutuskan untuk tidak ingin menunggu lagi dan lebih baik pulang ke rumah, karena kalau ke sekolah tidak mungkin, pasti Kunikida akan menyemprotnya dengan kalimat sadis.

Tiba-tiba seseorang yang kamu tidak duga datang dengan sedikit terengah, bahkan kamu tidak tau mengapa dia seperti itu.

"Z-Zombie?"

Zombie atau Dazai melihatmu dengan matanya yang memicing, lalu kemudian dia menghembuskan nafasnya, seperti merasa lega atau apapun itu.

"Kauu.. kenapa kau ada disini?" Dazai malah bertanya, harusnya kamu yang mempertanyakan itu.

"Harusnya aku yang ber--"

"Jawab saja"

Terkesiap. Kamu langsung menjawab "Odasaku-san mengajakku"

Dazai mendecih, dia langsung berbalik membuatmu bingung, tapi kamu mengikutinya. Kalian berjalan menuju tempat parkir mobil yang terletak tepat berada disamping hotel.

"Zombie, kenapa ada disini?"

"Lewat"

"Oh"

"Kenapa kau bolos?"

"Perlukah aku memberikan kaca padamu?" Tanyanya sarkas, lalu dia masuk ke mobil tanpa kata-kata lagi, kamu yang melihatnya hanya bisa menghela nafas, sepertinya berbicara padanya akan sulit.

Dan saat ini kamu harus pulang tanpa membawa apapun, rasanya menyesal menerima tawaran Odasaku tadi.

"Masuklah"

Tunggu. Suara apa itu? Kamu melihat kearah Dazai yang saat ini sudah membuka kaca mobilnya.

"Masuk," katanya lagi.

Tidak ingin membuatnya menunggu dan semakin rumit, kamu memutuskan untuk masuk ke kursi yang ada disebelahnya, lalu memakai sabuk pengaman dan duduk seperti anak kecil yang penurut.

Mobil dijalankan dan kalian hanya diam, bahkan ini adalah suasana yang cukup canggung setelah semua yang terjadi.

"Aku mendengar ucapanmu dan Ranpo kemarin," katamu dengan cepat, rasanya kamu juga tidak mau ini berlarut-larut.

"Apakah benar kau yang melakukan itu semua?" Tanyamu, tentu saja tidak melihat kearah Dazai.

Tidak ada suara dari pemilik mobil ini, membuatmu hanya menunggu dengan harap-harap cemas.

"Apa urusannya denganmu jika tau semuanya?" Suaranya yang datar itu membuatmu melihat kearahnya yang masih fokus menyetir.

"Kenapa kau melakukan itu?"

"Hanya ingin"

"Tidak mungkin, sampai semua yang kau lakukan, rasanya sangat tidak masuk akal jika alasannya itu." Katamu dengan cepat penuh penolakan karena itu sungguh tidak masuk akal.

"Lalu apa yang kau harapkan? Aku berkata menyukaimu?" Nadanya masih datar tapi justru itu membuatmu terkejut.

"B-bukan itu maksudku, a-aku hanya penasaran"

"Penasaranmu itu lebih baik kau simpan, sekarang fokuslah pada kegiatanmu, sudah kubilang jangan pernah ikut---"

Tiba-tiba mobil yang berada di depan berhenti mendadak dan sukses membuat Dazai refleks menginjak remnya, hal itu menyebabkan kamu dan Dazai terdorong ke depan, untungnya ada sabuk pengaman.

Diam beberapa saat, pengemudi yang berasal dari mobil penyebab kalian nyaris celaka itu keluar dan mengetuk kaca mobil Dazai, membuat pemuda yang sering kamu panggil zombie ini keluar hanya untuk berbicara dengan sang pengendara.

Mata pengemudi itu lalu melihatmu dan mengatupkan tangan pertanda maaf, kamu hanya mengangguk, lalu tidak berapa lama Dazai masuk lagi ke dalam dan menjalankan mobilnya, meninggalkan pengemudi itu, untung saja jalanan sedang lenggang jika tidak sudah terjadi kecelakaan beruntun.

"Zombie"

Kamu melihat mata Dazai yang saat ini sedang menatap spion mobil seperti mengawasi sesuatu yang ada di belakang.

"Dazai?" Panggilmu lagi merasa aneh dengan tingkah laku pemuda disebelahmu ini.

Akan tetapi bukannya menjawab, Dazai malah memasang earphone tanpa kabel ditelinga kanannya, seperti menghubungi seseorang.

"Hirotsu"

"Temui aku di Hotel yang ada di jalan XXX, lalu pesan kamarnya atas namamu"

Kamu semakin bingung ketika mobil Dazai malah berbalik ke jalan yang sebelumnya kalian lewati, ingin bertanya tapi ngeri karena melihat ekspresi Dazai yang sangat serius.

Kalian memasuki hotel yang sebelumnya kamu datangi tadi, lalu memarkirkan mobil di lantai bawah, padahal ada parkiran samping hotel, kamu tidak tau mengapa Dazai lebih memilih kearah situ.

Dazai menyuruhmu turun atau lebih tepatnya menyeretmu untuk keluar dari mobil, sebelumnya dia berbisik dengan nada mengancam. "Jangan bertanya bila ingin hidup."

Kamu hanya bisa terdiam dan mengikuti langkah Dazai yang cepat, karena tangan kananmu ditarik olehnya, setelah itu Dazai dan kamu menuju meja resepsionis.

"Kamar atas nama Hirotsu." Dazai berbicara terhadap resepsionis hotel itu, awalnya perempuan dengan seragam hotel itu melihat penuh minat kearah Dazai karena terlihat dari matanya yang berbinar, akan tetapi setelah melihatmu dia langsung terlihat lesu.

Perempuan itu memberikan kuncinya, aneh sekali dia tidak menanyakan kartu tanda pengenal untuk menanyakan umur.

Ketika sedang berpikir, langkahmu kembali diseret untuk menuju lift, pada saat itu lift lenggang, kalian hanya berdua di dalam lift itu.

"Kenapa kau membawaku kesini?"

Kamu tidak tahan untuk bertanya, mata kamu dan Dazai bertemu beberapa saat sebelum dia memutus kontak.

Bukannya mendapat jawaban Dazai malah masih diam dan itu membuatmu kesal, sudah dibawa-bawa kesini tapi tidak ada kejelasan.

Ting

Lift terbuka, kamu dan Dazai keluar tepat di lantai empat, mengikuti langkah pemuda yang sedang bermain diam-diaman padamu.

Dazai membuka pintu salah satu kamar menggunakan kartu pada kunci yang diberikan oleh resepsionis tadi. Dia mengerlingkan matanya memberikan kode supaya kamu masuk tapi kamu hanya diam, tentu saja memangnya ada seorang gadis yang tidak awkward ketika diajak masuk oleh seorang pria?

Tapi bukan namanya zombie bila tidak punya perasaan, dia langsung menarikmu begitu saja dan menutup pintu dengan kasar, mengurungmu dengan tangannya, mengintimidasi.

"Sudah kubilang diam dan turuti saja aku"

"Bagaimana bisa aku begitu? Kau aneh dan mencurigakan"

"Tapi kau akhirnya ikut juga, bukan?" Dazai menatap datar tapi pertanyaannya itu membuatmu tersadar dengan apa yang kamu lakukan.

"Sekarang lebih baik kau berpura-puralah menjadi gadis yang merayuku," katanya dengan ekspresi yang menyebalkan, kamu membulatkan matamu, terkejut.

"Hah? Untuk apa aku melakukan hal itu, tidak mau." Tolakmu.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku yang memulai duluan, hm?" Dazai menaikkan sudut bibirnya, senyumnya miring seperti zombie yang baru bangkit dari tanah.

"Jangan macam-macam, huaaa"

Dazai tiba-tiba mengangkatmu seperti menggendong anak kecil, dia melemparkanmu ke tempat tidur berukuran besar, senyumnya masih sama seperti tadi malah lebih menakutkan.

"Come on," nada suaranya terdengar main-main, kamu menyilangkan tangan di dadamu, ketika dia berada diatasmu, tatapannya kini benar-benar seperti berbeda dari sebelumnya, kamu jadi takut jangan-jangan Dazai kerasukan penunggu hotel ini.

"Zombie sadarlah, kau kerasukan ya," tanpa sadar kamu mengucapkan itu membuat ekspresi Dazai berubah datar.

"Siapa yang kerasukan?" Dia mendesis tidak suka. "Inilah aku sesungguhnya," tambahnya lagi dengan wajah yang berada tepat beberapa senti darimu. Kamu ingin menahan wajahnya tapi tangannya sudah sigap mencekal kedua tanganmu.

"Dengar." Dia bersuara lagi. "Jangan pernah ikut campur dengan urusanku setelah ini, karena aku..." Suaranya menggantung, matanya tepat menatapmu, dengan hidung nyaris bersentuhan, "Jahat." Lanjutnya

Kamu terkesiap beberapa saat dengan kalimat itu, bukan karena itu ancaman atau tidak, tapi kata-kata itu seperti familiar.

"Jangan mengikutiku lagi, aku ini jahat"

"Tidak, itu tidak benar, Osamu-kun tidak jahat, dia sangattttt baikk"

Tes

Tes

Kamu merasakan rasa hangat mengalir menuju pipimu, kepalamu tiba-tiba sakit.

"Kenapa?" Nada suaramu parau, rasanya sesak di dadamu, matamu kembali fokus dengan pemuda yang sedari tadi masih setia menatapmu.

"Kenapa rasanya sakit?"

Kamu tidak tau mengapa bertanya seperti itu, tapi setelah kamu mengatakan itu Dazai malah bergerak menjauhimu, dia memutuskan kontaknya secara sepihak. Kamu menahannya dengan menggunakan tanganmu yang sudah bebas, menarik baju yang dia pakai.

"Kalau kau jahat, kau tidak perlu mengatakan itu!" Suaramu naik, air matamu terasa mengalir semakin deras. Mengapa rasanya seperti sakit, tidak hanya kepala tapi sesuatu di dalam rongga dadamu ikut berdenyut.

Suara yang ada di kepala membuatmu terasa ingin mencari tau, karena dari suara itu dia merasakan bahwa ada sesuatu yang berarti disana.

"Tidak. Kau tidak jahat.." katamu menjeda kalimat, matamu menatap pemuda yang saat ini ekspresinya berubah kaget. "O..Osamu-kun sangat baik," lanjutmu lagi mengulang kalimat yang ada dikepalamu.

Kamu tidak tau siapa Osamu secara pasti, tapi setelah mengucapkan hal itu rasa sesak di dadamu terasa terangkat sedikit demi sedikit.

"Dazai Osa..."

Suaramu tertahan, bukan karena kamu tidak ingin melanjutkan, melainkan bibirmu ditahan oleh sesuatu yang kamu tau itu punya siapa.

Bibir Dazai.

Hanya kecupan tapi itu membuatmu terbungkam seribu bahasa, kamu melihat Dazai yang kini ekspresinya berubah seperti ada rasa hangat sekaligus sakit disana.

"Jangan ucapkan itu"

Jari-jari tangannya menyeka air matamu yang ada di bawah, lalu turun ke pipi.

"Setelah ini, aku mohon jangan temui aku lagi, jangan bertanya soal apapun," ucapnya seperti memohon padamu, bahkan setelah mengucapkan itu, dia bergerak untuk menjauhimu lagi, lantas untuk kedua kalinya kamu menahan, kali ini bukan hanya menahan lebih tepatnya menarik hingga Dazai benar-benar nyaris jatuh diatas tubuhmu, bila tidak dengan refleksnya yang bagus menahan dengan salah satu tangannya.

"Aku tidak ingin"

Setelah mengucapkan itu kamu mendorong belakang kepala Dazai menggunakan tanganmu yang satunya, bibir kalian bersentuhan lagi. Mungkin ini terlihat memalukan untukmu, tapi kamu hanya ingin menghilangkan rasa sesak, kata-kata itu sungguh menyakitkan untuknya, seperti Dazai akan benar-benar hilang dari hadapannya.

Kedua tanganmu kini sudah berada pada leher Dazai, menariknya semakin mendekat, ini bukan ciuman penuh nafsu, lebih tepatnya seperti rasa tidak ingin ditinggal.

Kamu merasakan Dazai yang semulanya kaku, tiba-tiba menarikmu semakin mendekat, bibirnya yang semulanya diam kini terbuka dan kalian benar-benar berciuman tanpa ada pemisah. Lidah saling bertaut, menjilat, menghisap, hingga menimbulkan lenguhan maupun geraman.

Setelah pasokan udara menipis, pangutan kalian terpisah, menyisakan benang-benang saliva seperti saksi ciuman kamu dan Dazai.

"J-jadi kau itu Osamu-kun?" Tanyamu setelah mengatur nafas.

"Jangan bertanya jika kau tidak tau Osamu itu siapa." Dia mendengus dan mengalihkan pandangan kearah lain.

"Memang! Tapi aku yakin, suatu saat aku akan ingat semuanya," katamu lagi. "Jadi benarkan kau Osamu-kun? Kalau benar kau harus cerita semua masa laluku," ucapmu dengan nada antusias, rasanya seperti melihat pelangi sehabis badai.

"Terserah kau saja." Dazai beranjak dari kasur dan mengecek ponselnya, dia terlihat menghubungi seseorang, dan kamu hanya menatapnya.

"Ayo"

"Ayo?" Tanyamu kepada Dazai, karena setelah dia memutuskan panggilan telepon itu, dia berkata seperti itu.

"Ikuti saja aku dan jangan banyak bertanya"

Setelah itu kamu hanya pasrah mengikutinya keluar dari ruangan dan menuruni tangga darurat.

Entah apa yang terjadi, kamu juga tidak mengerti dan sepertinya Dazai juga tidak mau repot-repot menjelaskannya.

To be continued

Aku gatau ini jadi kemana-mana, kayaknya aku harus bersemedi lagi buat nerusin cerita ini. Walaupun aku udah punya gambaran konflik dan endingnya sih.

Vote dan komen skuy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro