21. Kembali
Happy Reading
.
.
.
Bulan demi bulan berlalu, saat ini sudah memasuki musim semi pertanda awal tahun sudah dimulai kembali, tanpa terasa kamu sudah satu tahun berada di sekolah ini dan akhirnya tingkatan kelasmu naik, seperti biasa hal itu ditandakan dengan logo di rompi sekolahmu yang diganti dengan angka dua.
"Selamat pagi [Yourname]-chan"
"Selamat pagi"
Kamu menyapa Naomi yang baru masuk ke kelas, sepertinya hati gadis itu sedang berbunga-bunga, padahal tadi kita baru saja selesai upacara pembukaan dan sekaligus penyambutan siswa baru dan lagi-lagi hanya wakil kepala sekolah yang berpidato, entah kepala sekolah masih belum terlihat dan menjadi misteri.
"Ne ne [Yourname]-chan"
"Ya?"
"Nanti kita ke lapangan indoor ya"
"Untuk apa?" Tanyamu bingung dan itu membuat Naomi langsung menepuk bahumu dengan pandangan aneh.
"Kau itu selalu ketinggalan informasi ya," ucap Naomi dengan menggelengkan kepalanya.
"Bukan salahku, kau saja yang terlalu banyak informasi," katamu dingin.
Naomi terkekeh, sepertinya dia terlihat bangga. "Baiklah karena aku sahabatmu, akan aku beritau, bahwa tiga hari ini kita free class"
Kamu menatap malas. "Itu sih aku sudah tau"
"Nah berarti kau tau dong, akan ada demonstrasi untuk kegiatan ekskul." Naomi menatapmu dengan berbinar, sedangkan kamu hanya bisa bilang "oh"
"Tapi klub detektifkan tidak ikut demonstrasi," katamu dengan mengingat-ngingat perkataan Yosano bahwa klub detektif itu khusus dan hanyalah orang-orang terpilih.
"Maka dari itu, tiga hari ini kita bebas dan kau tau apa yang lebih menarik." Naomi mendekatkan wajahnya kearahmu.
"Apa?"
"Kelas A akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan klub," kata Naomi dengan riang, sedangkan kamu hanya diam.
"Lalu?"
"Tentu saja onii-chanku juga akan ikut dong," tambahnya dengan berbunga-bunga, melihat itu kamu hanya mengalihkan pandangan kearah lain.
"[Yourname]-chan kenapa kau tidak senang?"
"Aku tidak senang dengan ke-sisconanmu"
"Ihh menyebalkan"
Naomi mendengus, tapi kemudian merajuk. "[Yourname]-chan ayolahh"
"Kau sendiri saja, aku sedang ingin dikelas." Jawabmu malas.
"Tapi ada Ranpo-san lho"
"Tidak peduli"
"Kalau Dazai-san?"
"Tidak"
Jika mendengar nama itu entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hatimu, rasa penasaran masih ada hingga sekarang, bahkan kejadian waktu kamu di kurung di gudang, sekilas seperti bayangan yang kamu kenal, tapi setelah mencoba mengingat-ngingat rasa sakit menyerang pada kepalamu.
Tiba-tiba ponselmu bergetar didalam tas, membuatmu mengalihkan pandangan kearah tas yang kamu letakkan di dalam loker meja.
Melihat siapa yang menelepon kamu langsung mengangkatnya. "Ada apa Yosano-san?"
"......."
"Ah baiklah"
Setelah itu telepon tertutup, kamu melihat Naomi yang saat ini sudah menatapmu dengan tatapan kucing.
"Kau beruntung hari ini"
"Yesss"
•••••••••
Kamu memasuki lapangan indoor, suara berisik terdengar walaupun lebih dominan suara pekikan para gadis, karena penasaran kamu melihat apa yang ada di lapangan walaupun harus menjinjit supaya terlihat.
"Itu Chuuya-kun!"
"Chuuya-kun lihatt kesini, aku ada disini"
Belum sempat melihat saja kamu sudah terdorong hingga membentur tembok, dalam hati kamu bertanya-tanya apakah ini acara jumpa fans?
Naomi yang melihatmu tersudut di tembok hanya tertawa, kamu mendecih karena sebal, buru-buru kamu mencari keberadaan Yosano yang ternyata ada di dekat barisan tempat duduk pemain.
"Yosano-sensei"
Naomi sudah lebih dulu berlari, kamu hanya mengikuti dari belakang, ternyata bukan bermaksud menghampiri Yosano, melainkan dia melambai kearah kakaknya yang sedang bermain basket di lapangan.
"Onii-chan ganbatte"
Kamu melihat kakaknya Naomi juga balas melambai, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua.
"[Yourname]"
"Ya sensei?" Kamu melihat kearah Yosano yang saat ini memakai baju formalnya.
"Seharusnya sehabis ini Ranpo yang ikut pertandingan, akan tetapi dia menghilang begitu saja." Yosano mulai berbicara dan kamu sudah tau maksudnya.
"Tapi aku tidak tau Ranpo dimana," katamu dengan cepat, hal itu membuat Yosano tertawa.
"Bukan itu yang ingin kumaksud, hanya saja aku melihat kalian seperti ada masalah, apakah kalian bertengkar?"
Kamu langsung menggeleng. Memang kalian tidak bertengkar, tapi setelah kejadian kamu terkurung di gudang itu, sepertinya Ranpo benar-benar merasa bersalah dan berusaha menjauhimu.
"Kalau ada masalah, cepat selesaikan ya, tidak baik sepasang kekasih bertengkar terlalu lama." Kamu melihat ekspresi Yosano seperti ada kesedihan disana, tapi kamu juga tidak terlalu yakin, padahal seharusnya kamu menyangkal dengan status sepasang kekasih itu, akan tetapi kamu urungkan karena melihat ekspresinya.
"Chuuya-kun~"
"Onii-chan~"
Kamu melihat suasana lapangan indoor benar-benar sudah seperti konser, karena energimu sudah seperti terserap oleh mereka, akhirnya kamu memutuskan untuk pamit dengan Yosano dan keluar meninggalkan Naomi yang masih dengan ke-sisconannya.
Setelah berhasil keluar dari tempat penuh akan teriakan itu, kamu berjalan tidak tentu arah, karena terlalu malas untuk kembali ke kelas, ingin ke atap tapi takut bertemu si zombie, sepertinya tadi di lapangan dia tidak ada, padahal disana ada Chuuya yang mengerling genit ke penonton karena berhasil mencetak score, walaupun agak heran ternyata tubuh sependek itu bisa main basket juga.
Kamu berjalan hingga tanpa sadar berada di halaman belakang sekolah, inginnya berbalik karena sepertinya taman maupun lapangan belakang juga sepi, tapi pandanganmu langsung melihat dua orang yang sedang berbicara di salah satu koridor penghubung antara halaman belakang dengan gedung sekolah.
Mencoba mendekat karena penasaran, kamu bersembunyi di balik tembok tidak jauh dari situ, dengan berjongkok, bukan bermaksud menguping hanya saja setelah melihat siapa yang berbicara, kamu jadi penasaran.
"Aku hanya ingin tau mengapa kau sampai seperti itu"
Kamu bisa mendengar suara pemilik yang selalu suka dengan telur dadarnya itu, siapa lagi kalau bukan Ranpo.
"Sudah kubilang jangan ikut campur"
Kamu tersentak, padahal kamu sudah tau kalau Dazai yang berbicara, akan tetapi suara itu begitu dalam dan bertambah dingin.
"Inginnya aku seperti itu, ini juga hal yang merepotkan untukku, tapi kau harus tau tindakanmu itu sudah terlalu berlebihan," sepertinya Ranpo benar-benar serius, terdengar dari nadanya.
Kamu bisa mendengar Dazai mendengus. "Itu urusanku"
"Jadi urusan [Yourname] itu adalah urusanmu juga?"
Kamu terkejut. "Maksudnya apa? Kenapa menyebut namaku?" Batinmu, berusaha untuk menajamkan pendengar, akan tetapi disana hanya terjadi keheningan sebelum suara Ranpo terdengar lagi.
"Aku tau selama ini kau yang menyelamatkannya, dari insiden kau bersama Hirotsu, lalu dia di gosipkan denganku dan denganmu, kau yang memberi hukuman terhadap orang-orang yang menyakitinya, aku benarkan?"
Kamu membulatkan matamu, beberapa kejadian seperti menabrak memorimu, kamu ingat ketika dua orang gadis yang menyirammu di toilet itu meminta maaf seperti tidak ada hari esok. Mungkinkah karena Dazai?
Bahkan ponselmu saja dikembalikan oleh Naomi, tapi gadis itu hanya mengatakan bahwa ponselmu diletakkan tidak jauh darimu.
"Perihal kejadian [Yourname] dikurung di gudang, kau menyembunyikan sesuatukan"
Oh. Itu suara Ranpo lagi.
"Bukankah kau sudah terlalu banyak bicara?" Suara Dazai masih terdengar dingin, sedari tadi dia sama sekali tidak membantah ataupun menjawab perkataan Ranpo.
"Aku juga tau kau menyembunyikan ini dari Mori-san"
"Lalu apa maumu? Kau ingin mengadu padanya? Silahkan saja"
"Kau yakin? Apa reaksinya ketika dia harus tau..." Suara Ranpo tidak terdengar karena dia berbisik ditelinga Dazai tapi hal itu malah membuat pemuda zombie terlihat kaget.
"Kenapa sih harus bisik-bisik." kamu jadi gemas sendiri, padahal kamu sudah susah-susah mendengarnya.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari arah pintu tidak jauh dari tempatmu saat ini, berhubung sepertinya dua pemuda yang kamu dengar pembicaraanmu itu sudah saling diam dan malah bahaya jika kamu ketahuan menguping, akhirnya kamu memutuskan untuk masuk ke salah satu pintu itu, untung saja sinar matahari masih masuk menerangi gudang penyimpanan alat kebersihan.
Sayangnya hal itu malah membuatmu harus dihadapi dengan pemandangan yang tidak mengenakkan, dua sepasang kekasih sedang melakukan adegan yang tidak pantas dilakukan di sekolah.
Kamu memekik kaget, mereka yang sedang asyik melakukan hal itu juga sama terkejutnya.
"Apa yang kau lakukan?"
Sepertinya pemuda yang berada diatas gadisnya itu kesal karena kegiatannya diganggu olehmu.
"M-maafkan aku S-senpai." Dari yang dilihat rompinya, mereka adalah kelas tiga, astaga matamu terasa ternoda melihat adegan live, dengan langkah yang tergesa, kamu langsung keluar dan menutup pintu dengan kencang, ingin kabur tapi langkahmu harus terhenti karena lagi-lagi nasip sial menghampirimu.
"Apa yang kau lakukan?" Nada itu dingin seperti sebelumnya, membuatmu harus menelan ludahmu karena merasa terintimidasi.
"[Yourname]." Ranpo muncul dibelakang Dazai, tapi raut wajahnya terlihat biasa-biasa saja. Astaga. Kamu teringat bukan saat ini menganalisa wajah orang, masalahnya hanya bagaimana cara kamu kabur?
"Hei keparat bodoh mau kemana kau--"
Pemuda yang baru saja kamu ganggu kegiatan sakralnya itu keluar dengan seragam yang terbuka acak-acakan, membuat siapapun jadi ambigu jika saja seorang gadis atau mungkin sudah tidak gadis lagi ikut keluar dengan wajahnya yang terlihat kesal.
"Sayang biarkan saja si---" Gadis itu memekik ketika tau siapa yang ada dihadapannya. "Dazai-kun"
Lihatlah wajah gadis itu terlihat bahagia, seperti mendapat mangsa bagus.
"Apa yang kau lihat, hah?" Pemuda itu mendelik kesal ke pacarnya, karena melihat sang pacar genit dengan adik kelas.
"Aku bisa melaporkan apa yang dilakukan oleh kalian berdua," ucap Ranpo dengan nadanya yang santai akan tetapi ekspresinya tidak berkata demikian, membuat dua kakak kelas itu mengkerut.
"Kita harus bersih-bersihkan?" Gadis itu menarik pacarnya untuk meninggalkan kami bertiga, walaupun pemuda itu masih mendelik kearahmu, akan tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Diam-diam kamu bernafas lega ketika dua senior itu hilang dari pandangan.
"Kau sedang apa [Yourname]?"
Pertanyaan dari Ranpo membuatmu kembali sadar bahwa masih ada satu masalah yang harus kamu lewati saat ini.
"Aku sedang mencari alat pel karena tidak sengaja menumpahkan minumanku," katamu dengan cepat, untung saja otakmu sedang bersahabat.
Melirik kearah Dazai beberapa detik, lalu mengalihkan pandangan kearah Ranpo. "Kau sedang apa Ranpo?"
"Ah itu..."
Ranpo menunjukkan kantung plastik berisi cemilan. "Baru saja membeli ini"
Kamu tersenyum melihat banyaknya cemilan. "Wah banyak"
"Kau mau?" Tanyanya. Kamu berbinar. "Bolehkah?"
Ranpo mengangguk. "Tapi hanya satu keripik"
Kamu mendengus. "Kau pelit." Katamu dengan sebal dan itu membuat Ranpo tertawa lalu mengusak-ngusak rambutmu.
"Apa-apaan kalian." Suara Dazai membuat kamu dan Ranpo mengalihkan pandangan ke pemuda itu, sepertinya zombie sedang tidak mood karena tatapannya begitu kesal dengan kamu dan Ranpo.
Kamu bisa melihat tatapan Dazai yang mengarah padamu, akan tetapi dia langsung mengalihkan dan berjalan pergi begitu saja tanpa sepatah katapun lagi.
"Dia kenapa?"
Ranpo mengangkat bahu. "Untung kau punya alasan yang bagus ya."
"Eh?"
"Kau mendengar pembicaraan kami kan?" Pertanyaan retoris dari Ranpo membuatmu terdiam.
"Kau sudah tau ya"
"Aku selalu tau"
Ranpo berjalan sambil membuka cemilannya, kamu mengikuti dari belakang.
"Ranpo, perihal yang kau bisikan itu apa?"
Ranpo menengok kebelakang. "Kau langsung tanyakan ke orangnya"
"Zombie itu mana mau berbicara denganku," katamu dengan lesu. "Waktu itu saja dia langsung mengusirku"
"
Mengusir?"
Kamu mengangguk. "Tempat dekat hutan, rumah ala jepang kuno itu"
Ranpo berhenti dan berbalik kearahmu. "Kau kesana?"
Kamu mengangguk. "Iya."
"Siapa yang kau temui disana?"
"Eum... Aku diantarkan oleh Chuuya-san lalu bertemu dengan seorang pria membawa tongkat," katamu mengingat-ngingat.
"Tapi dia langsung menghilang entah kemana, mungkinkah dia hantu?" Tambahmu dengan sedikit bergidik, setelah itu kamu melihat Ranpo yang hanya diam seperti memikirkan sesuatu.
"Ranpo?"
"[Yourname] antarkan aku membeli cemilan lagi." Katanya dengan tiba-tiba.
"Eh lagi? Tapi seharusnya kau ikut pertandingan"
"Aku malas," katanya dengan wajah tidak peduli.
Melihat itu, kamu hanya bisa mengikutinya dari belakang, sepertinya kamu harus bilang ke Yosano, bahwa kamu dan Ranpo bukan sepasang kekasih, karena mau bagaimanapun Ranpo selalu memutuskannya sendiri, tidak peduli dengan yang lain.
To be continued
Mau promosi ya. Cerita BNHA pertama aku, bisa baca sinopsisnya dulu. Hehe sankyu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro