19. Masa lalu
Author Pov
Beberapa jam sebelum kejadian
.
.
Seorang pemuda tampak keluar dari halaman sebuah rumah minimalis, dia membawa sebuah kantung besar lalu membuangnya di tong sampah yang disediakan tidak jauh dari rumahnya, ketika dia berbalik tiba-tiba matanya langsung membelalak kaget karena melihat siapa yang berada di depannya.
"D-Dazai-san?"
Dazai melihat pemuda didepannya yang tampak bergetar ketakutan seperti melihat hantu, walaupun pemuda itu berusaha untuk tenang tapi badan dan raut wajahnya tidak bisa mendukungnya untuk tenang.
Dazai memberi isyarat untuk pemuda itu supaya mengikutinya, mau tidak mau, pemuda itu hanya menuruti perintah.
Ketika mereka sudah berada disebuah gang yang cukup sepi, pemuda itu meneguk ludahnya dengan susah payah, dia menatap takut-takut punggung Dazai dari belakang. Pantulan lampu jalan yang redup tampak menambah kesan menyeramkan, apalagi hari sudah gelap.
"Aku mau tanya"
Pemuda itu mengerjap. Sedikit tersentak sekaligus bingung karena Dazai mengatakan hal itu. Jadi dia hanya ingin bertanya?
"E-eh?"
Dazai menoleh dengan wajahnya yang dihiasi senyum tipis namun mengerikan.
"Pertanyaan ini tidak sulit tapi aku tidak yakin kau bisa menjawabnya." Kata Dazai sambil melangkahkan kakinya mendekat. Tanpa sadar pemuda itu mundur kebelakang.
"A-aaku"
"Dimana kau sembunyikan gadis itu?"
"G-gadis siapa?"
Dazai masih setia tersenyum lalu dia menunjukkan ponselnya yang menampilkan sebuah video yang diambil dari cctv dekat kamar mandi perempuan.
"I-itu aku d-disuruh oleh Chika dan teman-temannya"
"Lalu?"
"A-aku tidak tau [Yourname]-san dimana, mereka langsung membawanya." Pemuda itu menunduk ketakutan, merapalkan doa supaya tidak mendapat nasib buruk dari seorang Dazai Osamu.
"Hm baiklah"
Dazai melangkah begitu saja melewati pemuda di depannya yang masih menunduk, helaan nafas lega tampak terdengar.
"Ah ya aku lupa"
Dazai berbalik, belum sempat pemuda dihadapannya ikut berbalik Dazai sudah melayangkan tendangan yang cukup keras
Brak
Pemuda itu sukses terpental mengenai tembok. Mungkin ada tulang-tulang yang patah di punggungnya.
"Akh"
Ringisan yang mengenaskan terdengar, Dazai dengan wajah tanpa dosa menghampiri pemuda itu dan merogoh saku celananya, mencari ponsel pemilik yang masih meringis kesakitan.
"Tck" Dazai berdecak ketika melihat ponsel pemuda itu yang dikunci, langsung saja dia menarik tangan pemuda itu tanpa peri kemanusiaan.
"Kau pakai jari apa?"
Pemuda itu tidak menjawab hingga Dazai menarik tangannya cukup keras.
"Akh t-tengah"
Langsung saja Dazai mengarahkan sidik jari tengah sang pemilik ponsel dan Dazai terlihat mencari sesuatu, sampai disebuah galeri dia melihat sebuah foto yang tidak asing. Dazai menatap datar.
"Apa ini?" Ponselnya dia arahkan ke pemilik yang dengan susah payah untuk mendongak melihat isi ponselnya.
"I-itu aku hanya disuruh, serius Dazai-san," nadanya sudah putus asa.
"Kenapa kau simpan?"
"U-untuk aku kirim ke berita sekolah, chika belum mendapatkannya"
Dazai menatap pemuda dihadapannya, tatapannya kembali ke galeri, tanpa basa-basi lagi dia menghampus semua isi galeri, dan melempar ponsel itu hingga membentur tembok dan hancur. Naas sekali ponsel itu.
"Kenapa kau berbohong tidak tau gadis itu dimana?" Dazai menarik rambut pemuda yang masih terkapar.
"Akh a-aku h-hanya menjalankan perintah, Dazai-san, m-maafkan aku." Mohonnya.
Tapi bukannya melepaskan Dazai malah menarik tangan kanan pemuda itu dan memutarnya hingga bunyi KREK yang sangat keras.
"Akkhhhh"
"Itu untuk kebohongan"
Setelah itu Dazai menginjak kaki kanan pemuda itu dengan keras.
"Dan ini untuk foto yang tadi"
Dazai menatap pemuda itu yang meringis kesakitan dengan tatapannya yang dingin "Sampai kau bertingkah, aku tidak akan segan-segan mendatangkan kematianmu dengan cepat."
.
.
.
Dazai menghentikan mobilnya ditepi jalan, dia bersandar pada sandaran kursinya. Dia membuang nafas, kali ini dia bingung harus bagaimana.
Kemudian matanya memandang kursi disebelahnya, terdapat sosok gadis yang sedang dicari oleh orang-orang karena menghilang begitu saja.
Ya. Itu [Yourname]. Sebelum Dazai menemui pemuda yang beberapa puluh menit yang lalu dihajarnya, dia pergi ke gudang sekolah yang sudah tidak terpakai hanya untuk menyelamatkan gadis disampingnya yang ditemukan dengan pakaian yang lusuh dengan kondisi tidak sadarkan diri sampai sekarang.
Untuk saat ini, dia bingung harus membawa gadis itu kemana, tangannya meraih ponsel yang sengaja dia atur dalam mode sunyi. Menghindari gangguan-gangguan yang menghubunginya.
Beberapa miss call dan pesan dia abaikan, Dazai terlihat menimbang apakah harus menelepon Ranpo atau tidak untuk memberitau keadaan [Yourname].
"Tck." Dazai berdecak dan meletakkan handphonenya disamping, tidak jadi menghubungi Ranpo. Untuk saat ini dia harus membawa [Yourname] ke rumah sakit. Tanpa banyak berpikir lagi, dia menancapkan gasnya untuk menuju lokasi tujuan.
Setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam akhirnya dia sampai di rumah sakit Yokohama, tepat pukul sepuluh malam. Memarkirkan mobilnya dengan lihai, Dazai langsung menghubungi seseorang.
"Dokter aku butuh bantuan"
"Aku tidak shift hari ini Dazai"
"Ini untuk keselamatan seseorang"
"Kau bawa saja langsung dan temui dokter yang berjaga"
"Tapi aku tidak mau Mori-san tau"
Terdengar helaan nafas dari seberang telepon.
"Tunggu tengah malam kalau begitu"
"Kenapa lama sekali?"
"Kalau tidak mau aku langsung tutup nih"
"Baik, aku tunggu"
Sambungan terputus dan kali ini dia hanya bisa menurut, beberapa saat terjadi keheningan karena memang hanya Dazai yang terjaga, tapi tiba-tiba ada pergerakan dari sampingnya, Dazai langsung menoleh hanya untuk mendapati [Yourname] gelisah dalam tidurnya, padahal Dazai sudah memposisikan kursinya untuk senyaman mungkin tapi sepertinya gadis itu sedang mimpi buruk karena pelipisnya tampak berkerut dan berkeringat.
Dazai langsung mengarahkan pendingin mobil sedikit kearah [Yourname] dan membetulkan jaket yang dia berikan untuk gadis itu.
Kedua mata Dazai bisa melihat kerutan yang masih belum hilang dari pelipis [Yourname] serta nafasnya yang tidak teratur, dengan perlahan Dazai menyentuhnya dan pelan-pelan kerutan itu hilang dan nafas [Yourname] kembali teratur.
"Kenapa kau selalu mendapat masalah?"
Dazai berbisik dan menyentuh alis [Yourname], jelas saja pertanyaan itu tidak dijawab karena gadis didepannya sedang tidak sadarkan diri.
"Apa aku yang membuatmu seperti itu?"
Matanya memandang sendu, tangannya kini berpindah mengusap rambut [Yourname].
"O-osamu-kun"
Lirihan terdengar dan sukses membuat Dazai langsung menjaga sedikit jarak untuk memastikan keadaan gadis di depannya.
Dan ternyata mata gadis itu terbuka walau tidak fokus, senyuman tampak hadir walau terlihat dipaksakan.
"Jangan pergi, Osamu-kun"
Tangan Dazai yang masih berada dikepala [Yourname] kini berpindah digenggaman sang gadis yang saat ini sudah kembali memejamkan matanya walaupun tangannya menggenggam erat tangan Dazai yang satunya.
Dazai speechless, dia tidak tau apa [Yourname] sadar atau tidak, yang dia tau hanya rasa hangat yang menjalar dari tangan ketubuhnya. Tangan yang digenggam oleh gadis dihadapannya.
.
.
.
Seminggu kemudian
[Yourname]'s Pov
"Sudah aku bilang, jangan sembarangan!"
Samar-samar kamu bisa mendengar sebuah suara dari balik pintu yang bertuliskan -JANGAN MASUK, KECUALI KALAU KAMU PENTING-
Mendengar suara gaduh dari dalam membuatmu rasanya enggan untuk masuk.
"[Yourname]-san?"
Kamu terperanjat hingga membuat yang memanggilmu juga ikut terkejut karena melihat ekspresimu yang seperti ketahuan mencuri.
"A-ah Yosano-sensei"
Yosano yang melihatmu tergagap, kemudian tersenyum berusaha menenangkan. "Ayo masuk"
"Tapi sepertinya didalam sedang ribut-ribut." Perkataanmu tidak diindahkan oleh Yosano yang saat ini sudah membuka pintunya.
Ketika pintu sudah terbuka dan kamu hanya bisa mengekor dibelakang Yosano, sesekali mengintip apa yang terjadi.
"Halo Yosano-sensei"
"Halo kenji-san"
Kamu sedikit menggeser badan untuk melihat siapa yang menegur Yosano-sensei.
"Ah!! Anak baru!!"
Yosano tersenyum. "Ini [Yourname]-san dari kelas 10-B, ayo perkenalkan dirimu."
Mau tidak mau kamu bergeser lebih jauh untuk memperlihatkan seluruh tubuhmu, disitu kamu bisa melihat empat orang yang salah satunya kamu kenal sedang melambai kearahmu.
"Namaku [Yourname] dari kelas 10-B, senang berkenalan dengan kalian"
Kamu membungkuk, orang yang bernama Kenji bertepuk tangan. "Selamat datang.. selamat datang"
Dia bernyanyi.
"Jadi.. bisa dijelaskan kenapa ribut-ribut?"
"Ah Kenji tadi merusak pulpennya Kunikida-san." Kakaknya Naomi menjawab pertanyaan yang memang kamu juga penasaran apa yang terjadi.
"Kenji-san.."
"Ah ah maaf aku pikir tadi itu tongkat"
"Mana bisa tongkat sekecil itu heh bocah"
"Tapikan tapi.. Kunikida-senpai tidak bilang ke aku kalau itu pulpen"
Kamu bisa melihat Kunikida yang terlihat mengusap wajahnya tanda frustasi.
"Ngomong-ngomong [Yourname]-san sudah taukan siapa saja nama disini?"
Kamu mengangguk menjawab pertanyaan Yosano-sensei.
"Tunggu dulu, bagaimana bisa kau masukkan anggota baru selain kelas A?" Kunikida terlihat menatap tajam kearahmu.
"Tentu saja bisa, akukan yang bertanggung jawab atas ini" kata Yosano-sensei sambil tersenyum simpul.
"Lagipula Naomi juga termasuk anggota," jelas Yosano sambil menunjuk Naomi yang sedang bergelayut manja di lengan kakaknya. Ingatkan kamu untuk meminta penjelasan mengapa Naomi sudah jadi anggota dan juga kalau seperti itukan kamu dan dia bisa berbarengan masuk ke ruangan ini.
Seperti mengetahui kamu yang sedang menatapnya, Naomi nyengir tidak bersalah, kamu hanya memutar bola mata bosan. Yosano mempersilahkan kamu untuk duduk didekat Kenji-san.
"Ngomong-ngomong Ranpo-san dimana?" Yosano-sensei melihat Kunikida yang terlihat makin sebal mendengar nama itu.
"Tidak tau."
"Dia tidak datang lagi mungkin"
"Aku disini"
Kamu dan semua melihat Ranpo yang sudah berada didepan pintu. Dengan tangannya yang membawa tas ransel diikuti beberapa cemilan ditangan yang satunya.
"Hoo sang ketua datang, sungguh hebat"
Kunikida bersuara sinis, kamu bisa tau itu karena melihat ekspresinya yang terlihat ingin menelan orang.
"Ranpo-san kenapa kau datang terlambat? ini sudah lewat dari jam pulang sekolah" Yosano bertanya dan Ranpo hanya melirik sekilas lalu kemudian duduk disamping kamu.
"Kau mau?" Ranpo menawarkanmu beberapa cemilannya, kamu hanya menggeleng.
"Aku mau!" Kenji mengangkat tangannya, Ranpo langsung melempar cemilan itu kearah Kenji yang langsung ditangkap olehnya.
"Kunikida mau?"
"Tidak"
Kamu hanya meringis mendengar nada suara Kunikida yang tidak mengenakkan.
"Baiklah kalau begitu dimulai saja, jadi karena disini [Yourname]-san masih baru, sensei akan menjelaskan sedikit mengenai ekskul ini." Yosano-sensei mulai menjelaskan sedikit demi sedikit.
"Sebenarnya ekskul ini dibuat resmi oleh kepala sekolah langsung jadi kita bebas menggunakan ruangan ini, makanya sangat berbeda dengan ekskul lain yang harus menyewa jauh lumayan jauh dari sekolah"
Kamu mulai serius memperhatikan dan kali ini mata Yosano mengarah kepadamu dengan serius. "Kenapa kami hanya merekrut orang-orang khusus karena sekolah ini sangat special dan ekskul ini juga sangat special, jadi butuh orang-orang terpercaya yang bisa menjaga kepercayaan ini." Lanjut Yosano-sensei.
"Maka dari itu [Yourname]-san aku harap kau bisa mengerti jika ada sesuatu yang akan terjadi nanti, jangan terkejut, oke?" Pandangan Yosano-sensei mulai aneh, membuatmu bertanya-tanya apa maksud perkataannya.
"Baiklah karena hari ini [Yourname] baru, aku rasa cukup hanya perkenalan saja, Naomi tolong temani [Yourname] untuk pulang, dan yang senior aku ingin bicara sebentar"
Kamu dan Naomi bangkit berdiri diikuti oleh Kenji dan Ranpo, yang langsung disembur oleh Kunikida
"Kalian ngapain berdiri?"
Ranpo dan Kenji saling bertukar pandangan "kan disini yang senior cuma Kunikida-senpai dan Tanizaki-senpai" Kenji mengucapkan dengan nada yang polos diangguki oleh Ranpo.
Kunikida langsung melotot, Yosano hanya menggeleng, "Kalian berdua juga ikut"
Terdengar helaan nafas dari mereka berdua, kamu hanya tersenyum dan pamit bersama Naomi.
.
.
.
Author Pov
"Kenapa Yosano-san tidak menunggu persetujuan dari kami jika ingin merekrut anggota lain?" Kunikida langsung uring-uringan bahkan dia sudah tidak memakai embel sensei lagi.
"Dia bukan orang lain, lagipula cepat atau lambat dia akan tau karena [Yourname] kan pacarnya Ranpo, bukan begitu?" Mata Yosano menatap Ranpo yang tampak sibuk dengan cemilannya, seakan tidak peduli sama sekali.
"Memang benar kau pacaran dengan dia?" Seperti ada laser yang memancar dari kedua mata Kunikida ketika melihat Ranpo.
"Tidak tuh"
Acuh.
"Dia jawab tidak"
Yosano menghela nafas. "Kunikida, aku harap kau bisa mengerti, ini keputusanku dan aku yang memegang ini, lagipula sachou pasti juga memahami"
Kunikida terlihat ingin membantah tapi ditahan oleh Juunichiro. "Aku rasa tidak masalah lagipula aku yakin [Yourname]-san akan menjadi anggota yang baik" katanya mencoba menenangkan. Kenji mengangguki dengan memakan cemilan Ranpo.
"Kalau begitu kalian bisa bubar"
Mereka semua langsung membereskan barang-barangnya, Ranpo yang masih terduduk kemudian bangkit untuk menghampiri guru matematikanya.
"Aku ingin bicara"
Singkat. Padat. Dan jelas. Yosano yang terkejut hanya bisa mengangguk, ketika dirasa semuanya sudah keluar ruangan dengan paksaan Juunichiro yang menarik Kunikida karena masih ingin protes kepada Yosano tentu saja akhirnya tinggalah mereka berdua. Yosano dan Ranpo.
Dengan keheningan yang terjadi beberapa menit. Akhirnya Ranpo buka suara.
"Kenapa kau memasukkan [Yourname]?" Mata Ranpo tampak tajam dan ekspresinya terlihat tidak bersahabat.
Yosano mencoba untuk tenang. "Aku hanya ingin kalian menjadi lebih dekat lagipula kalian pacarankan"
Ranpo mendengus. "Kelakuanmu yang seperti itu hanya membuat orang lain susah, kau taukan jika masuk ke ekskul ini banyak resikonya"
"Tapi Ranpo aku hanya ingin membuatmu lebih nyaman dan bisa menjadi penerus Fukuzawa-san"
"Persetan dengan penerus! Aku sudah lama membuang itu." Nada Ranpo terlihat tajam tapi Yosano tau ada luka di dalamnya.
"Lagipula bukankah kau ingin aku berhenti?" Ranpo menatap datar, Yosano merasa bersalah.
"Ranpo.. aku tau itu tapi.."
"Dari dulu kau hanya berlari, kali ini kau juga ingin larikan dan menumpahkan semua ke gadis itu."
Yosano ingin menyuarakan protes tapi dia urungkan setelah melihat kedua mata muridnya yang terlihat menyedihkan, mata itu, mata hijau yang dulu bersinar polos sekarang sudah berubah menjadi sedingin es, menyimpan semua luka yang dia goreskan.
"Ranpo.." lirih Yosano penuh penyesalan sangat berbeda dengan Ranpo yang bersuara sangat dingin. "Aku tidak akan tinggal diam jika [Yourname] sampai terluka," setelah mengucapkan itu Ranpo pergi dengan membanting pintu cukup keras.
Lagi-lagi Yosano melakukan tindakan yang salah, dia memang bodoh, dia memang tidak bisa dimaafkan, dia sudah menorehkan luka yang dalam kepada muridnya itu.
Sampai kapanpun Ranpo tidak akan bisa melupakan masa lalunya.
To be continued
Halo aku kembali setelah sekian lama, maaf ya aku tau ini cukup lama, jadi aku telah mengalami yang namanya hilang ide dan gak dapet feel. tapi karena aku sayang readersku, jadi aku usahakan tetep up sampai final..
Btw... Happy birthday buat Dazai Osamu, walau telat banget ya heehehe
Kalian... Tetep semangat ya. Sampai jumpa chap depan jangan lupa vommentnys
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro