Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 3 | Kiamat baru dalam hidup



CEPET KAN? XD apalah itu judulnya :v

PENGUMUMAN!!

ADA YANG PUNYA SARAN UNTUK VISUALNYA MUSHKIN SAMA ICHA?

Aku sebenernya udah punya, tapi aku pengen tau aja kalian bayangin mereka kayak gimana.

Sebenarnya sih gak usah juga gak apa-apa lah, toh biarkan Musicha menjadi imajinasi kita semua.

Tapi yah, penasaran juga sih.kemarin2 udah ada yag saranin, dan aku mau minta pendapat kalian juga. Silakan.. kirim foto nya ke ig aku  ya..

Cuss~


-

-

-

-


"ILHAAAAM!!! LO MAU BUNUH GUE HAH?!" Mushkin berteriak pada ponselnya. Beberapa saat yang lalu ia keluar dari ruangannya dan menuju balkon untuk mengeluarkan seluruh amarahnya pada sahabatnya yang menyebalkan.

"Aduh Mus, pagi-pagi kenapa sih?" Suara Reno di sebrang sana masih parau, itu berarti dia baru bangun tidur. Benar-benar! Dunia ini tidak adil sekali, Mushkin sudah berada di hotel sejak pagi buta, tetapi pemiliknya malah baru bangun tidur dimana para pegawai sudah mulai bekerja. Tsk!

"Diem lu! Gue pengen jambak lo sampai botak sekarang ILHAM!!!"

"Aduh Mus, jangan teriak-teriak. Kasian anak gue nanti nangis."

"Dasar Onta! Memangnya lo nelpon di loadspeaker apa? pokonya gue kesel sama lo ILHAM!!!"

"Gue gak suka di panggil Ilham Mushkin!"

"Bodo! Gue kesel sama lo! Heh, jahat amat. Kenapa lo gak bilang ke gue kalau Asisten gue itu temennya si Sharen?!!"

"Ya, elo gak nanya sama gue Mus.."

Mushkin memejamkan matanya. Benar, dia memang tidak bertanya.

"Tapi lo bisa kali, kasih tau gue."

"Kan datanya ada disana, di CV nya. Gue pikir lo tau."

"Hih, dasar penuh tipu muslihat! Di CV nya kaga ada fotonya noooo.. gue tau darimana?"

"Ya, katanya Icha belum print fotonya. Tapi kan ada nama panggilannya Mus."

Nama panggilan..?

Mushkin tidak tahu mengenai hal itu.

Ah,dia kan memang tidak membaca keseluruhan CV milik Icha.

Kemarin Mushkin hanya membaca namanya saja, sudah.

Tsk! Jadi salahnya sendiri ya? astaga..

"Anak gue nangis, gue mau bantuin Sharen dulu. Udah ya Mus.. nanti siang jangan lupa ke Renova, eh bawa Icha juga ya?"

"Sialan lo! EMANG GUE UDAH SETUJU KALAU GUE MAU KERJA SAMA DIA?!!"


******


'Sharen, jangan bilang lo gak tau?'

Icha masih tertidur di sofa, tangannya yang memegang ponselnya di angkat ke atas untuk mengetikkan sebuah pesan pada Sharen.

'Gak tau apa?'

'Gue pengen telpon lo sekarang juga sharen!!!'

'Aduh sorry cha, Hasya lagi rewel. Susah, ini aja ya? pake Whatsapp.. sambil nyusuin sambil ngetik.'

'Oke, lupain dulu masalah lo. Sekarang.. gimana ini? GUE PUNYA MASALAH YANG LEBIH BESAAAARRR!!!'

'HAH? Masalah apa Cha? Lo di marahin om Iskandar?'

'Udah deh, gak usah pura-pura gak tau begitu. lo tau kan? yang bakal jadi bos gue itu si ganjelan pintu bernama kentang mustopa?!'

'Ooh.. itu? iya, namanya Mushkin Cha.. kok lo ledekin dia sih?'

Icha terperangah membaca balasan sharen.

Oh.. itu?

Apa? Sharen hanya membalasnya dengan Oh, itu?

Padahal disini amarah Icha sedang membara.

'Oke, jadi maksud lo gak kasih tau gue apa?'

'Lo kan gak nanya Cha, kirain gue lo tahu. Mushkin kan memang pegang dua hotelnya Reno. Gue udah pernah cerita belum sih?'

'Heh ibu! Lo ceritanya, hotel Reno yang dua lagi di pegang sama temennya. Mana gue tau temen dia si ganjelan pintu.'

'Ya, lo juga gak nanya dari awal Cha.'

Bagus, jadi Icha yang salah? Karena tidak bertanya?

Oh. My. GOD!!!

"Kok langsung kontrak begini sih? Kamu setuju?"

Mendadak suara ayahnya kemarin sewaktu Icha memberikan kontraknya terdengar kembali. Benar, ayahnya benar. Kenapa langsung di kontrak? Dan Icha pun sempat ragu kan kemarin? Kenapa ia langsung di kontrak tanpa melalui tes apapun? Jangan bilang...

Tunggu dulu!

Jangan bilang kalau..

'SHAREN!!! JANGAN BILANG LO DAN SUAMI LO SENGAJA BUAT BIKIN GUE KERJA SAMA SI GANJELAN PINTU!!!!!'


*******


Sharen tertawa menatap ponselnya, dan Reno yang baru selesai mandi mengerutkan keningnya karena melihat istrinya sedang tertawa dengan sebuah benda mati.

"Kenapa Sha? Kok ketawa begitu?" Tanyanya. Sharen menunjukkan ponselnya pada Reno, "Liat by! Icha ngamuk-ngamuk." Ucapnya seraya terkikik.

"Si Mus juga tadi teriak-teriak sama aku sayang, dia bilang katanya kenapa aku gak kasih tau kalau asistennya itu Icha."

"Icha juga bilang begitu by! Kamu jawab apa?"

"Aku jawab aja, kenapa dia gak nanya." Jelas Reno, Sharen langsung tertawa.

"Aku juga jawab begitu by! Dan si Icha udah kayak gunung krakatau yang meletus, untung dia gak nelpon aku. kalau nelpon, telinga aku bisa robek. Dia pasti teriak-teriak."

"PAPAAAA.. Haru sudah selesai." Suara Haru yang berada di dalam kamar mandi membuat Reno dan Sharen menghentikan ucapan mereka.

"Ya, sayang sebentar." Sharen yang berteriak. Ia menatap Reno kemudian berkata, "Bersihin dulu Haru by.." Pintanya, dan Reno menurutinya seraya mengehentakkan kakinya dengan kesal. ia benar-benar tidak suka kegiatan paginya yang selalu membersihkan Haru.


******


"LO MASIH BETAH DISITU?!" Icha terperanjat begitu mendengar suara besar yang menggelegar di sekitarnya. Itu Mushkin. Astaga, bisa-bisanya dia berteriak seperti itu pada Icha?

"NGAPAIN LO TERIAK-TERIAK SAMA GUE? HEH! GUE GAK TULI TAU!" Icha membalasnya dengan teriakan lagi.

"ARG! DIEM! Gue lagi kesel! Sekarang, lo bangun! Kita harus ke Renova!"

"APA?"

"Lo gak denger gue bilang? sekarang kita harus ke Renova."

"Tunggu dulu, kenapa gue harus ikut lo?"

"Ya memangnya lo ikut siapa? Lo kerja juga kan sama gue!"

"Hih! Ke pedean! Gue gak mau kerja sama lo!!!"

"Ya memangnya gue mau?! gue juga gak mau. heran, nama aja lo bagus. Aradya, eh aslinya.. kenapa badan lo kayak cilok begitu. bulet gak berbentuk."

APA????

APA DIA BILANG?

BADAN ICHA? SEPERTI CILOK?

"DASAR TUSUK SATE! KENAPA LO LEDEKIN BADAN GUE!!!!" Pekiknya tidak terima. Mushkin mengorek kupingnya dengan kelingkingnya, "Ternyata selain badan kayak cilok, suara lo juga kayak toa mesjid ye.. kenceng benerr."

"Muka lu tuh! Kayak bungkus gorengan!!"

"Apa? heh, gue ganteng tau!"

"Ganteng? Mana! Mana coba yang ganteng? Muka lo hinyai begitu, kayak kuah baso."

"LO!!!"

"Pak Al, maaf.. anda harus segera ke Renova." Suara intercom di ruangannya membuat Mushkin menghentikan kata-katanya. Baiklah, lupakan masalah Icha dan dirinya. sekarang Renova lebih penting.

"Bangun! Kita berangkat sekarang! lo udah nandatangan kontrak kan? dan gak mungkin kalau lo batalin kontrak itu."

Icha langsung teringat dengan lima puluh jutayang harus di bayarnya kalau ia memutus kontrak sepihaknya. Baiklah, tidak ada pilihan lain lagi. icha harus menerimanya. Bekerja di bawah telunjuk Mushkin. Ya Tuhan.. nasibnya.


*****


"Ngapain lo bengong begitu?" Mushkin berhenti membuka pintu mobilnya, ia menatap Icha yang sejak sampai di parkiran hanya diam tak bersuara.

"Gak ada supir? Maksudnya, kita kan mau pergi untuk urusan pekerjaan. Gak ada supir kantor, gitu?" Tanyanya, Mushkin tertawa "Jangan mimpi deh lo. Memangnya ini lembaga pemerintah? Kita kesana sendiri. sebelum ada lo juga gue sendiri."

"Lo yang nyetir?"

"Lo mau nyetir memangnya?" Mushkin balik bertanya, dan Icha langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat.

"Gak."

"Kalau gitu cepet, masuk."

Masuk ya? masuk? Masuk kemana?

Depan atau belakang?

Kalau di depan, itu berarti Icha harus kembali bersebelahan dengan Mushkin kan? oh.. buruk sekali.

Baiklah, kalau begitu Icha memilih kursi belakang.

"Duduk di depan. Lo pikir gue supir lo?" Ucap Mushkin begitu Icha memegang pintu belakang dan hendak membukanya. Baiklah, kiamat dalam hidupnya akan kembali di mulai. Mau tidak mau Icha harus duduk di depan.

"Pake seat belt lo! Memangnya lo naik angkot?" Ujar Mushkin lagi. icha mendengus. Pria ini! hihhh.. menyebalkan sekali!

Semua kata-kata yang terdengar dari mulutnya tidak ada baik-baiknya sama sekali.

Dasar bibir ember. Mulut bocor!!!!

"Dengerin gue baik-baik."

Ya Tuhan.. siraman rohani macam apa ini?

"Apa?" Tanya Icha ketus.

"Jangan dulu potong ucapan gue sebelum gue beres!"

"Ya udah ngomong sekarang!"

"Ehm.." Mushkin berdehem pelan.

"Pekerjaan gue lagi banyak dan sangat numpuk sekarang. gue bener-bener gak mau lo malah menambah pekerjaan gue."

"Apaan.. gue nambah pe―"

"Gue udah bilang jangan dulu potong omongan gue. Lu mau gue lempar keluar dari mobil?"

Ya Tuhan.. pria ini benar-benar.

"Oke lanjut. Jadi, memang bukan mau gue lo yang jadi asisten gue. Dan bukan mau lo juga gue jadi bos lo."

"Bener!"

"Lo!! Pe'a banget sih, gue bilang jangan dulu potong." Mushkin berucap dengan kesal. baiklah, baiklah.. Icha akan diam.

"Gue udah keteteran banget masalah kerjaan, dan gue gak mungkin cari asisten lain, bisa di gorok si Reno. Dan lo! Lo juga udah tanda tangan kontrak kan?"

"Iya, gue harus bayar lima puluh juta kalau gue putusin tuh kontrak."

"Ya, jadi gak ada pilihan lain. Mau gak mau, suka gak suka, legowo gak legowo, kita harus kerja sama. dan lo! Harus bersikap hormat sama gue. Inget! Gue itu bos lo! Panggil gue bapak!"

APAAA?

PANGGIL BAPAK?

HORMAT?

Dasar pria gila hormat!

Icha benar-benar mengumpat dalam hatinya.


******


Kalau Icha pikir-pikir, sepertinya ia mengenal mobil ini. kenapa ya, rasanya tidak asing sekali. Bagian dalamnya sangat Icha kenal, rasanya seperti ia pernah mengendarainya sebelumnya.

Mengedarai?

Ah. Sepertinya Icha ingat!

Ya, benar.. dia mengingatnya.

Mobil ini kan yang di pakai olehnya dulu sewaktu menemani Sharen berbelanja, mobil yang di antarkan oleh orang yang di suruh Reno.

Berarti waktu itu yang datang ke rumahnya untuk mengantarkan mobil ini adalah..

Pria menyebalkan bernama Mushkin ini?

Icha menelan ludahnya, itu terjadi pada saat mereka belum berangkat ke pangandaran.

Bicara soal pangandaran..

Astaga, bibirnya!!

Kenapa kenangan itu tidak bisa di hapusnya sih? Kenapa ia masih sangat mengingat ketika..

Ketika..

Icha memegang bibirnya pelan-pelan, masih segar sekali dalam ingatannya ketika bibirnya terasa basah saat pria di hadapannya..

TIDAAAK!!!

ATAS DASAR APA DIA MEMIKIRKAN DAN MENGINGAT HAL ITU!!!!

"Gue bisa gila lama-lama."

"Memangnya gue nggak?"

Icha terperanjat, pria di sampingnya kenapa bisa mendengar dia bergumam dalam hatinya?

Ia melirik sekilas ke arah Mushkin, kemudian langsung membuang muka nya untuk menghadap ke jalan.

Bicara soal jalanan di luar..

KENAPA HARUS MACET??!!

Berapa lama Icha akan terperagkap dalam ruangan sempit bersama pria bertubuh tembok itu?!!


******


Maryam menghentikan langkahnya ketika mendengar Sharen dan Reno yang membicarakan Mushkin dan Icha yang saat ini sedang bekerja bersama.

"Oh, mama? Kapan dateng?" Ucap Reno. Maryam tidak menghiraukan anaknya, ia malah mengerutkan keningnya kemudian bertanya, "Tadi kalian bilang Mushkin dan Icha itu kerja bareng? Jadi asisten baru Mushkin itu icha? Icha temen kamu itu Sharen?"

"Iya ma, waktu itu kan Icha ikut ke pangandaran."

Pangandaran?

Jadi benar ya, Icha yang itu?

Maryam menahan senyumnya.

"Kenapa sih ma? Senyum-senyum begitu?"

"Ya ampun.. Reno.. Sharen..hyaaa.. akhirnya, tiba juga saatnya si Mus gak akan jomblo lagi. kalian bisa hidup tenang tanpa gangguan nanti!"

"Hah? Maksud mama?"

"Eh, kalian gak tau ya?"

"Apa ma?"

"Waktu Reno kasih kejutan buat kamu Sharen, kalian kan ciuman tuh.."

Sharen menundukkan kepalanya karena malu mendengar mertuanya mengungkit hal itu.

"Nah, si Mushkin bilang katanya dia juga pengen ciuman. Di pinggir dia itu ada si Icha, nah ya udah mama dorong aja kepalanya! kena banget sama bibir si Icha! Secara gak langsung mereka ciuman kan? hahahaha"

"APAAA???!!!"


******


Lembang menuju Alun-alun, benar-benar perjalanan yang sangat melelahkan sekali. Mushkin setiap hari selalu melakukan perjalanan ini, tetapi entah mengapa hari ini lebih lelah dari sebelumnya. Mungkin karena gadis di sampingnya?

Biasanya dia akan menikmati perjalanannya dengan berteriak-teriak dan bernyanyi di dalam mobil, tetapi gadis di sampingnya ini adalah sebuah spesies menyebalkan yang akan terus menerus mengomentari apa yang ia lakukan. Dan.. heloo.. di hari pertamanya menjadi seorang atasan, Mushkin tidak mau menjatuhkan harga dirinya. terlebih pada gadis yang berada di sampingnya ini.

Dan bicara soal gadis ini, percuma sekali kehadirannya di dalam mobil kesayangannya. Padahal sebelumnya, Mushkin berharap kalau mendapatkan asisten, dia akan mempunyai teman mengobrol yang menyenangkan di dalam mobilnya, tetapi kenyataannya adalah dia mempunyai teman berdebat yang menyebalkan.

Hoooh.. sunguh-sungguh menyebalkan. Mushkin benar-benar tidak menyangka.

Tinggi gadis ini bahkan tidak sampai dagunya, kalau di lihat dari data gadis itu.. tinggi mereka berbeda dua puluh tiga centi meter!!

Mushkin seratus tujuh puluh delapan, dan gadis itu.. Icha, seratus lima puluh lima.

Tubuhnya kecil, mungil, walaupun agak berisi. Tetapi mulutnya.. ya Tuhan..

Sudah galak, sudah cerewet, dan entah dari mana kosa kata ejekannya sangat beraneka ragam sekali. Benar-benar mencengangkan.

"Bangun! Kita udah sampe." Mushkin menyentuh bahu Icha dengan telunjuknya, sudah sejak lama gadis itu tertidur, dan lihat posisinya. Tertidur di mobil kenapa seperti tertidur di kamarnya sendiri?

Kepalanya miring ke kiri, tangan kanannya memegang seat belt nya, tubuhnya miring dan kaki pendeknya memanjang pada bagian depan. Sepatu nya bahkan sudah tidak menempel di kakinya pada saat Mushkin memperhatikannya.

Ya Tuhan.. dia wanita atau apa? membuat Mushkin bergidik saja.

"Heh!bangun!" Sekali lagi Mushkin menyentuh bahu Icha dengan telunjuknya, dan gadis itu masih tidak berkutik juga.

Sebuah ide muncul dalam kepalanya, gadis menyebalkan ini harus di berikan sebuah pelajaran. Ya, benar.

Suruh siapa dia mengatai Mushkin dengan berbagai macam ejekan tak berkelas.

Dengan perlahan, Mushkin keluar dari mobil, memutarinya dan begitu sampai di pintu mobil tempat Icha bersandar dan tidur, Mushkin membukanya dengan sangat cepat, membuat kepala Icha mengayun kebawah, tubuhnya hampir tidak seimbang, dan seketika gadis itu membuka matanya dan berteriak.

"MAMAAAAA!" pekiknya. Mushkin yang melihatnya hanya bisa tertawa dengan sangat kencang seraya memegangi perutnya.

"LO!!!!!" Icha sepertinya sadar sedang di jahili oleh Mushkin. Ya Tuhan.. memang sekali menyebalkan akan selalu menyebalkan!

"Dasar tukang tidur! Makannya! Di bangunin itu bangun pe'a!"

APA? Pe'a lagi?

"Lagian heran deh, lo tidur di mobil kenapa berasa tidur di kamar sendiri sih? Se begitu nyamannya ya mobil gue ini? yah,,jelas sih.. ini kan BMW SUV terbaru.. X1.. mahal cyiiin.. dan terimakasih ya, lo sudah menunjukkan apresiasi yang cukup baik untuk mobil mewah gue."

Icha menganga.

"Cepet bangun, dan rapiin dandanan lo. Meskipun muka lo gak cantik dan badan lo kayak cilok, kalau rapi senggaknya lo gak malu-maluin gue lah.."

Ya tuhan,, urusan menguras emosi.. pria ini benar-benar jagonya!


*******


"Selamat pagi pak Al,"

Setiap orang yang bertemu Mushkin, semuanya memanggil Al, tidak ada satupun yang memanggilnya Mus atau Mushkin.

Baiklah, kalau tidak ada satupun yang memanggil seperti itu, maka Icha akan memanggilnya dengan seperti itu.

"Oh ya, perkenalkan ini Asisten saya." Mushkin tersenyum pada wanita di sampingnya, dia menggerakkan tubuhnya untuk menunjukkan Icha yang berada di belakangnya.

"Gannisya.." Icha menjabat tangan wanita itu dan tersenyum sekilas.

"Maaf sekali pak Al, anda harus datang jauh-jauh kesini." Sesal wanita itu. mushkin tersenyum dengan lebar, "Tidak apa-apa bu Elen, saya juga ada urusan di Renova. Jadi memang saya juga sekalian kesini. Lagipula kantor ibu dekat sini kan, tidak mungkin saya yang menyuruh ibu untuk datang ke lembang."

Menyebalkan..

Kalau dengan wanita cantik tutur kata nya benar-benar baik sekali.

Semua makhluk yang pipisnya berdiri memang seperti itu.

Dasar kutu loncat!

"Gannisya, tolong catat semua nya ya?" Mushkin tersenyum dan meminta nya dengan sangat sopan.

MUKA DUA!!

Ini pasti demi image nya pada klien wanita nya itu.

Kalau tidak ada wanita itu Mushkin pasti sudah memelototinya.


******


"Pak.. saya gak punya ruangan? Ya, maksudnya.. bekerja kan butuh ruangan, setidaknya.. meja dan kursi." Icha menggerutu dalam hati karena harus menyebut Mushkin dengan sebutan bapak. dia berjalan masuk ke dalam ruangan besar, ruangan Mushkin tentunya.

"Kita itu kerja nya pindah-pindah, bukan kerja di kantor. Tau pekerja lapangan? Nah, begitu kita kerjanya."

APA?

"Pagi, di Hyde.. siang di Renova, dan menuju sore kita ke proyek baru. Di Citra Green, dago. Kadang kita ke Paleo juga."

Ya Tuhan..

"Jadi jangan berharap punya ruangan."

"Terus, saya ngerjain tugas saya di mana?"

"Itu.. saya sudah siapkan, yah.. mau gak mau kamu itu satu ruangan sama saya."

"APA?"

"Gak usah so' kaget begitu, gue juga gak mau kok. Tapi gimana lagi? lu pan udah jadi asisten gue."

Icha mengusap dadanya. Baiklah... sabar..

Ponsel Mushkin tiba-tiba saja berbunyi, dengan cepat ia mengangkatnya.

"Ya, tante?"

TANTE????

"Oh, okaaaay lah siap. Menuju kesana. Daaaaah.."

Mushkin memasukkan kembali ponselnya dalam saku celana nya, wajahnya mendadak sumringah karena salah satu teman ibu nya mengatakan bahwa dia membawa satu oleh-oleh dari Amerika untuknya. Whoaa.. menyenangkan sekali.

Mushkin berdehem pelan, ia menatap Icha dan berkata, "Saya pergi dulu. Kamu kerjakan apa yang tadi saya suruh ya? kalau sudah selesai kamu boleh pulang. Saya gak akan balik kesini lagi soalnya. Oke?"

Dan Mushkin langsung berlari keluar dari ruangannya.

Sementara Icha hanya bisa terdiam seraya berpikir keras dalam kepalanya.

Pria itu, wajahnya menyebalkan.

Ada telpon masuk, wajahnya langsung sumringah.

Dan siapa tadi yang menelpon?

Tante?

Jangan bilang..

Ya Tuhan...

JANGAN BILANG BOS NYA YANG MENYEBALKAN ITU SIMPANAN TANTE-TANTE?!!!!



TBC



Hinyai : air yang berminyak


Pendek cyiiin.. hahaha

Maap yak, pengennya segini sih.. hoho

Karena tiap part nya pendek kayaknya cerita nya pun bakal pendek juga deh hoho

Makasih ya untuk apresiasi kalian semua. Benar-benar luar biasa..

Pokonya aku cinta kalian dersss... :*




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro