Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 27 | Ngi-DAMN!


"AKU BILANG JANGAN DEKET-DEKET KALAU KAMU BELUM BREWOKAN!"

Teriakan yang menggelegar itu berasal dari mulut Icha. Mushkin baru saja pulang bekerja, ingin memeluk istri tercinta tapi sudah tiga hari ini istrinya itu super-super menyebalkan sekali.

Sebenarnya bukan tiga hari ini saja, dulu pun sebelum menikah istrinya sudah menyebalkan! Dan tiga hari ini Mushkin berpendapat bahwa ini adalah puncak menyebalkannya Icha!

Bagaimana tidak,setelah keluar dari Rumah Sakit dan benar-benar pulih satu bulan yang lalu, tiga hari ini tiba-tiba saja Icha memintanya untuk tidak bercukur! Memintanya untuk membiarkan kumis, janggut, dan jambangnya tumbuh.

Sebenarnya Mushkin bisa saja melakukan itu semua, kalau memang Icha memintanya murni karena ia ingin melihat penampilan Mushkin yang berbeda. tapi, Icha memintanya menumbuhkan jambang hanya karena ia melihat beberapa aktor Hollywood yang begitu mempesona dengan brewoknya. Di pikir Mushkin bisa di sandingkan dengan mereka? tentu saja dia lebih tampan dari Adam Levine, lebih manis dan liar dari Jammie Dornan, lebih macho dari Chris Evan, dan pastinyajauh lebih enak di lihat dari Zayn Malik.

Setidaknya, kalaupun kenyataannya tidak begitu, Icha harusnya memikirkannya seperti itu. yang Icha cintai, Mushkin kan? dan yang menanam benih di perutnya pun Mushkin.

Dan lagi, terkutuklah Sindrom ibu hamil yang menular padanya! Sementara Icha tidak ingin berdekatan dengannya kalau ia belum brewok, Mushkin benar-benar tidak bisa menjauhkan dirinya dari Icha barang sebentar saja. apa-apaan!

"Kumis sama jenggot aku udah ada Cha, liat! Udah mulai keliatan kan?" Tanyanya. Mendekat ke arah Icha dan menyodorkan wajahnya. icha malah bergidik ngeri, "Aku jijik liat kamu begitu! aku lebih suka kalau kamu brewokan."

Haaa.. apa katanya? Jijik?!

"Kenapa harus muka itu sih yang aku liat tiap hari? gak bisa gitu, kamu cepet tumbuhin jambangnya. Atau kamu beli krim penumbuh bulu aja. siapa tahu cepet. Kok kamu gak ada usaha banget sih. Kamu seneng ya kalau aku gak mau deket-deket sama kamu?!"

Sekarang, Icha malah menyerangnya dengan rentetan kata-kata penuh tuduhan yang sama sekali tidak masuk akal!

Ibu hamil!!!! Haruskah Mushkin menghadapi semua ini?

"Aku mau mandi dulu, kamu udah makan belum?" sekuat tenaga Mushkin mencoba untuk berjauhan dengan Icha, berbicara dengan radius yang sangat jauh.

"Udah! aku udah makan. Kamu mau mandi kan? pake sabun nya jangan yang biasa ya. aku gak suka! Pake nya yang wangi strawberry aja, udah aku beliin buat kamu."

Mushkin menganga.

Strawberry?

HELLOOO!!!

APA DIA ANAK TK YANG MANDI DENGAN SABUN BERAROMA STRAWBERRY?


*****


"Aku mau lotek.."

Baru saja Mushkin duduk di atas sofa dengan membawa toples berisi keripik dan hendak memakannya di hari minggu pagi yang segar untuk dirinya, Icha sudah meminta satu hal baru padanya. Bahkan pantatnya belum menempel dengan sempurna di atas sofa, dan Icha sudah meminta hal ini padanya, lebih parah lagi wanita itu memintanya tetap dalam radius yang sangat jauh. Tentu saja! icha kan tidak sudi melihatnya kalau dia tidak brewok!

"Yaudah, aku beliin." Meskipun tidak rela, Mushkin berdiri dan menyimpan toplesnya.

"Tapi cengeknya yang banyak."

Mushkin mengangguk.

"Bumbu kacangnya yang banyak."

Mushkin mengangguk lagi.

"Kalau bisa kangkungnya kangkung darat yah yaang, kol nya di rebus nya sebentar aja, tauge nya minta yang gak ada ekornya, terus kerupuknya minta 29 biji aja, sesuai ulangtahun aku. di bungkusnya pake daun pisang biar enak, hmm terus nanti waktu ulek bumbunya suruh pedagangnya nyanyi lagu Karedok Leunca, nanti kamu videoin ya. pasti lucu deh."

Mushkin menganga.

Ia bahkan tidak bisa menangkap apa saja yang Icha bicarakan sekarang. pesanannya, yang sungguh-sungguh merepotkan!

Jadi ia harus mengatakan itu semua pada pedagangnya?

Dan apa kata duniaa.. Mushkin dengan gamblang meminta pedagangnya untuk bernyanyi lagu itu dan merekamnya?

Icha benar-benar fantastis! Mushkin harus memberikannya standing applause yang di sertai akrobat dengan kayang selama satu jam.

"Yaang? Kamu mau beliin aku itu kan?" Icha memastikan. Tentu saja! memangnya Icha tidak akan mengamuk kalau Mushkin tidak membelinya?


*****


"Mus! Kamu kemana aja? huu sombong ya, mentang-mentang udah nikah."

Salah satu tante yang mengidolakannya dan begitu menyayanginya menyambutnya dengan meriah. Mushkin tersenyum senang, istrinya tidak mau melihatnya, syukurlah satu tante miliknya mau melihatnya. Jadi begini ya, kenapa pria selingkuh? Astagaa.. apa-apaan pikirannya!

"Yah, kan udah lama jomblo taan. Sekalinya punya istri harus di berdayakan doong." Jawabnya. Wanita paruh baya yang berada di hadapannya tertawa, "Kuat berapa ronde kamu Mus?" Godanya.

"Yeeee tante kepooo. Gak boleh tau urusan ranjang orang! Nanti tante mau lagi."

"ya ampun Mus! Kalau mau ya tante mah tinggal menyambut si papi dalam suka cita." Sahutnya. Mushkin tertawa. Tante-tante, tidak lebih tepatnya tante menuju nenek, dimana pun mereka berada, selalu sangat bersemangat membicarakan hal seperti ini.

"Jadi, kenapa kamu tiba-tiba kesini?"

Mushkin terkekeh, ketahuan ya.. ia punya maksud tertentu.

"Bi Icah mana taan? Ada kan? Mus mau minta di bikinin lotek sama dia. Loteknya dia kan enak."

Wanita paruh baya di hadapannya memicingkan mata, "Jangan bilang... istri kamu ngidam ya? pengen lotek."

Mushkin mengangguk miris, "Ya tante, dan jangan tanya apa yang dia minta. Pokonya, Mushkin udah punya semua bahannya, Mushkin cuman butuh Bi Icah bikin loteknya."

Well, sepertinya sangat mendesak. Pada akhirnya orang bernama bi Icah menampakan dirinya.

"Sok mana sini, mau di bikinin lotek?" Tanya bi Icah. Mushkin mengangguk. Untung saja ia selalu punya banyak stock sayuran di rumahnya. Tanpa sepengetahuan Icha, Mushkin mengambilnya dan membawanya disini.

"Ini bi, bahan-bahannya. Udah Mus siapin, nah bibi ulek kacangnya sambil nyanyi ya bi?"

"Nyanyi? Nyanyi naon? Sora bibi mah da butut." *

"Keun bae bi, teu butuh sora alus, butuhna bibi ngarendos sabari nyanyi. Geus we eta. Yah bi? Kasian istri Mus, lagi ngidam dia.." **

"Halah, amun ngidamna macem macem, nepi raripuh sararea mah lalaki siah budakna jang." ***

Mushkin terkekeh, dalam hati mengaminkan ucapan bi Icah.


*****


'Hah seuhah seuhah lada-lada meni lada. Hah seuhah seuhah lada-lada meni lada'

Icha terkikik, menonton video yang di pesannya, membuat lotek seraya bernyanyi.

'Karedok-karedok leunca.. karedok karedok cinta~'

Lagi, Icha kembali tertawa senang melihat video nya. Ia menontonnya dengan santai seraya memakan loteknya, sementara Mushkin sengsara dengan posisinya yang memegang ponselnya seraya berjongkok di hadapan Icha.

Padahal ia akan menyambungkan ponselnya pada TV, sehingga Icha bisa menontonnya dengan lebih nyaman, tapi dasar istrinya yang menyebalkan yang sayangnya tetap ia cinta, Icha menyuruhnya untuk memegangi ponsel untuknya.

Haa.. apa pembuktian cinta harus se sulit ini?

Sudah hartanya terkikis, tenaganya juga terkuras habis.

Ferrari yang di tawarkannya pada semua orang, tempo hari Icha mengatakan kalau ia menginginkan mobil itu, mau tidak mau Mushkin tetap mengeluarkan uangnya, dan kini ia menunggu Ferrari itu untuk datang ke rumahnya.

"Nih!" Icha menyodorkan piring berisi loteknya, "Kamu kelamaan bawa loteknya. Makannya jadi kurang nikmat, kamu abisin aja."

Icha menyimpan piringnya di depan Mushkin, kemudian ia berbaring dengan santai di sofa seraya memainkan ponselnya.

Menatap loteknya, Mushkin ingin berteriak ketika melihat porsi nya yang masih sangat banyak sekali. Icha seperti tidak memakannya saja.

Astagaaa...

Hari ini ia benar-benar ingin mengubur dirinya hidup-hidup!


*****


"Mus, muka lo kenapa kusut begitu?"

Icha sedang keluar bersama Sharen, katanya mau melihat-lihat tempat yoga ibu hamil, dan Mushkin segera mengungsi ke rumah Reno untuk mengungkapkan seluruh keluh kesahnya.

"Noooo.. perasaan hamilinnya gampang, kok ngidamnya begini amat." Adunya. Reno tertawa. Akhirnyaaa! Akhirnya Mushkin merasakan penderitaan tak terduga dari seorang suami, sama seperti dirinya dulu.

"Selamat ya Mushkin, semoga lo tetap tabah menjalani hidup ini."

"Sialan lo! Kalau gue gak cinta nooo.. gue gak mau begini-beginian, gue bener-bener gak mau. lo bayangin aja, dia minta gue numbuhin jambang dan sialnya udah hampir seminggu kenapa mendadak susah tumbuh? Gue kudu pie Nooo?"

Reno tertawa dengan puas, "Mus.. lebih baik begini, daripada Icha ngurusin kayak kemarin kan?"

Ah, ya.. Mushkin lupa hal itu. melihat Icha terbaring di Rumah Sakit benar-benar membuatnya tidak tega, dan waktu itu ia memang lebih memilih melakukan apa saja demi ngidam Icha, daripada harus membuatnya lemas tak berdaya.

Dan Tuhan benar-benar mengabulkannya, sekarang Icha ngidam hal-hal yang membuat dirinya ingin mencabut semua perkataannya.

Sayangnya, ucapan merupakan hal yang tidak bisa di tarik lagi di dunia ini.

Jadi, terima sajalah semuanya Mushkin! batinnya meneriakinya dengan puas.

"Yah, Mus.. gak apa-apa lo menderita begini. Kita mah para suami gak seberapa Mus.. coba liat istri lo, dia harus muntah-muntah tiap pagi, gak bisa makan, badannya berubah, harus bawa-bawa kandungan isi bayi kemana-mana, belum lagi waktu melahirkannya yang emang mempertaruhkan nyawa banget, setelah itu dia juga harus merelakan berbagi makanan lewat air susunya. Di pikir nyusuin enak Mus? Sharen sampe lecet-lecet, sampe sakit, gue aja gak tega sama dia."

"Noo.. sejak kapan lo bijak gini?" Mushkin bertanya-tanya, sementara itu Reno malah tersenyum, "Sejak gue liat si kembar sekarang, lalu gue inget perjuangan kita berdua dulu, apalagi perjuangan Sharen, yang bener-bener hampir meregang nyawa banget. percaya deh Mus, setelah lo liat istri lo hampir mati waktu lahiran, lo pasti bakal rela lakuin apa aja buat kebahagiaan dia."

Mushkin terdiam, ucapan Reno ada benarnya juga.

"Lagian itu juga bukan semata-mata keinginan Icha.. ngidam kan biasa, kalau versi si Icha mungkin luar biasa karena emang orangnya pun luar biasa kan Mus?"

"Sialan lu noo.. ngatain baby gue."

"Dih, baby.. gaya lu Mus!"


*****


"ICCHAAAAA!!!!!" Maryam memeluk Icha dengan erat, berteriak sampai semua orang yang berada di rumahnya menutup telinganya. Sudah berapa lama Maryam tidak bertemu Icha? Lama sekali! bahkan sejak Icha hamil ini kali pertamanya bertemu Icha lagi.

"Tante Mar, kemana aja?" Tanya Icha. Maryam tertawa, "Biasa.. ibu-ibu kan banyak acara Cha. Eh, kamu gimana sekarang? sehat?"

"Sehat kok tan.."

"Mushkin gimana?"

"Dia masih hidup dan mencintai Icha segenap jiwa tante."

"Halah Cha, gaya lo! Mau pamer ya sama mama?" Sharen menyindirnya. Icha hanya mengangkat bahunya saja.

"Ya udah ayo masuk yu! Tante baru bikin rujak, kamu pasti suka Cha!"

Icha menganggukkan kepalanya dengan antusias. Ia mengikuti Maryam dan Sharen untuk masuk ke dalam rumah.

"Mommy! Legging Alena yang kemarin di pinjem mana?"

Icha menghentikan langkahnya. Lah, bukankah Alena sudah pulang?

Ketika menolehkan kepalanya, mata Icha benar-benar terbelalak saat mendappati Alena sedang berdiri di dekat dapur dengan memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan.

"Loh, Sharen, kata si Mustopa, si Alien Ebel yang Hina itu udah pulang."

"Apaan? Alena? Dia gak pulang kok Cha! Katanya dia mau tinggal di Bandung aja mulai sekarang. ke Bali nya kapan-kapan aja."

APA? Jadi Mushkin membohonginya?


******


Mushkin mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata ketika ponselnya berbunyi dan suara isakan Icha yang terdengar. Berteriak-teriak padanya karena sudah tega membohonginya, mengatakan bahwa Alena sudah pulang padahal kenyataannya Icha bertemu dengannya di rumah Maryam!

Mushkin pun tidak tahu mengenai hal ini, Alena memang mengatakan dia akan kembali ke Bali, dan dia pun sudah tidak menghubungi Mushkin, maka Mushkin kira memang Alena sudah kembali. Tapi ternyata?

Oh, tidak! Sudah Icha tidak mau berdekatan dengannya, sekarang Alena masih disini dan apa yang akan terjadi? Icha tidak mau melihatnya? Begitu? bagus! Kiamatlah duniaaa.

Begitu sampai di rumah Maryam, Mushkin menepikan mobilnya begitu saja. ia berjalan dengan tergesa untuk masuk dan menemukan Icha.

"Chaaa.." Panggilnya.

"Om Mus?" Haru yang menyambutnya.

"Eh, Haruuu.. mana tante Icha?" Mushkin berjongkok kemudian menggendongnya.

"Tante Icha lagi main sama Laura Om! Sama tante Alena juga."

"Oh? Main sama tante Alena?"

Main yang bagaimana maksudnya? Main cakar-cakaran? Main tembak-tembakan? Atau main injak-injakkan?

Mushkin menggelengkan kepalanya dengan kuat. Tidak, tidak. Ia tidak boleh berpikiran yang aneh-aneh.

Berjalan menuju halaman belakang, Mushkin membawa Haru untuk mencari Icha dan Alena.

"Oma sama mama Haru mana?"

"Hmm tadi katanya kemana ya, Haru lupa om!"

Oke, baik. Lupakan dulu mereka berdua! Yang sekarang harus di utamakan adalah Icha dan Alena yang menurut Haru sedang bermain.

Mushkin mempercepat langkahnya, ia hampir saja berlari untuk mendekati Icha, tapi sepertinya Alena dan Icha sedang berbicara dengan serius. Maka Mushkin memutuskan untuk bersembunyi dan mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam, dan tentu saja seraya membekap mulut Haru. oh, Reno..maafkanlah Mushkin yang memperlakukan anaknya seperti ini!

"Lo gak usah ketakutan begini, gue tahu kok sekarang Al gak bisa jauh dari lo. Lagian gue juga udah sadar kalau perasaan gue bukan apa-apa buat dia. Di pikir lagi, gue malah merasa kalau dia kakak gue. yah, gue memang suka hancurin hubungan dia, tapi gue juga selametin dia. Toh cewek-cewek dia gak ada yang bener, dia itu asal embat. Apa-apaan, sebagai mantannya kan gue merasa harga diri gue tercoreng."

"O."

Mushkin hampir saja tertawa, Icha hanya menjawab 'O' dengan wajah yang sangat-sangat malas. Dasar menggemaskan! Mushkin jadi makin cinta padanya.. astagaa, kenapa ia baru bertemu dengan Icha sekarang sih?

"Jadi lo gak akan goda-goda lagi suami gue kan?"

"gue juga punya harga diri kali. Gak lah, yang kemarin anggap aja gue ngetes dia. Dan buktinya Al gak tergoda, dia malah merasa muak sama gue. kalau dulu karena dia main-main aja sama ceweknya, ya dia pasti balik lagi sama gue."

"Oh ya? dan lo bangga?"

"Kayaknya yang wajib bangga disini lo deh.. lo satu-satunya cewek yang bisa bikin Al berhenti, yah.. bikin dia setia."

"kalau lo gak hancurin hubungan dia juga dia pasti setia sama yang lain."

"Oh ya? gue gak liat begitu. setia itu dari hati, dan gimana niat. Yaa.. dia setia, ya dia yang sekarang. gak tau deh, lo apain dia sih?"

"Ya, apalagi? Gue kasih dia kepuasan yang tiada tara lah."

Mushkin kembali terkikik. Ichaaa.. selalu saja! kata-kata seperti itu sudah bukan pantrangan untuk di ucapkan olehnya.

"Well, gue baru nemu cewek yang ngomongnya se gamblang lo."

"Yah, berterimakasihlah sama abang gue. yang bikin gue ekspresif gini kan si bangmud! Ehm! Ngomong-ngomong, lo kenal Astrid?"

Mushkin yang masih menguping mengerutkan keningnya, Astrid? Yang mengompori Icha?

"Astrid mana?"

"Mana lagi, yang tukang ngomporin. Nenek lampir, barbie santet yang bangga-banggain laki gue dan sekarang nempel sama abang gue."

"Oh, My. GOD! Dia? Hell, dia kan yang bikin gue ribut di marahin mommy abis-abisan."

"Kenapa?"

"Ya, kenapa lagi. dia hobinya cari muka, dan pokonya situasi parah banget, gue dendam sama dia makannya gue ancurin hubungan dia sama Al sehancur-hancurnya."

Begitu mendengar Alena mengatakan hal itu, Mushkin dapat melihat dengan jelas sebuah senyuman penuh rencana dari bibir Icha.

"Kayaknya Alena.. lo harus hancurin dia lagi deh."

Mushkin bergidik. Oh Tuhan, Alena? Dan Icha? Mereka bekerja sama? apa jadinya?

"Oh iya yaaang, udah boleh keluar dari persembunyian."

Tunggu, Icha berbicara pada siapa?

"Aku bicara sama kamu! Di pikir gak keliatan ngumpet disitu? Badan segede gitu, pasti keliatan lah. Dasar gorilla."

Jadi, dia ketahuan ya?

Dengan lunglai Mushkin keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Icha. Tidak lupa ia melepaskan tangannya yang membekap mulut Haru,

"Om.. Haru jadi susah napas." Haru terengah-engah. Alena segera merebutnya dari gendongan Mushkin, "Ngumpet boleh Al, tapi gak siksa anak orang juga. Kalau Mas Reno tahu, abis loh kamu."

Kemudian Alena pergi meninggalkannya bersama Icha dengan menggendong Haru.

Mushkin ingin mendekat,tapi ia ingat kalau Icha tidak mau berdekatan dengannya kalau ia belum brewok! Argggg... dimana harus ia dapatkan penumbuh brewok yang bisa membuatnya brewok dalam waktu beberapa menit?!!

"Dasar tukang ngintip! Jangan bilang kalau aku mandi, kamu suka ngintipin aku?" Tuduh Icha. Mushkin ingin tertawa! Enak saja, "Kalau bisa dobrak pintu dan ikut bergabung, ngapain ngintip? Nyiksa diri aja." Akunya.

"Dasar mesum!" Cibir Icha. Mushkin mengerucutkan bibirnya, "Dasar pecinta pria mesum!" Ledeknya pada Icha.

Wanita itu melotot, ingin berteriak tapi setelah berbicara dengan Alena, kenapa mendadak ia ingin memeluk Mushkin ya? sudah berapa lama icha tidak merasakan pelukan Mushkin?

"Mustopa!" Panggilnya. Mushkin menggeram, "Apa?"

"Sini doong! Ngapain jauh-jauh sama istri sendiri!" Pintanya. Mushkin mendengus, "Lupa ya? yang beberapa hari ini gak mau di deketin sebelum aku brewok siapa? Kan kamu." Tuduhnya. Icha menggoyangkan kakinya, seperti anak kecil yang merengek ingin di belikan mainan.

"Itu kan kemarin, sekarang beda. Aku kangen sama kamu, nanti kalau aku jauhan sama kamu terus ada yang rebut kamu gimana? Terus nanti aku jadi janda, terus anak aku bapaknya mana, terus nanti kamu telantarin anak kita, nanti kamu gak kasih dia jatah bulanan, nanti―"

Pletak!

Satu jitakan mendarat di kepala Icha, "Suudzon boleh yaang, tapi gak drama begitu juga." Sindirnya.

Icha terkikik, "Yaudah sini.. deketan. Jangan jauh-jauh."

"Dih.. setelah ngusir-ngusir, sekarang minta deket-deket? Harga diri kamu yaaang dimana?" Ledek Mushkin. icha melemparkan sendalnya, "Harga diri aku gak ada. Udah di beli sama kamu."

"Oh iya, di beli sama cinta ya?"

Aaaarg! Icha merasa semua jari-jarinya mengkerut.

"Jangan bilang cinta! Kamu tau gak cinta itu apa?"

Mushkin mendekat, berjongkok di hadapan Icha dan menggenggam tangannya, "Apa?"

"Cinta itu buta, buta itu mata, mata itu bulat, bulat itu telur, telur itu kuning, dan kuning itu tai. Jadi yaaang.. cinta itu tai!"

Mushkin tertawa terbahak-bahak! Teori macam apa itu? Icha mendapatkannya darimana?

"Salah yaang.. cinta itu aku, aku itu suami kamu, dan kamu itu istri aku."

Icha mencibir, "Terus? Cinta itu istri aku? gak nyambung yaaang! Kamu gak kreatif!"

Mushkin tertawa lagi, "Ya udah.. cinta itu kamu, kamu itu istri aku, istri aku itu hidup aku, jadi kamu itu hidup aku." Ucap Mushkin. Icha bergidik. Apa-apaan! Kenapa ia jadi malu saat mendengarnya sih?

"Aaah, kok gemesin sih kamu yaang." Sahutnya. Mushkin berkedip dengan bangga, "Kamu juga gemesin yaang, paling gemesin, minta di gigit, minta di cium, minta di miliki seumur hidup."

APAAHH??

Sudah cukup! Kalau begitu terus Icha bisa pingsan dengan bahagia saat ini juga!

"Pantes aja ceweknya banyak. Bikin orang terbang pinter banget sih."

"Tapi yang bisa bikin aku terbang cuman kamu Chaa.. kalau kita lagi―"

"Aaaaa.. ya udah sini cium aku!" Pinta Icha. Mushkin masih tertawa, ia mendekat dan mencium kening Icha.

"Pipi juga!" Pinta Icha. Mushkin melakukannya, dan Icha meminta semua bagian wajahnya di cium satu persatu. Saat Mushkin mendekati bibirnya, Icha menahan bibirnya, "Gak boleh! kalau bibir nanti ada kelanjutan! Kata si dokter gak peka kan kaga boleh naena yaang!"

Sekarang, tidak ada yang bisa Mushkin lakukan selain tertawa dengan keras.

Lihat, ada di samping Icha selalu membuatnya tertawa seperti ini!


****


Mengenai masalah pekerjaan, Mushkin sudah membicarakannya dengan baik bersama Icha, meskipun terlihat tidak rela tapi demi kehamilannya, Icha setuju untuk berhenti bekerja sementara. Sehingga ia bisa dengan bebas menghabiskan waktu bersantai-santai seraya menghabiskan harta suami! Astaga, ternyata nikmat yang satu ini sangat indah!

"Taraaa! Sekarang aku udah bisa masak! Selama kita menikah, ini masakan terbaik aku buat kamu yaang!" Icha menyodorkan satu oseng kangkung pada Mushkin.

Katanya ini menu terbaiknya? Hanya kangkung? Oh Tuhan..

"Kok banyak banget airnya yaang? Gak pake air lebih enak loh."

"Oh, itu. tadi aku niatnya memang gak banyak air, tapi keasinan, aku tambahin air, eh airnya kebanyakan, tapi ternyata malah jadi kurang asin, ya udah aku tambahin garem aja, hehe yaang ternyata aku kebanyakan juga kasih garemnya, jadi aku tambahin lagi deh airnya!"

APA?

Mushkin menelan ludahnya.

Jadi, pertanyaannya adalah..

Berapa banyak air yang Icha gunakan untuk membuat semangkuk kangkung ini?

"Dimakan yaaah.." Ucap Icha dengan bersemangat. Istrinya yang menggemaskan itu menyendokkan nasi dan kangkung kemudian menyajikannya di hadapannya.

"Kamu gak makan?" Tanya Mushkin. icha menggeleng, "aku masih belum terlalu suka makan nasi. Tadi udah makan buah, udah minum susu juga."

Oke, jadi sekarang yang harus merasakan makanan ini adalah Mushkin seorang?

Dengan mengumpulkan keberaniannya, Mushkin menyuapkan satu suapan ke mulutnya.

Dan rasanya..

HAHA! Ia ingin tertawa!

Ya Tuhan...

Akhirnyaa!

Setelah sekian lamaa..

Akhirnya Mushkin mengetahui bahwa kegiatan belajar masak Icha bersama Sharen.. harus terus selalu di lakukan demi menyempurnakannya!

Mushkin berharap, indra pengecapnya tidak berfungsi untuk kali ini.

Oh Tuhan, betapa ia mensyukuri telur, sosis, dan nugget goreng buatan Icha.

Lain kali, ia tidak boleh mengeluh mengenai yang satu itu.


****


"Mus, mama nelpon gue. katanya kita harus pulang jam tiga." Reno masuk ke dalam ruangannya kemudian duduk di sofa. Beberapa saat yang lalu mereka baru mengecek lokasi proyek dan melakukan beberapa pertemuan dengan para investor.

"Kerjaan gue banyak Ham.. lagian ngapain sih?"

"Gak tahu, katanya kita mau have fun."

"What? Weekday begini?" Tanya Mushkin. reno mengangkat bahunya, "Mama yang bilang."

Kemudian Mushkin tersenyum, "Yah.. bosnya kan elu Haam.. gue mah ikut lo aja deh. Kalau pulang jam segitu, ya Alhamdulillah."

"Sialan lo Mus!" Cibir Reno. Mushkin terkekeh.


****


"Abaaaang!!" Muda terperanjat, hampir saja ia menggores gambarnya. Icha tiba-tiba saja masuk dan membuatnya benar-benar kaget.

"Chaa.. gak usah teriak-teriak! Kenapa sih?"

"Ikut yu bang!"

"Hah? Kemana?"

"Kita mau Karaoke abaaaaang." Teriak Icha dengan bersemangat. Muda menggelengkan kepalanya, Karaoke sama sekali bukan gayanya! "Gak, abang gak ikut. lagian banyak kerjaan juga. "

"Iiih abaaang. Gak asik! Icha udah bilang kok sama papa, katanya boleh."

Oh, Tidak. Muda selalu mengutuk rasa inisiatif Icha dalam hal apapun!

"Tetep aja Icha, abang gak mau."

"Abang! Mau nanti ponakannya ileran kalau kemauannya gak di turutin? Om macam apa sih?! Jahaaaat.."

Icha mengerucutkan bibirnya, matanya hampir berkaca-kaca.

Kalau sudah begitu, satu-satunya yang bisa Muda lakukan adalah.. menuruti keinginan Icha.

"Oke. Abang ikut."

"Oke, ajak mbak Astrid juga ya?" Pinta Icha. Muda mengangguk, dan kembali tenggelam dalam kegiatannya, tanpa melihat sebuah senyuman di bibir Icha.

"Ruangan mbak Astrid dimana sih bang?" Tanya Icha lagi.

"Di deket ruangan ini, ada jarak empat ruangan." Sahut Muda, tanpa melihat ke arah Icha.

Oke, baiklah! Icha sudah tahu.

Dengan cepat ia mencium pipi kakaknya kemudian melesat menuju ruangan Astrid!

Bibirnya sudah gatal sekali, mengucapkan kata 'mbak' di hadapan kakaknya, astagaaa.. Icha merasa bibirnya benar-benar ternodai!

Mengetuk pintu, Icha menunggu respon dari dalam ruangan wanita menyebalkan itu.

"Masuk!" Perintah dari dalam! Dasar Barbie santet! Suaranya menyebalkan sekali.

"Hai mbaaaak!" Astrid mengerutkan keningnya ketika menatap seseorang di dekat pintu, Icha ada disana.

"Oh, Icha? Ngapain disini?" Tanyanya berbasa-basi.

"Ngapain? ngepel lantai! Ha! Ya ke papa sama Bangmud lah.. mereka kan kerja nya disini."

Astrid memilih untuk tidak menanggapinya.

Nah, kan. kalau di kandang so' bijaksana! Dasar kucing betina!

Icha berjalan mendekat, sesuatu yang berada di tangannya ia sodorkan ke hadapan Astrid. Begitu melihat sebuah bungkusan, Astrid menatap Icha tak mengerti, ia meminta penjelasan lewat tatapan matanya.

"Chanel Pink Patent Leather East West Lipstick Flap Bag!"

Fyuh! Akhirnya! Satu malam menghapalkan nama tas ini, akhirnya Icha bisa mengucapkannya dengan lancar juga! HAHA! Pembuat tas ini sepertinya sengaja memberikan nama sepanjang ini untuk menguji kemampuan menghapal para pelanggannya. Kalau saja Icha gagal menghapal nama tas ini, Cum Laude benar-benar sia-sia.

Astrid mengerutkan keningnya, masih tidak mengerti dengan apa yang Icha katakan. Dengan kesal, Icha membuka bungkusnya dan menunjukkan sebuah tas berwarna pink kemudian berkata dengan sombong, "Al beliin aku ini, katanya siapa tahu aku suka. Tapi aku gak suka mbak, ini.. gimana ya, bukan gaya aku banget. aku lebih suka tas dari kulit manusia macam mbak, kalau ada. Sayangnya kan gak ada ya.. dan.. ngomong-ngomong, karena mungkin mbak bakalan suka, aku kasih deh nih. Secara Cuma-Cuma! 43 juta loh mbaaak.. lumayan kan, aku tahu kok mbak lagi ngincer tas ini. kemarin bang muda nanyain harganya soalnya. HAHA. Sayangnya si Bang Mud itu sibuk sih, lama kalau beli ini itu."

Astrid merasa terhina, Icha memberikan tas ini secara Cuma-Cuma? Untuk apa? menunjukkan bahwa ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan?

"Monggo mbaaak.. setulus hati aku kasih buat mbak Astrid." Icha tersenyum lagi. ia menaruh tas nya di atas meja Astrid kemudian tanpa menunggu sahutan dari wanita kompor itu, Icha meninggalkan ruangannya.

Sementara Astrid, begitu Icha pergi matanya tidak berhenti menatap tas yang memang sangat-sangat dia inginkan! Baik! Lupakan dari siapa tas ini. yang terpenting adalah ia memilikinya.

Dengan senyum penuh kemenangan, Astrid mengambil tas itu, menyentuhnya dengan hati-hati untuk merasakan jahitan-jahitan rapinya, merasakan permukaannya dan harganya yang mahal. Oh Tuhan! Mimpi apa dia semalam?

Sekarang, saatnya ia melihat bagian dalamnya.

Senyuman masih terpancar di wajahnya, Astrid membuka tasnya secara pelan-pelan, sampai sesuatu.. astaga! Seekor tikus meloncat dari dalam tas dan membuatnya secara refleks melemparkan tas itu dan berteriak.

"AAAAAAAAA!!!!!" Pekiknya. dia langsung histeris, berteriak seperti orang yang kesetanan karena melihat seekortikus sekarang berkeliaran di ruangannya. .

Dan di balik pintu, Icha menari-nari dengan puas.

RASAKAN!!!

Untung saja pagi tadi Icha mendapati tetangga nya hendak membuang tikus yang berada dalam perangkap, dan tiba-tiba saja sebuah ide timbul di kepalanya. dengan sengaja Icha meminta tikus itu untuk di masukkan ke dalam tas nya dan menjadi persembahan untuk Astrid.

Ah.. nikmatnya hidup!

Icha benar-benar bisa tidur dengan tenang malam ini!

Dan suaminya tersayang..

Maafkan kalau 43 juta nya icha gunakan untuk membuang seekor tikus pada kucing betina menyebalkan!



Lotek : semacem gado-gado, sayuran di rebus yang pake bumbu kacang.

*: nyanyi? Nyanyi apa? suara bibi kan jelek

**: gak apa-apa bi, gak butuh suara bagus. Butuhnya bibi ulek sambil nyanyi. Udah, gitu aja.

***: Halah, kalau ngidamnya macem-macem, sampe semua susah anaknya pasti laki-laki



TBC


HAHAHAHAHA KASIAN DEH ASTRID.. ICHA DI LAWAN. ICHA GITU LOOOH..

Oke part ini sampe segini dulu karena sepertinya kepanjangan kalau di lanjutin.

Tenang aja, setelah aku perkirakan kayaknya ini tamatnya di part 35 deeh :D buseet maak panjangnya.

Dan tau gak ders, kalau umur Musicha di wattpad baru 78 hari :") tapi part nya udah banyak wkwk

Yaaa.. makasih ya buat kalian barisan para readers yang aku cintai setulus hati. Sinih peyuuuk *Hug

OH IYA, BICARA SOAL KEENAN PEARCE.. *goyang dangdut

Aduh aku lagi mabok dia dersss hahaha gara-gara temen aku tiba-tiba bilang kalau DIA ITU MUSHKIN! Dan WOW! Setelah sekian lamaaa.. akhirnya aku menemukanmu mushkinku sayaaang :*

Kayaknya Raisa harus sabar deh ya, saingan dia wanita langka macam Icha.. duh nasibmu rai *ekeu so akrab

OH IYA.. buat yang mungkin upload kutipan dari si Musicha di IG, boleh dong ayy.. tag tag akuhh.. nih IG aku @leejaeri95 (sama kayak line)

Yah, mana tau ada kata-kata yang bisa di share wkwk meskipun banyaknya hanya tentang ngangkang atau nungging *sujud sujud

Okeylah.. sampai jumpa next part readers sayaaang..

Aku sayang kaliaaan :*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro