Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 25


Icha menghentakkan kakinya dan masuk ke dalam rumah Sharen dengan kesal.

"Sialaaan! Dasar gak pekaaa! Masa gue terus yang harus gerak sih? Giliran naena aja dia gerak duluan. Giliran begini kenapa dia lambat banget." Gerutunya. Sharen tertawa puas, "Elah Cha.. cowok mah memang begitu. lo tahu kan ciri-ciri makhluk hidup?peka terhadap rangsangan! Ingat. Rangsangan! Bukan perasaan atau kode -kode yang rumit." Sahut Sharen. Icha mengangguk setuju.

"Dasar bego! Dasar tolol! Mau dia apa sih? Kan gue jadi makin sedih Sharen. gue udah nunjukkin betapa hancurnya gue, dia malah diem, bengong kayak orang tolol. Gue sebenernya nikahin orang apa nikahin keong sih? Kok gak ada otaknya banget."

"Uuuu.. mana sini yang sedih." Sharen merentangkan tangannya, sebelum Icha memajukan tubuhnya, Reno sudah lebih dulu memeluk Sharen dan tertawa meledek ke arahnya.

"Huu.. kasian yang gak ada temen pelukan. Kamu apain si Mushkin cha?" Tanya Reno. Icha mengusap air matanya, "Ini rencananya Sharen.. katanya biar si Mustopa itu gerak cepet!" Gerutu Icha seraya mengusap hidungnya karena ingus yang keluar beriringan dengan air matanya.

Benar. Semua ini adalah ide dari Sharen. selalu ide gila yang bisa membuat orang lain tersakiti. Pembalasan dendam Sharen tidak pernah tanggung-tanggung, selalu begitu kejam dan sangat-sangat sadis.

Semua memang benar, tentang Icha yang begitu iri dengan mantan-mantan Mushkin dan tentang betapa kecewanya dia pada Mushkin karena Alena masih bebas berkeliaran.

Icha ingin benar-benar berteriak-teriak dan marah pada Mushkin, tapi pria itu malah sepertinya menikmati kegigihan Icha dengan tidak melakukan apa-apa.

Dan tiba-tiba saja Sharen mendatanginya untuk mengikuti skenario gila yang membuat Icha meneriakinya keras-keras.

Tentu saja, siapa yang ingin meninggalkan suaminya dalam keadaan genting seperti ini?

Memang ada saatnya Icha menyerah, ada saatnya ia merasa kalah, dan ada saatnya ia bukan apa-apa. tapi bukan berarti ia harus meninggalkan Mushkin. bukan Icha sekali!

Dan betapa pintarnya ibu tiga anak itu menyuruhnya bersandiwara, mendalami peran untuk memasang ekspresi terluka yang amat sangat menyakitkan, yang sayangnya Icha benar-benar terhanyut karena sebenarnya ia juga secara tidak langsung mengungkapkan apa yang ia rasakan.

Tapii..

Dasar pria bodoh!! Setelah Icha pergi pun dia hanya memanggil-manggilnya! Tanpa mengejarnya atau mencoba mencarinya.

Pria itu manusia atau bukan?

"Nih ya Sharen.. maling aja kalau kabur di kejar. Masa istri sendiri kabur di biarin aja. dia kurung kek, iket kek, borgol kek, gue pasrah kok dia jamah."

Astagaaa.. pikiran Icha selalu saja tertuju pada hal itu.

"Yah, aku belum pernah iket kamu Sha.. lain kali kita coba boleh kali ya?" Goda Reno. Sharen mencubit perutnya, mengisyaratkan bahwa masih ada Icha diantara mereka.

"Jadi, lo mau bukti apa Cha?" Tanya Sharen.

"Gue cuman pengen dia bilang sesuatu. Udah, itu aja. soalnya dia bisu akhir-akhir ini. kemana dia yang dulu neriakin gue? gue kan kangen.." Adu Icha.

Reno tertawa, "Kadang saking bingungnya, kita para pria suka speechless Cha.. mau bilang takut salah, gak bilang takut makin salah, tapi waktu nyadar kalau kita harus bilang, yah.. udah terlambat."

"Dan si kentang mustopa itu keterlambatannya di atas rata-rata! Hebat, gue masih tahan buat gak neriakin dia. Astagaaa.. kalau istri dia mbak Hana, mungkin udah minta cerai kali."

"Emang lo gak akan minta cerai sama dia?" Tanya Sharen, iseng. Icha menggeleng, "Kata Pak Iskandar.. Apa yang sudah jadi milik kita harus di pertahankan! Dan si mustopa kan milik gue. lagian kalau gue janda, walah makin gak laku aja dong. Nih ya, Sharen.. gue mah sekarang bersyukur di nikahi suami gue. dan gue gila kalau mau cerai sama dia."

"Nah tapi kan lo sakit hati sama dia."

"Ya namanya juga hati. Bisa terluka, lagian kata mama gue juga gak apa-apa, sekarang sakit hati, nanti bahagia." Ucap Icha dengan optimis. Sharen hanya bisa tertawa mendengarnya, yah.. tepat seperti Icha yang biasanya.

Semoga saja, Mushkin segera bergerak dengan cepat.


****


Bugh!!

Satu pukulan mendarat di pipi Mushkin ketika ia mencari Icha di rumahnya, "Lo apain adek gue sampe lo cariin malem-malem begini?! Dia pergi dari rumah?!" Tanya Muda dengan emosi.

Mushkin mengerutkan keningnya. Icha mengatakan bahwa ia akan pulang ke rumah orangtua nya dan sekarang saat Mushkin menyusulnya, ia tidak mendapatkan apa-apa, selain pukulan mendadak yang membuat hidungnya langsung mengeluarkan darah.

"Bang.. saya―"

"Dari awal juga gue gak pernah restuin kalian! Nah, sekarang tiba juga kan saatnya lo sakitin adek gue!!" Teriak Muda lagi.

Ayolah.. berpikir..

Berpikir..

Mushkin harus berpikir!

Ia tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya kan?

Ayolaah..

Oh, dan sepertinya saat ini Tuhan berpihak padanya.

Ponselnya berdering, panggilan dari ibunya.

"Oh mama? Kenapa ma?"

"Mus, besok kamu nginep disini ya sama Icha."

"Oh? Icha disana? aduh ma, hp nya mati. Mus kira Icha kemana."

"Apaan sih Mus?"

"Ya udah, bilangin Icha kalau Mus jemput dia sekarang ya ma."

"Dih, kamu kenapa?"

"Oke ma, Mus bawain martabak ya nanti. Dah mama, assalamualaikum."

Mushkin menormalkan ekspresi wajahnya, ia memegang ponselnya dengan tangan gemetar, dan sekuat tenaga ia menyembunyikan itu. menatap muda dengan ragu, Mushkin tersenyum dengan hambar, "Ternyata Icha di rumah mama saya bang.." Kekehnya.

Ada sebuah kerutan di dahi muda, sepertinya pria itu tidak percaya.

"Tadi mama katanya jemput Icha, mau masak bareng. Dan hp Icha kecemplung air, jadinya mati." Ucapnya lagi. mencoba menyembunyikan kenyataan yang sesungguhnya.

"Oh, gitu. Ya udah, cepet jemput Icha sana." Muda berucap dengan dingin padanya. Setelah itu ia berbalik masuk ke dalam rumah. Mushkin melakukan hal yang sama, ia berbalik dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Lalu berpikir dengan keras.

Jadi.. dimana Icha sekarang?


****


Sudah jam dua belas malam, dan Icha tidak bisa tidur. Sejujurnya ia ketakutan, ia ragu pada dirinya sendiri.

Bagaimana kalau setelah ia pergi meninggalkan Mushkin, pria itu benar-benar membiarkannya? Jauh seperti harapannya yang ingin Mushkin mengungkapkan perasaannya.

Icha tidak butuh apa-apa, tidak butuh perasaan cinta yang sangat romantis juga.

Icha hanya butuh sebuah ungkapan, bahwa Mushkin memintanya tinggal di sisinya dan mengatakan bahwa Mushkin membutuhkannya. Itu saja.

Dan kenapa sulit sekali membuat pria itu mengatakannya sih?

Icha harus melakukan apa?

Dari cara Agresif sampai cara dramatis sudah ia lakukan, dan hasilnya belum terlihat juga.

Dasar bodoh! Icha menikahi pria bodoh yang berbicara saja tidak bisa.

Astaga, seharusnya Icha yang menjadi bos nya kalau begini.


****


Sampai menuju subuh, Mushkin baru sampai di rumahnya. Ia sudah berkeliling untuk mencari Icha ke Hyde, Renova, Paleo, rumah beberapa teman Icha, bahkan rumah Maryam. Dan semuanya mengatakan hal yang sama.

Icha tidak ada disana.

Menjambak rambutnya, Mushkin sudah tidak tahu lagi harus mencari Icha kemana, pikirannya benar-benar buntu, dan ini semua pasti karena kesalahannya. Karena kebodohannya sendiri!

Dasar pria tidak berguna! Berkali-kali ia merutuki dirinya sendiri.

Icha wanita yang sangat hebat, dia benar-benar bertahan dengan tekanan yang Alena berikan padanya, tetapi coba lihat apa yang di lakukan Mushkin? ia malah berubah menjadi pria bodoh yang tidak bisa hanya untuk sekedar berbicara.

Padahal ia bisa saja mencegah Icha, menarik tangannya, memangku tubuhnya, lalu mengunci Icha di kamarnya. tetapi Mushkin tidak boleh egois, dia tidak bisa melakukan hal itu. karena bisa saja, Icha memang benar-benar butuh waktu untuk sendiri.

Tapi baginya, sama sekali tak ada waktu sendiri! waktunya sudah terbagi dengan Icha dan ia harus menghabiskannya bersama Icha pula. Bukan seperti ini.

Ya Tuhan..

Kenapa penyesalan selalu datang di akhir?


*****


Semuanya terasa sangat lambat, menunggu matahari terbit terasa begitu lama untuknya, dan ketika pagi datang, Icha bangun dengan sangat tidak bersemangat. Tidak ada yang memeluknya, tidak ada yang menciumnya, dan tentu saja tidak ada yang membangunkannya dengan cara-cara konyol seperti menggaruk kepalanya atau mencabut rambutnya.

Sialan..

Dia sangat merindukan Mushkin!

Dan kemana pria itu?

Icha menunggu semalaman disini tetapi Mushkin sama sekali tidak mendatanginya?

Astaga.. jarak dari rumahnya menuju rumah Sharen itu hanya beberapa langkah saja. apa sesulit itu?

Baik! Icha sudah kesal, dan seperti biasa memang seharusnya ia yang bertindak lebih dulu.

Mengikat rambutnya, Icha keluar dari rumah Sharen dengan tergesa-gesa. Ia bahkan menghiraukan sapaan Haru padanya saking emosinya.

Pagar rumahnya terbuka, dan mobil Mushkin tidak terparkir dengan benar.

Pria itu belum berangkat kerja.

Icha kembali melangkahkan kakinya, ia masuk ke dalam ruang tamu yang...oh tidak, berantakan sekali!

Siapa yang berani-beraninya membuat rumahnya kacau begini?!

Icha berjalan kembali, ia membuka pintu kamarnya dan ada Mushkin disana, tengah duduk dengan malas di atas ranjang. Suaminya itu bahkan tidak menyadari kehadiran Icha.

"Heh Pisang!!!" Teriak Icha. Mushkin mendongakkan kepalanya, lihat.. bahkan di saat seperti ini ia membayangkan bahwa Icha mendatanginya dan mengatainya. Ya Tuhan.. cinta membuat seseorang benar-benar gila, ia sampai berhalusinasi seperti ini.

Icha terkejut karena tidak ada respon apa-apa dari Mushkin. jadi, kenapa suaminya itu?

Berjalan lebih dekat, Icha mengibaskan tangannya di hadapan wajah Mushkin, "Helloowwww.." Sapanya.

Mushkin tersenyum. Bayangan Icha terasa benar-benar nyata untuknya.

Tangan Mushkin terulur untuk membelai wajah Icha, "Mungkin saking bodohnya, aku sampai bayangin kamu disini yaang.." Ucapnya. Icha menatapnya tak mengerti.

Membayangkan?

Mushkin membayagkannya ada disini?

Lalu, apa berarti Mushkin menganggap bahwa Icha yang sekarang berada di hadapannya ini tidak nyata?

Astagaa.. benar-benar tidak percaya!

Kamera! Mana Kamera! Icha harus merekam moment ini! ia harus mengabadikannya sekarang juga!!

Tapi ketika ia memperhatikan kembali wajah Mushkin, Icha berhenti.

Ia menatap Mushkin dengan prihatin.

Lingkaran hitam terlihat dengan sangat jelas di bawah matanya, tanda bahwa Mushkin tidak tidur semalaman.

Dan selain prihatin,kenapa Icha malah sangat senang sih?

Yah,setidaknya kalau Mushkin sampai tidak tidur, itu berarti kehadiran Icha sangat berpengaruh kan?

Ya Tuhan, ICHA!!!

Tolong ingat sakit hatimu! Ingat rencanamu! Dan ingat tujuanmu sebenarnya!

Tapi, bagaimana dong? Icha tidak tega kalau ia harus meneruskan sandiwara menggelikannya, dan Icha juga takut kalau ia malah akan membuat masalah karena sandiwaranya.

Hukuman Tuhan selalu lebih kejam bukan?

Icha berjongkok di hadapan Mushkin, ia tersenyum dan mengusap pipi Mushkin dengan lembut. "Aku tahu kamu gak tidur yaang. Tapi please, sadar. Gak usah kayak orang gila yang berhalusinasi liat aku. gak usah mendramatisir kalau kamu kehilangan aku sampe sebegini kacaunya." Protes Icha. Mushkin tersentak, ia menatapi Icha dari bawah sampai atas, kemudian dari atas sampai bawah dan memperhatikan wajahnya dengan seksama.

"I.. ini Icha?" Tanyanya tak percaya.Icha menggeleng, "Bukan... ini Nabila Syakieb." Sahutnya.

"Iya lah!! Ini Ichaaa! Emangnya ngarepnya ini siapa? Pevita pearch? Hiii.. ngarep banget. dia gak akan mau sama cowok yang gak peka kayak kamu."

Mushkin benar-benar tidak percaya dengan apa yang di lihat olehnya!

Icha ada di hadapannya? Sungguh?

"Gannisya? Ini Gannisya kan?" Mushkin meraih wajah Icha, dan meraba-raba tubuh Icha untuk memastikan bahwa yang ada di hadapannya memang Icha.

"Iyaa babang... ini Gannisya! Gannisya Aradya Iskandar. an―"

"Ya ampun Chaaaa... maafin aku!! maafin aku. aku tahu aku salah, maafin aku yaaang."

Sebelum Icha bisa berkata-kata, Mushkin sudah lebih dulu memenjarakannya dalam sebuah pelukan posesif miliknya.

Aah, Icha benar-benar merindukan pelukan ini.

Tapi..

Icha! Ingat! Jangan mau di peluk oleh pria yang belum tahu bagaimana perasaannya padamu! Jangan!

Meronta dalam pelukan Mushkin, Icha menjauhkan tubuhnya dari pelukan Mushkin. tapi Mushkin langsung menarik tubuhnya kembali dan memeluknya lagi.

"Nanti, sebentar lagi." Pintanya.

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak Mushkin, tapi nanti.. nanti saja, Ia tidak mau kehilangan saat-saatnya memeluk Icha dan menyandarkan kepala Icha di dadanya, hanya agar Icha tahu bahwa jantungnya berdebar dengan keras karena Icha ada.

"Ya, kangen sih boleh. merasa bersalah juga boleh, tapi gak gini juga." Gerutu Icha. Mushkin tertawa, ia melepaskan pelukannya dan menatap Icha dalam-dalam.

Semalam adalah sebuah mimpi buruk baginya, dan Mushkin tidak ingin mengalaminya lagi.

"Kamu―"

"DASAR GAK PEKAAAA!!!!"

Icha tiba-tiba saja berteriak padanya.

Nah, loh.. apa yang terjadi?

"Cha?"

"KALAU ORANG KABUR YA DI KEJAR DONG BUKANNYA DI―"

Kepala Icha tiba-tiba saja terdorong ke depan, rasa mual menguasai perutnya dan tanpa bisa ia cegah, mulutnya mengeluarkan seluruh isi perutnya. Disini. Tepat di dalam kamarnya. di hadapan Mushkin. daaan...

Sialnya, itu tepat mengenai wajah Mushkin.

Oh Tuhan.. wajahnyaa!!!

"HUWEEEEK!!!" Icha merasakannya lagi. ia segera berlari menuju kamar mandi meninggalkan Mushkin yang hanya bisa mematung karena Icha memuntahi wajahnya tanpa ampun.

"HUWEEEEK!!" Suara Icha kembali terdengar, kali ini Mushkin bergerak dari diamnya. Ia meraih apapun yang bisa ia gunakan untuk mengelap wajahnya dan berlari menghampiri Icha ke kamar mandi.

"Cha.. kamu kenapa?" Tanyanya begitu sampai. Icha menggelengkan kepalanya, ia sedang kesulitan karena perutnya terus menerus terasa sangat mual sekali.

Dengan telaten, Mushkin memijat tengkuk Icha untuk membantunya muntah.

Setelah selesai, Icha menghela nafasnya. Ia mencuci mukanya, kemudian berbalik untuk berjalan menuju ranjang agar bisa istirahat, tapi sebelum itu, tubuhnya sudah ambruk lebih dulu dalam pangkuan Mushkin.


*****


Kalau saja Icha tidak pingsan, Mushkin sudah berteriak karena wanita itu memuntahi wajahnya yang tampan. Sayangnya Icha pingsan sehingga membuatnya sama sekali tak memperdulikan wajahnya yang sudah ternodai oleh muntahan Icha. Mushkin duduk di ruangan dokter dengan wajah penuh kecemasan.

"Jadi bagaimana istri saya dok?" Mushkin gemetar, keringat dingin membasahi dahinya.

"Tidak ada yang serius, ini hanya salah satu gejala trimester pertama saja pak."

"Trimester? Maksudnya dok?"

"Selamat yaa! Istri anda hamil, usianya lima minggu."

Mushkin benar-benar tidak bisa mempercayai apa yang dokter katakan padanya.

Benarkah? Ia tidak salah dengar kan?

Ia benar-benar mendengar semuanya dengan sangat jelas?

Bahwa Icha hamil?

Icha hamil? Sungguh?

"Dokter.. ini beneran ya?" Tanyanya, mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Dengan penuh senyuman, dokter itu tersenyum, "Benar pak.. saking senangnya, jadi gak percaya ya pak?" Goda sang dokter. Mushkin langsung tersenyum dengan bahagia, berkali-kali ia mengucapkan syukur pada Tuhan karena telah memberikannya kebahagiaan seperti ini.

"Kalau begitu saya mau liat istri saya sekarang." Sahut Mushkin antusias.

"Boleh, tapi mungkin istri anda masih tertidur. Tekanan darahnya rendah, sepertinya dia kurang tidur."Terang dokter. Mushkin mengangguk lagi.

Dengan cepat ia berjalan keluar dari ruangan dokter dan menuju ruangan Icha. Reno dan Sharen ada disana, tadi ketika Icha pingsan Mushkin berlari dan mereka berdua melihatnya dan memutuskan untuk mengantar Mushkin ke rumah sakit.

"Nooooo.." Mushkin menatap Reno penuh haru."Gue bakal jadi ayah nooo.. Icha hamil." Ucapnya dengan gembira. Reno dan sharen sama terkejutnya, "Serius? Berapa usianya?"

"Lima minggu!"

"Ya ampun, udah lima minggu?" Tanya Sharen tak percaya.

Hanya anggukkan yang bisa Mushkin berikan. Ia benar-benar sedang merasakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa, dan Mushkin bersumpah tidak akan bertindak bodoh seperti kemarin lagi. ia berjanji.

Melihat Mushkin seperti itu, Sharen tersenyum bahagia, akhirnya ada juga hal yang bisa menyatukan Icha dan Mushkin selain perasaan mereka berdua.

Dan begitu melihat penampilan Mushkin yang sedikit berantakan, Sharen jadi tidak tega karena ia menyuruh Icha bersandiwara.

"Mushkin.." Ucap Sharen tiba-tiba.

Mushkin mendongak, "Kenapa bu bos?" Tanyanya.

Akhirnya, Sharen menceritakan semuanya pada Mushkin. bahwa kejadian tadi malam adalah idenya. Ia yang menyuruh Icha untuk meninggalkan Mushkin. semua bukan murni keinginan Icha sendiri.


*****


Bau khas rumah sakit langsung menyerang hidungnya begitu Icha membuka matanya. Kepalanya langsung di serang rasa sakit yang lumayan mengganggunya, tangannya bergerak untuk menyentuh kepalanya tapi tangan Mushkin rupanya menggenggamnya dengan erat.

Mushkin merasakan gerakan-gerakan kecil dari tangan Icha yang ia genggam. Mengangkat kepalanya, Mushkin memperhatikan Icha dengan seksama, dan senyuman langsung terpancar di wajahnya.

"Kamu udah sadar? Ada yang sakit? Biar aku panggilin dokter." Ucapnya seraya mengusap kepala Icha.

Icha menggelengkan kepalanya, "Gak apa-apa." Gumamnya.

Mushkin menatapnya dalam-dalam, ia menyentuh tangan Icha dan menggenggamnya jauh lebih erat dari sebelumnya. Seluruh penyesalannya meluap dalam dirinya, tak henti-hentinya ia bersyukur pada Tuhan karena ternyata masih memberinya kesempatan kedua untuk memperbaiki dan memperjuangkan Icha.

"Maafin aku.." Gumamnya dengan lembut.

"Aku tahu, aku bodoh Cha.. bener-bener bodoh kan? bodoh sampai titik ter bodoh. Tapi aku bener-bener minta maaf. Maaf karena kamu ternyata menikahi pria seperti aku."

Ada apa ini?

Mushkin di hadapannya begitu kacau dan ucapannya membuat rasa sakit Icha kembali bangkit dan berkumpul sedikit demi dedikit.

"Maaf, aku bukannya gak belain kamu. Di depan Alena aku selalu nolak dia, dan mengatakan kalau aku gak mau pisah dari kamu. Tapi maaf aku belum bisa mengatakannya di depan kamu. Aku cuman takut kalau mungkin aja Alena malah menyakiti kamu, dan situasi makin parah. Aku gak mau." Tuturnya. Icha tersenyum miris.

"Tapi kamu bener-bener gak ada usahanya. Aku sebegitu gak di inginkan ya? sampai pergi pun gak kamu kejar sama sekali."

Mushkin menggeleng dengan kuat. "Aku cari kamu semaleman. Kamu bilang mau ke rumah papa kamu, dan waktu aku kesana, yang aku dapet cuman tonjokkan dari abang kamu."

Icha membelalakkan matanya. Ia memperhatikan wajah Mushkin yang memang terdapat tanda biru di bibir dan hidungnya.

"Harusnya bang Muda cincang kamu aja," Icha menghakimi, "Tapi sialnya liat kamu di pukul begini kenapa aku malah sakit hati," Ralatnya lagi.

Mushkin sudah di beritahu, bahwa kehamilan membuat perasaan sang ibu lebih sensitif dan kalau di pikir-pikir lagi memang akhir-akhir ini Icha lebih sensitif dari biasanya.

"Sekali lagi aku minta maaf.. banyak hal yang pengen aku bilang, tapi untuk sekarang aku cuman minta maaf."

Dan lagi-lagi tidak mengungkapkan perasaannya?

Icha melepaskan tangannya, ia bergeser untuk menjauh dari Mushkin, "Bisa pergi sekarang? aku udah bilang jangan hubungi aku. aku pengen sendiri." Ucapnya.

Alih-alih meninggalkannya, Mushkin malah tertawa seraya menjawil hidungnya, "Gak usah pura-pura yaang. Aku udah tahu semuanya."

Maksudnya? Tahu apa?

"Sharen udah bilang semuanya. Kalau dia yang suruh kamu ninggalin aku."

Oh Tuhan..

Tidak!!

Dasar Sharen menyebalkan!

Mati-matian Icha tidak mau melakukannya dan setelah ia lakukan, Sharen malah membocorkan semuanya? Apa-apaan?

Icha merasakan sebuah kecupan di keningnya.

Tunggu dulu..

Mushkin menciumnya?

"I Love You..." bisik Mushkin padanya.

Icha terperanjat. Ia bisa merasakan jantungnya berdegup dengan sangat kencang, dan darahnya terpompa dengan sangat deras.

Apa ini? Mushkin mengatakan apa padanya?

Bisa Icha mendengarnya lagi?

"Gannisya.. aku gak tahu, sejak kapan tepatnya tapi saat-saat hidup bersama kamu itu adalah hal yang paling membahagiakan. Sekali lagi maaf karena kamu menikahi pria macam aku, dan aku cuman mau bilang kalau aku.. aku bener-bener cinta sama kamu. I love you.. "

Ucapnya lagi.

Icha terharu, hatinya menghangat. Hal yang ia tunggu-tunggu selama ini, akhirnya bisa ia dengar juga.

Apa ia bermimpi?

"Kamu pasti bohoong, ini biar aku gak marah aja kan?" Sangkalnya, lebih pada dirinya sendiri.

"Aku belum pernah sejujur ini sebelumnya Cha.."

"Tapi..aku kan beda sama mantan―"

"Mau tahu apa yang aku bilang ke Alena?" Tanya Mushkin seraya menggenggam tangan Icha.

"Aku gak butuh wanita yang jaga image, jaga pola makan, jaga sikap untuk aku. aku hanya butuh satu wanita yang bisa menunjukkan semua sisi dalam dirinya padaku, yang bisa nyaman saat bersamaku tanpa harus menjaga apapun. Dan yang bisa hanya Icha.. sampai kapanpun tetap Icha. Aku bilang begitu sama Alena."

Mushkin mengatakannya dengan bangga, seperti seorang anak yang menunjukkan nilai terbaiknya di sekolah pada ibunya.

Icha menggigit bibirnya. Sialnya, pria ini selalu tahu bagaimana membuatnya benar-benar jatuh cinta padanya berulangkali.

"Cha.. ngomong dong, kata Sharen kamu pergi biar aku ngomong. Sekarang aku udah ngomong kena―"

"DASAR KEONG RACUUUUUN!!!! TUTUT HIDEUNG!! BELUT MOTAAH!! GEDANG BURUUUK!!!" Teriak ICha.

Mushkin tertawa, ini yang dia tunggu-tunggu.

Dengan membenahi posisinya agar duduk tegak, Icha memukul kepala Mushkin lebih keras dari sebelum-sebelumnya.

"Kenapa gerak kamu lelet banget?! kenapa kalau naena geraknya cepet kalau begini geraknya lamaa?"

Ya Tuhan..

"Kamu gak takut emangnya kalau ada yang rebut aku dari kamu? Emang aku gak cantik, tapi begini-begini juga aku bisa bikin puas di ranjang!!"

"Ssst!! Jangan bawa-bawa masalah ranjang yaaang.." Mohon Mushkin, Icha menggelengkan kepalanya. nanti dulu, emosinya belum keluar sepenuhnya.

"Aku sampe mikir yang aneh-aneh! Bisa aja kamu nikahin aku karena memang kesalahan kita waktu itu, dan bisa aja kamu baik sama aku karena aku penyaluran nafsu kamu aja, pemuas kebutuhan alami kamu yang jelas-jelas bisa di dapetin secara Cuma-Cuma."

Icha terisak, kenyataan yang kemarin ia pikirkan lagi-lagi menyakiti hatinya sendiri.

Mushkin segera memeluk Icha dengan erat, "Gak boleh begitu Cha.. sedikit pun aku gak pernah mikir begitu."

"Terus kenapa gak pernah bilang perasaan kamu?" Tuntut Icha.

Mushkin melepaskan pelukannya dan menatap Icha, "Aku kira kamu ngerti yaang. Aku cemburu, aku kangen sama kamu, dan setiap hari kita terus bermesraan. Aku kira itu udah menunjukkan seluruh perasaan aku, dan.. aku kira kamu juga bisa ngerti sendiri." Tuturnya. Satu pukulan mendarat lagi di kepala Mushkin.

"Sekarang kalau kamu mau ke warteg! Kamu liat makanannya, kamu pandangin terus-terusan, apa ibu wartegnya ngerti kalau kamu pengen makan itu? apa ibu warteg nya mau kasih yang kamu liatin?"

Mushkin berpikir, "Aku gak tahu.. aku gak pernah begitu kalau ke warteg."

"Iiiiih!! Itu kan perumpamaan!" Teriak Icha.

Mushkin menganggukkan kepalanya, "Iya.. iya sayang.. iya. Ya udah, gak usah teriak-teriak. Nanti baby nya keganggu tidurnya."

Apa katanya?

Baby?

"B.. baby?" Tanya Icha.

Mushkin mencium bibirnya dan kembali memeluknya, "Sekali lagi Cha.. aku bener-bener cinta sama kamu. Terimakasih, kamu kasih kado terindah buat aku."

"Hah, apaan sih?"

"Kamu hamil sayang, sudah lima minggu."

APA?

HAMIL?

"A, aku?"

Icha mengerjapkan matanya. Sungguh? Ia hamil? Anak Mushkin?

"Aku minta maaf Cha, sampai berapa kali pun aku minta maaf tetep gak bisa obatin luka kamu. Aku malah nyakitin kamu, padahal kamu selalu bikin aku bahagia. Maaf yaaang, aku belum bisa jadi suami yang baik. Tapi aku janji, kalau aku akan jadi ayah yang baik buat anak kita. Dan aku juga akan berusaha untuk jadi imam yang lebih baik lagi buat kamu."

Icha tidak bisa berkata apa-apa lagi, rasa bahagia yang begitu asing menyelimuti hatinya dan membuatnya ingin menangis seraya menjerit-erit saking senangnya.

Mushkin memeluknya lagi, ia menyentuh wajah Icha dan mencium setiap jengkal dalam wajahnya.

"I Love you.." Ucapnya lagi.

Icha terkikik, "I love you too." Bisiknya.

Setelah itu, bibir mereka bersatu untuk saling mencecap dan menyalurkan perasaan mereka.

Rasanya sudah lama sekali Icha tidak berciuman dengan Mushkin seperti ini. dan siapa sangka ternyata berciuman dalam keadaan yang begitu bahagia benar-benar terasa sangat indah.

Entah siapa yang memulai, tetapi saat ini Mushkin sudah membaringkan ICha di ranjang rumah sakit sementara ia berdiri dan membungkukkan tubuhnya untuk menindih Icha. Tangannya sudah berjelajah pada semua bagian yang bisa di sentuhnya.

Dan ketika Icha meraih ikat pinggangnya, Mushkin tersadar dan menjauhkan tubuhnya, "Kata dokter, awal kehamilan belum boleh―"

Mendengar hal itu, Icha langsung berbalik dan menenggelamkan kepalanya dalam bantal.

ARGGGG!!

Kalau tidak boleh, kenapa Mushkin malah memulainya sih?


*****


"Jadi, sebenernya rencana kamu sama Sharen itu apa?"

Icha sudah di perbolehkan pulang dan saat ini mereka berdua tengah bersantai di ruang tamunya. Icha berbaring di atas karpet dengan kepalanya yang berbantalkan perut Mushkin.

"Yaa,Sharen bilang katanya kalau aku udah marah dan kamu tetep diem, tinggalin aja. kadang laki-laki bergeraknya waktu dia terdesak." Terangnya. Tangan Mushkin mencubiti pipinya, "Jadi kamu bohong ya? tentang semuanya?"

"Gak kok, aku gak bohong. Semua yang aku bilang kemarin emang bener, semua mantan kamu, Alena, itu semua bikin aku sakit hati."

"Tapi kamu jalanin rencana Sharen. jadi yang bohong yang bagian mana?"

"Yang bohong yang bilang aku pengen sendiri. di mulai di bagian itu aja." Ucap Icha.

"Itu, Sharen yang suruh?"

"Iya.."

"Memang, kalau Sharen gak suruh begitu, kamu mau bilang apa?"

Mushkin rupanya benar-benar menyuarakan apa yang mengganggunya.

"Yah, aku udah hampir teriak, pengen marah-marah karena kamu gak peka terus. Aku pengen bilang, kalau aku juga cewek, ada lelahnya, gak bisa di gituin terus-terusan. Jangan karena aku beda dari mereka aku selalu kuat, ada saat dimana aku terpuruk dan bener-bener merasa gak berarti. Semua yang aku bilang semalem bener, dan aku juga udah mikir aneh-aneh, yang sialnya malah bikin aku sakit hati. Dan sayangnya kemarin aku merasa kalau aku berjuang sendirian. "

"Bukannya aku udah bilang? kita hadapi sama-sama yaang."

"Tapi kamunya begitu sih, bikin kesel."

Icha bangun dari tidurnya, "Pokonya aku pengen marah-marah! Aku pengen teriakin kamu karena kamu tega-teganya bikin aku kayak gini! Aku pengen jambak rambut kamu sampe botak! Atau aku pengen bejek-bejek muka kamu sampe jelek! Sayangnya gak bisa, kamu kan ganteng."

Mushkin benar-benar tertawa di buatnya.

Ia mendekati Icha, menangkupkan tangannya pada wajahnya dan mencium bibirnya secepat kilat.

"Aku lebih suka kalau kamu jadi diri kamu sendiri yaang. Kalau lagi marah ya teriak-teriak sama aku, yang kemarin itu bukan Icha banget." Akunya. Icha mencibir, "Yang tolol gak ngomong-ngomong juga bukan Mushkin banget! biasa banyak omong kok mendadak bisu."

"Wajar lah yaang, namanya juga cinta. Kalau sebelum cinta mau ngomong apapun ya tinggal ngomong, tapi kalau udah cinta ya mikir ini itu lagi. yaa, anggap aja saking cintanya aku sama kamu, aku sampai gak bisa berkata-kata."

"Aaaa.. lebay banget! aku geli dengernya."

"Kadang, mengungkapkan perasaan itu harus lebay yaaang. Biar terasa, sampai ke hati." Ucap Mushkin seraya memegangi dada Icha. Menunjukkan bagian yang ia sebut hati.

Dan..

Kenapa tangan Mushkin malah merambat untuk menyentuh gundukannya?

"Dasar mesum!!!!!" Teriak Icha. Mushkin mencium bibirnya, "Pokonya aku cinta kamu yaaang. Cinta sampe mati."

"AAAA.. geliiii.... Aneh dengernya! Kok gak manis sih? Perasaan kalau pak Reno bilang cinta sama Sharen keliatannya manis." Protes Icha.

Mushkin tertawa dengan kencang, jelas saja, ia bukan Reno.

"Btw yaang, kenapa kamu gak pulang ke rumah papa kamu?"

"Huu.. kalau aku pulang, pasti di cincang habis-habisan sama pak Iskandar!"

"Kok gitu?"

"Dari dulu pak Iskandar bilang kalau kita harus kuat dan bisa hadapin sebuah masalah, sengan cara gila sekali pun. Dan jangan pernah lari dari masalah, karena itu gak menyelesaikan semuanya, dan aku di didik bukan untuk pergi kesana kemari karena sakit hati. Papa bilang aku harus bisa bertahan. Sekarang, kalau semalam aku pulang dalam keadaan begitu, kamu pikir aku bakal di apain sama pak Iskandar?"

"Tapi Muda belain kamu. Dia sampe pukulin aku.."

"Dia itu pukulin kamu ya karena dia nya sebel sama kamu. Percaya gak, dulu aku pernah gak mau sekolah karena di bully dan minta tolong sama bang Muda, eh dia malah anterin aku ke sekolah, bawa aku ke orang yang bully aku dan dia suruh aku teriak-teriak sampe puas, sedangkan dia malah liatin aja. tanpa belain sama sekali."

Ah, jadi itu ya.. asal muasal Icha suka berteriak?

"Oh ya, si Alena gimana?" Tanya Icha. Mushkin tersenyum, "Dia udah pulang kemarin. Dia udah sadar, tante mar sama Reno udah nasihatin dia Cha.."

"Jadi kita aman?" Tanya Icha.mushkin mengangguk.

Menggenggam tangan Icha, Mushkin berucap lagi. "Kalau aku terlahir lagi suatu saat nanti. Aku akan tetap memilih untuk mencintai kamu Gannisya."

"Hyyaaa..kok tetep geliii."

"Hahahaha.. yah, geli-geli juga sayang kan? cinta kan?"

Icha menganggukkan kepalanya, "Peluk akuuu." Pintanya pada Mushkin. tentu saja, dengan senang hati Mushkin akan memeluknya dengan erat.

Mereka berpelukan seraya tertawa.

Seandainya saja, Mushkin bergerak lebih cepat. Mungkin Icha tidak akan tersakiti olehnya.

Yah.. sayangnya memang mungkin jalannya harus seperti ini.

"Sekali lagi Cha.. aku cinta kamu." Bisik Mushkin. Icha terkikik, ia meraih tengkuk Mushkin dan langsung mencium bibirnya habis-habisan.



TBC


Jadi.. setelah mengetahui kebenarannya, ada yang masih mau gorok aku? :v

Aku lagi gak bener nih, lagi kacau jadi maaf maaf aja kalau korslet cerintanya. Part ini sudah aku rancang se demikian rupa, semoga aja gak mengecewakan. Yaah.. ini hasil aku sendiri.

Siap siap. Beberapa part lagi tamat.

Ders, biasanya kalian peka. Waktu Shareno yang pas Sharen pura-pura gak bisa hamil, ada beberapa yang bilang kalau itu kayaknya sharen jailin dia. Tapi si ICha...

Hmmm sepertinya kalian lupa kalau Icha punya temen yang suka balas dendam :")

Sebenernya sih ya, untuk ukuran konflik.. aku udah kasih tau kalau Musicha lebih wow dan lebih berat, cuman karena cerita ini ringan so pasti kalian kaget wkwkwk

Dan.. cewek kuat juga tetep manusia loh, ada masa dimana dia lelah. Kayak aku yang sudah lelah menapak di tanah /?

Sementara dia sudah mengering bersama upil yang aku tempelkan ke tembok bhahahaha

Oke, untuk part selanjutnya agak lama kayaknya.

Jum'at dan sabtu jadwal ngajar aku padet. Seharian.

Dan minggu mau istirahat. Aku juga sebenernya lagi gak enak badan, maag kambuh dan sama sekali susah masuk makanan :")

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro