Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 17 | Bersatunya Penimbun Harta dan Penguras Harta

LIHAT MULMED! ADA VIDEO DAN FOTO


-

-

-

-


Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba!

Mushkin duduk dengan gusar di atas ranjang kamarnya, semua barang-barangnya sudah di rapikan sebagian dan di pindahkan ke rumah barunya. Tinggal menghitung beberapa jam lagi, Mushkin sudah bukan menjadi Mushkin bebas yang hidup sendiri, tetapi ia sudah menjadi seorang suami, yang mempunyai seseorang yang akan mengikuti langkahnya dan menggantungkan seluruh hidupnya untuknya.

Astaga! Mushkin tidak menyangka kalau rasanya akan se gugup ini. sewaktu mengajak Icha menikah, ia masih biasa saja, mempersiapkan pernikahan pun ia masih biasa saja, tetapi sekarang, seluruh kecemasan dan ketakutan berkumpul semuanya, membuat seluruh nyalinya terkikis sedikit demi sedikit.

Mushkin sudah mencoba, menenangkan dirinya dengan berbagai macam cara, tetapi tetap saja. ia merasa begitu resah, tanpa sebuah alasan. Ia menjadi tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Mus.. gue tebak deh, rasanya pengen mati aja saking gugupnya. Iya gak?" Reno duduk di sampingnya, menatap Mushkin seraya menggendong Haru yang sangat cantik dengan gaunnya.

"Om, sini Haru peluk.." Haru memberontak dari gendongan ayahnya dan berpindah menuju gendongan Mushkin, putri kecil Reno itu memeluk om nya dengan sangat erat, membuat Mushkin merasa benar-benar hangat.

"Ya ampun Haruu.. om kayak orang bego sekarang." Resahnya. Reno tertawa, "Gue pun begitu dulu Mus. Apalagi gue bawa buntut, sedangkan lo.. kalian kan sama-sama lajang."

"Tapi gue belum kenal dia jauh noo."

Nah, sudah lama Reno ingin mendengar kata-kata ini dari mulut Mushkin.

"Percaya deh Mus, proses mengenal kalian setelah menikah akan terasa lebih indah. Yah, walaupun gue juga gak bisa memungkiri kalau terkadang kita salah ambil langkah. Kayak waktu gue, melarikan diri ke pangandaran berbulan-bulan dan berakhir menyakiti Sharen."

"Gue gak mungkin begitu. cuman, no.. kakaknya Icha―dia masih belum restuin gue."

"Kalau yang gue tangkep dari cerita lo ya Mus, kakak Icha bukannya gak restuin lo. Dia cuman sedikit meragukan lo."

"Halah, bukannya sama aja?"

"Beda Mus, dia meragukan lo karena dia tahu seluk beluk tentang masa lalu lo. Dia bukan gak restuin lo, dia sedang memperhatikan lo, menilai lo, apakah lo pantes buat adiknya atau nggak. Kalau dia gak restuin, ya dia pasti gak tinggal diem. Dia bisa aja kan bilang ke pa Haris semuanya?tapi dia nggak lakuin apa-apa tuh. Nah, itu artinya dia kasih lo waktu Mus."

Benar juga, apa yang di katakan oleh Reno ada benarnya.

"Tapi, kok gue semacam takut ya? gue boleh menyesal gak noo? Tiba-tiba nikah begini."

"Ya elah Mus.. lo lawak banget. Bukan lo banget!"

"Iya, bukan om Mus banget! Om! Kata oma, om gak boleh nyesel atau takut, nanti nikahnya keduluan Haru."

Astagaaa.. anak ini!

Mushkin tertawa, "Om nikahnya ama Haru aja ya? kan Haru cantik."

BUGH!!

"Enak aja! gue gak mungkin biarin anak gue nikah sama om-om kayak lo Mus! Mana pelit banget, ogaaah. Bisa kelaparan nanti anak gue."

Nah, kan.. kalau masalah masa depan Haru bapak yang satu ini selalu saja seperti ini.


******


"Taraaaaaa..." Sharen menyerahkan satu kotak sepatu untuk di kenakan oleh Icha.

"Oemji Sharen.. ini?"

"Ini sepatu buat lo sayaaang.. gue sengaja batalin pesenan sepatu kalian, karena gue mau kasih sepatu buat lo."

"Etdah, keren banget reeen.."

"Hmm.. Iyaa.. keren banget. Pernah denger gak Cha, kalau sepatu yang bagus akan membawamu ke tempat yang bagus pula?" Tanya Sharen. Icha mengangguk.

"Dengan memberikan sepatu ini, gue harap langkah lo ke depannya akan benar-benar indah sayang. Berumahtangga itu tidak mudah, dua kepala di jadikan satu sama sekali bukan hal mudah, tapi Cha.. cinta itu sederhana.. Sesederhana memberi, menerima, dan keinginan besar untuk berjuang bersama. Seperti gue dulu sama Reno, kalau kita gak berjuang bersama untuk saling mengenal dan memahami, gue gak bisa sampe disini sama dia."

Mata Icha berkaca-kaca. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa bahwa seluruh kecemasan tengah mengikat dirinya di tengah ladang kegundahan dalam hidupnya.

Dadanya mendadak sesak, ia menatap Sharen dengan seksama.

"Apa gue bisa kayak lo sama suami lo ren? Kalian saling mencintai.. sementara gue sama dia..dia kan bisanya ngehina gue mulu. Sebenernya gue kadang tersinggung, tapi sialan banget dia suka ketawa gitu. Dan kadang ketawanya bikin gue ketawa juga. Tapi kan tetep aja, kita gak kayak kalian yang lovey dovey"

Sharen menganggukkan kepalanya, ia memeluk Icha dan mengusap-usap punggung sahabatnya.

"Kemarin-kemarin gue masih ngerasa biasa aja Sharen. oh.. ya, gue bakalan nikah. Sama Mushkin. Tapi sekarang.. entahlah, sekarang banyak banget hal yang menghantui gue. Tentang masa lalu dia, tentang perlakuan dia nanti kalau kita udah nikah, tentang kita ke depannya, gue bener-bener takut kalau.. kalau aja nanti.. kalau guee..."

"Ssshhh.. udah cha! Jangan pernah memikirkan hal yang belum tentu terjadi di masa depan. Lo bisa lihat gue sama Reno, dulu awal-awal gue merasa gak di inginkan. Tapi ternyata, Reno segitu takutnya kehilangan gue. Masalah perasaan, itu masalah waktu. Tanpa lo sadari, pasti disana udah ada. Gue pun sadar kalau gue cinta sama Reno, waktu dia cium kening gue pas akad, sedangkan dia waktu bangun tidur gue di samping dia. Gak ada yang tahu kapan lo nyadar, Mushkin pun begitu. jadi Cha.. lo gak usah khawatir. Sampai saat ini kalian gak dapet halangan apa-apa kan? itu berarti memang semua ini rencana Tuhan."

"Shareeeen.."

"Sekalipun kalian saling benci, kalau Tuhan menakdirkan kalian bersama, yang bisa kalian lakukan ya hanya mengikuti skenarionya saja. dan percaya deh, cinta itu tumbuh saat kita bersama."


******


Ketika Maryam masuk ke dalam kamar Mushkin, yang ia dapati adalah Mushkin yang sangat menyedihkan, tengah memeluk cucunya dengan sangat erat dan mencoba di tenangkan oleh anaknya.

"Mus? Kamu abis makan baygon?" sontak ucapannya membuat Reno terbahak-bahak.

"Mama! Masa penganten makan baygon sih?"

"Ya abisnya si Mus lesu banget. Kenapa sih?"

"Biasa lah ma, keresahan penganten."

"Oooh.. itu! adududududu muuuss sayaaang. Kalau mau nikah itu jangan mikirin yang bikin cemasnya, pikirin deh belah durennya kan enak tuh! Kalau orientasi kamu ke malam pertama, pasti semangat deh Mus!"

"Hah? Malam pertama itu apa oma?"

Oho! Sepertinya Maryam lupa ada Haru disana.

"Tuh kan! mama gimana sih? Kan ada Haru disini." Reno mulai menggerutu.

"Haru keluar yu sayang? Kita tunggu di luar aja." Bujuk Reno. Haru menggeleng dalam dekapan Mushkin, "Kalau Haru keluar nanti om Mus nangis papa, Haru disini aja peluk om Mus dulu."

"Ya Tuhan nooooo.. anak lo kenapa begini banget. Gue jadi pengen nikahin dia ajaaaa." Mushkin bersuara, dan suaranya membuat Reno membelalakkan matanya.

"Enak aja lu! Penganten lo udah nunggu Mus! Ayo lah! Kenapa lo jadi lesu begini sih?"

"Gue kan masih galau no."

"Galau-galau! Yang ngebet kan kamu Mus." Timpal Maryam.

Nah, iya. Benar. Yang ngebet kan dia.

"Tante maaar.. tante punya jimat ga? Ya, penghilang kecemasan begini taan."

"Gak ada Mus! Adanya juga obat kuat, udah tante bungkusin buat kamu, itu kado pernikahan dari tante."

Astagaaaa.. tante maaar..

"Mama ini ada-ada aja."

"Mama juga sisain buat kamu kok Reno, siapa tahu mau bikin pasukan lagi."

APA?

"Udah ah! Kita pergi! Kalau begini terus kapan perginya. Tante Heni mana ma?"

"Dia daritadi nangis di kamar sayang, sedih katanya. Gak kerasa si Mus udah mau nikah lagi. aduh Mus, kalau di pikir tante juga sedih nih kamu nikah. Kok begini ya, harusnya kan kita bahagia. Ini malah sedih, anehnya kalau kamu jomblo baru kita bahagia Mus."

"Ya ampun tante maaaaaaarrrrrr!!!!!"


******


"Hai.. anak papa kok cantik banget ya?" Haris masuk ke dalam ruangan rias, berjalan perlahan dan berjongkok di depan Icha. Ia memegang tangan anaknya dan menggenggamnya, "Hai papaa.." Icha tersenyum, matanya kembali berkaca-kaca. Sharen yang berada di belakangnya mundur sejenak dan keluar dari ruangan untuk memberikan Icha dan ayahnya waktu berbicara.

"Kamu tau gak sayang, kenapa papa selalu larang kamu pacaran?" Tanya Haris. Icha menggeleng, "Itu karena papa gak mau kehilangan kamu. Kalau kamu pacaran, yang kamu peluk itu bukan hanya papa, dan waktu yang kamu habiskan pun akan hilang untuk papa. Papa gak mau di duain, makanya papa larang kamu pacaran. Papa pikir, menargetkan kamu menikah usia 25 itu tepat, soalnya papa udah kenyang punya waktu berdua sama kamu, tapi ternyata.. tetep aja, sampai kapanpun kayaknya papa gak akan merasa puas membesarkan kamu." Ucap Haris. Air mata Icha sudah turun, ia tidak pernah menyangka bahwa ayahnya merasa seperti ini, merasa sangat takut untuk kehilangan Icha.

"Papa kena daughter complex! Sama kayak suaminya Sharen.." Meledek ayahnya, Icha melakukannya seraya mengusap air matanya.

"Untuk setiap ayah, sekalipun sudah dewasa, anak perempuannya akan tetap menjadi putri kecilnya. Papa selalu inget kalau papa pulang kerja kamu selalu pengen papa gendong, besok-besok kalau papa pulang kerja, kamu gak ada di rumah Cha.. yang sambut papa siapa dong?"

Icha menggelengkan kepalanya, ayahnya pun sedang melakukan hal yang sama dengannya. Menangis dan mencoba menghapus air matanya.

"Padahal Icha kan nyebelin banget pa, Icha berisik, kalau di rumah Icha sering teriak-teriak kayak orang gila, papa memangnya gak malu punya anak kayak Icha?"

"Ya ampun Cha.. kamu itu anak terbaik di dunia ini. kamu sama Muda jagoannya papa, juara nya papa. Kamu gak tahu, pas kamu mendapat Cum laude papa pengen teriak, pengen umumin ke seluruh dunia kalau kamu itu anak papa. Kalau Gannisya Aradya Iskandar anak Haris Iskandar. Paling pinter, paling menggemaskan, paling membanggakan!"

"Papa lebaaay.." Icha terkekeh. Ayahnya juga.

"Aduh Om.. udah dong, liat make up nya si Icha kan jadi begitu." Sharen masuk lagi ke dalam ruang make up. Ia mendapat kabar bahwa Mushkin sudah berangkat dan menuju ke Hyde, sementara make up Icha sedikit berantakan.

"Mereka udah di jalan om, ambil jalan yang cepet jadi gak akan macet. Udah ya? om nunggu mereka aja. biar Icha di benerin dulu dandanannya." Bujuk Sharen. Haris menganggukkan kepalanya, "Om cengeng ya Sharen? jadi malu."

"Gak apa-apa om, namanya juga seorang ayah." Sharen tersenyum, ia teringat pada ayahnya yang sudah meninggal. Baiklah Sharen, lupakan dulu itu dan fokus pada Icha!

"Kamu kan nanti tetanggaan sama Icha, banyak-banyak awasin dan ajarin dia ya?" Pinta Haris. Sharen menganggukkan kepalanya.


*******


"Saya terima nikahnya Gannisya Aradya Iskandar binti Haris Iskandar dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

Icha menghela nafasnya, sepanjang hidupnya belum pernah ia mendengar ucapan seseorang dengan penuh kesungguhan seperti ini. janji Mushkin dengan Tuhan yang di saksikan oleh semua orang di sekitarnya benar-benar membuat seluruh rongga dadanya menghangat. Icha ingin menangis, terlebih ketika melihat semua orang mengatakan 'Sah' kemudian melihat senyum penuh kelegaan di wajah Mushkin, membuatnya benar-benar merasa begitu sempurna.

Sekali pun ada saat dimana ia selalu menentang Mushkin, tetapi mulai detik ini Icha meneguhkan seluruh pendirian dalam hatinya, bahwa Mushkin adalah suaminya, orang yang harus selalu ia patuhi dan ia layani. Icha akan belajar, sekalipun itu sulit Icha akan belajar menjadi seorang istri yang benar-benar layak untuk Mushkin. Karena tanggung jawab Mushkin lebih besar darinya, Mushkin menanggung seluruh hidupnya di hadapan Tuhan, dan urusan Icha adalah membuat suaminya untuk tidak terbebani dalam menanggung hidupnya.

"Di cium aja kasep istrinya, udah sah sok. Gak usah malu-malu begitu." Ucap penghulu. Mushkin menggaruk tengkuknya, dan Icha malah terkekeh. Sialan, mereka berdua malah malu-malu kucing seperti ini!

"Mus! Ayo doong cium!" Maryam berteriak, tapi Mushkin belum juga memberanikan dirinya untuk mencium Icha.

"Gini loh Mus.." Reno memeluk Sharen, dan mencium keningnya kemudian mereka tersenyum dengan bahagia. Nah, kan.. pasangan itu selalu curi-curi kemesraan dimana pun mereka berada.

Icha memiringkan kepalanya untuk menatap Mushkin, sesungguhnya jantungnya sudah berdetak dengan tidak karuan, dan Icha benar-benar merasa lemas. Sementara Mushkin, entah kemana perginya semua keberaniannya.

"Mus! Gak usah malu-malu." Ibunya yang sejak tadi menangis akhirnya bersuara.

Oke, baiklah. Mereka sudah sah kan?

Tinggal cium saja kan?

Bergeser sedikit, lihat wajahnya, pegang kepalanya, kemudian cium keningnya!!!

Kenapa susah sekali sih?

Mushkin! Apa kau gila? Yang akan kau cium itu istrimu! Bukan orang lain!

Ayolah, kenapa jadi diam seperti ini?

ARGGGG!!! Sialaaaaan! Kenapa dengan dirinya sih?!

Icha mulai kesal! harus berapa lama lagi ia menunggu? Pria ini menyebalkan sekali. Giliran sosor menyosor dia juaranya, nah sekarang semua orang menantikannya ia malah menundanya. Apa-apaan!

Akhirnya, Icha tersenyum dan meraih kedua tangan Mushkin lalu menciumnya.

Begitu ia hendak mengangkat kepalanya, Icha merasakan kedua tangan Mushkin berpindah pada kepalanya dan menyentuhnya dengan penuh kelembutan.

Oh tidak.. ya Tuhan.. ia..

Astaga.. jantungnya..

Icha hanya tinggal menghitung mundur, sampai wajahnya bertatapan dengan Mushkin dan..

Oh tidak, sekarang wajahnya memang sudah bertatapan dengan Mushkin, dan pria itu menatapnya lama, dengan seksama, dan dengan penuh senyum kebahagiaan.

Tidaaaaaakk... Icha tidak kuat jika ia harus berhadapan dengan Mushkin seperti ini!

Dan sialnya, belum reda kegaduhan organ tubuhnya, sekarang Mushkin benar-benar mendekatkan kepalanya pada wajah Icha, dan..

Dan pria itu, menyentuh kedua sisi kepalanya kemudian menciumnya lama. Seperti sedang menyalurkan seluruh perasaannya. Icha benar-benar bisa merasakan itu semua.

Ya Tuhaaan..

"Cieeeee Mushkin udah punya orang yang bisa di cium." Suara Maryam yang memisahkan mereka. Mushkin tertawa seraya menjauhkan dirinya kembali, dan kehilangan ciuman itu membuat Icha merasa kosong.

Apa ini? kenapa Icha ingin terus menerus di cium oleh Mushkin?

Hah?

APA?

Ya Tuhan!!! Icha tidak mungkin gila di hari pernikahannya kaaaan???


******


Cantik.. memang aku akui

Usia muda pun ia miliki

lain dengan diriku ini

yang telah lama engkau gauli

pantas saja.. kau sampai mabuk kepayang

kau sampai lupa daratan

hingga.. aku tak lagi di butuhkan..


Maryam benar-benar menepati janjinya. Selepas sungkeman dan beberapa acara setelahnya, ia benar-benar menyanyikan satu lagu untuk Mushkin dan Icha, hmm.. mungkin lebih tepatnya untuk Mushkin.

"Dasar tante Maar.. dia bener-bener tersisih." Icha terkikik, Mushkin yang berdiri di sampingnya hanya menganggukkan kepalanya.

"Cha.. boleh joget gak?" Tanyanya.

"Ya kalau mau joget ya joget aja! kok bilang-bilang segala?"

"Ya, kan sekarang kamu istri aku. gak mungkin aku gak izin. Lagian aku jogetnya kan sama tante Mar, sama cewek."

Pipi Icha memerah! Sialan! Apa yang pria ini lakukan sih?

"Hm... y..ya.. s..silakan aja kalo mau joget." Ucapnya, mencoba biasa saja padahal jelas-jelas jiwa raganya sedang di landa gempa bumi yang sangat dahsyat.

"Ekhm.. untuk sahabat saya,"

"Dan sahabat saya juga,"

Mushkin dan Icha menoleh, lagu yang Maryam nyanyikan sekarang sudah selesai dan di atas panggung ada Reno dan Sharen yang sedang memegang Mic. Sharen menatap Icha, dia melambaikan tangannya, begitu juga Icha yang membalasnya.

"Happy wedding day!" Sahut Reno dan Sharen, kemudian mereka saling bertatapan dan melemparkan senyum penuh kebahagiaan.

"Cha, kita numpang karaokean disini ya? ini lagu juga buat kalian kok!" Sharen terkekeh.

Kemudian terdengar suara musik dan mereka mulai bernyanyi.


Demi cintaku padamu

Kemanapun kau kan ku bawa

Walaupun harus ku telan lautan bara


Demi cintaku padamu

Ke gurun ku ikut denganmu

Biarpun harus berkorban jiwa dan Raga


Icha terkikik geli, "Dari semua lagi, Si Sharen pilih ini? atulah lawas banget." Ledeknya. Mushkin yang duduk di sampingnya hanya mengangkat bahunya.

"Yah, namanya juga kan lagu. Itu kan ungkapan seseorang, Sharen ama Reno ya mungkin lagi nunjukin cinta mereka." Sahutnya. Icha mendengus, "Pak? Kesambet?" Tanyanya. Mushkin tertawa, "Iya kali ya, kesambet. Tahu-tahu kita udah duduk bareng jadi pengantin disini."

Icha terdiam. Oke. Tolong. Jangan. bahas. ITU!

"Ekhm! I-iya ya, kita udah jadi suami istri sekarang."

Ya Tuhan.. garing tidak sih ucapan Icha?

"Jadi, manggilnya aku kamu ya? jangan lo-gue. Gak sopan." Pinta Mushkin. Icha langsung mengangguk setuju.

Eh apa? kenapa dia mengangguknya antusias sekali? Terkesan ngebet. Ya Tuhan..

"Nah, gitu dong. Kan kalau nurut manis banget kesannya."

APAHHH??

Fokus Icha! Fokus! Jangan meleleh!

"Manis manis, gula kali manis."

"Yang ini lebih manis tau. Kalau gula kan gak hidup, gak bisa di ajak ngomong. Nah yang ini kan hidup."

TIDAAAAAK!!!

TOLONG. TETAP. FOKUS!!!!

"HAHAHA! Kenapa sih? Kok aneh ya?" Icha menatap Mushkin heran, yang di tatap hanya melempar senyum manis padanya.

"Masa sih aneh? Gak kok. Biasa aja."

"Aaaaaaa! Aneeeeehhhh.. bukan Mushkin bangeeeeet." Icha bergidik.

"Emang Mushkin banget itu gimana?" Tanya Mushkin. Baiklah, Icha sudah tidak tahan lagi. detak jantungnya sangat tidak beraturan.

"Y―ya. yang biasa kan sukanya teriak-teriak, merintah-merintah, nyuruh-nyuruh, tukang jajah. Tukang hina, tukang―"

CHUP!

ICHA TIDAK MIMPI KAAAAN?

Dia sedang berbicara tetapi tiba-tiba saja bibirnya terasa basah akibat..

Akibat BIBIR MUSHKIN YANG MENCIUMNYA?

"DASAR TU―"

"Kalau di pikir-pikir, bawelnya kamu gemesin juga kadang-kadang Gannisya. Oh iya, jadi kalau di cium begini baru berhenti ngoceh ya? padahal sebenernya dari dulu aku pengen begini. Cuman.. yah, kan belum halal. Mana boleh cium sembarangan."

HIIIIIII.. DASAAAR TUKANG SOSOOOR!!

Icha bersumpah akan membalas ke sosorannya dengan sosoran yang lebih dahsyat lagi!

Hah? Apa? tidak! Icha salah berpikir!!!


****


"Ayolah Mus, masa pengantin diem aja sih?" Mushkin menggeleng kuat, sejak tadi Reno sudah membujuknya untuk bernyanyi, bahkan Reno sudah menawarkan diri untuk mengiringi sahabatnya itu.

"Ayolah Mus, waktu Sharen ulangtahun kan lo mainin piano buat gue, sekarang lo gue mainin gitar deh. Yah.. yah? Masa lo gak mau nyanyi sesuatu buat Icha? Cha.. mau di nyanyiin gak?"

"Hah?" Icha blank! Dia tidak isa berkutik karena merasa tidak berdaya.

"Mau kan Cha?"

"Hng? I-iya deh."

"Tuh kan Mus! Yok, nyanyi ya?" Bujuk Reno lagi. mushkin mencoba menimang-nimang semuanya. Baiklah. Satu kali saja. ini kan pernikahannya, dan tentu saja proyek peningkatan penjualan hotel. Siapa tahu kalau ia bernyanyi akan menambah penjualan.

Yah, tidak ada hubungannya sih. Tapi, baiklah!

"Oke! Lo mainin gitar buat gue." Ucapnya pada Reno. Ayah tiga anak itu langsung mengangguk dengan antusias.

Mereka berjalan berdua ke arah panggung, Icha menunggu di kursinya karena ia kan tidak ikut bernyanyi.

"Gue temenin lo deh disini," bisik Sharen. wanita itu menggendong Hasya yang memakai gaun warna pink. Astaga, lucunya. Apalagi Putra yang sedang dalam gendongan neneknya.

"Oke, ini lagu untuk istri saya.."

Wajah Mushkin memerah. Sial, bicara mengenai 'istri' di depan umum ternyata membuatnya begini. Ya Tuhan. .

Icha sudah membeku di tempatnya. Mendengar intro lagu yang di mainkan oleh Reno, Icha tahu lagu apa itu! dan Mushkin menatapnya seraya bernyanyi


Said all I want from you is to see you tomorrow

And every tomorrow, maybe you'll let me borrow your heart

And is it too much to ask for every Sunday

And while we're at it, throw in every other day to start


Astagaaaa.. jantung Ichaaaaaa...


I know people make promises all the time

Then they turn right around and break them

When someone cuts your heart open with a knife, now you're bleeding


Icha benar-benar tidak kuaaat!!


But I could be that guy to heal it over time

And I won't stop until you believe it

'Cause baby you're worth it


So don't act like it's a bad thing to fall in love with me

'Cause you might look around to find your dreams come true, with me

Spent all your time and your money just to find out that my love was free

So don't act like it's a bad thing to fall in love with me, me

It's not a bad thing to fall in love with me, me


Icha menerka-nerka dalam hatinya. maksud Mushkin menyanyikan lagu ini untuk apa?!

Dan Sharen tiba-tiba saja menariknya, membuat Icha berdiri dan menuntunnya menuju panggung untuk berdiri di hadapan Mushkin.

Tidaaaak.. jangaaaan.. Icha tidak akan kuaaaat..


Now how about I'd be the last voice you hear tonight?


Entah Icha mesum atau bagaimana, mendengar kata 'tonight' wajahnya langsung memerah karena mengingat sesuatu yang pernah mereka lakukan.


And every other night for the rest of the nights that there are

Every morning I just wanna see you staring back at me

'Cause I know that's a good place to start


I know people make promises all the time

Then they turn right around and break them

When someone cuts your heart open with a knife, now you're bleeding

Don't you know that I could be that guy to heal it over time

And I won't stop until you believe it

'Cause baby you're worth it


So don't act like it's a bad thing to fall in love with me

'Cause you might look around to find your dreams come true, with me

Spent all your time and your money just to find out that my love was free

So don't act like it's a bad thing to fall in love with me, me

It's not a bad thing to fall in love with me, me

Not such a bad thing to fall in love with me

No I won't fill your mind


Mushkin mendekat dan merangkul bahu Icha. Sialaaaan.. jangan lakukan ini Mustopaaa!!!


With broken promises and wasted time

And if you fall, you'll always land right in these arms

These arms of mine


Tepuk tangan yang meriah benar-benar mereka dapatkan, Reno dan semua orang yang berada di sana tersenyum dengan sangat senang. Sementara Icha dan Mushkin, dua orang itu sama-sama menundukkan wajahnya yang memerah karena terasa panas, dan.. tentu saja malu.

"Sialan, gue malu banget." Gumam icha. Ia mencubit pinggang Mushkin.

"Ssst! Kaga boleh cubit-cubit orang!" Protes Mushkin.

"Ya udah dong, kita ke kursi lagi ya? kan malu." Bisiknya lagi. mushkin tertawa kembali. Membimbing Icha, dengan perlahan ia berjalan seraya menggenggam tangan Icha.

"Aaaargg.. kenapa pilih bajunya yang begini sih?" Icha kembali menggerutu karena gaun yang ia kenakan membuatnya kesulitan untuk berjalan.

"Sengajaa.. kalau pilih yang pendek, pasti di angkat-angkat ke atas lagi." Sindir Mushkin. Ia teringat ketika Icha mengangkat-angkat rok nya waktu wanita itu berjilbab setengah hari.

"Ya, kan susah jalannya. Biar gampang memang harus di angkat-angkat."

"Gannisya?"

"Hng?" Icha mengerutkan keningnya. Tiba-tiba Mushkin memanggilnya ketika mereka berjalan bersama.

"Apa?"

"Lagu barusan, bener loh."

"Bener naona sih? Sok gaje."

"Bener Cha.. not a bad thing to fall in love with me."

Ya Tuhan..

"Cuman mau ngingetin aja sih. Kita kan mulai sekarang suami istri, hidup bersama. Meskipun belum tahu perasaan masing-masing, tapi saat perasaan itu datang. Gak boleh di tolak, cause not a bad thing to fall in love with each other."

Astagaaa..

Icha benar-benar merasa ingin pingsan sekarang juga!!



TBC


Hahahahaha nanti duluuuu..

AKU BAPERRRRRRRRR...

INI DEG DEG AN AJA MULU DARITADI. BUSEEETTTT.

PENGEN NIKAAAAH :V


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro