Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 14 | Hidup itu Penuh Tantangan Coooyy

Oke, aku baru hadir tadi pagi dan sekarang sudah hadir lagi. kurang rajin bagaimana -_-

Harusnya dapet penghargaan nih ders, kasih cowok ganteng kek XD

Di MULMED. ANGGAP AJA BAJUNYA WARNANYA SAMA XD

Pusing soalnya, susah nyarinya wkwkwk

Yang tau, itu cowoknya siapa coba? Yang pake baju itu. wkwkwk

curhat sebentar ya ders, sebenernya aku ada 3 lomba ini. 2 lomba bikin novel dan 1 bikin FF. tapi sejak dulu aku paling mandet ikutan lomba-lomba begitu -__- padahal kalau lanjutin ini kan sekali bikin beres. -__-


-

-

-

-


Seharian ini Mushkin benar-benar di sibukkan dengan banyaknya laporan-laporan mengenai bisnisnya yang lain, selepas ashar ia bahkan baru bisa menyandarkan dirinya di sandaran sofa rumahnya.

Ada satu pesan masuk di Whatsapp nya, berasal dari Maryam. Ibu sahabatnya itu mengirimkannya sebuah foto dan rentetan kata-kata.

Mus, nih tante lagi jadi SPG jodoh. Berusaha memasarkan kamu setinggi mungkin, kamu tenang aja ya. kualitas kamu sudah tante jamin, si Icha nya juga sudah mulai menerima. Cieeee jangan senyum-senyum ah Mus! Malu sama umur, masa mau tiga puluh masih kayak anak SMA! Hahahahaha huuuu baper nih ye

Apa-apaan!

Mushkin langsung mengerutkan senyuman yang tanpa sengaja tersungging di bibirnya. Dalam foto itu, Icha sedang tersenyum seraya memakan eskrim, sementara Maryam―neli satu itu heboh sekali dengan memiringkan kepalanya dan membentuk mulutnya seperti huruf O. dasar nenek satu itu, tingkahnya benar-benar membuat Mushkin menggelengkan kepala.

"Mus.. sayang, udah siap belum?"

Ah, hampir saja ia lupa. Baru mengistirahatkan dirinya, sekarang ia harus merelakan diri untuk berpisah lagi dengan sandarannya. Ia harus bersiap-siap, mempersiapkan dirinya untuk membawa kedua orangtua nya ke hadapan orangtua Icha.

Sebenarnya bukan acara lamaran yang besar-besaran, hanya pertemuan kedua orangtua saja dan ya.. tentu saja sebuah pertemuan untuk penentuan hari bahagia mereka.

Hari bahagia, Mushkin ingin tertawa saat pikiran itu hinggap di kepalanya.

Oh Tuhan, ada apa gerangan?

Tapi memang hari pernikahan itu hari bahagia setiap orang kan? jadi tidak salah dong, Mushkin berpikir seperti itu.

"Loh.. kok belum siap-siap sih Mus?" Heni sudah siap dengan busana dan tas nya, khas ibu-ibu sekali.

"Sebentar lagi ya ma? Mushkin cape.. kesana kan harus nyetir."

"Halah Mus, kayak yang jauh aja. dari sini ke cisitu kan deket Mus, gak sampe setengah jam. Lagian kan ini acara kamu juga, yang lamaran kamu masa yang semangatnya mama sih?"

Oke, baik.

Mushkin bangkit dari sofa dan melangkahkan kakinya menuju kamarnya. mandi sebentar, setelah itu ia malah berdiam menatapi lemari nya yang terbuka.

Pakaian apa yang harus ia pakai?

Kemeja saja? batik? Polos? Bergaris?

Atau.

Memakai Suit? Tuxedo? Blazer simple?

Tetapi kalau begitu, ia harus memakai dasi kan? dasi kupu-kupu? Atau yang biasa?

Lalu rambutnya? Bagaimana ia harus menata rambutnya? Pomade kah? Tapi kalau pomade akan memakan waktu yang lama.

Lalu bagaimana? di sisir biasa saja? memberikan gel rambut?

Bagaimana sih?

Ya Tuhan.. kenapa mendadak ia kebingungan memakai apa yang harus di pakainya?

Tinggal memakai baju saja kan Mushkin? Seperti biasa, saat akan bertemu dengan klien! Celana dalam, celana bahan, kemeja, dasi, jas! Selesai!! kenapa membuat hidup sendiri susah sih?

"Mus! Kok lama amat sih lo? Elah, belum di baju juga?"

Suara Reno tiba-tiba saja tertangkap oleh telinganya, Mushkin menoleh, "Lo ngapain ham disini?"

"Ngapain-ngapain! Gue selametin lo! Udah gue duga, lo pun pasti kebingungan mesti pake baju apa. nih, udah gue bawain baju buat lo!"

Mushkin menatap satu kantong kertas yang kata Reno adalah baju yang disiapkan untuknya, dengan ragu ia mengambilnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk memakainya.

"Sialan lo Mus, katanya biasa aja. eh buktinya lo lebih ketar-ketir dari gue." Sayup-sayup Mushkin dapat mendengar Reno berbicara di luar sana. sialan sahabatnya itu.


*****


"Sharen, lo gak bercanda kan?" Icha menatap satu gaun panjang yang juga berlengan panjang yang tiba-tiba saja Sharen sodorkan kepadanya.

"Bercanda apa sih Cha? Ini gaun mahal tau, lo pasti suka deh."

"Bukan gitu, masalahnya bukan harga bajunya tapi model gaunnya. Kok lo kasih yang serba panjang begitu sih? Gue kan pendek Ren, ntar yang ada gue malah kayak orang pake selimut." Keluh Icha. Sharen tertawa, "Makanya di pake dulu Cha. Gue sesuaikan sama tinggi lo kok. Ini kan custom."

"Ya, tapi gak begini juga. Kok tertutup semua sih?"

"Ya memangnya lo mau ketemu calon mertua pamer paha?" Tanya Sharen. Icha mengerucutkan bibirnya, siapa juga yang mau pamer paha. Memang seindah apa pahanya sampai harus di pamerkan segala? Paha ayam saja lebih menggugah dari pahanya. Baik, kita tinggalkan perkara mengenai paha sekarang!

"Ya udah, gue pake." Akhirnya Icha mengalah, sementara Sharen hanya tertawa dengan puas.

"Nah, gitu dong Cha.."

"Btw, ngapain lo disini?"

"Gue disini buat lo."

"Hah?"

"Ini kan momen spesial Cha, gue disini buat nemenin lo. Kasih tau deh, deg-deg an nya sampe bikin lo mau ngegubrak cha."

"Anak-anak lo mana?"

"Di titip mama."

"Suami lo?"

"Sama Mushkin."

"EEE? Kok sama dia?"

"Lah, ya kan dia temen Mushkin, jadi dia di pihak si Mushkin."

"Terus pas kita nikah, suami lo ikut seserahan? Begitu? sementara lo ikut sama gue?" Tanya Icha. Sharen mengangguk yakin.

"Kok tumben lo mau pisah sama dia begini ren?"

"Yah, demi lo kenapa nggak sih Cha. Lo kan sahabat gue, dan ini saat dimana gue harus buktiin persahabatan kita. Meskipun gue udah punya suami dan beranak tiga, tapi gue tetep sahabat lo."

Icha menatap Sharen dengan rasa haru yang terpancar dengan jelas di wajahnya.

"Aaaaa.. Sharen.. gue sayang banget sama looooo.." Sahut Icha, dia langsung memeluk sahabatnya itu dengan erat.

"Gue juga sayang sama lo Cha, gue bener-bener mau lo bahagia. Dan semoga aja Mushkin orangnya.."


*****


"Mushkin! Lo tunggu apa lagi sih?" Reno mulai dongkol, sudah berpakaian rapi tetapi Mushkin masih berdiam diri di depan cermin dan terus menerus memperhatikan penampilannya. Dasar labil! Siapa yang kemarin mengatakan bahwa ia biasa saja? dan siapa yang kemarin mengatakan kalau dia tidak akan seperti Reno yang terlihat bagai ABG labil. Bukankah dia justru lebih parah?

"Om! Om kan udah rapi." Haru tiba-tiba saja sudah masuk dan berdiri di sampingnya. Fokus Mushkin akhirnya teralhikan, dari cermin menuju Haru.

"Hai sayang, Haru ikut ya?"

"Ikut, haru nunggu di luar. kata papa om Mus mau ganti baju, tapi Om lama banget. Kata mama kalau ganti baju gak boleh lama-lama, nanti jodohnya lama datangnya om." Mushkin tertawa, "Kalau yang bicara begitu bukan mama Haru, pasti oma Haru." Seketika Haru mengangguk, "Kata oma, bilangnya suruh kata mama Om!"

Baik, anak ini benar-benar menggemaskan.

"Aaaaa... cintaku, sini peluk om dulu!" Mushkin berjongkok, menyamakan tingginya dengan Haru dan merentangkan tangannya lebar-lebar. Tidak ada komentar atau larangan dari Reno, sahabatnya itu kali ini membiarkannya memeluk Haru. setidaknya mungkin Mushkin bisa tenang dengan memeluk putri cantiknya.

Ah, Sharen.. Reno juga ingin memeluknya! Sialan Mushkin, lama sekali dia membuat Reno berjauhan dengan istrinya.


******


Haris se keluarga sudah bersiap-siap, menunggu kedatangan calon suami Icha dan calon besannya. Icha juga sudah siap, dia sudah di dandani oleh Sharen dengan sangat cantik, dan sudah di ceramahi agar bersikap anggun dan tenang, yang sesungguhnya tidak akan pernah bisa Icha terapkan dalam hidupnya.

Terbukti sekarang, berjalan dari kamar ke ruang tamunya sangat susah dan Icha malah mengangkat rok nya tinggi-tinggi. Ia bahkan menuju dapur, memakan makanan dan membuat lipstiknya harus di tata ulang kembali.

Sharen memejamkan matanya, kalau begini caranya usahanya hari ini akan sia-sia. Dan Sharen tidak mau itu terjadi, Icha harus benar-benar cantik di hari pertama pertemuannya bersama calon mertua nya.

"Udah ya Cha, makannya ntar aja. sini gue benerin dulu lipstik lo."

"Aah Sharen, gue kan laper."

"Pas lo nikah lebih laper lagi. udah ah, sini." Sharen menjauhkan makanan itu dari tangan Icha kemudian membersihkan tangan dan membenahi kembali lipstik sahabatnya itu. tsk! Mengurus Icha seperti ini, ia merasa mengurus Haru setiap pagi.

Teriakan dari Ibunya terdengar, mengatakan bahwa Mushkin dan keluarganya sudah sampai. Icha harus segera kesana.

Baiklah. Semangat !!

Setelah kembali cantik, Icha berjalan lebih dulu ke ruang tamu. Dan langkahnya langsung berhenti. Berhenti seketika, begitu melihat Mushkin dengan balutan jas dan celana nya yang ternyata, senada dengan gaun yang di kenakannya.

Rona merah langsung muncul di pipi Icha. Sialan, ini pasti rencana Reno dan Sharen. pantas saja sahabatnya itu memberikannya gaun secara Cuma-Cuma. Ternyata.. ada udang di balik tupperware.


*****


Mushkin dapat bernafas dengan lega sekarang. urusannya membawa orangtua nya ke hadapan orangtua Icha sudah ia laksanakan, pembicaraan mengenai pernikahan mereka pun sudah selesai. keputusannya adalah mereka menikah dua minggu lagi!

Terhitung sangat cepat sekali, tapi Mushkin rasa tidak baik juga menunda lama-lama. Lagipula itu hanya masalah waktu, dan persiapan pernikahan juga satu minggu saja sudah cukup. Ia akan menikah di Hyde, sebelumnya Mushkin sudah melakukan riset, tentang acara yang berlangsung di Hyde dua minggu ke depan, dan beruntung sekali dia karena acara di Hyde berlangsung tiga minggu lagi, itu berarti satu minggu setelah pernikahan.

Tidak terkesan buru-buru, karena Mushkin sudah mempersiapkan semuanya. Konsep, surat undangan yang siap cetak, beberapa fotografer yang ia kenal, perias pengantin juga perancang busana yang ia kenal.

Tidak ada yang tahu, kalau Mushkin mendapatkan semuanya secara Cuma-Cuma alias gratis! Mendadak ia jadi tertawa sendiri.

Ya, semuanya gratis. Gaun, konsep pernikahan, pre wed, undangan, souvenir, dan beberapa hal lain yang mendukung acara pernikahannya. Ia hanya mengeluarkan biaya untuk menyewa Hyde dan menu makanannya, dan juga tentu saja barang bawaannya untuk Icha dan mas kawinnya.

Betapa pintarnya dia memanfaatkan situasi! Tentu saja dua minggu pernikahannya juga merupakan satu dari sekian banyak rencananya.

Untuk apa?

Untuk menaikkan kembali penjualan hotel tentunya.

Mushkin sudah merancang, dan menyusun semuanya se demikian rupa. Pernikahannya akan menjadi proyek besar-besaran, untuk bahan promosi hotel.

Bukan, bukannya ia menganggap pernikahannya tidak penting, tetapi ia justru merasa sangat beruntung. Pernikahannya terjadi tepat ketika ia ingin menaikkan penjualan hotel, di pikir lagi dari pada ia melangsungkan pernikahannya di gedungnya, dan harus mempersiapkan semua biayanya sendiri, lebih baik melaksanakan di Hotel saja, hanya membayar catering sementara yang lain sudah di sponsori. Ah, kenapa ia merasa seperti artis sih?

Dan memang jadi Artis itu menyenangkan bukan, semua yang di pakainya adalah sponsor. Kan lumayan, uangnya bisa ia tabungkan untuk bisnis baru.

"Heh! Kentang mustopa!" Icha berbisik di sampingnya, gadis itu berjalan dengan perlahan menuju taman di belakang rumahnya. Tangannya mengangkat rok nya tinggi-tinggi, tetapi Mushkin tidak terkejut karena ia sudah pernah melihat Icha melakukan hal serupa sebelumnya.

"Hus! Sama calon suami kok manggilnya begitu sih? Gak bisa gitu, manggil mas?" Tawar Mushkin, Icha tergelak. "Aneh jatohnya. MasMus dong nanti. Hahaha apaan. Masmus kan sejenis hamster."

"Itu Marmut pe'a!" Gemas Mushkin. Rasanya ia ingin menjitak Icha sekarang juga.

"Tuh kan! pengen di panggil Mas tapi sendirinya panggil gue pe'a. lo pikir cewek mana yang bersedia di panggil sama calon suaminya pe'a." Gerutu Icha. Mushkin tersenyum penuh arti, "Oh, jadi sekarang udah anggap gue calon suami ya?"

Oh, sial!

Icha diam, pipinya memanas, matanya mengerjap perlahan, dan tangannya mengepal.

"A―apaan sih!" Icha tergagap. Ya Tuhan, mendadak seperti ini benar-benar di luar kendalinya!

Mushkin yang melihatnya hanya bisa tertawa, "Dasar.. lo itu.. aduh, apa ya.. gue gak bisa jelasinnya pokonya! Eh tapi btw, hari ini lo cantik."

Kontan, pipi Icha langsung bertambah merah berkali kali lipat. Sialan, pria satu ini apa-apaan sih?

"Yah, walaupun badan lo tenggelam dalam gaunnya."

Nah, kan!!

Baru saja memuji, sekarang Mushkin mulai menghina nya?! Dasar menyebalkan!

"Kayak yang lo pantes aja pake baju itu. yang ada lo kayak pentongan ronda yang di balut sarung tau gak!"

"Yeee.. bilang aja gue ganteng, susah amat!"

"HAH!! Ganteng? Gangguan tenggorokkan! Gue gorok juga loh lama-lama!"

"Astaga, kalau lo gorok gue, lo nikah sama siapa ntar? Kalo calonnya mati, biasanya lebih lama lo dapetnya. Lagian, gimana coba kalau ternyata gue jodoh lo? Belum nikah udah mati, lah lo bakal jomblo seumur hidup doong? Sementara gue udah bersama bidadari di surga."

ARGGGGG!!!1

MUSHKIN SELALU SAJA BERBUAT SEPERTI INI PADANYA!!

"Dasar takokak!"

"Eh! Jamblang!"

"Hiii!!!!! Nyebeliiiin. Dasar kentang Musto―"

CKLEK!

Suara Kamera di iringi sebuah blitz membuat Icha menghentikan pergerakannya, ia bertatapan dengan Mushkin sejenak kemudian beralih pada sumber dari blitz tersebut.

Ada Haru disana, sedang memegang ponsel ayahnya dan terkikik karena berhasil mengabadikan momen Icha dan Mushkin.

"Loh, Haru?" Tanya Icha. Haru tersenyum, "Tante sama om lucu! Kayak tom and Jerry! Ribut terus. Kata oma kalau Haru liat tante sama om harus di fotoin, dan kata mama kalau Haru denger tante sama om ribut harus di awasi, mama bilang nanti tante sama om main lempar-lemparan batu."

O-ow..

Anak satu ini! si anak penurut dan cucu penurut. Selalu menuruti apa kata ibu dan neneknya. Betapa menggemaskannya..

Tetapi tetap saja kan Icha malu!

"Lo sih." Icha menyikut tangan Mushkin.

"Kenapa? Gue ganteng?" Mushkin berujar dengan keras. Ganteng, apanya yang ganteng?!

"Om gak boleh bilang begitu!! yang ganteng itu cuman jinooo!!!!" Haru memprotes keras padanya. Lah, anak ini kenapa?


****


Sharen duduk di samping Reno, masih tenggelam dalam obrolan keluarga mengenai pernikahan Mushkin dan Icha. Meskipun baru bertemu, tetapi keluarga mereka sangat cocok dan mulai tenggelam dalam obrolan lebih jauh, terlihat sangat akrab. Sharen jadi lega melihatnya, ia mengkhawatirkan hal itu karena ia sendiri belum mengenal orangtua Mushkin, tapi syukurlah, semua berjalan dengan sangat baik.

Suara ribut-ribut dari luar terdengar, tak lama kemudian sosok Mushkin muncul seraya menggendong Haru dan Icha berjalan di sampingnya.

"Kalian, bukannya ikut ngobrol." Ucap Ayah Mushkin. Ibunya membenarkan.

"Untung dua minggu lagi ya, gak lama. Habisnya lihat, udah mulai gak bisa di pisahin mereka itu." Goda Ibunya Icha. Semua mengangguk setuju, kecuali satu orang yang duduk kebosanan di sudut ruangan.

Muda, kakak Icha. Sejak kedatangan Mushkin wajahnya sama sekali tidak bersahabat. Dan mushkin sangat menyadari itu, Muda memang pasti tidak menyukainya, karena Muda salah satu orang yang tahu bagaimana reputasi nya di kampus dulu dan tentu saja karena mantan pacar Mushkin beberapa mengenal Muda.

Mereka memang tidak saling mengenal secara dekat, tetapi Mushkin tau Muda dari beberapa mantan pacarnya. Yah, dan sialnya ia baru menyadari hal itu sekarang. Haris Iskandar, Iskandar Muda, dan Gannisya Aradya Iskandar. Semuanya keluarga Iskandar. Muda kakaknya Icha, dia sampai melupakan hal yang satu itu.

Seluruh restu sudah di kantonginya, bahkan persiapan mulai di lakukan. Tetapi hal satu ini, Hahh.. entahlah, Mushkin merasa bahwa mendapatkan izin resmi dari Muda bukanlah hal yang mudah.

Tantangan dalam hidupnya kini bertambah sudah.

"Karena nin gak ada yang jemput, besok kalian berdua jemput nin ke Cililin ya." Ucap Haris, Mushkin mengerutkan keningnya, ia menatap Icha untuk menuntut sebuah penjelasan.

"Nin itu nenek gu―EKhm! Nin itu nenek aku, dia tinggalnya di Cililin. Biasanya suka kesini dua bulan sekali, dan karena memang kita mau nikah jadi nin harus di jemput dari sekarang." Ucap Icha. Hampir saja ia mengatakan 'gue' di depan seluruh keluarga yang berkumpul disini.

"Jadi besok kita kesana?" Tanya Mushkin. Icha mengangguk.

"Iya, besok kita kesana."

Bagus. Belum selesai masalah Muda, sekarang muncul peran terbaru dalam serangkaian prosesi sebelum pernikahannya. Selain restu dari Muda, Mushkin juga harus mendapat restu dari nenek Icha bukan? Dan melihat sifat pak Haris yang keras, sepertinya nenek Icha dua kali lebih keras lagi.

Tsk! Hidup memang penuh tantangan coooy..



TBC



Sekali lagi terimakasih ya buat paycookies yang udah bikinin aku covernyaaa :*

Santai aja ya ders, jangan terburu-buru. Kita nikmati dulu masa kekonyolan mereka ngahaha

Di Shareno pun mereka baru nikah di PART 16, dan kayaknya ini pun begitu deh.

Niatnya mau 20 PART, tapi menilik dari keadaan sekarang, sangat tidak memungkinkan. Sepertinya ini bakalan 30 PART lebih wkwkwk

Sekarang Hari ke 43 aku bikin ini, dan WOW! Udah part 14 masa ders.. cepet amat. Wkwk

Kalau begini caranya mah dua bulan juga cerita ini tamat dders -___-

Gak rame dong hahaha

Yaaa sudahlah, sampai ketemu part depan!

Dadaaaah..

Aku sayang kalian :*





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro