PART 13 | Benda Mitos Bernama Jimat
Aku lupa bahas masalah hamilnya Icha, kekeke
Jawabannya gak hamil, selamat untuk kalian yang menjawab benar. Aku kasih kecupan dari jauh * mbwaahh
Sengaja gak hamil, gak seru ah. Jatohnya nanti malah melodrama XD
Biarkan Mushkin berjuang lebih lanjut saja nanti ya.
-
-
-
-
"Sharen, dia bilang dia punya Café, gedung buat di sewain, kostan, rumah kontrakan, satu angkot, tiga kios di pasar, dua usaha Franchise, satu Alfamart, satu peternakan sapi dan satu salon, gilaa ya kalau orang sombong gak pernah tanggung-tanggung." Icha menceritakan apa yang ia dengar dari Mushkin dengan berapi-api. Sharen ada di Paleo ketika Icha dan Mushkin sampai disana, karena Mushkin ada pertemuan bersama Reno dan yang lain, Icha memutuskan untuk menghabiskan waktunya dengan Sharen yang hari ini tidak membawa serta kedua bayinya.
"Kata Reno sih, Mushkin memang lebih kaya dari dia Cha." Jawab Sharen, Icha membelalakkan matanya, "Serius?"
"Ya, Mushkin itu pinter memanfaatkan situasi Cha."
Nah, Icha setuju dengan yang satu itu.
"Reno memang punya tiga hotel, tapi itu saja. usaha Reno Cuma itu cha. Sedangkan Mushkin, dia menginvestasikan uangnya dengan sangat baik. Kontrakan dan gedung yang dia sewain itu dia dapet waktu melakukan persetujuan sama warga, sekalian hotel kasih kompensasi, dia biasanya suka beli-beli tanah yang ada di sekitar sana Cha. Itu sih yang gue denger dari Reno."
"Jadi apapun yang bernilai uang, dia inves ya ren?"
"Ya, gak tau juga. Kata Reno sih Mushkin itu super hemat, kalau suami gue kan dia royal tuh. Nah si Mushkin itu penuh perhitungan, kalau ada mobil baru yang menggugah minatnya, Reno pasti beli. Barang-barang pun Reno lebih suka yang mahal tanpa harus milih yang bagus, dia percaya sama yang mahal. Prinsip Reno, setidaknya dia harus menghabiskan beberapa persen uangnya, jangan di tumpuk terus. Sementara Mushkin, dia bener-bener menerapkan prinsip ekonomi dalam hidupnya. kalau ada barang yang harganya beda seribu aja di setiap toko, dia lebih milih yang harganya lebih murah meskipun harus jalan agak jauh."
Astaga, Icha benar-benar tidak menyangka.
Pria menyebalkan itu! setelah sombong, ia juga sangat pelit!
Ogh, menyeramkan sekali!
"Satu lagi Cha! Dulu Mushkin memang playboy, tapi sekarang dia bener-bener tobat. Kata Reno, Mushkin bisa aja gonta ganti pacar tapi dia nya gak mau, cewek-cewek disana bisanya morotin hartanya dia aja. daripada begitu mending uangnya di pake buat masa depan. Lihat, siapa yang gak mau sama orang yang udah rancang masa depan begitu indahnya?"
"Sharen, kenapa kesannya lo lebih banyak tau dia? Kayak lo yang mau nikah sama dia aja." Sindir Icha, Sharen tertawa. "Gue sengaja cari informasi, memastikan aja lo dapet orang yang tepat Cha.."
*****
"Jadi lo besok ke rumah si Icha Mus?" Reno bertanya begitu mereka berdua keluar dari ruangan rapat.
"Yepp, gue mau lamar dia secara resmi." Sahut Mushkin, Reno malah terkikik geli.
"Lo kenapa ham?"
"Gak apa-apa Mus, gue inget dulu aja pas gue lamar Sharen. deg-degannya minta amin Mus. Saking gugupnya waktu lamaran gue di terima dan kita ngobrol bareng, hp gue sampe masuk ke eskrimnya Haru." Ucap Reno. Mushkin tertawa, "Ya, gue inget. Yang lo telpon gue tanya lo harus pake baju apa. ya Tuhan haaam lo konyol tau gak waktu itu man,"
"Lo belum ngerasain sih Mus. Liat aja besok, lo pasti ketar-ketir. Gugup luar biasa."
"Gak juga noo.. gue biasa aja kok."
"Lah, biasa gimana?"
"Yah, gue inget waktu itu lo kayak abege labil baru jatuh cinta, bingung mesti gimana, tapi gue biasa aja." Ucap Mushkin. Reno menghentikan langkahnya, ia menatap Mushkin dengan dalam-dalam.
"Lo.. gak punya perasaan buat Icha?" Tanya Reno begitu saja. Mushkin diam sejenak.
Perasaan? Perasaan apa yang Reno maksudkan?
"Maksud gue, yah.. gue kan nikah sama Sharen dulu karena gue memang cinta sama dia."
Ah, maksud Reno perasaan, itu cinta?
Mushkin mengangkat bahunya, "Entahlah.. gue gak ngerasain perasaan itu. tapi gue nyaman kok deket dia, semoga aja kita bisa kerjasama. Dan hidup bersama dengan baik."
Jawaban Mushkin benar-benar membuat Reno tidak mengerti dengan jalan pikirannya.
Jadi pernikahan Mushkin dan Icha bukan di dasarkan atas perasaan cinta diantara keduanya? Lebih seperti sebuah kesepakatan untuk hidup bersama?
Kalau begitu apa bedanya dengan dia dan Nova dulu? Dan hidup seperti itu sangatlah tidak nyaman menurutnya.
"Eh tapi no.."
"Apa?"
"Lo tau kan, gue super hemat dan mendekati pelit. Bahkan buat beli makanan mahal untuk diri sendiri aja gue mikir seribu kali." Ujar Mushkin, Reno mengangguk.
"Tapi si Gannisya, dia hebat banget. Memang dasar peguras harta, dia udah bikin gue ngeluarin uang berjuta-juta buat dia."
Reno membelalakkan matanya.
"Serius lo Mus?"
"juta rius No.. kemaren gue suruh dia belanja, dan lo tahu berapa yang dia keluarin buat belanja?"
"Berapa?"
"Sepuluh juta,"
"APAAA?? Dan lo gak marah?" Tanya Reno. Mushkin menggelengkan kepalanya, "Gue pengen marah, tapi justru gue malah senyam-senyum, speechles soalnya dia gak ada permisinya pake uang gue segitu banyak."
Mushkin mengatakannya dengan senyuman di wajahnya, membuat Reno bernapas dengan lega.
Ada sesuatu, sesuatu yang membuat Reno bisa membiarkan pernikahan sahabatnya itu. ya, Mushkin tidak akan hidup seperti dirinya dan Nova, karena tanpa ia sadari, sebuah perasaan untuk Icha itu sudah ada, tumbuh dan semakin tumbuh seiring berjalannya waktu.
******
Icha masuk ke dalam rumahnya, kembali mengendap-endap dengan alasan yang sama; untuk menghindari ayah dan ibunya atau mungkin kakaknya yang akan berbicara mengenai pernikahannya. Dan sayangnya, acara mengendap-endap nya kali ini harus ia urungkan karena Muda sudah tersenyum di depan pintu rumah, menyambutnya pulang.
"Hee.. halo abaaang.." Icha hanya bisa terkekeh, mencoba bersikap biasa agar Muda tidak mengetahui bahwa Icha sedang menghindarinya.
"Dasar adik durhaka! Udah langkahin kakaknya sendiri, eh malah menghindar. Sini loh! ngobrol sama abang." Ucap Muda. Icha menelan ludahnya, ia baru teringat hal satu ini sekarang, pernikahannya bersama Mushkin yang masih membuat dirinya kebingungan benar-benar membuatnya tak bisa berpikir, bahkan mengingat bahwa ia punya seorang kakak. Dan jika saja ia menikah lebih dulu, itu berarti ia harus melangkahi kakaknya, dan bukankah seorang adik tidak boleh mendahului kakaknya?
"Aradya Iskandar.." Icha menatap kakaknya, "Ya, kenapa bang?"
"Kenapa sih? Kok jadi diem begitu? kamu mikirin kata abang tadi ya?"
"Hah? Yang mana?"
"Tuh kan, gak bener ah ngajak kamu ngobrol kalau lagi begini. Lari-lari dulu gih, biar sadar dari lamunannya."
"Ih abang! Aku cape tau, baru pulang kerja masa udah di suruh lari-lari sih." Gerutu Icha. Muda menggelengkan kepalanya, "Dasar kamu!"
"Cantiiiikkkk.."Kekeh Icha. Muda tertawa, "Iya.. cantik. Saking cantiknya, udah ada yang ajak nikah."
Blush! Pipi Icha kontan memerah. Astaga, kenapa sih dengannya?
"apaan sih bang.."
"Cieeeee.. calon penganten malu!"
"Iiiih.. nggak tau!"
"Iya!"
"Nggak!"
"Nggak boong!"
"Abaaaaaaaaanggggggg.."
*******
"Ma, pa.." Mushkin duduk di sofa dengan kedua tangannya yang mengepal dengan erat. Menatap kedua orangtuanya yang sedang bersantai dan kini menatapnya atas panggilan tiba-tibanya.
"Apa sayang?" Heni―Ibunya menatapnya dalam-dalam.
"Mushkin mau bicara sama mama dan papa."
"Bicara aja lah Mus, kamu kayak mau bicara apa aja." Ridho―ayahnya tak memperhatikannya, matanya fokus pada tayangan televisi di hadapannya.
"Seperti yang Mushkin bilang ma, pa.. kalau Mushkin.."
Jantungnya berpacu lebih cepat.
Darahnya berdesir dengan hebat.
Keringat mulai membasahi tubuhnya di semua tempat.
Astaga, kenapa dengannya? Ada apa ini?
"Mushkin?" Heni bertanya, memastikan bahwa anaknya menyelesaikan apa yang akan di katakannya.
Sial, Mushkin!!! Bukankah kau sudah memberitahu mereka lewat ponsel? Dan mereka sudah mengatakan bahwa mereka senang kan?
Kalau begitu tinggal di lanjutkan saja! katakan apa yang ingin kau katakan. Tunggu apa lagi memangnya?!
Aaaaarggghhh!!!!
Kenapa susah sekali?!
"Mushkin?"
"Eh i―iya ma?"
"Kamu mau bicara apa?" Tanya ibunya sekali lagi. mushkin malah terkekeh, "Heee.. aduh ma, Mus malu." Akunya. Ibunya langsung tertawa, "Ini pasti soal yang kamu kasih tau kan ke mama lewat sms kan?" tanya ibunya lagi. Mushkin mengangguk dengan yakin.
"Jadi kamu beneran mau nikah?" Seketika Ridho memperhatikannya, menatap anaknya dengan seksama.
"Iya ma, pa. Mushkin mau nikah. Mushkin udah minta restu sama papanya, udah lamar secara pribadi juga. Mungkin memang keliatannya terlalu cepat, tiba-tiba Mushkin udah mau nikah aja tanpa mama sama papa tahu siapa calonnya Mushkin."
Kedua orangtua nya mengangguk.
"Tapi dia gadis yang baik kok ma, pa. menyenangkan, mama pasti suka deh." Mushkin terkekeh, merasa begitu geli mengatakan bahwa Icha menyenangkan, padahal banyaknya menyebalkan bukan?
"Yah, kalau sudah pilihan kamu.. mama sama papa hanya bisa dukung saja, mengenal calon kamu bisa berjalan seiring waktu,"
"Iya pa.."
"Besok jadi, ke rumahnya?" Tanya Ibunya. Mushkin mengangguk yakin, "Besok Mushkin mau mama dan papa bertemu orangtua nya untuk lamar dia secara langsung." Jelas Mushkin. Heni terkekeh, "Dasar.. kamu jomblonya lama, sekali gak jomblo bikin orangtua jantungan, tiba-tiba langsung nikah aja. kamu gak macem-macem kan Mus? Ceweknya gak hamil duluan kan?"
Mushkin berkedip, sejenak kehilangan kendali atas dirinya saat mendengar ibunya mengatakan bahwa ia akan menikah. Astaga, untung saja.. untung saja Icha tidak hamil. Syukurlah.
"Mama begitu ya, suka prasangka buruk sama anak sendiri." Keluh Mushkin, seraya mengerutkan wajahnya.
*******
"Kamu kalau nikah, ya nikah aja. gak usah pikirin abang." Icha terdiam sejenak, pembicaraannya bersama Muda semakin serius sekarang, tiba-tiba saja Muda membahas masalah mengenai pernikahannya.
Satu yang mengganjal dari benak Icha adalah Muda yang harus ia langkahi untuk menikah, pikiran itu tiba-tiba datang dan membuat perasaannya menjadi tak nyaman. Tetapi kakaknya malah mengatakan bahwa Icha tidak harus memikirkannya? Justru malah sebaliknya, Icha semakin memikirkannya dalam-dalam.
"Abang seneng Cha, kalau kamu nikah nanti ada yang jagain kamu. Tenang aja, abang juga lagi menjalin hubungan sama seseorang kok, kalau cocok ya kita lanjut." Muda terkekeh, tetapi Icha masih terdiam.
"Oalah, adek abang yang satu ini begini ya kalau lagi galau. Sini, peluk?" Muda merentangkan kedua tangannya, bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman penuh kasih sayang untuk adik tersayangnya.
"Abaang.." Mata Icha berkaca-kaca begitu ia melemparkan dirinya sendiri ke dalam pelukan dari kakaknya. Sungguh, jika kemarin ia hanya memikirkan bahwa Mushkin harus bertanggung jawab dan dirinya harus menerima ketika Mushkin berusaha membujuknya lagi, sekarang semua pikiran itu menguap begitu saja. sekarang yang Icha pikirkan hanyalah kakaknya yang super malang ini, sudah tiga puluh tahun tapi masih belum menikah. Padahal kan kakaknya ini tampan, ya.. walaupun masih tampan Mushkin.
Apa?
Apa yang sekarang dia pikirkan?!!
"Tapi ngomong-ngomong Cha! Yang mau nikah sama kamu siapa? Hebat ya dia, berasa numbalin diri ke laut selatan kalau nikah sama kamu." Ledek Muda. Icha melepaskan pelukannya dan menatap kakaknya dengan sengit.
"Enak aja bilang begitu! dia yang ngebet mau nikahin Icha tau bang! Dia sampe bilang kalau Icha nikah sama dia jangankan seratus juta, satu milyar aja dia kasih. Dia juga bilang, selama Icha nikah sama dia, keliling dunia atau bahkan keliling planet pun dia jabanin buat Icha." Sungut Icha, Muda benar-benar tidak bisa menahan tawanya. Ya tuhan..
"Jadi ada ya? cowok kelebihan harta yang begitu?"
Kelebihan harta? Tanpa sadar Icha tersenyum, mengingat bagaimana semangatnya Mushkin menceritakan serentetan harta-hartanya pada Icha. Oh, ia benar-benar seorang wanita gila harta ternyata.
"Woooyy!! Gak usah senyam-senyum begitu!" Pekik Muda. Icha langsung mengerutkan wajahnya.
"Btw Cha, namanya siapa? Yah, gak tau orang nya pun.. setidaknya harus tau namanya kan?"
Tanya Muda. Icha hendak mengeluarkan suara, mengatakan bahwa nama pria yang akan menikahinya adalah Kentang Mustopa si Ganjelan Pintu yang akan jadi ganjelan hidupnya di masa depan nanti. Oh tapi tentu saja Muda akan menangkap sesuatu yang tidak beres, tidak mungkin kan Icha mengatakan kalau itu panggilan sayang?
"Ekhm.. namanya Mushkin bang, Mushkin alatas." Ucapnya. muda diam sejenak, memijat pelipisnya lalu menatap Icha dengan prihatin.
"Sialan, jadi dia?"
Hah? Apa kata kakaknya? Sialan?
Tunggu dulu..
"Abang kenal Mushkin?"
"Iya lah! Dia kan rekan bisnisnya papa, memang ada berapa yang namanya aneh kayak dia. Selain rekan bisnis papa, dia itu mantan pacarnya sekretaris abang, mantan pacar temen abang, dan dia juga dulu se kampus sama abang. Yah walaupun kita gak kenal, tapi abang tau dia. Gila, si playboy itu?! hell, dia mau nikahin kamu Cha? Oh damn, abang bener-bener speechless!!"
O-ow..
Icha merasa bahwa setelah ini, semua tidak akan mudah.
Wajah Muda ketika mengatakannya sangat.. yah, tidak menyenangkan!
Jadi bolehkah Icha menyimpulkan bahwa kakaknya tidak suka pada Mushkin?
*********
"Om Muuuus!" pagi-pagi sekali, Mushkin baru selesai mandi dan keponakannya tiba-tiba sudah duduk di atas ranjangnya, menatap televisi besar yang tertempel di dinding kamarnya.
"Agniii!! Halo bebeh." Mushkin langsung menggendong Agni―keponakannya yang sudah lama tidak di jumpainya.
"aaaa.. om kangen!"
"Agni juga kangen om." Sahutnya. Mushkin tertawa, "Agni sama siapa kesini?"
"Sama mama om! Tapi mama nya lagi ngobrol sama oma. Agni di suruh masuk kesini, katanya gak boleh ikutan ngobrol nanti Agni kayak tante-tante."
Mushkin tertawa, dasar anak kecil! Selalu saja menggemaskan.
"Om, kata mama om mau nikah ya?" Agni bertanya dengan sangat polosnya.
"Iya sayang."
"Kemarin di sekolah, Haru bilang om mau menikah sama tantenya Haru."
Haru.. ketika nama itu di sebut, Mushkin langsung merindukan anak sahabatnya yang makin hari makin menggemaskan saja, sudah lama juga dia tidak bertemu Haru. kalau Agni memang bertemu Haru setiap hari, karena mereka satu sekolah.
"Iya sayang, om mau nikah sama tantenya Haru. namanya tante Gannisya, orangnya rame. Agni pasti suka." Ucap mushkin. Agni mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Nanti kalau mama papa kerja, berarti Agni bisa main sama tante itu om?" Mushkin mengangguk.
"YEAAAAY!!!!" Sorak Agni. Wajahnya berbinar-binar, seperti Icha saat sudah belanja ataupun makan banyak makanan anak kecil. Dasar, Icha memang anak TK. Buktinya ia sama menggemaskannya dengan Agni, dan Haru.
Sial, kenapa malah memikirkan hal itu sih?!
******
Semalam menjadi malam dengan obrolan terpanjang dalam hidupnya, Icha duduk di atas sofa dengan kedua orangtua nya yang menatapnya bersamaan, mereka bertanya ini dan itu, perihal seseorang yang akan datang ke rumah mereka sore ini, untuk melamar Icha.
Ibunya terlihat sangat senang sekali, anak perempuannya akan menikah, ayahnya pun demikian. Obrolan mereka berakhir dengan sebuah kebahagiaan di wajah kedua orangtuanya. Hanya membahas pekerjaannya, dan perkenalan mereka juga bagaimana Mushkin meyakinkannya untuk menikahinya.
Tidak ada bahasan mengenai kejadian itu, kejadian yang mengakari pernikahan ini, tidak. Sampai ketika Icha masuk ke dalam kamar, dan Haris mengikutinya, kemudian mengatakan semuanya. Bahwa Mushkin sudah memberitahunya mengenai hal itu.
Icha sempat tidak bisa bicara apa-apa, ia hanya bisa terdiam takut-takut ayahnya akan memarahinya. Tetapi yang terjadi justru Haris memeluknya dengan erat dan meminta maaf padanya, ia juga mengatakan kelegaan dalam hatinya. bahwa Icha menikahi orang yang tepat, kejujuran Mushkin dan kesungguhan pria itu membuat Haris mencoba menerima kenyataan dan melupakan semuanya.
Mungkin benar apa kata Mushkin, bahwa semua memang jalannya untuk bertemu jodohnya. Tidak ada yang tahu rencana Tuhan bukan? Dan Haris memilih untuk mengikuti alurnya saja. alih-alih menjadi seseorang yang akan memutus jalan cerita dari Tuhan.
"Tante Ichaaaaa!" Suara pekikkan dari Haru terdengar oleh telinga nya, se detik kemudian sosok menggemaskan itu muncul berlari ke dalam rumahnya dan duduk di sampingnya.
"Hei.. Haru sama siapa?" Tanya Icha.
"Haru sama oma tante!"
"Oma?"
"Iyaa, oma mau ketemu tante Icha!"
Eeee? Mertua Sharen? mau bertemu dengannya? Untuk apa?
"Omanya mana?"
"Oma di mobil, kata oma jangan disini. Kata oma kita beli eskrim aja tante."
"Beli eskrim?" Haru mengangguk.
"Oke, tante ambil tas dulu. Haru tunggu disini ya?"
Dengan segera Icha pergi ke kamarnya dan mengambil tas nya kemudian menuntun Haru menuju neneknya yang sudah menunggu di dalam mobil.
"Halo Chaaaa!" Maryam selalu bersemangat seperti biasa! Spirit wanita paruh baya itu seperti tidak ada habisnya. Icha menyapa nya dan duduk di sampingnya, lalu mobil berjalan menuju tempat eskrim yang di ceritakan oleh Haru.
Sampai di kedai eskrim, Icha duduk berhadapan dengan Maryam sementara Haru duduk di sebelahnya.
"Santai aja Cha, sama tante mah gak usah tegang, kamu kayak yang mau tante kasih uang buat jauhin si Mushkin aja! itu terjadi hanya di sinetron sayang." Ucap Maryam. Icha tertawa, "Tante korban sinetron sih tan." Ucapnya.
"Eh tapi Cha, dulu tante pernah begitu sih." Tawa Icha menghilang seketika.
"Dulu tuh ya, jaman-jamannya renita kuliah, dia malah pacaran terus. Asal usul cowoknya gak jelas, ya udah tante datengin dia terus suruh dia jauhin Renita. Tante kasih dia uang juga loh Cha!"
Icha tidak percaya, kejadian yang biasanya terjadi di sinetron ternyata pernah terjadi juga di kehidupan orang yang ia kenal.
"Tante serem juga tan." Icha bergidik ngeri.
"Tunggu dulu! Jangan bilang serem-serem. Itu tante kan pengen kayak sinetron tuh Cha, pengen gitu di takutin sama pacarnya si Renita. Eeeh taunya, ternyata si pacarnya yang asal usulnya gak jelas itu pengusaha di Malaysia Cha! Dia ngegembel di Bandung katanya sengaja, mau nyari yang tulus sama dia. Ngahaha Icha, tante malu banget disana. mana tante kasih uangnya cuman lima juta, eh tau dia pengusaha begitu mah tante kasihnya sekoper. Biar gak malu-malu amat." Maryam tertawa dengan sangat keras. Lihat, selain semangatnya, tertawa nya pun sangat kencang sekali.
"Terus gimana tan si cowok itu?"
"Gak gimana-gimana, ya dia nikah sama si Renita. Itu, suami Renita yang sekarang." Ucap Maryam. Icha menganggukkan kepalanya. ah, jadi begitu ya?
Pesanan datang, tiga mangkuk eskrim tersaji di hadapan mereka. Haru terlihat bersemangat, langsung memakan eskrimnya dengan lahap, Icha juga, hanya saja ia memakannya dengan sedikit tidak nyaman.
Pikirannya masih menerka-nerka, apa gerangan yang membuat Maryam datang menemuinya?
"Cha.." tiba-tiba Maryam memanggilnya. Suaranya berubah dengan serius tanpa candaan seperti sebelumnya.
"Iya tan?"
"Mushkin itu pria yang benar-benar baik loh, kalau untuk suami dia mah sangat tepat."
Icha mengerjapkan matanya, jadi mereka mulai masuk ke dalam inti obrolan?
"Mama sama papanya itu sibuk Cha, papanya Rektor di Universitas terkenal, menjabat sebagai camat juga dulu. Kalau sekarang udah pensiun, nah mama nya ini dosen, dan anggota DPRD juga, pokonya orangtuanya bener-bener sibuk banget, jarang ada di rumah dan sering keluar kota. Sejak berteman sama Reno Mushkin sering nginep di rumah, ya tante tau sih dia kurang perhatian makanya dia cari perhatiannya ke tante. Dan makannya juga tante anggap dia itu seperti anak tante sendiri."
Ah, begitu..
"Si Mushkin itu emang playboy, dulunya. Tapi dia ga pernah macem-macem kok, tante rasa dia itu gonta ganti pacar cuman buat isi waktu senggangnya dia aja. daripada di rumah gak ada siapa-siapa, kan mending pacaran. Lagian si Reno juga gak bisa di ajak main terus, anak tante yang satu itu dulu taunya belajar aja sama belajar, gak menikmati hidup. Nah sekarang baru kerasa sama dia, suka males kerja soalnya lebih seneng sama istri di rumah."
Icha tertawa, seperti kata Sharen... kalau membully Reno, Maryam jagonya.
"Jadi yang lebih banyak menghabiskan waktu sama dia itu ya tante. Secara langsung tante itu belahan jiwa sobekan jantung irisan hatinya si Mushkin."
Astaga..
"Dan yah, tiba saatnya juga sekarang tante di tikung sama kamu Cha. Tante tersisih. Kayaknya nanti pas kalian nikah tante mau nyanyi dangdut Cha, lagunya Rita sugiarto. Cantik, memang aku akui~ usia muda pun ia miliki."
Maryam benar-benar menyanyikannya. Icha hanya bisa tertawa, melihat tingkah konyol nenek satu ini.
"Oma! Jangan berisik! Orang-orang liatin oma."
Nah, cucunya sendiri yang malah menegurnya. Maryam mengatupkan bibirnya, "Noh Cha! Haru itu bener-bener anak Reno! Selalu bilang berisik kalau tante nyanyi." Dumelnya. Icha hanya bisa tertawa, bagaimana pun ibu-ibu selalu benar, jadi biarkan saja.
"Haah, tante jadi bingung mau ngomong apa. udah ah Cha, jangan di lanjutin. Kita makan eskrim aja. intinya sih pokonya pilihan kamu buat nikah sama si Mus tepat! Gitu lah, aduuh.. tante berasa jadi SPG nih Cha, SPG jodoh." Maryam tertawa lagi. dasar, tingkah ibu yang satu ini selalu membuat orang-orang tertawa.
Apalagi kalau masalah jimat, Icha jadi ingat mengenai jimat yang di katakan Mushkin padanya, yang sengaja di simpan di jok mobilnya. Itu pemberian Maryam kan?
"Hmm.. tante?"
"Kenapa?"
"Tante suka kasih jimat sama Mushkin?" Tanyanya. Maryam mengangguk, "Iya, tante kasih dia jimat. Yang pertama buat di taro di lemari, itu jimatnya mengundang baju wanita ke lemari dia. Terus yang kedua itu tuh dasi, yang waktu dia ke undangan. Itu dasi tante beli di tukang ramal. Katanya itu paling ampuh, eh ternyaata memang ampuh Cha! Tante harus borong dasi itu, buat di jualin disini. Kan lumayan bujangan-bujangan yang susah dapet jodoh siapa tau lancar."
Oke, baiklah. Seperti apapun orangtua, tetap saja orang tua. Percaya hal mitos bernama jimat !
"Udah sih Cha, itu aja." Ucap maryam. Icha mengerutkan keningnya, lah bukannya ada satu lagi? jimat yang berada di jok mobil?
"Yang di jok mobil bukan dari tante ya?"
"Hah? Apaan?"
"Itu loh tan, di jok mobil dia ada jimatnya, katanya kalau ada cewek yang duduk di sana, selamanya dia bakal duduk disana, dan itu hanya berlaku buat satu orang, dan kata dia orang yang pertama dan terakhir dudukin itu Icha. Jimatnya ampuh tan, soalnya Icha bakal nikah sama dia, duduk di jok itu selamanya." Ucap Icha. Maryam menatapnya sejenak, sedetik kemudian tawanya langsung pecah. Ya tuhan! Menggelikan sekali!
"Kok tante malah ketawa sih?"
"Abisnya Cha! Kamu polos banget! Si Mushkin mah bohong sayang! Apa-apaan jimat kayak gitu? Dia mah ngegombal. Atuhlah si Mushkin, gombalannya kenapa begitu amat sih hahahahaha."
Bohong?
Jadi jimat itu bohong?
Apa-apaan!
TBC
Nah nah nah.. sudah dulu ya, masih panjang perjalanan mereka menuju pelaminan :v
COVERNYA AKU GANTIIII!!!!
Makasih banyak buat @paycookies yang udah kasih aku cover ini. sudah sejak lama aku pengen cover yang berwarna, kan kesannya ceria begitu lah. Keliatan unsur komedi nya gitu, bukan komedo /?
Nanti pas manis-manisan /? Aku kembalikan lagi ke cover awal, biar berasa /?
Ya sudah, sampai disini saja.
Daaaah..
Aku sayang kalian :*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro