Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 11 | Onta Pengkor yang Kesambet

Seneng deh, Musicha itu selalu banjir komentar hihihi aku jadi makin semangat aja ders..

Sebenernya aku bingung banget cari visual Mushkin gak dapet mulu. Pengennya emang arab2 an juga dan turki lah minimal. PAMAN SALIM XD

Tapi, mereka terlalu tampan dan kayaknya ternodai aja gitu ketampanannya sama kelakuan koplak si Mus -__- hahaha

Yah, seperti kata aku. biar menjadi imajinasi kita saja ya mereka mah~

Cusss~


-

-

-

-


Sudah satu minggu sejak ulangtahun ayahnya berlalu, Icha duduk termangu di sofa ruangannya bersama Mushkin. Satu minggu ini, Icha tidak bertemu dengan Mushkin karena perjalanan bisnis pria itu. icha tidak ikut serta karena di Bali sudah ada tim yang akan membantu Mushkin.

Ayahnya pun pergi ke Batam selama seminggu ini, Icha merasa bersyukur karena ayahnya belum bertanya apapun tentang pengakuan Mushkin tempo hari. kalau saja ayahnya bertanya, bisa habis Icha.

Satu minggu ini dia tidak bolak-balik kesana kemari, satu minggu ini Icha bekerja di Renova, dia bahkan mempunyai banyak sekali waktu luang, dan akhirnya semua karyawan disini pun sudah di kenal nya satu per satu. Persis seperti apa yang ia inginkan. Tetapi, kenapa ya Icha merasa sangat bosan sekali?

Mungkin ia sudah terbiasa berpindah-pindah tempat kesana kemari, jadilah ia benar-benar merasa bosan jika diam seperti ini. dan satu minggu ini gadis itu juga tidak banyak bicara, hasrat untuk berbicara dan mengumpatnya hilang entah kemana.

"Cha, lo belum ambil cuti menstruasi nih?" Jihan yang ada di sebrangnya menatap Icha seraya mengunyah makanannya.

"Hah? Cuti mens? Apaan?"

"Itu loh, ini peraturan khusus dari pak Al. setiap bulan itu karyawan cewek ada cuti satu hari, hari pertama dia menstruasi. Kan ada beberapa yang suka sakit tuh, makannya tiap ada yang menstruasi di kasih cuti satu hari."

"Aah, gitu ya?"

Icha sudah bekerja hampir dua bulan, tetapi dia belum..

ASTAGA!! Tamu..

Tamu bulanannya!

Oh, Icha tidak mendapatkannya?

Tunggu dulu.. tanggal berapa sekarang? tanggal berapa? Ya Tuhan kenapa Icha bisa melupakan satu hal penting yang ini sih?!

"Cha.."

"Gue duluan!!" Icha langsung bangkit dan berjalan menjauh dari kantin, ia harus memastikan sesuatu. Harus! Harus!


******


Mushkin menelan ludahnya, ia baru saja kembali dari Bali, menyelesaikan pekerjaannya dan menenangkan pikirannya, dan juga tentu saja membulatkan tekadnya.

Masih terdengar dengan sangat jelas, luapan emosi Icha mengenai Mushkin yang benar-benar tidak peka dengan seluruh keadaan, dan malah berbohong pada ayah Icha. Maka saat ini, Mushkin mencoba untuk bertindak sesuai dengan kata hatinya, ia akan menjadi dirinya sendiri yang datang membawa seluruh kejujuran atas apa yang telah terjadi padanya.

Tidak peduli dengan apa anggapan pak Haris, tidak peduli dengan Image yang ia bangun dan ia jaga. Mushkin benar-benar harus dan ia akan melakukannya sekarang.

"Okee! Jujur meringankan, bohong berdosa!!"

Dengan mantap, Mushkin berjalan masuk ke dalam Restoran yang sudah ia pesan, duduk di atas kursinya dengan penuh ketegangan dan menunggu kedatangan seseorang yang akan menentukan kelangsungan hidupnya.

Kau bisa mushkin! Kau pasti bisa!!!

Dan tidak lama kemudian, sosok yang di tunggunya muncul di hadapannya.

Jantung Mushkin hampir copot dari tempat asalnya, dan sebisa mungkin Mushkin menahannya untuk tetap di tempatnya semula.

"Maaf menunggu lama nak Al,"

"Tidak apa-apa pak Haris.."

"Jadi, apa yang akan nak Al beritahukan pada saya?"


*****


"Oh Bulan.. datanglah~"

Icha menatap kalender seraya mencontohkan salah satu iklan yang tanpa sengaja ia tonton tadi pagi. Benar, ia tidak salah. Seharusnya menurut perhitungannya dua minggu yang lalu Icha sudah menerima kedatangan tamu bulanannya, tetapi sampai sekarang ia sama sekali tidak merasakan gejala-gejala wanita yang akan PMS.

Oh Tuhan.. jantungnya, bagaimana ini?

Tangannya bergerak dengan cepat, menghubungi Sharen.

"Kenapa Cha?"

"Sharen!!! gue mau tanya sama lo?"

"Eh, kenapa? Kok lo panik begitu?"

"Gue lagi buru-buru nih ren, lo langsung jawab ya?!"

"Apa?"

"Waktu lo hamil, tanda-tandanya apa?"

"kok―"

"Cepet jawab!!!"

"Oh, gue.. payudara gue sakit kalau di remas Cha, telat datang bulan sih udah pasti, apalagi ya? kayaknya gue―"

"Oke, makasih. Bye!"

Icha memutuskan sambungan telponnya dengan segera. Payudara Sharen sakit?

Dengan gemetar, Icha menyentuh payudaranya sendiri.

"Argh! Sakit!!" Ringisnya.

Dasar bodoh! Tentu saja sakit, Icha tanpa sengaja menyentuh bagian kawat dari bra nya.

Dasar!! Kalau sedang panik dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.


******


"Jadi. Sebenarnya nak Al mau berbicara apa?" Haris mulai terlihat tidak sabar, sejak tadi Mushkin hanya diam dan menatapnya. Sekalinya bersuara malah terbata-bata, membuat jengkel saja. tetapi Haris mencoba untuk tidak membuatnya begitu kentara.

"Ekhm.. begini pak."

"Ya? apa? sejak tadi nak Al bicaranya begini pak begini pak terus."

"Ini soal saya dan Icha pak."

"Oh, gimana hubungan kalian?"

Mushkin menelan kembali ludahnya. Pak Haris benar-benar percaya bahwa ia dan Icha memang berpacaran.

"Se.. pak, sebenarnya..."

"Ya, kenapa?"

"Sa―saya."

Ya Tuhan.. bagaimana mengatakannya? Bagaimana ini?

"Nak Al.."

"Pak.."

Astaga, semakin ingin berbicara nyali Mushkin semakin kecil saja.

"Sa..Saya."

"Ya? anda kenapa nak Al?"

Tidak.. tidak.. Mushkin tidak ingin melanjutkannya!

Bagaimana ini? apakah ia harus membicarakan hal lain? Mengalihkan topik?

Tapi..

Kalau dia mengalihkan topik..

Oh, semua benar-benar akan semakin rumit bung!! Ayolah, kenapa kau sangat tidak berani sekali!

Jangan sampai jadi pengecut untuk dirimu sendiri man!!

"Nak Al.. saya masih punya banyak pekerjaan. Kalau nak Al masih begini, lebih baik saya kembali ke kantor saja."

Tidak! Tidak bisa!

Baiklah. Sekarang. saatnya. Semua. Terungkap!

Kuatlah.. ! Tuhan, tolong kuatkan Mushkin!!

"Nak Al?"

"Begini pak, antara saya dan Icha.. kami sebenarnya tidak punya hubungan apa-apa!!" Dengan cepat, penjelasan itu keluar dari mulut Mushkin, membuat Haris membelalakkan matanya.

"Apa?"

"Kami, tidak berpacaran."

"APA? terus? Kenapa kamu bilang kamu pacar anak saya? Kamu mempermainkan anak saya?!!"

Astaga, suara Haris meninggi. Mushkin harus menyelesaikannya. Kalau tidak hari ini, tidak akan ada hari lain lagi.

"Begini pak.."

"Kamu bahkan mencium pipi anak saya loh! kalau bukan pacarnya terus kamu siapa? Dan seenaknya sekali ngaku-ngaku pacar Icha! langsung main rangkul-rangkul lagi!"

Wajah Haris sudah benar-benar merah padam. Pria paruh baya itu sudah di kuasai amarah. Lagipula, bisa-bisanya anak muda di hadapannya berlaku seperti itu padanya, mengatakan bahwa ia kekasih anaknya dan mengatakan hal-hal lain yang..

Oh, ia sepertinya mulai kehabisan kata-kata.

"Maaf pak Haris, bukan maksud saya―"

"Oke. Saya tidak mau bertele-tele. Jadi langsung saja, setiap orang punya alasan dan saya selalu mendengarkan setiap alasan mereka. Saya kasih waktu lima menit untuk menjelaskan semuanya."

Seperti sebuah palu yang baru saja di ketuk dan menghentakkan seluruh kesadarannya, Mushkin langsung berbicara panjang lebar menjelaskan semuanya. Bagaimana kejadian itu terjadi, akar dari semua permasalahan mereka. Minuman yang tanpa sengaja di minum oleh Mushkin dan Icha.

Mushkin bahkan membawa rekaman CCTV dan rekaman suara pegawai hotel yang menjelaskan bahwa semua karena minuman yang salah ia berikan.

Setelah penjelasannya selesai, tidak ada suara apapun dari pria paruh baya yang berada di hadapannya. Hanya ada helaan nafas yang sangat berat terdengar oleh telinga Mushkin.

"Ya ampun.. Icha.. Padahal saya jaga dia melebihi apapun. Astaga." Haris terlihat benar-benar frustasi. Pengakuan tiba-tiba Mushkin mengenai hubungannya dengan anaknya membuatnya benar-benar merasa bahwa jiwanya pergi meninggalkan tubuhnya.

Amat sangat terkejut, ia bahkan baru tahu kalau Icha bekerja dengan Mushkin. Setahu nya, Icha hanya bekerja di kantor Reno, Haris tidak berpikir bahwa Icha bekerja dengan Mushkin.

Kalau sudah begini..

Anaknya, anak perempuan kesayangannya. Astaga, apa yang harus ia lakukan?

"Saya sudah bersedia untuk menikahi Icha, tapi dia keras kepala sekali. Dia ngotot gak mau."

"Jelas lah! Jelas dia gak mau!! kamu nikahin dia karena kamu cuman pengen tutupin kejadian itu aja!!!" Haris benar-benar emosi, dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Logikanya tidak bisa ia gunakan dalam keadaan seperti ini. sungguh, ini semua benar-benar kenyataan yang sangat sangat mengejutkannya.

"Pak, saya.."

"Diam!! Saya sedang kesal, tolong. Beri saya waktu untuk menenangkan diri saya." Ucap Haris. Mushkin menundukkan kepalanya. ya, benar. Memang seharusnya seperti ini, dia harus di teriaki seperti ini.

Lama mereka terdiam, sampai Mushkin memberanikan dirinya untuk membuka suaranya.

"Yah.. sebenarnya, bapak memang benar. Pada awalnya tanpa berpikir saya memang harus segera menikahi Icha. Itu karena saya takut kalau Icha akan hamil, dan hidupnya mungkin hancur karena saya. Tetapi setelah mendengar banyak sekali bentakkan mengenai hal yang sama, saya juga sadar pak. Bahwa pernikahan bukan sesuatu untuk menutupi sebuah kecelakaan yang tidak kita inginkan. Pernikahan itu perjanjian dengan Tuhan dan tidak bisa main-main. Maka dari itu, saya membulatkan seluruh niat saya."

"Maksud kamu?"

"Saya.. dengan setulus hati benar-benar ingin menikahi anak bapak, ingin menjadi seseorang yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk hidup dan masa depannya, ingin menjadi seseorang yang akan menuntunnya, dan seseorang yang akan bersama dengannya sampai nanti."

"Kamu serius?"

"Saya belum pernah se serius ini pak.. saya memang seorang playboy, dulu saya sering sekali berganti pacar, tapi saya tidak bahagia sama sekali. Dan, yah.. saya juga sudah menanti jodoh saya cukup lama. Semua berjalan sesuai kehendak Tuhan kan? mungkin saja kalau Gannisya itu memang jodoh saya, dan kebetulan saja pertemuan kami harus seperti itu. hal tersebut sudah terjadi, dan tidak mungkin kalau waktu di putar kembali, apa salahnya kalau saya mengambil hikmah dari semua kejadian tersebut."

"Memangnya kamu cinta sama anak saya?" Tanya Haris, Mushkin tersenyum, "Cinta? Tidak pak, saya sama sekali tidak mencintai anak bapak. tidak, belum."

"Lalu, kamu mau nyiksa anak saya? Begitu? nikahin dia tapi gak menyayangi dia?"

"Cinta itu bukan sesuatu dimana kita bisa bebas memilih siapa yang akan kita cintai pak, cinta punya jalan sendiri untuk tumbuh di hati manusia dan.. yah, cinta itu di tumbuhkan. Lagipula, saya tidak butuh cinta untuk dapat menikahi anak bapak. kami bisa bekerja sama."

"Dan kamu pikir kerjasama saja cukup? Memangnya ayah macam apa yang mau menyerahkan putrinya pada seseorang yang hidup dengannya hanya untuk kerjasama?"

Sudah Mushkin duga, tidak akan mudah.

"Kami memang tidak pernah akur pak,"

"Tuh kan! apa lagi kalau hubungan kalian seperti itu."

"Tapi kami bisa bekerja sama dengan baik. Sekalipun setiap bertemu selalu berdebat, tetapi saya dan Gannisya tidak pernah berlaku aneh-aneh, kami hanya saling berdebat dan yah.. kembali melakukan pekerjaan. Saya yakin, kami bisa kalau hidup bersama."

"Whoa.. kamu selalu ambisius nak Al, dulu pun waktu kita bersaing. Kamu seperti ini!"

"Saya hanya memperjuangkan apa yang ingin saya perjuangkan. Sekali lagi pak, saya benar-benar meminta maaf atas kejadian ini, dan saya benar-benar.. ingin menikahi anak bapak, bukan untuk menutupi kejadian itu, tetapi untuk menjadi suaminya. Karena, rasanya terlalu bajingan saja. kalau saya harus menyerahkan Gannisya suatu saat nanti pada orang lain. Sekali lagi saya minta maaf pak, dan tolong di pikirkan kembali apa yang saya minta. Saya benar-benar mengharapkan restu dari anda."


*******


"Beli testpack? Harus ya?" Icha mengigit bibirnya. Sebagian dari dirinya merasa ketakutan dan sebagian lagi mencoba mengenyahkannya. Sial, keadaannya sedang tidak baik-baik saja sekarang!

"Apa.. apa jangan-jangan.." Tangannya gemetar. Kalau sampai ia benar-benar hamil, bagaimana? Ya Tuhan.. bagaimana ini? apa yang harus ia lakukan? Kalau Icha benar-benar hamil, dan.. pasti tumbuh seorang bayi kan di dalam sana?

Haruskah Icha membeli obat untuk..

TIDAAK!!! Itu akan merusak rahimnya, dan menambah dosa yang di lakukannya.

Lalu, ia harus apa?

Meminta Mushkin untuk menikahinya?

Arg!! Lebih tidak lagi!! bisa hancur harga dirinya. bagaimana bisa orang yang menolak mentah-mentah malah meminta lebih dulu. Ough, menakutkan.

"Gannisya, kamu ngapain jongkok disitu?"

Icha menegang, menoleh ke sampingnya pelan-pelan dan sosok menjulang tinggi di sampingnya tengah menatapnya dengan penuh keheranan.

"O―oh, bapak.." Gumamnya, sangat canggung.

Icha bangkit dan berdiri lalu menghadap Mushkin.

Sejak kapan pria itu berada disini? Sudah pulang kah?

"Kamu udah makan belum?"

"Hah? S-sudah."

"Kok lesu begitu sih? Mau belanja gak? Nih, saya kasih kartu saya."

Eeeee?

Orang ini kenapa?

Icha mengerutkan keningnya.

"Pak, kesambet ya?" Tanya Icha polos. Mushkin tertawa, ya Tuhan.. akhirnya ia bisa tertawa juga.

"Hmm.. iya, saya kesambet. " Lirihnya, Icha semakin kebingungan. Sepertinya pria ini memang benar-benar kesambet.

"Ini, kamu mau belanja gak?"

Oh YA! belanja!

Dengan cepat, Icha langsung meraih kartu kredit Mushkin dan tersenyum, "Makasih ya pak.. sering-sering ya kesambet begini. Bapak ganteng deh kalo kesambet pak." Ucap Icha. Mushkin tertawa lagi.

"Ya, sepertinya saya harus selalu kesambet."

"Eee? Bapak kok aneh banget? Selain kesambet, usus bapak mungkin kusut kali ya pak? Atau otak bapak pindah ke pantat? Eh bapak jalannya normal kan pak? Gak kayang?"

Gadis ini!! Mushkin kembali tertawa di buatnya.

"Udah ah, ngomong mulu lu! Lama-lama gue ambil lagi tuh kartu." Protes Mushkin, Icha meledeknya.

"Enak aja, ini kejadian langka tau. Si pelit kentang mustopa kasih gue kartu. Awww.. bahagianya hidupku Tuhan. Udah ah pak, saya mau belanja! Ini limitnya berapa pak? Bisa belanja mobil gak?"

Dasar penguras harta! Sekarang kalau mengingat sebutan itu, Mushkin benar-benar merasa terhibur.

"Kalau kamu mau, itu juga bisa beli furniture rumah. Rumah saya kosong, belum ada apa-apanya. kamu bisa isi kalau kamu mau."

EEEEE?

Pria ini bicaranya semakin melantur saja.


*******


"By.. Icha tadi nanyain tanda-tanda hamil sama aku." Sharen yang baru datang ke Paleo langsung memeluk Reno dan mengatakan apa yang mengganggu pikirannya.

"Apa jangan-jangan dia―By! Kalau misalkan dia―"

"ssh! Kamu gak boleh berprasangka gitu Sha, kan kita belum tau hasilnya."

"Tapi kan.. itu, si Mus juga! Dia kok malah ke Bali sih! dia mau kabur? Gitu? Apa jangan-jangan dia rakit bom terus bawa bom bunuh diri?"

"Ya ampun sha..serem amat kamu khayalannya. Haru aja gak pernah begitu."

"Ya, abisnya. Siapa yang gak kesel temennya―"

"Mushkin tadi ketemu pak Haris, dia mau bilang semuanya dan sekalian minta restu."

"A, apa by? Serius kamu?"

"Lima rius sayang.."


*****


'Semua tentang kalian, yang menjalankan pun kalian. Tanya saja Gannisya, bujuk dia sampai dia mau dan akhir minggu ini saya harap nak Al membawa kedua orangtua nak Al ke rumah saya.'


Mushkin membaca berulangkali pesan yang di terima olehnya beberapa saat yang lalu.

Apa ini?

Maksud pesannya?

Apakah pak Haris merestui dan mengizinkan Mushkin?

Really?

Dia tidak salah membaca kan? Mushkin tidak salah menerima pesan juga kan?

Oh Tuhan!!

Rintangan terberat sudah ia lewati. Astaga!!

Icha! Oh ya! dimana gadis itu? dimana dia?

Dengan cepat Mushkin mencari nomor Icha dan mencoba menghubunginya,

"Kenapa?"

"Kamu dimana?"

"Di mall, kan bapak suruh belanja."

"Mall mana?"

"Hah? Emangnya kenapa?"

"Mall mana? Kamu di Mall mana sekarang?"

"di PVJ."

"Oke, tungguin disana. saya jemput kesana sekarang."

"Eh tapi pak, saya udah beres belanjanya."

"Gak apa-apa, kamu belanja lagi aja. pokonya jangan pergi sebelum saya dateng."

"Hyaaaa.. siap paak. Siaaaappp!!!"

Mushkin tidak tahu apa yang terjadi dengannya, tetapi begitu sambungan telponnya ia akhiri, kakinya berlari dengan sangat kencang menuju parkiran dan ia bahkan melajukan mobilnya dengan cepat.

Astaga, reaksi macam apa ini? kenapa dia seperti ini?


******


Icha merasa bahwa hari ini adalah hari paling membahagiakan sepanjang hidupnya. seorang Mushkin alatas yang wajahnya tampan tapi kelakuannya menyebalkan itu memberikannya sebuah kartu kredit secara Cuma-Cuma.

"Rejeki anak sholeh.." Gumamnya.

Di tangannya sudah banyak sekali kantong belanjaan yang entah harus ia apakan, dan pria itu masih menyuruhnya terus menerus berbelanja? Tapi Icha sudah lelah sekali, alangkah baiknya kalau ia mengisi perutnya lebih dulu. Ya, sepertinya itu lebih bagus.

Lima belas menit kemudian, makanan yang ia pesan sudah ada di depan matanya. Icha tersenyum dengan puas, melahap satu per satu makanannya dengan sangat cepat. Ia benar-benar kelaparan. Berbelanja sendiri membuatnya sangat kelelahan.

"Gannisya, kenapa malah nunggu disini?" Icha hampir saja tersedak, Mushkin tiba-tiba sudah berada di hadapannya dengan nafasnya yang terengah-engah seperti habis melakukan lomba panjat pinang. Ah, panjat pinang, seperti dirinya, dipanjat dulu baru di pinang, astaga, sedihnya.

"Kok diem sih?" Tanya Mushkin lagi. Icha menelan makanannya dan meneguk air untuk meringankan tenggorokannya.

"Ehm.. ngapain kesini?" Tanyanya ketus.

"Makannya udah selesai belum?" Nah, Mushkin malah balik bertanya padanya.

"Udah,"

"Kalau gitu, ikut saya!" Tiba-tiba saja Mushkin menarik tangan icha.

"E, eh tunggu dulu! Belanjaan gue!!"

"Udah, taro aja. gue udah suruh orang buat ambil belanjaan lo. Sekarang lo cukup tutup mulut dan ikut gue."

Mushkin seperti tidak mengenal icha saja, tutup mulut bagi Icha sama seperti sebuah kemungkinan yang tidak pernah bisa di semoga kan sama sekali oleh manusia.

Sepanjang mushkin menariknya, Icha terus saja berbicara ini dan itu, perintah Mushkin benar-benar tidak bekerja untuknya.

Dan siapa sangka Mushkin malah membawanya ke parkiran, ke dalam mobilnya. Apa-apaan! Tahu begitu lebih baik Icha sekalian membawa belanjaannya.

"Gue mau bicara sama lo. Dan tolong, sekali aja. lo diem, dengerin gue. Oke?" Pintanya. Mau tidak mau Icha menganggukkan kepalanya.

Suasana hening sejenak, setelah icha menurut Mushkin tidak juga bersuara. Tuh kan? dasar pria menyebalkan! Menyuruhnya diam tapi dia malah ikut diam juga! Dasar curut pengkor!!

"Se―"

"Kita menikah."

APA? LAGI?

Icha menatap Mushkin tak menyangka. Pria ini, lagi-lagi mengatakan hal yang sama? bukankah jawabannya sudah jelas? Icha tidak mau! lelaki pemaksa ini!!!

"Gue tau kok lo gak mau nikah sama gue, itu karena lo takut gue gak tulus kan?"

Icha menganggukkan kepalanya.

Eh, jangan mengangguk! Bodoh, kenapa dia malah mengangguk?

"Gue gak begitu kok, gue itu orang yang kalau udah buat keputusan gak akan pernah merubahnya apapun yang terjadi., dan gue udah mutusin buat nikahin lo. Gak akan berubah."

'pemaksa itu keukeuhnya minta amin Tuhaan. Dasar gedang atah!'

"Maaf, kalau gue kesannya malah memperumit masalah dengan bilang sama bokap lo kalau kita pacaran, tapi lo tenang aja, gue udah menjernihkan semuanya kok."

Hah? Apa? bagaimana maksudnya?

"Gue udah bilang semuanya, dari awal sampe akhir. Gue jujur semuanya, tanpa ada yang gue lewat. Gue bilangin semuanya sama bokap lo."

"APAAAA?????? MUSHKIN! LO MAU GUE DI PECAT JADI ANAK???" Teriak Icha. Oh Tuhan, bisa-bisanya pria ini mengatakan semuanya pada ayahnya?

Eh tapi, alih-alih marah kenapa Icha merasa lega ya?

Arg! Apa-apaan!

Mushkin tersenyum, "Lo teriak sekali lagi boleh gak?" Pinta Mushkin, Icha malah menatapnya ngeri.

"Lo masih kesambet?" Tanya Icha. Mushkin mengangguk, "Ya, masih kesambet." Lirihnya.

Mereka kembali terdiam, dengan Icha yang entah mengapa mendadak tidak karuan dan Mushkin yang tiba-tiba saja menjadi sangat gugup sekali.

Sial, apa melamar seorang wanita se gugup ini?

"Ekhm!" Mushkin berdehem dengan keras,

"Karena gue udah bilang semuanya sama bokap lo, sekarang gue bakal bilang sama lo."

"Apaan?"

"Kita nikah. Bukan untuk menutupi semua yang terjadi, tapi memang untuk hidup bersama sampe tua."

"Eee? Lo lamar gue?"

"Iya.."

DEG!

Tidaaaak..

Kenapa jantung Icha seperti genderang mau perang? Bagus, ia malah bernyanyi di dalam hatinya.

"Kita memang pernah melakukan hal yang gak sepantasnya kita lakukan, dan itu juga bukan keinginan kita. Tapi coba lo pikir, itu mungkin memang jalannya kita. Kalau kita gak seperti itu, kita bakal hidup saling menghina sampai tua, dan itu gak baik sama sekali."

"Emangnya dengan nikahin gue, lo bisa jamin gak akan hina gue?"

"Gak juga."

"Tuh kan! dasar tahu gejrot!" Gerutu Icha. Mushkin tertawa, "Ah, kalau di pikir-pikir kosakata lo yang aneh-aneh bikin perasaan gue mendingan cha."

Ini pertama kalinya!!

Ini pertama kalinya Mushkin memanggil Icha dengan sebutannya. Biasanya pria itu memanggilnya Gannisya kan?

"Lo gak usah khawatirin apapun, cukup lo bilang bersedia nikah sama gue. Biar semuanya gue yang urus, restu dari bokap lo udah gue kantongin tenang aja."

Apa katanya? Restu dari pak Iskandar? Seriously?

"Jadi gimana? Lo mau nikah sama gue?"

"Ya Tuhan.. nasib gue begini amat, Sharen di lamarnya di kereta api. Lah gue di dalem mobil, ini gak bisa romantis sedikit ya suasananya? Lo kan playboy! Gimana sih? Masa lamar cewek begini?"

Mushkin tertawa mendengarnya, "Gue kira lo gak suka begituan, lo kan cewek langka yang bener-bener satu-satunya di dunia ini. maka dari itu harus gue lestarikan untuk hidup bersama gue."

HUEEEEKK!! Geli sekali mendengarnya.

"Jadi gimana? Lo mau gak?"

"Kok begini sih? Ih lo nyebelin ya? kok ngelamarnya begini? Lo gak takut gue tolak mentah-mentah emangnya?"

"Gue kan udah banyak di tolak sama lo sebelumnya."

"Ya, harusnya lo bawa bunga kek!"

"Gue bawa kok." Mushkin tersenyum, mengambil satu buket bunga yang berada di jok belakang mobilnya dan memberikannya pada Icha.

"Y―ya, coklat juga.. atau apaaa gitu."

"Gue juga bawa." Mushkin kembali mengambil sesuatu di jok belakangnya. Satu kotak coklat asli dari Swiss! Astaga! Icha bingung harus mengatakan apa.

"Cincinnya? Lo memangnya gak kasih gue cincin?" Suara Icha mulai terbata-bata sekarang. entah kenapa dia gugup luar biasa.

"Gue bawa cincin juga, tapi masih cincin biasa. Buat kita nikah biar lo aja yang milih."

Apa?

Ya Tuhan..

Kenapa Icha merasa senang sekali mendengarnya.

APA? SENANG?

Tidaaak!! Jangan terpengaruh oleh perlakuan Mushkin hari ini! ingat! Ingat saat dia begitu kejam padamu Icha.

Tapi, dia meluluhkan hati pak Iskandar!

Tapi dia manusia paling menyebalkan!

Arg! Kenapa malah terjadi peperangan batin di saat genting seperti ini sih?

"Jadi gimana? Lo mau gak nikah sama gue? Sorry.. gue gak bisa adain acara lamaran besar-besaran di tengah banyak orang. Bukan gue banget, buat gue hal seperti itu cuman hal yang seharusnya kita berdua aja yang tau. Yang penting kan niatnya, bukan penyelenggaraannya."

Dasar! Pantas saja dia dulu menjadi playboy, pintar sekali merebut hati wanita!

"Lo yakin gue mau nikah sama lo?"

"Ya, seratus persen."

"Kenapa?"

"Lo gak pernah omongin lagi operasi selaput dara, lo juga protes karena gue ajak nikah untuk menutupi semuanya. Paling tidak, ada beberapa persen dari diri lo yang mengatakan kalau lo mau nikah sama gue. Jadi gimana? Lo mau gak nikah sama gue? Bukan buat nutupin semuanya, tapi buat hidup bersama gue aja. gue tau kok kita gak akur, tapi kita masih bisa kerja sama kan? kita bisa menyelesaikan pekerjaan kita dengan baik. Jadi gue yakin, kita juga bisa hidup bersama dengan baik. Yah, siapa yang tahu kalau lo jodoh gue."

Dasar menyebalkan!

Icha tiba-tiba saja berkaca-kaca. Ingatannya mengenai siklus bulanannya yang belum datang mengganggu pikirannya.

"Gannisya?"

"APA?!"

"Lo mau gak?"

BUGH!! BUGHH!! BUGGH!!!

"aww! Lo!"

BUGH!!!!

Alih-alih menjawabnya, Icha justru malah memukuli Mushkin dengan bunga yang di pegangnya.

"Dasar gila! Kenapa lo jahat banget sama gue???!!!!!" Teriaknya.

Kenapa? Icha kenapa? Mushkin benar-benar tidak mengerti.

"Udah nidurin gue, kenapa lama banget buat lo mantepin diri sih?! Perlu satu bulan ya? astagaaa.. kenapa lo baru lamar gue secara sungguh-sungguh sekarang?"

Mushkin tidak mengerti, "Lo kenapa?"

"GUE UDAH TELAT BULAN INI ONTA!!! GUE TELAT DATENG BULAN!!!!" Teriak Icha. Mushkin terperanjat, "AAPA?! KENAPA LO GAK BILAAANG???!!!!! KITA KE DOKTER SEKARANG!"



TBC


Hahahaha sekali jadi nih bikinnya :D

semoga terbayar yah, ini panjang nih ders XD

Oke,, sampe jumpa next part ya.

HAYOH MAIN TEBAK-TEBAKAN.. ICHA HAMIL GAAAK??

Yang jawab bener, aku kasih kecupan dari jauh LOL

Syudah ah, selamat hari jum'at!

Aku sayang kalian :*




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro