PART 10 | She's woman too
ASSALAMUALAIKUM XD
Yaaah biarkan musicha menjadi imajinasi para readers sekalian wkwkwk
PART INI aneh kalau kata aku, begini sih penyakit aku kalau kelamaan gak bikin jadinya hambar TT.TT
Makanya harus rajin bikin. Maaf ya untuk part ini, part selanjutnya aku berusaha supaya lebih memuaskan lagi. okey?
Cusss~
=
=
=
"Astaga! MUS!" Reno terperanjat begitu selesai mandi dan Mushkin tiba-tiba saja ada di hadapannya ketika ia keluar dari kamarnya dan menuju dapur.
"Haaam.. tolongin gue."
Reno menggaruk kepalanya, pagi-pagi begini Mushkin sudah memasang tampang menyedihkannya yang sangat memancarkan betapa putus asa nya dia.
"Mus, lo masih aja Mushkin yang kayak jelangkung ya, suka nongol tiba-tiba. Bedanya dulu lo penuh senyuman, sekarang lo terlihat menyedihkan Mus."
"Ya, elo pan tahu situasinya haaam. Bentar dulu, gue lagi panik. Gue gak bisa mikir."
"Hah? Kenapa?"
"Bokapnya si Gannisya nooo.. itu.. anjrit, ternyata bokapnya itu Pak Haris!! Reno, image gue noooo image gueee." Keluhnya lagi. reno tidak bereaksi apa-apa, ia bahkan tidak terkejut sama sekali.
"Kok muka lo datar begitu?"
"Ya emang lo ngarep muka gue gimana?"
"Ya, lo gak kaget emang?"
"Ngapain gue kaget, gue pan udah tau Mus."
"APA? KENAPA LO GAK BILANG?!"
"YA ELO GAK NANYA!!!"
******
"Bangmud.. mama sama papa mana?" Icha turun dari tangga dan duduk di sofa dengan penampilannya yang acak-acakan. Khas hewan yang baru selesai hibernasi.
"ih, jorok banget sih Cha! Udah cuci muka belum?"
"Belum, males ah airnya dingin."
"Halah, alesan. Cuci muka dulu gih, heran deh kok anak gadis jorok banget sih." Gerutu kakaknya. Icha mengerutkan keningnya.
Apa-apaan, anak gadis. Dia sudah tidak gadis lagi, ya Tuhan.. pedihnya hidup.
"Ngapain juga cuci muka, gak akan merubah nasib."
"Apa sih kamu ini Cha, pagi-pagi udah ngomongin nasib. Kenapa lu? Punya nasib jelek ya?"
'Iya! Gue di perawanin sama si kentang mustopa!'
"Huu kepo! Bangmud belum jawab pertanyaan aku tau. Mama sama papa mana?"
"Kamu juga belum nurut abang, di suruh cuci muka kayak di suruh pecahin batu aja. susah banget kayaknya."
"Abang!"
"Ih! Mama sama papa lagi cek gedung, nanti malem kan ulangtahunnya papa. Kamu lupa? Udah beli kado belum? Kalo belum cepet mandi!! Kita beli kado buat papa."
*****
"MAMPUUUSSSS RENO MAMPUS!!" Reno kembali terperanjat, ia hampir saja tersedak minumannya.
"Apa lagi sih Mus? Lo bisa gak kalo ngomong pelan-pelan aja?"
"Bokapnya si Gannisya noooo.. pak Haris."
"Iya kan memang pak Haris Mus."
"Bukan itu, tapi.."
"Apa?"
"Gue baru inget, hari ini tuh ulangtahunnya dia. Dan dia rayain ulangtahunnya di gedung gue nooo!!!! Dan.. astaga, dan pak Haris itu undang gue. Dia wanti-wanti gue, bahwa gue harus datang. Astaga, ilham.. gorok gue plis, gorok gue sekarang juga! Gue gak tau mesti berbuat apaa.."
Reno hanya menatap Mushkin dengan penuh kekhawatiran, semakin hari semakin mengenaskan saja temannya ini. ya Tuhan..
Tetapi bukannya bagus ya, jika Mushkin bertemu ayah Icha untuk menghadiri undangannya? Bisa sekalian memberitahukan maksudnya bukan?
"Renooo.. lo jawab gue napa!"
"Astaga Mus, lo kalo panik begini ya?rese banget. Ya udah sih Mus, datang aja. sekalian lo bilang sama pak haris."
"What? Gue harus bilang apa?"
"ya, lo bilang aja lo mau nikahin anaknya."
"LO GILA? TIBA-TIBA BEGITU? LO MAU GUE DIKIRA NGEBET JADI ASAL SAMBET NOOOO?!!"
*****
Icha memastikan sekali lagi penampilan dirinya hari ini, cantik.. sudah cantik! Sangat cantik! Memang cantik! Icha yang paling cantik, mendadak dia terkekeh sendiri di depan cermin. Bagus, otaknya sudah bergeser beberapa centi meter.
"Chaaa! Cepetan napa!" Teriakan kakaknya yang sejak tadi menunggu Icha berias menggema di rumahnya, Icha tidak menghiraukannya, dia kan sedang ingin tampil cantik. Masa bodoh, yang menunggu juga kan kakaknya.
Dan sebenarnya untuk siapa Icha berdandan cantik seperti ini?
Tentu saja untuk pria yang akan membebaskannya dari nasib buruk atas kemalangannya jika hidup dengan Mushkin.
Masih sangat melekat dalam kepalanya, pada saat ayahnya mengatakan bahwa akan ada seseorang yang di kenalkan padanya. Ah, icha benar-benar menunggu hal itu.
Dan siapa yang tahu kalau hari ini lah harinya, hari dimana dia akan terlepas dari Mushkin. YEAH!!
Icha harus berpesta setelah ini.
"WOOOOY!!!"
Oke, baik. Kakaknya sudah mengamuk di luar sana. saatnya cinderella keluar dari kandangnya.
"Sabar kali bang, gak usah teriak-teriak begitu." Gerutunya begitu membuka pintu kamarnya. muda mencibir padanya, "Mau kemana Cha? Kondangan?"
Bagus, kakaknya malah menghinanya.
"Iiih abang! Please! Kita kan mau ke pesta nya papa, masa ia anak pak Iskandar yang tercantik tampilannya kayak orang habis hibernasi sih?"
"Ya, abisnya kamu beda banget."
"Nih ya, bangmud! Untuk mencari mangsa itu, kita harus berani tampil beda. Udah ah, ayo cuss kita berangkat."
Icha berjalan lebih dulu, meninggalkan kakaknya yang masih mencoba untuk mencerna semua perkataannya. Mencari mangsa? Mencari mangsa bagaimana?
Tentu saja mencari mangsa seorang pria tampan yang akan menikahinya, Icha tertawa dalam hatinya.
Sebenarnya masa bodoh juga mau tampan atau tidak, yah paling tidak masih enak di lihat lah.
Sepanjang hari ini tiba-tiba saja Icha memikirkan sesuatu yang sangat gila!
Ia menjadi akan sangat haus pada seorang pria. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk kehidupannya.
Sebenarnya icha punya satu rencana, kalau ada satu pria yang berhasil berkenalan dengannya, Icha akan benar-benar mengerahkan kemampuannya untuk mendapatkan pria itu, berpura-pura tidur dengannya, lalu mengatakan bahwa ia hamil―kalau saja memang ia hamil.
Icha hamil, pria malang itu yang menikahinya. Dan ia benar-benar terbebas dari Mushkin.
Bagus, imajinasinya sudah meluber kemana-mana. Pikirannya terlalu liar, dan ia sudah gila karena berharap hidupnya seperti sinetron.
Arg! Ini semua gara-gara ia yang terlalu banyak menonton film-film bahkan drama dan sinetron di TV!
"Udah sampe." Suara Muda membangunkannya dari khayalan liciknya. Icha terkekeh pada kakaknya lalu turun dari mobil lebih dulu.
"Papa mana papaa.." Gumamnya seraya berjalan masuk.
Seharusnya Icha sudah berada disini sejak tadi, tetapi banyak hal yang harus di lakukannya. Sehingga ia datang seperti tamu undangan saja. padahal kan dia anak dari tuan rumah.
"Papa mana papa mana.. diiiimana~" Icha terus menerus bergumam, sedikit bersenandung seraya berjalan ke dalam gedung.
Suasana sangat ramai karena para tamu undangan sudah berkumpul memenuhi gedung, dan karena tubuhnya yang mungil, Icha benar-benar merasa bahwa ia tenggelam. Ya Tuhan..
"Oh, itu papa!" Serunya begitu melihat ayahnya sedang bersalaman dengan pria paruh baya ber jas hitam,
"Papaaaa!" Icha berteriak, berlari ke arah ayahnya dan langsung memeluk ayahnya.
"hepi besdey papa.. sini Icha cium!" Ucapnya seraya mencium pipi ayahnya.
"Kalau belum puas di cium sama Icha, minta lagi aja ya pa? siapa tahu hari ini terakhir Icha cium papa."
"Hah? Kenapa begitu?"
"Ya, siapa yang tahu kalau abis ini ada cowok yang bisa Icha cium."
"Hus!! Kamu! Masih kecil kok bilangnya cium-cium begitu sih?"
"Iiii papa! Icha udah 23 tahun tau!"
*****
Mushkin mencengkram stir mobilnya dengan sangat kuat. Pak Haris mengiriminya pesan langsung, mengatakan bahwa ia benar-benar menunggu Mushkin untuk datang, tentu saja untuk memperkenalkannya dengan putrinya, sesuai janjinya sewaktu dulu bertemu di Restoran.
Demi Tuhan! Untuk seorang rekan bisnis yang dengan baik hati mengundangnya ke pesta nya dan memperkenalkannya pada putri kesayangannya, apakah Mushkin akan menghancurkan seluruh hidupnya dengan mengatakan bahwa putri yang akan di kenalkan oleh pak Haris adalah seorang wanita yang sudah di tidurinya?
Hell, sangat-sangat buruk sekali!
Mushkin tidak mungkin bersikap begitu, ya Tuhan..
Ayolah..
Berpikir..
Berpikir Mushkin..
Berpikir..
Ber.. pi.... Kir!
Berpikir!!
ARG!!! Benar-benar membuatnya gila!!!
Pak Haris itu, dulu sewaktu mereka masih bersaing dan belum memutuskan untuk menjalin kerjasama, beliau adalah seorang pengusaha yang benar-benar sangat menyeramkan. Tegas, sungguh tegas sekali. Ibarat dosen, beliau itu adalah dosen killer! Dan ibarat pedagang pasar, beliau adalah tukang jagal di Pasar. Ough, sungguh menyeramkan.
Tapi setelah mereka menjalin kerjasama, sesungguhnya pak Haris adalah orang yang sangat-sangat baik, berwibawa, dan benar-benar jadi panutan.
Dan kau akan menghancurkan Image nya kalau sampai mengatakan bahwa anaknya telah kau nodai Mushkin!!!!
Kepalanya semakin pusing saja!
Apa yang harus dia lakukan sebenarnya?
"Oke, mungkin gue perlu latihan dulu." Gumamnya. Mencoba mengusir semua kekhawatirannya dan menenangkan dirinya.
"Pak, izinkan saya untuk meminang anak bapak! ―ARGGG!! Lebay! Cut!"
"Ekhm! Pak, sebenarnya saya sudah tidur dengan anak ba―NOOOOO!!! Bisa di kroyok masa kalo gue bilang begitu. Cut!"
"Pak, demi menyelamatkan masa depan anak bapak, saya dengan setulus hati meletakkan hidup saya di atas kakinya, agar dia mau melangkah bersama saya menuju masa depan.. HUAAAAA.. ITU MAH GUE LAMAR BAPAKNYA!!!!"
" KENAPA SUSAH BANGET BUAT MIKIR SIH?!!!!"
*****
"Ini anak perempuan saya, namanya Gannisya.. " Icha tersenyum pada beberapa rekan bisnis ayahnya. Sejak tadi ayahnya menyeretnya kesana kemari untuk memperkenalkannya pada semua rekan bisnisnya. Tetapi semua yang di kenalkan oleh ayahnya adalah pria-pria tua yang..err.. bagaimana ya, tidak mungkin kan Icha meminta om-om yang mendekati abah-abah untuk menikahinya?
Kalau semua yang di kenalkan oleh ayahnya begini semua, benar-benar sia-sia sekali ia berdandan habis-habisan.
"Aduh, kok belum datang ya.." Gumam ayahnya. Icha mengerutkan keningnya, "Siapa pa?"
"Itu loh, yang mau papa kenalin sama kamu."
Wajah Icha langsung berbinar. Sungguh?? Belum datang? Syukurlah, setidaknya masih ada harapan untuknya bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menyelamatkan hidupnya. ah, senangnya.
"Oh, itu dia!"
Hah? Mana? Mana?
Icha membenahi penampilannya, mengatur nafasnya dan mencoba melatih bibirnya untuk tersenyum dengan sangat indah pada pria yang akan di kenalkan oleh ayahnya.
"Nak Al, sini.."
Jantung Icha semakin berdebar. Ia belum berani menatap ke arah dimana seseorang yang di panggil oleh ayahnya sedang berjalan menuju arahnya.
'Semoga ganteng! Semoga ganteng! Semoga aja al-gozali. Atau aliando. Aamiin.."
"Se.. selamat u..Selamat ulangtahun pak Haris." Pria itu mengulurkan tangannya, Icha mengintipnya sebentar. Ough, tangan pria ini.. kenapa indah sekali.
"Terimakasih nak Al, sudah mau datang ke pesta saya. Nah, sesuai janji saya.. ini.. putri saya. Cha, angkat dong kepalanya, gak usah malu begitu." Haris menyenggol bahu Icha, membuat Icha dengan malu-malu mengangkat kepalanya, ia memasang senyuman yang sangat cantik sekali. Tetapi ketika matanya menangkap seorang pria yang sedang tersenyum ke arahnya, kelopak matanya langsung terbuka dengan lebar, bola matanya hampir meloncat dan mulutnya menganga dengan sangat lebar.
Pria itu..
Pria itu..
Ya Tuhan..
PRIA ITUUUUU!!!!
"KEN―"
"Hai sayang." Mushkin tiba-tiba saja merangkul bahu icha dan mencium pipinya.
WHAAAT?? APA YANG DI LAKUKAN PRIA INI SEKARANG? DI HADAPAN AYAHNYA???!!!
"Sayang?" Haris mengerutkan keningnya.
"Maaf baru menemui anda sekarang pak, tetapi saya sebenarnya sudah menjalin hubungan dengan Icha selama ini."
APAAAA???!!!!
"Kalian?"
"Sebenarnya saya juga tidak tahu kalau Gannisya ini anak bapak, saya baru tahu sewaktu melihat data Icha, disana tertulis nama bapak sebagai ayahnya. Sebenarnya saya sudah lama ingin menemui ayah Icha, tetapi dia mengatakan kalau ayahnya tidak memperbolehkan dia untuk berpacaran. Untuk itu saya menunggu waktu yang tepat, dan―"
"Nak Al.." Haris benar-benar terkejut, sementara Mushkin tengah mencoba menahan seluruh nyawanya agar tidak berceceran kemana-mana. Icha masih kebingungan, hendak melawan tetapi Mushkin merangkul bahunya dengan sangat erat, hendak berteriak tetapi ini di tempat umum. Icha serba salah. Astaga, apa yang terjadi sekarang??
"Sekali lagi maafkan saya pak, tapi hari ini saya datang untuk meminta izin dan meminta restu bapak." Ucap Mushkin lagi. raut wajahnya memancarkan sebuah kesungguhan yang sangat mendalam, ia benar-benar tidak terlihat sedang bersandiwara.
Haris masih diam, memperhatikan kedua manusia di hadapannya. Dan diam nya pak Haris benar-benar membuat Mushkin sangat lemas bahkan hanya untuk berdiri. Rasanya semua tulang-tulang dalam tubuhnya telah melebur dan tidak lagi menopang seluruh tubuhnya.
Separah ini reaksinya, astaga. Bicara begini saja membuatnya sangat menciut. Bagaimana kalau mengatakan bahwa ia benar-benar meniduri Icha? Hidupnya benar-benar wassalam. Berakhir sampai disini!
"Sekali lagi saya minta maaf pak."
"Nak Al, kenapa harus minta maaf? Tidak apa-apa."
HAH?
"Terimakasih ya, sudah jujur. Saya memang melarang Icha pacaran, karena takut dia terjerumus seperti orang-orang yang lain."
Mushkin menelan ludahnya.
"Tapi saat tahu kalau pacarnya Icha itu nak Al, Wah.. saya bahagia sekali. Gak usah minta maaf, saya juga kan mau mengenalkan kalian. Kalau kalian cocok memang saya juga ada rencana buat menikahkan kalain. Aah, anak saya benar-benar bersama orang yang tepat. Kalau begitu kalian di sini aja ya, nikmati pesta nya. Minggu depan nak Al ke rumah ya, kita bicara lebih lanjut lagi. dan Icha, kamu hutang banyak penjelasan sama papa."
Setelah itu, Haris langsung pergi dari hadapan mereka. Meninggalkan Mushkin yang merasa bahwa seluruh organ tubuhnya kembali dan Icha yang masih menganga karena benar-benar kehabisan kata-kata.
"Kentang Mus―"
Sebelum Icha berbicara lebih lanjut, Mushkin lebih dulu menarik tangannya dan membawanya keluar dari gedung. Menuju sebuah taman kosong yang berada di belakang gedung.
"Gannis―"
"KENAPA LO BILANG BEGITU SAMA BOKAP GUEEEE???!!!!"
Akhirnya, meledak juga kata-kata Icha yang sejak tadi di tahannya.
Mushkin menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bagaimana lagi, ia juga tidak mengerti kenapa ia malah mengatakan hal itu? sepanjang langkahnya menghampiri Icha, Mushkin berpikir bahwa tidak mungkin ia menghancurkan pesta pak Haris dengan pengakuan tiba-tibanya. Bagaimana kalau selain pestanya hancur, pak Haris pun memiliki serangan jantung dan terjadi sesuatu padanya? Oh, menyeramkan sekali.
"HEH! HILEUD OROK! KENAPA LO GAK JAWAB GUE!!!!" Teriak Icha lagi. Mushkin melotot, menggeram dan mendekat pada ICha.
"Gak usah teriak-teriak, lo gak akan gue apa-apain kok."
"Gak akan di apa-apain gimana? Tadi lo cium pipi gueee!!!"
"Ya, sorry! Abisnya gimana lagi!! gue kan harus meyakinkan bokap lo onta!"
"Onta? Setelah cium pipi gue dan peluk-peluk gue, lo panggil gue onta? Dasar Cacingan!!!"
"Gannisya! Lo bisa diem sebentar gak sih? Gue mau ngomong!"
"Ya lo tinggal ngomong aja! susah amat, kayak lo kremian di bibir aja."
Astaga, wanita ini. sudah cantik tetap saja mulutnya Icha sekali.
"Yang kremian di bibir itu lo! Bukan gue! Udah, jangan ajak ribut lagi. kalau lo teriak lagi, gue gak akan segan-segan buat nelanjangin lo disini!" Ancam Mushkin. Mata Icha membulat seketika. Tangannya ia silangkan untuk menutup dadanya,.
"Nah, kan. diem lo kalau di gituin. Udah, kita duduk. Kita ngobrol sebentar."
Mushkin menarik Icha dan mendudukannya di atas kursi taman yang sepi disana.
Mereka duduk bersebelahan, dan Mushkin masih mencoba menenangkan dirinya.
"Kita menikah." Ucapnya. Icha terperanjat, "What?"
"Gue bilang, kita nikah." Ucapnya lagi. icha merubah posisinya, siap-siap untuk berteriak tapi Mushkin tangan kanan Mushkin langsung menggenggam tangan kirinya.
"Dengerin dulu, jangan dulu teriak." Perintah Mushkin. Suaranya mendadak tenang dan penuh keseriusan, membuat Icha benar-benar menurutinya, baik, diam untuk sejenak. Sepertinya Icha bisa melakukannya.
"Sorry.. oke, maaf.. kalau gue kesannya terlalu ngebet buat nikahin lo."
"cihh, memang."
"Sssh! Diem."
Oke, diam Icha! Diam!!
"Sebelum lo teriak-teriak bilang gak mau nikah sama gue, gue mau jelasin sesuatu dulu. Begini, kita memang tanpa sengaja udah pernah ML bareng dan gue juga gak tau apa yang terjadi di perut lo sekarang, entah itu proses pembentukan janin atau peluruhan sel telur lo. Tapi gannisya, gue udah mikirin semuanya. Yang terbaik untuk kita adalah kita nikah."
"Demi nutupin semuanya? Gue gak mau. " Gumam ICha.
"Gue tau, maka dari itu gue sedang mengumpulkan semua niat gue."
"Maksud lo?"
"Kita nikah. Gue bener-bener tulus ngajak lo nikah."
"Hah?"
"Lupain soal malem itu, lupain soal kemungkinan lo hamil atau nggak, kita tetep akan nikah."
"Lo maksa gue?"
"Kalo lo ngotot gak mau, ya gue bakalan terus maksa lo."
"Lo gila?"
"Gue udah lebih dari gila, ngadepin lo udah bikin gue gila se gila-gila nya, dan mikirin masa depan kita juga bikin gue sakit jiwa."
"Tunggu dulu, alasan lo apa?"
"Apa harus ada alasan?"
"Ya, lo berak karena apa?"
"Ya karena mules, pengen berak."
"Nah, nikahin gue karena apa?"
"Karena gue mau."
Icha memijat pelipisnya, apa-apaan. Alasan semacam itu apa bisa di terima?
"Kalo lo nikahin gue karena lo mau, berarti akan ada saat di mana lo cerai gue karena lo mau juga."
"Memangnya lo mau gue jawab apa? kalau gue cinta sama lo? Begitu? hey, gue bukan Reno."
Mendengar Mushkin mengatakan hal itu, kenapa sesuatu dalam diri Icha merasa sangat tidak nyaman?
"Y―ya. ya gak begitu juga kali!!" Pekik Icha. Mushkin hendak menjawabnya, tetapi jika ia berteriak, maka Icha akan berteriak jauh lebih kencang lagi.
"Gannisya. Gue serius, gue ajak lo nikah."
"Heh Mushkin!"
Ini pertama kalinya Icha memanggil nama Mushkin, kenapa rasanya aneh sekali ya?
"Gue gak mau! pokonya gue gak mau!!"
"kenapa?"
"Apanya?"
"Lo gak mau, "
"Ya, gue gak mau aja."
"Berarti kalau Tuhan tanya lo mau masuk surga apa nggak, lo jawab gak mau aja? begitu?"
Astaga, pria ini benar-benar tidak peka sekali!
"Gue kan udah bilang Mushkin! Gue gak mau nikah kalau cuman buat nutupin kejadian itu aja!"
"Dan gue pun udah bilang Gannisya, kalau kita harus lupain kejadian itu! pokonya gue gak mau tau! Kita nikah!! Suka atau nggak!!!" Putus Mushkin. Icha menatapnya tak menyangka, tiba-tiba saja perasaannya menjadi sangat tidak nyaman sekali.
Mushkin seharusnya membujuknya kan? kenapa malah memaksanya begini sih?
"Lo itu, ngajak gue nikah kenapa kayak ngajak gue ribut sih?! Lo pikir gue apa? boneka? Lo cium-cium gue sembarangan, dan tanpa sengaja kita tidur lalu lo ngotot mau nikah sama gue? Dengan bahasa yang sangat-sangat gak pantes. Lo ngajak gue nikah kayak mau sewa pelacur aja!! masa sih lo gak peka? Dasar KENTANG MUSTOPAAA!!!GANJELAN PINTU!!! GUE GAK SUKA SAMA LO!!!" Teriak Icha. Suara gadis itu bergetar, dan matanya berkaca-kaca.
"LO PIKIR LO AJA YANG STRESS HAH? GUE JUGA! Gue juga mikir harus gimana, gue juga bingung! Tapi lo gak ada usaha sama sekali! Dan tadi, dengan lempengnya lo bilang begitu sama bokap gue? Lalu kalau kita nikah, semuanya berlandaskan kebohongan dong? Bokap gue taunya gue itu pacaran sama lo, dia gak tau yang sebenarnya. Lalu gue hidup sama lo dalam ke pura-puraan? Gitu? Hanjir, mati aja gue mah udah."
Mushkin diam, dia kebingungan.
"Pokonya. Apapun yang terjadi, GUE GAK MAU NIKAH SAMA LO. TITIK. GAK PAKE KOMA! Bold sama lo, se bold-bold nya. Capslock kalau perlu, dan underline biar jelas. Print terus lo tempel di celana dalem lo."
Alih-alih merasa bersalah, Mushkin malah tertawa. Gadis ini benar-benar luar biasa. Marahnya malah menghibur Mushkin. Ah, kenapa dia jadi begini? Rasanya beban dan seluruh ke frustasiannya menghilang entah kemana.
"Udah, gue mau pergi! Lo cepet pulang, besok kita ada rapat." Ucap Icha. Setelah itu, gadis itu berjalan dengan tergesa dan masuk kembali ke dalam gedung.
Meninggalkan Mushkin yang masih tertawa karena tingkahnya.
Dasar, marahnya Icha tidak seperti marahnya perempuan yang lainnya.
Oh, tetapi.. dia perempuan juga.
Dia pun mempunyai sesuatu yang mengganggunya dan membuatnya resah.
Baiklah, Mushkin benar-benar merasa bersyukur karena Icha marah.
Karena sekarang dia tau semuanya,
Karena Mushkin juga tahu apa yang harus di lakukannya,
Agar Icha bersedia untuk menikahinya.
TBC
Hahayy..
Hibernasinya lama yah? Maap yak, mengerami telur ini lama dan baru menetas minggu ini wkwk
Aku bener-bener sibuk ders hihi
AYO SEMANGATIN AKU DERS. AKU BUTUH SEMANGAT KALIAAAAN..
Sudahlah, sampai jumpa next part :3
Aku sayang kalian :*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro