Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Oneshot

Rate : T
Genre : Drama, Friendship,Romance.

Story by Nijimura_Ran

To : Azarine vialviah
============================

Aku tersenyum tipis mengingat pesta dansa yang di gelar satu minggu lalu. Sudah satu minggu ini, aku bertemu kembali dengan Azarine.
Gadis yang selama ini aku tunggu kedatangannya. Akhirnya dia kembali lagi setelah lama menghilang. Aku bersyukur, penantianku tak berakhir sia-sia.

Aku ingat, dulu aku selalu menjahilinya demi mendapatkan perhatian dari Azarine. Berbagai cara apapun aku lakukan. Tapi dasarnya memang dia tidak peka, Azarine tak membalas kode ku.
Satu tahun yang lalu, aku menyatakan perasaanku padanya. Namun, dia malah pergi meninggalkanku dan para sahabatnya.

Aku sempat kecewa, tapi aku tetap mempertahankan perasaan ini untuknya. Ya, hanya untuk Azarine Queena seorang.

Sekarang waktunya makan siang, semoga dia ada dikelasnya.
Kaki berhenti, refleks saat mata ku menangkap huruf 10-A di depan pintu.

Oh ya, perkenalkan. Namaku Yuuren, ketua Osis, kelas 12-B, Kekasih dari Azarine Queena.

Well, aku sangat bahagia menjadi kekasihnya. Kalian tau? Aku merasa, aku pria yang paling beruntung karena aku memilikinya.

"Yuuren!" Panggil Azarine ceria saat melihatku memasuki kelasnya.
Aku hanya tersenyum tipis lalu menghampirinya yang tengah duduk dibangku.

Ada beberapa buku tebal diatas mejanya. Sudah ku duga, Azarine akan berusaha keras oke mungkin bisa ku ralat. Dia berusaha terlalu keras untuk mengulang sekolahnya yang terhenti satu tahun yang lalu.

Ku usap pipinya yang sedikit tirus, jujur saja. Aku tak suka melihatnya begini. Dia terlalu memaksakan diri.

"Waktunya makan siang." Bisikku pelan.

"Ya aku tau." Balasnya sambil menatapku lembut.

"Kau bisa melanjutkannya nanti." Ucapku kemudian membereskan buku-bukunya yang berserakan dimeja.

"Aku bisa sendiri Yuuren." Ujarnya sambil menatapku tidak suka.
"Tapi terimakasih kau datang kemari dan membantuku untuk merapihkannya." Sambungnya kemudian.

"Hm.. ayo ikut aku."

Ku tarik tangannya pelan, kini yang aku tuju atap sekolah.

"H-heii... ki-kita mau kemana?!"

"Menurutmu?"

"Mana ku tau Baka-Yuuren!" Ujar Azarine kesal.

Aku terkekeh mendengarnya, tapi aku tetap diam tak menjawab sampai kami berada diatap.

"Duduklah."

"Hmm?"

Aku memberikan bento padanya. Yeah.. karena aku tau. Pasti dia kurang bisa mengatur pola makannya.
Bisa dilihat, dari pipinya yang chuby sekarang menjadi sedikit tirus.

"Aku membuatnya sendiri untukmu." Kataku, ku lihat dia memandang bento dan wajahku bergantian.

"Kenapa?" Aku menaikan sebelah alisku heran.

"Apa rasanya enak?"

"Kau meragukan kemampuan masak ku nona Azarine Queena?" Ujarku pelan, seringaian hadir bibirku. Azarine menatapku pongah.

"Siapa tahu?"

Kami pun makan dalam diam, aku sedikit heran. Biasanya dia selalu berisik.

===>

"Bakaaaa Yuuuuuuuu...." teriakan Ino melengking, sudah dipastikan gadis barbie itu tengah marah.

"Diam lah Ino.. kau berisik sekali." Ujar Skye. Kamus Bahasa Inggris yang tengah dipegangnya melayang.

"Heh.. kembalikan!" Pinta Skye.

"Tidak mau!" Tolak Ino.

"Kalian ini... berisik sekali." Gumam Raphaela.

"Salahkan Baka-Yuuren yang kabur meninggalkan berkas lucknut itu." Ucap Ino sambil menunjuk tumpukan berkas yang er? Menumpuk bagaikan pakaian kotor?

Wajar saja Ino mengamuk, Yuuren meninggalkan banyak tugas padanya.

"Arrrrrghhh.. AKU MENYESAL JADI WAKIL KETUA OSIS!!!!" Batinnya geram.

Raphaela menghela nafas, kemudian ia meneliti satu-persatu dokumen itu. Setelahnya Raphaela menggumam pelan.
"Pantas saja Yuuren kabur, berkas ini terlalu rumit. Serumit hubungan Ino dan Skye."

Ino yang samar-samar mendengarnya langsung berbalik dan menggebrak meja Yuuren yang tengah di duduki Raphaela.

"APA KAU BILANG?!"

"Tidak! Bukan apa-apa."

Di ujung meja sana, Luxu dan Callista tengah menahan tawanya.
Sedangkan Skye tersedak orange jus.

Yap.. ruang OSIS yang tak pernah sepi.

==>

Di tempat nun jauh disana. Ada seorang gadis yang sedang tersenyum sambil menatap foto Yuuren juga dirinya.

"Yuu.. Aku merindukanmu." Ujarnya pelan.

Pandangannya menatap keluar jendela.

"Kapan aku bisa pulang dari sini?" Ia membatin.

Tiba-tiba sepasang lengan melingkari perutnya.

"Secepatnya. Kau akan kembali dan berkumpul lagi seperti dulu." Gumam Nijimura.

Ran, gadis itu mendongak untuk menatap kekasihnya.

"Benarkah?"

"Benar, aku berjanji." Setelah nya Nijimura mengecup dahi Ran sayang.

Selama ini Nijimura mencari donor jantung untuk Ran, namun sampai sekarang. Belum ada donor jantung yang cocok dengan kekasihnya itu.

Ia menghela nafas pelan sebelum membawa Ran kembali ke ranjang. Ia tidak mau Ran kembali down.

"Istirahatlah.." bisiknya pelan.

==>

Setelah makan siang bersama Yuuren mengantar  Azarine kembali ke kelasnya.
Selama perjalan menuju kelas Azarine, banyak pasang mata menatap mereka takjub? biasa saja dan iri? Mungkin?
Karena terlihat dari manapun Azarine dan Yuuren memang sangatlah cocok.

Tapi sebagian dari mereka juga, yang tidak tau hubungan Azarine dan Yuuren sebelumnya menatap mereka tidak suka.
Samar-samar Yuuren mendengar suara seseorang.

"Apa sih yang diliat ketua osis dari gadis itu! Ga ada bagus-bagusnya!"

"Yuuren-senpai lebih cocok denganku! Dari pada nenek sihir itu.. ih liatnya aja eneg."

Dan celotehan lainya. Bukan Yuuren tidak tahu, ia hanya enggan mencari masalah selagi jam pelajaran.
"Lihat saja nanti, sepulang sekolah." Batinnya sambil menyeringai keji.

Azarine bergidik saat melihat seringaian Yuuren.
Ia menyenggol lengan Yuuren pelan ketika mereka sampai di depan kelas Azarine.

"Hmm? Ada apa?" Tanyanya.

"Jangan bilang kau memikirkan rencana yang membuatku jyjyk.."  gumam Azarine.

"Mereka itu hama.. yang harus dibasmi." Ujar Yuuren yang masih menyeringai keji, namun di mata Azarine. Ia tetap tamvan. //plak!

"Jangan khawatir. Aku hanya memberi mereka materi, yang tak pernah mereka lupa. Walaupun sudah di makan usia." Sambungnya kemudian.

Perkataan Yuuren membuat Azarine melongo.

"Apa maksudnya?" Batin Azarine bertanya-tanya.

Yuuren meninggalkan Azarine, karena ia tak mau kena omel oleh Nami-sensei.
Yah, Nami-sensei wali kelas Azarine. Sedari tadi menatapnya tajam.
Yuuren berpikir, apa ia punya salah ya? Tapi tidak mungkin dia punya salah, Yuuren menganggap dirinya murid teladan begitu pun para murid di Ao Sora-Yume Academy.
Mengendikkan bahu cuek, Yuuren kembali ke ruang osis.

"Hei.. kalian kenapa?" Tanya Yuuren setelah memasuki ruang OSIS.

Mereka - Raphaela, Ino, Luxu, Callista menatapnya tajam.
Yang ditatap merasa kikuk, ia menatap Skye berniat meminta penjelasan.
Namun sayang sekali, Skye pura-pura tidak tahu dan memilih diam.

Ah.. Yuuren tersadar. Segera ia duduk di kursinya yang empuk namun panas bagai api neraka.

Yuuren membacanya satu persatu kemudian menandatangani berkas itu.
Sebenarnya cukup pusing dengan berkas ini. Namun tugasnya sebagai ketua osis. Mau tak mau Yuuren harus mengerjakannya.

Selang beberapa jam kemudian, bel tanda pelajaran berakhir pun berbunyi. Yuuren melirik smartphone nya yang berbunyi satu kali. Tanda pesan baru masuk.
Ia tersenyum tipis saat melihat siapa pengirim pesan tersebut. Yah.. siapa lagi kalau bukan Azarine?

Raphael dan yang lainnya termasuk Ino pamit untuk pulang lebih dulu.
Yuuren mengerti, mereka bahkan tidak sempat beristirahat pas makan siang. Pasti mereka lelah.

"Sepertinya aku lembur hari ini." Batin Yuuren.

Well, Yuuren tidak sepenuhnya sendiri. Mengingat masih ada siswa yang belum pulang sama sepertinya.
Mereka yang mengikuti ekskul masih berada di sekolah, tepatnya di ruang latihan masing-masing.

Mengingat murid lain, Yuu jadi teringat siswi yang menjelek-jelekan Azarine tadi siang. Ia tahu gadis itu.

"Mainan yang cukup menarik eh?" Gumamnya lirih.
Kemudian ia kembali bekerja.

====>>

Jam menunjukan pukul 10:55 PM. Namun Yuuren belum membalas pesan singkatnya.
Azarine mondar mandir di balkon kamarnya.
Raut khawatir tampak tercetak jelas diwajahnya yang cantik, meski tanpa make up.

Azarine mematap layar hpnya datar.

"Belum di balas." Gumamnya.

Setelah berpikir beberapa menit, Azarine memutuskan untuk tidur. Menyelam ke alam mimpinya.

Di ujung sana. Tepatnya di jalan yang sepi. Yuuren tertawa senang. Saat melihat korban di depannya, yang tak lain siswi dari sekolah tempatnya menuntut ilmu. Yuuren merobek dada gadis itu, kemudian mengambil jantungnya.
Tawa itu keluar lagi dari bibir Yuuren.
Tawa seorang psikopat.

"Ne.. Ran. Aku berharap jantung ini cocok, meski sebenarnya aku tak sudi kau memakai jantung dari hama seperti dia." Ucapnya sambil menatap rendah sang korban.

Setelah membersihkan semuanya, Yuuren pergi. Menghapus jejak dirinya, kemudian hujan turun dengan derasnya. Seolah mendukung aksi kejatahan yang Yuuren lakukan.

~

Keesokan paginya. ASYA digemparkan dengan berita kematian dari dua siswi sekaligus. Dan anehnya, mereka sama-sama kehilangan salah satu organ tubuhnya. Yaitu jantung.

Yuuren hanya menyeringai di balik bangku kebesarannya.

Sedang Ino dan Raphael mendadak bolak-balik pergi ke kamar mandi karena mual.
Yah. Mereka melihat secara langsung, seperti apa mayat itu.

Skye yang sedari tadi diam angkat bicara.

"Kau cukup sadis juga." Katanya sambil tersenyum miring.

"Terimakasih.. apapun akan kulakukan demi dia." Balas Yuuren.

Skye mendengus.

Ia memaklumi apa yang Yuuren lakukan. Beberapa hari ini ia melihat Yuuren gelisah karena tak kunjung mendapatkan donor jantung untuk adiknya. Ran.

~

Berita itu pun tak luput dari Azarine. Jantungnya ikut berdegup kencang.
Bagaimana ia bisa tenang setelah melihat wajah korban pembunuhan semalam?

Azarine menggigit jarinya pelan, sesaat ia mengingat perkataan Yuuren kemarin.

"Yuu.."

Azarine segera berlari menuju ruang OSIS. Ia harus memastikan sesuatu.

Braaaak!

Pintu itu terbuka dengan kasar, bisa di tebak. Azarine pelakunya.

Semua penghuni ruangan itu menatap Azarine terkejut. Kecuali Yuuren dan Skye.
Dengan tenang, Yuuren berjalan ke arah Azarine lalu menyeretnya menuju atap.

"Harusnya kau tidak melakukan apa yang kau lakukan tadi. Kau ta-"

"Kau tau perbuatan tadi itu tidak sopan untuk seorang gadis." Potong Azarine tepat.

Menghela nafas, Yuuren masih bersikap tenang seperti biasa.

"Jadi? Kau tidak akan melakukan hal itu jika sedang tidak terdesak bukan?" Ujar Yuuren sambil tersenyum miring.

Azarine terkesikap setelah melihat senyuman Yuuren.
"Kau... tau sesuatu kan?" Lidahnya mendadak kelu.

Yuuren mengangguk pelan sebelum menjawab.

"Aku hanya ingin menolongnya, dia adalah sumber dari kehidupanku. Selain dirimu."
Menghela nafas pelan.
"Aku tidak punya pilihan lain Azarine. Sebelum semuanya terlambat, aku tau apa yang aku lakukan salah." Sambungnya kemudian.

"Aku tak keberatan menambah dosa sebanyak apapun, yang ku mau Ran kembali sembuh dan kami bisa kembali seperti biasanya."

Detik itu juga Azarine tau. Seberapa besar kasih sayang Yuuren pada adiknya.

"Seandainya kau berada di posisi yang sama dengan Ran. Aku juga akan melakukan hal yang sama. Karena aku tak ingin kehilangan orang-orang yang ku sayangi." Katanya.

Azarine tidak tau, ekspresi apa yang di tampilkan Yuuren saat ini. Karena pemuda yang berstatus kekasihnya itu menatap ke hamparan langit.

"Ka Rara.." bisiknya lirih. Tetes demi tetes air matanya pun jatuh mengalir di pipinya.

"Kau boleh membenciku sebanyak yang kau mau. Tapi itu tidak akan merubah perasaanku padamu." Gumam Yuuren lirih.

"Aku tidak akan membencimu! Karena.. karena kau menyelamatkan Kak Rara!" Teriak Azarine parau.

Yuuren berbalik dan berjalan menuju Azarine.

"Terimakasih.." ujarnya sebelum memeluk tubuh Azarine yang kian bergetar menahan tangis.

===>

Bau antiseptik terhirup dipenciumannya. Sudah satu minggu yang berlalu sejak Ran menjalani operasi. Yuuren baru menginjakan kakinya kembali.
Kali ini ia tak lagi sendiri, ada Azarine yang menemaninya.
Ia menatap mereka dalam diam, bukan. Yuuren bukan tidak menyukai Azarine berbincang dengan adiknya.
Hanya saja, ia tak mau menghapus senyum tulus yang disunggingkan oleh bibir adiknya.
Senyum itu telah hilang sejak Ran kembali dirawat di rumah sakit. Namun Yuuren bersyukur, ia masih bisa melihatnya berkat jantung dari hama yang mengganggu hubungannya dengan Azarine.

"Semoga kalian tenang di neraka sana." Batin Yuuren keji.

Yuuren tersenyum tipis,  ia bersyukur bisa bersama dengan orang-orang yang dicintainya.
Ia berjanji, akan menjaga mereka. Apapun yang akan terjadi.

End.

Menolong seseorang yang dicintai ataupun kamu sayangi memang butuh pengorbanan. Meski tanganmu harus kotor berlumur darah sekalipun.

- Nijimura_Ran

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro