Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PROFESSOR LEE'S LITTLE WIFE (TWO)

"Umm... Sooyoung."

"Hey, Yoong. Kau dimana? Sebentar lagi kelas Mr. Todd dimulai. Kau tidak mungkin melewatkannya kan? Dia dosen favoritmu."

"Sebenarnya hari ini aku tidak bisa datang. Tolong katakan padanya aku izin libur hari ini."

"Kenapa? Apa itu karena Yuri? Bagaimana kondisinya sekarang?"

"Buruk. Yuri koma dan hidupnya hanya bergantung pada alat-alat penunjang kehidupan. Banyak selang dan jarum infus yang menancap di tubuhnya. Kondisinya benar-benar buruk."

"Oh Tuhan. Semoga dia cepat sembuh dan bangun dari koma. Telepon aku jika kau membutuhkan sesuatu. Aku pasti akan datang untuk membantumu."

"Thanks. Aku sangat menghargainya. Sampai jumpa besok."

Yoona menggenggam ponselnya dengan ketat setelah pembicaraannya dengan Sooyoung selesai. Dia sedang berdiri di depan City hall dengan gaun pernikahan sederhana dan sebuket bunga murah di tangannya. Sora sedang berbicara dengan seseorang di telepon dan menjauh darinya.

Syukurlah, batin Yoona getir. Dia butuh ruang untuk bernafas dan berpikir. Dadanya sesak memikirkan semua hal yang terjadi pada hidupnya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam.

Tiba-tiba ingatannya terlempar ke beberapa hal yang terjadi kemarin. Dia mendapatkan masalah karena keusilan Sooyoung, kemudian dia harus berurusan dengan si professor tampan yang dingin di ruangannya. Kurang dari satu jam kemudian statusnya sebagai mahasiswa single telah berubah menjadi mahasiswa yang akan menikahi seorang pria asing.

Yeah, meskipun dia belum resmi menikah dengan pria asing aneh itu, tapi Yoona merasa dirinya telah menikahi pria itu tepat saat dia mendapatkan kabar bahwa Yuri mengalami kecelakaan. Yoona tidak mungkin membiarkan kakaknya pergi begitu saja. Dia akan melakukan berbagai macam cara untuk membuat Yuri sembuh dan kembali padanya, untuk bersama-sama menghadapi kekejaman dunia.

Bola matanya mulai berair saat memikirkan Yuri yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Tangannya patah, wajahnya memiliki beberapa goresan karena pecahan kaca jendela, dan seluruh tubuhnya memiliki selang-selang yang tersambung ke alat-alat penunjang kehidupan. Dia belum pernah melihat kakaknya selemah itu sebelumnya. Yuri telah menjadi kakak yang tangguh untuknya selama bertahun-tahun. Bahkan ketika ayahnya memutuskan anak menikahi kekasihnya dan dia tidak setuju, Yuri dengan lembut memberinya pengertia dan membuatnya memberikan restu pada ayahnya. Itu sesuatu yang ia sesali sekarang. Hidupnya berubah menjadi seperti di neraka karena ibu tirinya.

"Kenapa hidupku menjadi sekacau ini?" dia bertanya dengan getir pada udara panas bulan Juli yang membakar kulitnya. Air mata menetes di atas aspal panas di bawah kakinya dan menguap dengan cepat.

"Yoona, bersikaplah dengan baik. Calon suamimu dan keluarganya telah tiba."

Sikunya tiba-tiba ditarik dengan kasar oleh Sora. Yoona menyipitkan matanya yang sedikit silau untuk melihat ke arah mobil sport biru metalik yang baru saja berhenti di depan City Hall. Sebuah limusin berhenti di belakangnya dan seorang supir melangkah keluar untuk membukakan pintu bagi sang boss.

Jantung Yoona berdebar-debar sangat keras. Dia telah bertanya-tanya ratusan kali sejak semalam, seperti apa wajah suaminya, berapa umurnya, dan apakah dia seorang pria muda atau pria tua?

Seorang pria tua dengan tongkat berlapis emas keluar dari limusin itu. Nafasnya tercekat membayangkan bahwa dia akan menikahi seorang kakek tua. Yoona didesak oleh rasa ingin melarikan diri dari tempat itu. Tapi, ibu tirinya memegangi sikunya dengan ketat. Yoona benar-benar panik saat pria tua itu dan asistennya mulai berjalan ke arahnya. Dia merapatkan tudung kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya dari calon suaminya. Suara tongkat emasnya yang menumbuk aspal terdengar seperti lonceng kematian di telinga Yoona.

"Apa kau orangtua dari Im Yuri?"

"Ya, aku adalah ibu tirinya. Selamat pagi tuan Lee Jinkyu."

"Apa putrimu sudah siap?"

"Tentu saja. Dia akan menjadi istri yang baik dan tidak mengecewakan anda."

Yoona menggigit bibirnya kuat-kuat di balik veilnya. Dia tidak berani mendongakan wajahnya untuk melihat calon suaminya. Dia takut. Dia berharap keajaiban akan datang untuk menyelamatkannya.

"Aku ingin melihat wajahnya. Buka veilnya."

"Tentu, kau bisa melihat wajahnya."

Yoona mengepalkan tangannya dengan ketat saat Sora mulai mengangkat tangannya untuk membuka veilnya. Dia tidak bisa menatap wajah pria itu. Dia khawatir dia akan kabur saat Sora memperlihatkan wajahnya pada calon suaminya.

"Grandpa, leave her alone. Aku tidak mengizinkanmu mengusik calon istriku."

Sebuah suara menghentikan tangan Sora untuk membuka veil Yoona. Yoona diam-diam mendesah lega dan dia beringsut mundur dua langkah menjauhi ibu tirinya.

"Aku hanya ingin melihat wajah calon istrimu."

"Kau bisa melihatnya nanti. Sebaiknya kita masuk ke dalam sekarang dan memulai sumpah pernikahannya."

Yoona merasakan orang-orang itu mulai bergerak menjauhinya dan ibu tirinya. Dia masih berdiri dengan kaku di tempatnya, enggan untuk bergerak masuk ke dalam City Hall. Dia sepertinya telah salah paham. Dia tidak akan menikah dengan pria tua itu. Tapi dengan cucunya.

"Hey, apa yang kau lakukan di sini? Cepat masuk ke dalam City Hall."

"Siapa pria yang akan menikah denganku?"

"Bukankah kau sudah melihatnya sendiri tadi?"

"Siapa pria itu? Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas."

"Ck, namanya Lee Donghae. Dia adalah cucu Lee Jinkyu, pemilik jaringan ritell terkemuka di Massachusete."

"Ap-apa? Lee Donghae? Apakah dia seorang..."

"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Kita tidak boleh membuat mereka menunggu."

Sora menyambar siku Yoona dengan kasar dan sedikit menyeretnya menuju ke dalam City Hall.

"Berjalanlah dengan anggun. Semua mata tertuju padamu sekarang."

Yoona nyaris tidak mendengar kata-kata ibu tirinya. Pikirannya terlalu sibuk membayangkan Lee Donghae dan pria yang kemarin nyaris memberinya hukuman. Yoona berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa banyak pria di luar sana yang bernama Donghae. Tapi Lee Donghae? No way, batin Yoona getir. Hanya ada satu pria bernama Lee Donghae di Boston. Dan itu adalah professornya.

Setiap langkah yang ia ambil akan mengantarnya menuju ke kacauan yang sangat mengerikan.

Aku akan menikahi Professor Lee Donghae? Hal gila macam apa ini?

Donghae menunggu pengantinnya dengan tidak sabar di altar. Dia pikir, wanita itu sedikit berbeda. Wanita yang menandatangi surat perjanjian di kantornya terlihat begitu tenang dan penuh percaya diri, sedangkan wanita yang saat ini sedang berjalan ke arahnya terlihat begitu ragu-ragu dan ketakutan. Dia bisa melihat pundak wanita itu bergetar saat ibu tirinya membimbingnya untuk berjalan menuju altar. Dan wanita itu menyembunyikan wajahnya di balik veil yang menjuntai hingga ke dadanya.

"Kuserahkan putri tiriku padamu. Tolong jaga dia dengan baik."

"Jangan khawatir. Putrimu berada di tangan yang tepat."

Telapak tangan Yoona sedingin es ketika telapak tangan Donghae yang hangat menggenggamnya. Dia sempat melirik Donghae sekilas dan melihat kerutan di dahinya. Donghae menggiringnya untuk berdiri di depan sang pendeta yang telah siap dengan buku sakral pernikahan di tangannya.

"Rileks, Yuri. We have a deal."

Yoona mengangguk dengan kaku. Bulu kuduknya merinding merasakan hembusan panas nafas Donghae di tengkuknya.

"Kita mulai pernikahannya sekarang."

Selama proses pernikahan yang terasa seperti berabad-abad lamanya, Yoona hanya memejamkan matanya dan menulikan pendengarannya. Dia tidak benar-benar mendengarkan setiap kata yang terlontar dari bibir sang pendeta karena suara degup jantungnya terdengar lebih keras di telinganya. Yoona hanya bersyukur bahwa dia berhasil mengatakan bagiannya dengan lancar tanpa sedikitpun membuat kesalahan. Walaupun dia hampir salah menyebutkan namanya sendiri, alih-alih nama Yuri. Wajah Yuri adalah semua hal yang memenuhi pikirannya. Dia bertekad untuk menyelamatkan Yuri dan dia tidak boleh merusak pernikahan itu.

"I now pronounce you husband and wife. You may kiss the bride!"

Yoona mendengar suara gemerisik jas saat Donghae bergerak mendekatinya. Hal itu membuat Yoona semakin panik. Telapak tangan Donghae terangkat ke arah veilnya untuk membukanya. Yoona menghitung satu sampai tiga dalam hati sebelum veil itu disingkapkan ke belakang kepalanya dan Donghae mendorong dagunya ke atas untuk menatap wajahnya. Hal pertama yang memenuhi pandangannya adalah wajah tampan Donghae dengan bola mata biru jernih yang menatapnya dengan dingin. Dalam jarak sedekat itu, Yoona bisa melihat keterkejutan samar di wajah Donghae yang tertutupi oleh ekspresi dinginnya.

Donghae tahu aku bukan Yuri. Donghae mengenaliku! Tuhan, apa yang harus kulakukan? Yoona berteriak dengan panik dalam hati, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia sudah mental seandainya Donghae meneriakinya sebagai penipu dan menendangnya keluar dari City Hall saat itu juga.

Tapi, hal selanjutnya yang terjadi sungguh mengejutkannya. Alih-alih mengusirnya pergi dari tempat itu, Donghae justru meraih tengkuknya dan mencium bibirnya dengan lembut.

Holyshit! I kiss my professor!

-00-

Yoona memejamkan matanya saat bibir Donghae bergerak di atas bibirnya yang terkatup rapat. Dia tidak menyangka jika Donghae memiliki bibir yang sangat hangat dan lembut, alih-alih bibir yang dingin dan kasar. Yoona terlena dalam ciuman itu. Dia menikmati setiap detiknya dan membiarkan gelombang kenikmatan merayap di tubuhnya yang sensitif. Dia ingin merasakan sensasi menggelitik yang menyenangkan itu untuk selamanya.

Tapi realita kembali menamparnya saat telapak tangan Donghae mendorong pundaknya menjauh dan mengakhiri ciuman itu. Yoona ditinggalkan dalam rasa malu yang membuat pipinya merona.

Donghae mempertahankan posisinya sedekat mungkin dengan pengantinnya. Bola matanya bergerak dengan cermat menelusuri setiap inci wajah pengantinnya. Dimulai dari dagunya lalu bergerak ke atas, ke bibirnya, lalu hidungnya, dan terakhir adalah matanya. Dia tidak mungkin salah jika wanita yang baru saja menikah dengannya adalah mahasiswanya.

"Kau berhutang penjelasan padaku, Ms. Im."

Setelah dia berhasil mengintimidasi pengantinnya, Donghae menegakan tubuhnya dan berbalik untuk menyelesaikan hal-hal yang masih tersisa dari pernikahan mereka. Dia memasangkan cincin berlian di jari manis Yoona yang gemetar, kemudian Yoona melakukan hal yang sama padanya. Dia puas karena kakeknya tidak meragukan pernikahannya sama sekali. Dia menandatangani dokumen-dokumen pernikahannya tepat di depan kakeknya dan tidak meninggalkan sedikitpun celah yang membuat kakeknya mencurigai pernikahannya sebagai pernikahan palsu.

Donghae melirik ke arah pengantinnya yang terlihat ragu-ragu untuk membubuhkan tanda tangan di atas kolom kosong dengan nama milik wanita lain. Dia tergoda untuk menuntut wanita itu dan ibu tirinya karena telah menipunya dalam sebuah perjanjian yang sepenting itu. Tapi kehadiran kakeknya di sana berhasil menyelamatkan wanita itu dari kemarahannya untuk sementara waktu. Dia masih membutuhkan wanita itu untuk bersandiwara di hadapan kakeknya.

"Selamat untuk kalian berdua. Semoga Tuhan memberkati pernikahan kalian."

"Terimakasih."

Donghae menunggu hingga pendeta itu keluar dari aula dan membiarkan keheningan itu menyelimuti mereka untuk sesaat.

"Grandpa, istriku dan aku mengundangmu untuk makan malam hari ini di restoran favoritmu."

"Kau ingin mengesankanku? Baiklah, aku akan datang nanti malam. Selamat untuk pernikahanmu."

Lee Jinkyu bergerak mendekati cucunya, lalu beralih ke sang pengantin wanita yang terus menundukan kepalanya sejak tadi.

"Angkat wajahmu, nak. Biarkan aku melihatmu."

Yoona tersenyum dengan kaku saat dia mengangkat wajahnya dan berjabat tangan dengan kakek barunya.

"Te-terimakasih atas kehadiranmu di pernikahan kami."

"Kita akan bertemu lagi nanti malam. Semoga kau jauh lebih rileks saat makan malam dan tidak perlu lagi menyembunyikan wajahmu."

Yoona mengangguk pelan. Dia merasa terintimidasi berada di tengah-tengah keluarga suaminya yang sangat mengerikan. Bukan hanya Donghae yang menguarkan aura dingin yang menakutkan, bahkan kakeknya juga sangat menyeramkan.

"Professor Lee, kurasa aku juga harus pergi sekarang. Tapi sebelum itu, bagaimana urusan kita selanjutnya?"

"Asistenku akan mengurus sisa pembayarannya. Kau boleh pergi sekarang."

"Baiklah. Senang berbisnis denganmu."

Ibu tirinya bahkan tidak mau repot-repot menoleh ke arahnya untuk mengucapkan selamat tinggal. Yoona mengutuk ibu tirinya dalam hati dan berharap wanita itu segera membusuk di neraka.

"Kenapa kau mengizinkan ibu tiriku pergi begitu saja?"

"Apa yang kau pikir akan kulakukan padanya?"

"Aku tidak tahu," Yoona menggeleng pelan dan menundukan wajahnya.

"Ayo pulang. Kita punya banyak hal yang harus kita luruskan di rumah."

"Pu-pulang? Kemana?"

"Rumahku. Kau istriku sekarang. Suka atau tidak suka, kau harus tinggal di rumahku."

"Tapi aku belum membawa barang-barangku. Sora tidak memberitahuku bahwa aku akan tinggal di rumahmu setelah menikah."

"Kita akan mengurusnya nanti."

Donghae berbalik pergi dan meninggalkan Yoona sendirian di belakang. Dia mengambil ponsel dari saku celananya dan mulai menelpon asistennya.

"Aku dalam perjalanan pulang. Siapkan sebuah surat perjanjian baru dengan detail yang kukirimkan ke emailmu. Aku ingin semuanya siap di mejaku saat aku tiba di rumah."

Donghae memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya dan menggeram saat menoleh ke belakang. Pengantinnya membuatnya kesal hanya dalam beberapa menit setelah mereka resmi menikah.

"Apa kau tidak bisa berjalan lebih cepat? Aku punya banyak pekerjaan yang menungguku."

"Ma-maaf."

Yoona mempercepat langkahnya sambil menjinjing tutunya yang berat. Dia sebal karena Donghae bahkan tidak memahami kondisinya dan hanya memikirkan tentang dirinya sendiri.

"Siapa namamu?"

"Apa?"

"Apa kau tuli? Namamu?"

"Bukankah kau sudah tahu namaku?"

"Nama depanmu."

"Yoona. Kupikir kau tahu—"

"Aku tidak menghafal nama semua mahasiswaku. Aku punya ribuan mahasiswa setiap tahunnya. Dan jangan pikir kau cukup istimewa hingga kau pantas mendapatkan perhatianku."

Yoona mendelik dengan sebal. Sungguh sial baginya karena harus terlibat dengan professor yang paling dibencinya di kampus.

"Masuk ke dalam mobil sekarang."

"Kau sudah tahu namaku. Kenapa kau masih memperlakukanku seperti orang asing?"

"Kau memang orang asing bagiku. Kau bukan wanita yang seharusnya kunikahi."

Dengan kesal, Yoona menyentak pintu mobil sport itu terbuka dan segera masuk ke dalam. Dia mendesah kesal saat tutu gaunnya tersangkut dan robek.

"Dasar ceroboh. Kupikir kau cukup pintar di kampus karena kau mendapatkan beasiswa."

"Gaunku yang tersangkut tidak ada hubungannya dengan kepintaranku."

Donghae mengabaikan sarkasme itu dan segera melajukan mobilnya menuju ke rumahnya. Dia menyetir dalam diam, begitu pula Yoona. Pengantinnya terus memalingkan wajah ke jendela dan tidak sedikitpun menoleh ke arahnya. Donghae memutuskan untuk menggunakan Yoona sebagaimana mestinya sebagai seorang istri karena dia telah membayar mahal pada Sora untuk menikahi putrinya.

"Apa kau bisa memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga?"

"Ya, aku bisa. Aku cukup terampil untuk urusan itu."

"Bagus. Aku tidak perlu mempekerjakan pembantu rumah tangga lagi mulai sekarang. Kau yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dan memasak untukku. Aku lebih suka makanan rumahan dengan bahan-bahan organik daripada pesan antar dari restoran."

"Jadi kau menikahiku hanya untuk menjadikanku sebagai pembantumu?"

"Tentu saja tidak. Ada beberapa hal yang tidak dilakukan oleh pembantuku."

"Memangnya apa yang tidak dilakukan oleh pembantumu?"

"Bercinta denganku dan melayaniku di ranjang."

Dammit! Yoona mengutuk dirinya sendiri karena tidak pernah berpikir hingga sejauh itu. Dia terlalu sibuk memikirkan Yuri dan bagaimana cara membayar biaya rumah sakitnya. Dia lupa jika suaminya pasti akan menuntut hal itu darinya.

"Kenapa kau diam? Kau belum pernah berhubungan intim sebelumnya."

"N-no, aku hanya berpikir jika kita tidak akan melakukannya karena pernikahan ini—"

"Aku sudah membelimu dengan harga mahal dari ibu tirimu. Aku tidak boleh menyia-nyiakanmu sedikitpun. Aku akan menggunakanmu sebagaimana mestinya."

Itu adalah kata-kata paling menyakitkan yang pernah didengar oleh Yoona seumur hidupnya. Dia belum pernah berurusan dengan seorang pria brengsek yang lebih brengsek daripada Lee Donghae. Pria itu adalah iblis yang tidak punya hati. Sooyoung dan semua teman-temannya di kampus adalah kumpulan makhluk-makhluk tolol karena memuja seorang iblis brengsek seperti Lee Donghae.

"Kau tidak perlu tersinggung. Kau seharusnya tahu apa yang akan terjadi padamu setelah menyetujui perjanjian itu."

"Bukan aku yang menyetujui perjanjian itu."

"Yeah, bukan kau. Tapi kau menggantikan posisi wanita itu untuk menikah denganku. Kau harus melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan wanita itu, termasuk bersandiwara sebagai seorang istri yang sangat tergila-gila padaku di hadapan kakekku."

"Aku tidak menyangka jika kau hidup di tengah-tengah kelarga yang rumit. Semua orang berpikir kau memiliki kehidupan yang sempurna. Tampan, kaya, pintar, dan memiliki kekuasan. Hampir semua wanita di kampus memujamu. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya tersembunyi di balik nama besarmu."

Donghae mencengkeram roda kemudi dengan ketat. Dia tidak pernah bertemu dengan seorang wanita yang begitu lancang mengomentari tentang kehidupan pribadinya. Semua mantan kekasihnya bahkan tidak pernah peduli dengan kerumitan hidup yang ia miliki. Mereka hanya peduli pada uangnya dan kekuasaannya. Mereka memperlakukannya seperti sebuah trofi yang berharga. Tapi istrinya sendiri justru merendahkannya dan memperlakukannya seperti sampah.

"Turunlah. Kita sudah sampai."

Yoona tidak terkejut jika Donghae memiliki rumah yang sangat mewah dengan halaman yang luas, kolam air mancur, dan tembok tinggi yang mengelilingi bangunan itu. Yoona menatap pagar besi yang menutup secara otomatis tanpa berkedip. Dia merasa seperti berada di penjara, alih-alih berada di sebuah rumah mewah.

"Siapa yang tinggal di sini selain dirimu?"

"Hanya aku. Pembantu rumah tangga dulu datang tiga kali dalam seminggu sebelum aku memecatnya. Petugas kebun datang setiap akhir pekan untuk merapikan taman. Selebihnya aku bisa memanggil teknisi jika aku membutuhkan sesuatu untuk perbaikan rumahku."

"Bagaimana dengan petugas keamanan?"

"Rumah ini dilengkapi dengan teknologi canggih yang langsung terhubung ke kantor polisi. Selain itu, area ini aman. Belum pernah menemukan seorang pencuripun berkeliaran di sekitar sini."

"Apa kau tidak kesepian hidup sendirian di rumah sebesar ini?"

Yoona mencoba mengejar Donghae yang berjalan sangat cepat menaiki undakan menuju ke pintu utama. Dia berdecak kagum saat melangkah masuk ke dalam rumah Donghae yang sangat mewah. Dia disambut dengan hall yang sangat besar, yang didominasi warna hitam dan gold klasik. Aura yang dipancarkan di dalam rumah itu sangat kental oleh Donghae. Seperti semua hal yang ada di dalam rumah itu adalah bagian dari dirinya yang diubah dalam bentuk berbagai macam furniture.

"Ada banyak tempat yang bisa kukunjungi jika aku kesepian."

"Seperti Pub? Bar? Kelab? Rumah bordil?"

"Perpustakaan kota. Aku lebih suka duduk di sana dan membaca buku selam berjam-jam."

Yoona mengedikan bahunya acuh tak acuh. Dia berjalan mengikuti Donghae menuju ke bagian sayap kanan rumahnya yang sangat luas. Setelah melewati hall, dia menemukan lorong panjang yang mengarah menuju ke satu-satunya pintu ganda raksasa. Yoona menduga itu adalah ruang kerja Donghae.

"Kau pasti haus. Mau minum sesuatu?"

"Yeah, sure."

Donghae mengambil sekarton jus setelah menimbang-nimbang bahwa Yoona tidak cocok dengan beer atau minuman keras apapun. Yoona terlihat seperti gadis remaja di matanya. Seorang gadis muda yang naif dan polos.

"Thanks. Aku sangat gugup hari ini."

Yoona meneguk jus jeruk itu dengan rakus dan langsung menghabiskannya dalam hitungan detik.

"Hari yang berat, huh?"

"Sangat."

Yoona mulai sedikit lebih rileks. Dia duduk senyaman mungkin di depan meja kerja Donghae, mengamati suaminya yang sedang membaca beberapa dokumen yang diletakan dengan rapi di atas mejanya.

Suamiku? Kata-kata itu terasa aneh di benaknya. Yoona tidak pernah membayangkan akan menikah dengan pria sedingin Lee Donghae.

"Well, mari kita bahas beberapa perjanjian yang harus kita sepakati. Asistenku telah mencetak surat perjanjian baru untukmu. Kau boleh membacanya sebelum menandatanganinya. Tapi pertama-tama kita akan membahas beberapa hal terlebihdahulu."

"Bagaimana dengan namaku?"

"Aku akan mengurusnya."

"Berapa lama kita akan menikah?"

"Kau tidak berpikir jika pernikahan ini akan menjadi selamanya kan?"

"Aku tidak yakin. Kau jelas-jelas menggunakan pernikahan ini untuk bisnis. Jadi kau pasti telah membuat kesepakatan dengan Yuri untuk durasi waktu pernikahan kalian."

"Smart girl. Kita memang tidak akan menikah untuk selamanya. Aku hanya akan menggunakan pernikahan ini sampai kakekku melimpahkan semua aset-asetnya padaku."

"Dan tentang... hal-hal lainnya yang kau sebutkan di mobil?"

"Berhubungan intim denganmu dan menyuruhmu mengerjakan pekerjaan rumah adalah benefit yang kudapatkan setelah aku membelimu dengan mahal dari ibu tirimu. Yuri sudah menyetujuinya."

Pipinya merona membayangkan kakaknya membicarakan hal-hal intim dengan orang asing di kantor seperti dia sedang membicarakan bisnis. Tapi dia bisa memaklumi keputusan Yuri melakukan hal itu. Tidak ada pilihan yang tersisa bagi mereka sejak ayah mereka meninggal. Sora memegang kendali atas hidup mereka dan seluruh aset-aset milik ayah mereka. Mengenaskannya, hidup mereka bahkan juga dijual demi melunasi hutang-hutang Sora.

"Ada satu lagi poin baru yang kutambahkan dalam surat perjanjian itu. Karena kau adalah mahasiswaku, kau harus merahasiakan pernikahan kita dari semua orang di universitas. Tak terkecuali sahabatmu."

"Kau malu memilikiku sebagai istrimu?"

"Kenapa aku harus malu? Itu hanya demi kepraktisan. Aku tidak ingin menimbulkan keributan di kampus. Toh, kita tidak akan menikah selamanya. Mereka lebih baik tidak tahu apa-apa tentang hubungan diantara kita."

"Deal."

Yoona merasa tidak memiliki kepentingan untuk membagikan kehidupan pribadinya pada teman-temannya. Dijual oleh ibu tirinya pada seorang pria asing bukan hal yang membanggakan sama sekali.

"Kau bisa membacanya sebelum menandatanganinya."

"Kurasa itu tidak perlu. Aku akan menandatanganinya sekarang."

Tidak ada bedanya bagi Yoona. Hidupnya telah dibeli oleh Lee Donghae, titik. Surat perjanjian itu hanya formalitas untuk melindungi hak-haknya. Tapi kenyataannya dia tidak akan pernah utuh kembali setelah semua perjanjian itu berakhir.

Donghae tersenyum separuh melihat Yoona menandatangani surat perjanjian dengan cepat dan mendorongnya ke arahnya. Dia tahu bahwa Yoona sangat berbeda dari Yuri yang sangat teliti. Dia harus bersyukur memiliki Yoona karena memilikinya jauh lebih mudah daripada memiliki wanita manapun di luar sana. Yoona tidak menuntut apapun darinya. Dia gadis yang sangat patuh. Sementara itu, Yuri memberikan terlalu banyak persyaratan yang sedikit merugikannya.

"Jadi, apa yang akan kulakukan selanjutnya."

"Kau bebas melakukan apapun sepanjang siang ini. Sore nanti kita akan pergi makan malam di restoran favorit kakekku."

"Ok. Aku akan siap sebelum pukul tujuh."

"Great. Aku akan menunjukan kamarmu di lantai dua. Ikut aku."

Yoona menggerutu dalam hati karena Donghae lebih dari sekedar brengsek. Dia bahkan tidak menawarkan bantuan saat melihatnya kesulitan dengan gaunnya. Donghae justru melesat sangat cepat meninggalkannya di belakang. Dan Yoona belum pernah membenci seorang pria melebihi ia membenci Donghae.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro