Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Story Of Us Part 6

Jendela itu sama sekali tidak menunjukan pemandangan yang bagus. Hanya beberapa anak-anak dan orang dewasa yang sebagian sedang menyeret tiang infus untuk dibawa berjalan-jalan di sekitar taman. Yuri sungguh bosan memandangi itu sejak satu jam yang lalu. Perasaanya hampa sekarang. Sampai detik ini ia masih belum tahu dimana keberadaan Hyukjae. Bagaimana keadaan pria itu saat ini? Dan apa yang akan pria itu lakukan padanya? Ia terus saja menanyakan dirinya sendiri yang tidak pernah memiliki jawaban untuk itu. Hari ini ia hanya menerima kabar dari Siwon jika Hyukjae belum diketahui kabarnya. Donghae juga masih sibuk mengurus persalinan Yoona di ruang bersalin bersama Tiffany. Semua orang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Betapa ia sangat menyedihkan di dunia ini. Tanpa Hyukjae ia bukanlah apa-apa. Ia tidak memiliki teman ataupun keluarga yang akan memperhatikannya. Mungkin jika Yoona tidak sedang melahirkan, wanita itu pasti akan ada di sini untuk menghiburnya. Tapi saat wanita itu memiliki urusannya sendiri, ia akan terabaikan sendiri di ruangan besar yang dingin ini. Rasanya ruangan itu sedingin hatinya. Hatinya dingin sejak kepergian Hyukjae. Seharusnya ia sadar jika risiko dari kecerobohannya itu akan membawa dampak yang sangat luar biasa bagi dirinya dan juga keluarganya. Lalu nasib Justice. Ia tidak tahu lagi apa yang akan ia lakukan pada gadis kecil itu setelah ini. Apakah sikapnya tetap akan sama seperti ibu pada umumnya? Dan bagaimana jika bayi ini lahir nantinya? Yuri benar-benar merasa pening dengan semua hal buruk yang bersarang di otaknya. Bahkan ia sempat berpikir untuk menitipkan anak yang dikandungnya ke panti asuhan setelah anak itu lahir jika Hyukjae tidak menceraikannya. Ia akan berusaha menjaga keluarganya agar tetap sama seperti sebelumnya. Jika bukan darah daging Hyukjae, ia tidak mau memasukan siapapun sebagai anggota keluarganya ke dalam rumah.

"Tidak baik wanita hamil melamun di dekat jendela."

Suara itu... Yuri menegang di tempatnya tanpa berani memutar kepalanya ke samping. Bagaimana mungkin Seungri mengetahui keberadaannya di rumah sakit? Apakah Donghae memberitahu pria itu jika ia sedang sakit? Tapi sepertinya tidak mungkin. Ia yakin Donghae tidak akan berpikir untuk memberi tahu Seungri karena pria itu sedang sibuk dengan proses kelahiran bayi kembarnya. Lalu bagaimana caranya pria itu bisa sampai berada di sini?

"Aku membawakan bunga untukmu. Bunga yang cantik untuk wanita cantik sepertimu." ucap Seungri lembut sambil menghirup buket bunga yang ia bawa penuh penghayatan.

"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?"

"Tidak ada. Aku memiliki inisiatif sendiri karena aku ingin menengok anakku dan ibu dari anakku."

Yuri semakin menegang kaku dengan kata-kata pria itu. Rasanya ini terlalu cepat untuk terbongkar semuanya. Bagaimana pria itu bisa tahu mengenai kehamilannya, sedangkan hanya orang-orang terdekat saja yang tahu jika ia sedang mengandung. Apa pria itu menempatkan mata-mata di sekitarnya? Seketika Yuri menjadi was-was dan menjadi lebih sibuk untuk mencari orang-orang yang terlihat mencurigakan di taman rumah sakit. Mungkin saja salah satu mata-mata Seungri menyamar menjadi salah satu pasien atau perawat, lalu ia pura-pura menjadi seseorang yang akrab dengan Yuri.

"Tidak perlu berpikiran terlalu berlebihan, Yuri ssi." Seungri tertawa geli melihat gelagat Yuri yang tiba-tiba berubah seperti wanita pengidap paranoia. "Tidak ada mata-mata di sekitar sini. Bahkan alat penyadap." beritahu Seungri sambil berjalan ke arah vas bunga yang masih kosong di sebelah ranjang perawatan milik Yuri. Dengan cekatan ia mengisi vas itu dengan sedikit air dari kamar mandi di sudut kamar perawatan milik Yuri, lalu ia segera menata bunga-bunga itu di dalam vas dengan bentuk yang sangat cantik agar Yuri tidak merasa bosan di dalam kamar yang terlihat suram itu.

"Sekarang jauh lebih baik." gumam pria itu bangga saat melihat ada rona merah dan kuning di samping ranjang perawatan Yuri yang berwarna pucat.

"Siapa yang memberitahumu jika aku berada di sini?" tanya Yuri ketus. Ia sama sekali tidak berbalik saat mencoba berbicara dengan Seungri. Rasanya tidak sudi jika ia harus menatap wajah Seungri secara langsung. Hal itu sama saja mengingatkannya pada peristiwa menyakitkan yang terjadi di Miami.

"Suamimu." jawab pria itu santai. "Apa kau terkejut, Lee Yuri? Suamimu sendiri yang memberitahuku saat aku menghubunginya tadi pagi. Awalnya aku hanya ingin menanyakan mengenai beberapa detail untuk pabrik Ford Company, tapi ia justru menjawab dengan suara serak dan kelihatan meracau. Suamimu sedang mabuk. Dan bersama seorang wanita tentu saja. Aku mendengar suara seperti desahan dan batuk di sebelahnya."

Seungri sengaja menghentikan ceritanya untuk mengamati perubahan emosi Yuri yang jelas akan terguncang karena ceritanya yang sangat dramatis.

"Kenapa diam? Lanjutkan ceritamu."

"Kau pasti terluka."

"Huh, tentu saja. Tapi ia berhak melakukannya karena akupun juga pernah melakukan kesalahan yang sama. Aku pernah tidur dengan seorang pria yang sikapnya sama menjijikannya dengan wajahnya. Jadi kurasa sekarang kami sudah impas satu sama lain. Ia pergi dengan wanita cantik di luar sana, dan akupun juga begitu."

"Wah wah wah... kemarahan yang meluap-luap sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang wanita hamil sepertimu." bisik Seungri perlahan-lahan di belakang tubuh Yuri yang menegang. Seungri rasanya menyukai melihat wanita itu begitu ketakutan di dekatnya. Ia menganggap hal itu manis, dan sangat wanita. Sebagaimana kodrat wanita yang memang harus takut pada kuasa seorang pria sejati sepertinya.

Seungri semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Yuri, merengkuh wanita itu dari belakang dan menempelkan dagunya pada pundak Yuri yang bergetar.

"Ssshh... jangan menangis. Suamimu tidak akan suka jika melihatmu menangis karena aku." bisik Seungri lagi dengan wajah licik. Jelas pria itu sama sekali tidak merasa iba pada Yuri. Ia justru semakin bersemangat untuk membuat Yuri bergetar ketakutan di dekatnya.

"Suamimu sepertinya juga sama frustrasinya denganmu. Saat ini ia tidak memiliki siapapun untuk berbagi cerita. Hanya akulah yang kebetulan muncul di tengah-tengah kekalutan yang menimpanya, sehingga ia dengan mudah menceritakan semua keluh kesahnya padaku. Hyukjae memberitahuku jika ia sangat kecewa pada istrinya yang sedang mengandung janin dari pria lain. Ckckck... bukankah itu sangat menyedihkan?"

"Hyukjae tidak tahu jika pria brengsek itu adalah kau!" teriak Yuri berang. Ia segera menyentak tangan Seungri dari pundaknya dan mendorong pria itu keras agar menjauh dari tubuhnya. "Aku akan menggugurkan bayi ini."

"Jangan coba-coba melakukannya, Yul." desis Seungri penuh antisipasi saat Yuri sedang melirik pisau buah di atas meja yang jaraknya kebetulan tidak terlalu jauh dari jangkauan Yuri. Dengan marah wanita itu segera mengambil pisau buah itu dan hampir menusukannya di perutnya, namun hal itu berhasil ditahan oleh Seungri yang seketika langsung melompat ke arahnya dan mendorong tubuhnya jatuh di atas sofa. Tangan pria itu dengan cekatan meraih pisau buah yang digenggam Yuri, lalu melemparnya keras hingga terbentur di dekat pintu masuk.

"Kau gila!"

"Lebih gila lagi karena aku sedang mengandung bayimu! Pergi dari sini." bentak Yuri marah. Ia langsung meronta-ronta dari cekalan Seungri dan menendang pria itu sekuat yang ia bisa. Beruntung saat hal itu terjadi, segerombolan perawat sedang melintas di depan ruang perawatan Yuri. Sehingga saat mereka merasa jika pasien mereka sedang mengamuk, mereka langsung saja menyerbu masuk ke dalam ruang perawatan Yuri dan mencoba memisahkan Yuri dari jeratan Seungri.

"Dia hampir membunuh bayinya sendiri." tuding Seungri sengit. Bukti pisau buah yang tergletak di dekat pintu masuk menjadi bukti kuat yang tidak terbantahkan. Salah satu perawat kemudian segera berlari keluar untuk mengambil obat penenang di nurses station. Semetara itu tiga perawat lainnya mencoba menyeret Yuri agar kembali berbaring di atas blangkarnya.

"Aku tidak mau disuntik! Lepaskan aku!"

"Maaf nyonya, anda sekarang harus segera beristirahat untuk kebaikan anda dan janin anda." ucap perawat itu mencoba lembut pada Yuri. Tak berapa lama seorang perawat datang dan memberi kode pada ketiga temannya agar segera menahan pergerakan Yuri karena ia akan segera menyuntikan obat penenang ke dalam pembuluh darah di tangan Yuri.

"Jangan! Aku tidak mau! Lepaskan aku!"

Yuri terus meronta-ronta seperti orang gila. Sebisa mungkin ia memohon belas kasihan dari orang-orang itu agar melepaskannya karena ia tidak akan melakukan tindakan gegabah lagi untuk menyakiti dirinya sendiri. Namun mereka semua seperti tuli dengan teriakan yang dikeluarkan Yuri hingga suaranya serak. Mereka semua terus saja menahan tubuh Yuri sambil menunggu obat yang baru saja mereka suntikan bereaksi.

"Anda suaminya?"

"Ya."

"Terus awasi istri anda. Jika ia mengamuk lagi, segera beritahu kami, sir."

"Baiklah. Aku akan berada di sini untuk menjaganya."

Samar-samar Yuri masih dapat mendengar suara Seungri yang sedang berbicara dengan salah satu perawat yang paling tua diantara perawat yang lain. Namun kemudian ia seperti jatuh ke dalam lingkaran hitam yang begitu pekat dan membuatnya melayang-layang sendiri di dalam kegelapan yang mencekam. Oppa, tolong aku....

-00-

Yoona mengerucutkan bibirnya sebal. Dengan penuh permusuhan ia menatap Tiffany yang sedang sibuk mempersiapkan alat-alat medis yang akan digunakan wanita itu untuk proses kelahiran bayinya.

"Aku ingin melakukannya dengan normal." teriak Yoona lagi untuk yang ke sekian kalinya. Sejak ia masuk ke dalam ruang bersalin dua jam yang lalu, ia terus saja merengek pada Tiffany agar mengizinkannya melahirkan secara normal. Sayangnya dokter cantik itu tidak mengizinkannya melakukan dengan normal karena saat ini kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk melahirkan normal.

"Sayang, caesar bukan proses persalinan yang buruk." bujuk Donghae di sebelahnya yang senantiasa menemani Yoona dari awal. Tentu saja kali ini Yoona akan memaksa Donghae untuk menemaninya melakukan persalinan karena selama ini ia tidak pernah merasakan ditemani Donghae saat sedang melahirkan anak-anak mereka.

"Saat Louise lahir aku sudah merasakan caesar." Yoona membrengut kesal pada Donghae karena pria itu langsung setuju saja pada ide Tiffany untuk mengeluarkan bayinya secara caesar. Sumpah demi apapun, ia sangat menantikan saat-saat melahirkan normal. Ia begitu terharu setiap kali melihat video proses kelahiran normal yang kelihatannya melelahkan, namun mereka selalu tersenyum puas di akhir video sambil menggendong bayinya penuh haru. Perjuangan seorang ibu terlihat begitu nyata di mata Yoona saat seorang wanita dapat melahirkan secara normal.

"Kau juga sudah merasakan melahirkan normal saat kelahiran Ciara."

"Tapi aku tidak ingat!"

"Kau juga tidak ingat saat melahirkan Louise." balas Donghae menyebalkan. Yoona rasanya sangat kesal pada nasibnya yang selalu tidak bisa memiliki memori yang indah saat sedang melahirkan anak-anaknya. Semua kenangan itu hilang! Hilang begitu saja karena benturan yang keras di kepalanya yang cantik.

"Setelah ini aku janji akan membuatmu melahirkan normal." bisik Donghae membujuk. Seketika Yoona memberikan tatapan tajam ke arah wajah Donghae yang seakan-akan tidak sedang melakukan kesalahan apapun.

"Kau akan menghamiliku lagi? Membuat anak lagi? Ya Tuhan, oppa! Kau ini maniak atau apa?"

"Memangnya apa lagi yang harus kulakukan selama memilikimu." balas Donghae tanpa dosa. Sebentar saja ruang bersalin itu menjadi ramai dan sangat berisik. Bahkan perawat-perawat yang akan membantu Tiffany dalam melakukan operasi caesar menjadi terbahak berkali-kali karena kata-kata vulgar Donghae yang menurut mereka lucu.

"Tuan Lee Donghae ternyata memiliki selera humor yang tinggi. Kukira ia adalah pria galak menyeramkan seperti yang sering muncul di televisi."

"Tenang saja. Donghae oppa aslinya sangat gila." timpal Tiffany saat tanpa sengaja ia mendengar dua perawatnya sedang berbisik-bisik membicarakan Donghae.

"Halo, wonder woman." sapa Tiffany manis.

"Kau menyebalkan!" dengus Yoona gusar. Ia sudah tidak bisa apa-apa lagi saat tubuhnya telah dibaringkan dalam posisi siap operasi.

"Menyebalkan itu adalah nama tengahku, jika kau belum tahu, Yoong. Oh ya, silahkan anda menonton pertunjukan ini di kursi itu, tuan Lee." ucap Tiffany manis sambil menunjuk kursi berbahan besi steril yang terletak sekitar dua meter dari meja operasi.

"Sayang sekali rumah sakit ini tidak menyediakan popcorn dan cola." keluh Donghae sambil lalu dan segera berjalan ke arah kursi besi yang telah menunggunya. Dari sana ia memang bisa melihat proses kelahiran bayi kembarnya dengan jelas. Sesuatu yang dulu tidak ia rasakan saat Yoona melahirkan Ciara dan Louise. Untuk pertama kalinya ia begitu santai dan rileks saat menunggui Yoona melahirkan.

"Aku tidak suka caesar!" geram Yoona sebal. Ia meringis sakit saat seorang perawat menyuntikan obat bius di tulang belakangnya sebelum operasi resmi dimulai.

"Kau lebih baik bergosip denganku daripada terus marah-marah." saran Tiffany terdengar brilian, namun justru membuat kerutan semakin dalam di kening Yoona.

"Aku menyesal telah datang pada seorang dokter gila sepertimu."

"Oh ya terimakasih. Bukan hanya kau yang menjulukiku dokter gila, Lucaspun demikian."

"Persetan dengan Lucas." balas Yoona ketus. Ia merasa kesal karena tidak bisa merasakan apapun selama obat bius itu bekerja pada tubuh bagian bawahnya. Sekarang ia telah mati rasa sepenuhnya, dan ia juga tidak bisa melihat apapun karena matanya dihalangi oleh sebuah tabir yang saat ini terhalang oleh kain hijau untuk operasi yang dibentangkan seorang perawat di atas perutnya.

"Aku baru saja merobek perutmu." pamer Tiffany santai sambil mengacungkan pisau bedah yang berlumuran darah. Jika saja Yoona pasien biasa, mereka pasti akan berkeringat ketakutan dengan sikap Tiffany yang sangat keterlaluan itu.

"Oh, mengagumkan. Aku tidak merasakan apapun sekarang." balas Yoona dengan nada mencemooh. Dengan kesal ia memalingkan kepalanya ke kiri, melihat Donghae yang saat ini sedang menatap proses operasi di depannya dengan wajah serius.

"Kau ingin taruhan, bayi mana yang akan keluar lebih dahulu? Laki-laki atau perempuan?"

"Kurasa jagoanku yang akan keluar lebih dulu." jawab Donghae terlihat tidak sabar. Sekarang ia dapat melihat kepala bayinya telah menyembul keluar dari robekan perut Yoona, namun ia belum bisa memastikan jenis kelaminnya karena bayi itu terlihat begitu licin, penuh darah, lendir putih, dan apapun yang terlihat sangat lengket di sekujur tubuhnya.

"Mari kita buktikan sama-sama. Jika kau kalah, Lee Donghae ssi..." ucap Tiffany sambil melirik Donghae di belakangnya. "Kau harus mengirimkan mobil keluaran baru ke rumahku segera."

"Akan kulakukan. Kau ingin berapa?" tanya Donghae santai. Tiga orang perawat yang berada di kanan dan kiri tubuh tak berdaya Yoona tampak saling memandang dan menyiratkan rasa iri pada Tiffany.

"Hadiah mobil baru untuk kalian semua. Tidak peduli tebakanku benar atau salah."

"Wow, kau murah hati sekali, oppa." komentar Yoona datar. "Bagaimana ini, aku sama sekali tidak merasakan apapun. Tidak ada rasa sakit seperti yang sering kulihat di youtube."

"Oh, tenang wonder woman, setelah ini kau rasakan sendiri sakitnya. Obat biusmu akan hilang, dan kau akan merasakan bagaimana neraka dunia yang sebenarnya."

"Ck, aku pernah merasakan yang lebih sakit dari itu." balas Yoona meremehkan.

Tak terasa Tiffany telah berhasil mengeluarkan satu bayi Yoona dalam keadaan sehat. Bayi itu menangis dengan keras begitu Tiffany menariknya keluar dan membaliknya agar sisa-sisa lendir yang menempel di sekitar lubang hidungnya menetes keluar. "Bayi laki-laki yang kuat luar biasa." beritahu Tiffany yang langsung ditanggapi Donghae dengan sorakan. "Naluriku sebagai ayah tidak pernah salah."

"Dan kami tetap akan mendapatkan mobil baru." balas Tiffany senang.

"Aku ingin melihatnya." rengek Yoona tidak sabar. Ia mencoba mengangkat tubuhnya ke atas agar ia bisa mengintip anaknya, dan hal itu langsung mendapatkan tatapan tajam dari Tiffany yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan si cantik dari perut Yoona.

"Kau masih punya satu lagi, Yoong." peringat Tiffany gemas. "Jangan terlalu banyak bergerak. Bagaimana jika aku salah menarik ususmu, atau hatimu, atau ginjalmu keluar karena kau terlalu banyak bergerak?"

"Ya Tuhan, dokter macam apa kau ini? Aku akan melaporkan pihak rumah sakit jika salah satu dokternya baru saja mengancam pasiennya yang tak berdaya."

"Mereka tidak akan percaya." balas Tiffany santai. Reputasinya sebagai dokter kandungan telah diakui dengan baik di rumah sakit ini. Jelas satu keluhan dari mulut besar Yoona tidak akan pernah mempengaruhi karir cemerlangnya sebagai dokter kandungan.

"Yoong, aku masih belum tahu mengenai masalah Yuri."

"Ya Tuhan, apa perlu kita membahas hal itu disaat seperti ini?"

"Beritahu aku kenapa Yuri bisa melakukan hal itu? Yah.. kau tahu sendiri kan, aku tidak percaya jika Yuri memang sengaja mengkhianati Hyukjae oppa."

"Memang tidak." jawab Yoona cepat. "Dia hanya dijebak oleh seorang pria tak bertanggung jawab di pesta pembukaan kantor baru di Miami. Aku benar-benar merasa kasihan pada Yuri. Ia akan menanggung perasaan berdosa seumur hidupnya."

"Yeah, aku juga memikirkan hal itu. Apalagi sampai saat ini tidak ada yang tahu dimana Hyukjae oppa berada."

"Mungkin si tuan penebar pesona itu tahu." tunjuk Yoona pada Donghae dengan dagunya.

"Hey, mana bayiku yang cantik? Kenapa lama sekali?" gerutu Yoona saat ia mulai teringat pada bayi-bayinya yang lucu."

"Sebentar lagi, aku hanya tinggal menarik tubuhnya keluar. Oh ya ampun, dia menguap dengan sangat lucu." komentar Tiffany saat ia dengan hati-hati memegang tubuh licin bayi Yoona sambil menariknya perlahan agar segera keluar dari perut hangat milik ibunya. "Bersiaplah untuk memotong pita kemenangan setelah ini, Donghae ssi."

"Tali pusar maksudmu?"

"Tentu saja. Apa kau berpikir akan ada pita kemenangan sungguhan di sini?" decak Tiffany gemas. Dan dalam sekali tarikan, bayi mungil berjenis kelamin perempuan itu telah terbebas seutuhnya dari perut hangat milik ibunya. Sama seperti bayi yang pertama, bayi yang ke dua itu langsung menangis kencang begitu Tiffany membalik tubuhnya agar lendir-lendir putih di sekitar wajah bayi mungil itu menetes ke bawah.

"Selamat untuk kalian. Ini kelahiran yang menakjubkan."

"Oh... terimakasih banyak. Persalinan ini berjalan lebih asik dari yang seharusnya." ucap Donghae sambil berjalan menghampiri Yoona yang mulai bergerak-gerak resah karena tidak sabar untuk melihat bayi kembarnya.

"Leander Lee dan Theodora Lee." bisik Donghae mesra di telinga Yoona.

"Oh Ya Tuhan, kukira kau lupa menyiapkan nama untuk bayi kita. Tadinya aku akan memarahimu jika kau belum memikirkan nama untuk anak kita."

"Aku sudah mempersiapkannya sejak mereka masih berupa titik di perutmu." jawab Donghae dengan wajah berseri-seri karena begitu kagum melihat bayi-bayinya yang lucu. Setelah ini Ciara dan Louise pasti akan sangat heboh untuk mengurus ke dua adiknya. Sejak berbulan-bulan yang lalu, Louise selalu cerewet menanyakan kapan adiknya akan lahir dan kapan ia bisa menggendong adik-adiknya lalu menimangnya. Yoona benar-benar merasa geli setiap kali mengingat Louise yang begitu semangat untuk menanti kelahiran adiknya. Dan begitu juga Ciara, anak itu tidak pernah absen untuk mengelus perut ibunya sambil merasakan tendangan keras dari Lean atau Theo yang mungkin sedang berebut makanan di dalam perut Yoona.

"Kau sangat mengagumkan, young lady. Dua bayi!" pekik Donghae heboh di samping Yoona. Ia masih terhanyut pada euforianya sebagai seorang ayah dari empat anak sekarang. Kehidupannya pasti akan lebih berwarna dan lebih heboh dari kehidupan masa mudanya yang suram. Rasanya ia seperti mendapatkan ganti rugi dari Tuhan atas kehancuran keluarganya dulu."

"Untuk ukuran pria kaya sepertimu, sepuluh anak sepertinya tidak masalah." celetuk Tiffany yang tiba-tiba mendekati mereka sambil menggendong Theo. Bayi mungil itu telah selesai dibersihkan oleh perawat dan diberikan topi rajut lucu berwarna pink di atas kepala mungilnya. Sesekali bayi itu menggeliat, menguap di dalam selimut tebalnya yang hangat, lalu memasukan jarinya ke dalam mulut.

"Bagaimana, apa kau mau memiliki sepuluh anak?" tanya Donghae menggoda. Dengan cepat Yoona menggelengkan kepalanya sambil menggapai-gapai tubuh kecil anaknya dari Tiffany.

"Berikan padaku."

"Ck, dasar tidak sabar. Nah, ini si kecil Leander." sambut Tiffany saat seorang perawat baru saja membawa Leander yang telah dibersihkan dan telah diberikan topi rajut yang lucu juga di atas kepalanya.

"Aku jadi merasa iri. Keluarga kalian terlalu manis." puji Tiffany tulus sambil menurunkan Theo ke dalam dekapan Yoona.

Dua bayi itu langsung menempel sempurna di dada kanan dan kiri Yoona. Mereka berdua mengikuti naluri mereka terhadap ibu mereka yang saat ini juga sedang mendekap mereka dengan hangat di dadanya. Dan Yoona benar-benar tak bisa menahan lelehan air matanya begitu ia melihat kedua bayi itu secara naluriah menempelkan mulut kecil mereka ke dadanya untuk mendapatkan makanan pertama setelah kelahiran mereka ke dunia.

"Ya ampun, aku ingin menangis." isak Yoona dengan suara parau. Rasa senang di hatinya terasa begitu membuncah hingga membuat jantungnya berdebar keras karena senang.

"Kau sudah menangis, Yoong." jawab Tiffany geli.

"Aku ingin tangis yang lebih kencang dari ini. Ya Tuhan, anak kembar!" jerit Yoona sedikit histeris. Sebelum-sebelum ini ia masih belum terlalu percaya jika di perutnya sedang tumbuh dua bayi kembar. Benaknya tidak pernah membuatnya berpikir jika tubuhnya lebih dari mampu untuk menampung dua bayi, sehingga ia selalu berpikir jika selama ini ia hanya membawa satu bayi di dalam perutnya. Tapi setelah Lean dan Theo lahir, ia baru benar-benar percaya jika selama ini ia memang sedang membawa dua bayi kembar di perutnya.

"Terimakasih, sayang." bisik Donghae lembut.

Saat keluarga bahagia itu sedang dilanda kegembiraan yang luar biasa, Tiffany dengan perlahan keluar dari ruangan itu untuk membiarkan mereka berbagi kebahagiaan bersama secara lebih leluasa.

"Hey."

Tiffany terkesiap kaget saat lengannya tiba-tiba ditangkap seseorang, dan langkahnya dihentikan begitu saja di tengah koridor.

"Oppa! Kau mengejutkanku!" seru Tiffany sebal.

"Kau terlihat tidak fokus. Kau melamun."

"Tidak. Aku hanya terharu melihat Yoona dan Donghae oppa, bayi kembar mereka sangat lucu." Tiffany terlihat berkaca-kaca saat menceritakan bagaimana perasaan haru yang melingkupinya saat ini. Dua orang itu sungguh luar biasa menurut Tiffany, terlepas dari masa lalu mereka yang cukup berliku dan rumit. Tapi akhirnya mereka mendapatkan kebahagiaan yang manis.

"Mereka pasti merasa yang paling bahagia sekarang. Aku juga seperti itu saat Hyena baru lahir. Serasa dunia ini hanya berisi keindahan, dan aku sama sekali tidak memikirkan hal lain kecuali keluarga kecilku."

"Dasar pujangga!" cibir Tiffany merusak suasana syahdu yang sedang diciptakan oleh Siwon.

"Ck, kenapa kau harus menyelanya seperti itu. Apa kau ingin memiliki bayi lagi?"

"Hyena?"

"Kita pasti bisa mengaturnya nanti."

"Aku iri melihat keluarga Donghae oppa dan Yoona."

"Nanti kita akan membuat adik untuk Hyena." janji Siwon dengan kedipan jahil.

"Dasar!" cibir Tiffany tersipu malu-malu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro