Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Story Of Us Part 4

Bukankah ini mengesalkan? Hal itulah yang terus dipikirkan Hyukjae saat harus kembali lagi ke rumahnya saat ia lupa membawa serta dompetnya. Oh Ya Tuhan, bukankah ia sangat ceroboh? Semalam ia lupa meletakan dompet itu di atas nakas tempat tidurnya. Padahal biasanya dompet itu tidak pernah keluar sedikitpun dari saku celananya dan akan terus di sana sebelum ia memindahkannya ke saku celana yang lain ketika ia akan berangkat ke kantor. Jadi singkat cerita, semalam ia baru saja keluar untuk membeli camilan di mini market di dekat komplek. Lalu ia meletakan dompet itu begitu saja di atas nakas karena Justice berteriak-teriak di kamarnya dengan nyaring, memintanya untuk menemaninya bermain sambil memakan kripik kentang. Karena hal itulah pagi tadi ia sama sekali tidak sadar jika ia lupa memasukan dompet itu ke dalam saku celana panjangnya, dan berangkat begitu saja ke kantor tanpa was-was. Barulah saat ia berhenti di subway untuk membeli hotdog, ia jadi kebingungan karena ia tidak bisa menemukan dompetnya dimanapun. Untung saja ia memiliki uang cash seratus dollar yang sering ia selipkan di laci dashboard mobilnya, sehingga ia tidak perlu merasa malu karena tidak bisa membayar hotdog pesanannya.

"Dimana Yuri?"

Segera setelah memarkirkan mobilnya, Hyukjae disambut oleh pengasuh Justice yang sedang menemani putri kecilnya bermain sepeda. Ia sedikit heran saat tidak melihat Yuri berdiri di sekitar Justice seperti biasa. Well, Yuri adalah ibu rumah tangga yang tidak sesibuk wanita-wanita yang bekerja. Praktis pekerjaannya di rumah hanyalah memasak dan mengikuti kemanapun putrinya bergerak. Tapi Hyukjae akhirnya memilih tak ambil pusing karena Yuri mungkin sedang pergi ke rumah Yoona untuk bergosip.

"Nyonya pergi ke rumah nyonya Yoona."

Tepat seperti dugaannya, batin Hyukjae puas. Setelah memberikan kecupan kecil pada putrinya, Hyukjae masuk ke dalam rumah dan bergegas menuju kamarnya. Ada meeting satu jam lagi dengan Donghae, Seungri, dan juga arsitek yang mendapatkan tender bangunan pabrik Ford Company. Jadi Hyukjae tidak boleh berlama-lama di rumah agar ia tidak terlambat datang untuk meeting.

"Disana kau rupanya." gumam Hyukjae senang dan langsung meraih dompet hitamnya terburu-buru. Saat berbalik, tak sengaja sol sepatunya menendang lemari kecil milik istrinya hingga salah satu laci di lemari itu terdorong keluar. Dengan cepat Hyukjae hendak mendorong laci itu lagi agar menutup. Namun ekor matanya tiba-tiba melihat sesuatu yang terlihat tidak asing lagi untuknya. Dua buah testpack putih yang dua-duanya menampilkan dua garis biru.

"Apa ini milik Yuri?" gumam Hyukjae mulai curiga. Ia lalu segera memasukan benda itu ke dalam saku jasnya dan membawanya serta ke kantor. Nanti saat pulang dari kantor ia akan menanyakannya pada Yuri terkait dua testpack itu.

Membayangkan jika Yuri sedang hamil, itu justru membuat Hyukjae muram. Jauh sebelum ia mengenal dunia hitam yang kotor dan bebas, ia masih berpegang pada pemahaman jika seorang wanita dapat mengandung hanya dengan tidur berdua dengan seorang pria. Tapi sekarang, setelah ia menjalani kehidupan yang terlalu beraneka ragam, pemahaman itu menjadi terasa sangat konyol untuknya. Jelas-jelas seorang wanita hanya dapat mengandung setelah melakukan hubungan seks dengan seorang pria. Dan sekarang istrinya sedang hamil, sedangkan ia tidak dalam kondisi dapat melakukan hubungan seks. Itu lucu! batin Hyukjae gusar. Ia tidak tahu lagi apa yang akan ia katakan pada Yuri nanti terkait testpack itu. Yang jelas ia sangat berharap pikirannya yang mengerikan ini tidak sampai meracuni otaknya yang sedang sangat dibutuhkan untuk mengerjakan proyek-proyek baru yang ditargetkan Donghae untuk segera selesai sebelum akhir tahun.

-00-

Yuri mendengarkan penjelasan dari dokter Jack, Jackson Masville, dengan sungguh-sungguh. Setiap kata yang dikeluarkan oleh pria berumur itu diserapnya dengan baik dan dihayati.

"Usianya tujuh minggu...."

Akhirnya hal yang ia tunggu diucapkan juga oleh sang dokter. Usia kandungannya! Ia sangat ingin tahu berapa usia janinnya, dan ternyata itu sudah cukup besar. Jadi saat itu memang sudah terjadi pembentukan janin di rahimnya. Bahkan saat ia berada di villa, janin itu sudah menempel di sana. Yuri rasanya pening mengingat hal itu. Tak bisa dibayangkan jika yang ia temui adalah Tiffany, ia pasti akan semakin pening. Sungguh beruntungnya ia karena Yoona memiliki banyak kenalan dokter. Mereka hari ini pergi ke rumah sakit lain yang letaknya lebih jauh dari rumah Yoona agar mereka tidak bertemu Tiffany atau Siwon. Hal itu dilakukan Yoona semata-mata untuk membuat Yuri lebih nyaman. Meskipun Yuri tidak menceritakan bagaimana perasaannya sekarang, tapi Yoona cukup menyadarinya dan merasa ingin memberikan yang terbaik untuk Yuri.

"Semuanya dalam keadaan baik. Kau beruntung."

Dengan lembut Yoona mengusap perut rata Yuri saat mereka telah selesai berurusan dengan dokter Jack. Mereka saat ini sedang duduk di luar ruangan dokter Jack untuk mendiskusikan beberapa hal yang perlu mereka lakukan setelah ini.

"Tidak seberuntung itu, Yoong. Andai saja ini bayi Hyukjae, betapa senangnya aku menghadapi keadaan ini." keluh Yuri untuk yang kesekian kalinya. Ekor matanya bergerak-gerak gelisah mengamati setiap pasien atau perawat yang berlalu lalang di depannya. Tak pernah terbayang di benaknya perasaan yang begitu menyiksa seperti ini. Ia sama sekali belum tahu bagaimana cara memberitahu Hyukjae nanti. Jika ia terus menundanya, Hyukjae justru akan semakin marah. Paling tidak bulan depan, perutnya akan semakin membuncit. Itu akan membuat Hyukjae menaruh curiga padanya karena pria itu tidak pernah menyentuhnya selama berbulan-bulan lamanya. Lalu persoalan ke dua yang menjadi beban pikirannya, jika Hyukjae menanyakan siapa ayah dari bayi itu? Apa yang akan ia jawab? Nama siapa yang akan ia berikan pada Hyukjae, karena ia tidak mungkin membawa nama Seungri dalam pembicaraan mereka. Menurut Yoona pria itu masih akan terus berhubungan dengan Hyukjae setidaknya sampai bangunan pabrik baru untuk Ford Company selesai dibuat. Padahal saat ini proses pembangunan untuk pabrik baru Donghae belum dimulai. Setidaknya dua minggu lagi alat-alat berat baru akan didatangkan untuk mengangkut material dan berbagai macam bahan yang dibutuhkan untuk membangun pabrik itu. Jadi Yuri pikir, Hyukjae bahkan akan sering bertemu Seungri sampai bayi ini lahir. Ya Tuhan, ia sangat kalut dengan nasibnya saat ini.

"Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang belum tentu akan menimpamu."

"Tapi setidaknya aku harus mempersiapkan diri, Yoong." balas Yuri lemah.

"Kau harus menjaga bayi ini baik-baik. Dia anakmu."

"Ya, dan pria menjijikan itu." ucap Yuri sinis. Ia sungguh benci jika diingatkan pada status bayinya. Bayi itu mengandung gen dari Lee Seungri! Hal itu pasti akan mengingatkannya pada dosanya seumur hidup. Ia akan hidup dengan anak itu, dan akan terus teringat bahwa dulu ia pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal.

"Jangan seperti itu. Ada banyak orang yang berusaha untuk mendapatkan keturunan. Kau harus bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan padamu."

"Bersyukur untuk bayi dari pria lain? Kau gila, Yoong!" bentak Yuri murka. Yoona terlihat hanya diam, sama sekali tidak ingin membalas karena ia tahu bagaimana kacaunya pikiran Yuri karena kondisinya. Sekarang daripada marah, ia justru lebih ingin mengusap punggung Yuri lembut agar wanita itu tidak terus menerus membebaninya dengan rasa bencinya pada pria bernama Lee Seungri.

"Lebih baik kita pulang sekarang. Aku harus menemui Tiffany pukul dua." Yoona melirik jam tangannya yang telah menunjukan pukul satu siang. "Aku akan mengantarmu langsung ke rumah." ucap Yoona lagi lembut. Saat ia berdiri, Yuri langsung menahan tangannya dan memeluknya erat. Wanita itu menangis sesenggukan di pundaknya sambil menggumamkan kata maaf berkali-kali hingga tersedak air matanya sendiri.

"Tidak apa-apa. Aku tahu bagaimana rasanya. Aku pernah berada di posisimu." gumam Yoona ketika ingatannya saat ia pertama kali terbangun dari koma kembali menyusup ke dalam otaknya. Mungkin apa yang dirasakannya dulu tidak berbeda jauh dengan apa yang dirasakan Yuri saat ini. Perasaan takut dan benci karena telah dinodai oleh pria yang dibenci. Tapi beruntungnya, ia ternyata melakukan hal itu dengan orang yang tepat, suaminya. Sehingga perasaan itu perlahan-lahan pudar, dan hampir saja dilupakannya sebelum Yuri menangis sesenggukan di pundaknya.

-00-

Seungri menutup presentasinya hari ini dengan wajah puas yang terlihat berbinar-binar. Ia seperti telah mendapatkan seluruh kepercayaan dirinya karena ia sangat yakin dengan desain yang ia tawarkan pada Donghae. Pria itu sejak tadi tidak menyela atau mengernyitkan dahinya seperti yang dilakukan dua hari yang lalu. Kali ini Donghae terlihat lebih puas saat melihat hasil desainnya yang memukau. Bahkan menurutnya desainnya kali ini adalah yang terbaik diantara desain-desainnya yang dulu.

Setelah pulang dari rumah Hyukjae, ia langsung mengambil kertas gambarnya dan terus menggambar hingga pukul tiga. Ia sama sekali tidak berhenti menggoreskan pensil itu ke atas kertas gambar miliknya sambil membayangkan wajah Yuri yang menari-nari di dalam kepalanya. Sekarang ia tahu, sumber dari seluruh kekuatannya ada pada Yuri. Jadi apapun caranya ia harus mendapatkan Yuri ke dalam genggamannya, meskipun itu harus menyakiti Hyukjae sekalipun.

Seungri tersenyum samar ke arah Hyukjae yang terlihat tidak terlalu fokus siang ini. Entah bagaimana, Seungri sadar jika Hyukjae berkali-kali mengernyit dan menggelengkan kepalanya dengan gerakan aneh.

"Kemarin kita telah berbicara dengan mr. Adam selaku arsitek yang akan menangani pabrik itu. Dan sejauh ini ia menyukai apapun idemu. Jadi tanpa kehadirannya hari ini, kurasa mr. Elton akan tetap menyutujui desain baru yang kau ajukan hari ini, Seungri ssi." ucap Donghae memecah keheningan diantara mereka bertiga. "Meskipun kau merubahnya secara total dari desainmu yang sebelumnya, aku pribadi lebih menyukai desainmu hari ini."

"Terimakasih Lee Donghae ssi, aku menerima banyak masukan dari Hyukjae ssi saat kunjunganku ke rumahnya kemarin malam."

"Jadi kalian sudah semakin akrab sekarang? Itu bagus." deham Donghae sambil melirik Hyukjae yang tidak terlalu memperhatikan kata-katanya. Sejak kemarin ia melihat Hyukjae terus melamun dan tidak fokus pada pekerjaannya. Setiap ia bertanya alasannya, pria itu lebih banyak berkelit dan melarikan diri dari introgasinya. Jelas Hyukjae sedang menghadapi sesuatu yang sulit sekarang. Tapi menurut dugaannya, itu bukan terakait masalah Yuri dan Seungri. Atau mungkin belum. Saat ini Hyukjae belum mengetahui yang sebenarnya terjadi. Tapi secepatnya pria itu akan mengetahuinya.

"Bisa kita tutup pertemuan hari ini?"

"Oh tentu. Maaf karena kurasa aku sedikit tidak fokus hari ini."

"Kau bisa pulang setelah ini, Hyuk. Aku tidak mau melihat pekerjaan yang kacau karena kau memiliki masalah." ucap Donghae tenang, mencoba tidak terlihat seperti atasan jahat yang akan terkesan seperti menyudutkan Hyukjae di hadapan Seungri.

"Apa kau akan langsung kembali ke Miami, Seungri ssi?" tanya Donghae beralih pada Seungri yang sedang membereskan kertas-kertas sketsanya yang berserakan.

"Aku menyewa apartemen di Vegas. Aku akan tinggal di sini selama proyek ini berlangsung."

Donghae cukup terkejut dengan berita baru itu. Seungri akan menetap di sini sampai proyeknya selesai. Padahal pembangunan pabriknya bisa selesai lebih dari lima bulan. Dan jika pria itu ada di sini, ia khawatir itu akan menjadi pertengkaran yang hebat antara Hyukjae dan Seungri.

"Kupikir kau tidak perlu memaksakan diri untuk tinggal berjauhan dari keluargamu. Aku tidak menuntutmu untuk selalu mengawasi proses pengerjaan pabrikku." ucap Donghae masih tenang. Sesekali Donghae melirik Hyukjae yang terlihat begitu gelisah di kursinya. Pria itu ingin cepat-cepat keluar, tapi ia harus menunggunya yang masih mengobrol dengan Seungri.

"Kau bisa meninggalkan ruangan ini, Hyukjae ssi. Beristirahatlah di rumah."

Setelah memberikan isyarat pamit, Hyukjae segera melangkah keluar dari ruangan Donghae dan menutup pintunya pelan.

Sementara itu, Donghae kembali melanjutkan percakapannya dengan Seungri yang tertunda. Kesempatan ini bisa digunakan Donghae untuk mengorek informasi pribadi Seungri yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.

"Anda tidak perlu mengkhawatirkan itu, Donghae ssi. Aku ini pria bebas yang lanjang. Tidak ada keluarga sama sekali di Miami."

"Karena alasan itu kau bebas pergi kemanapun?"

"Begitulah. Sejujurnya aku ingin memiliki keluarga yang manis seperti milik anda."

Donghae mengernyit. Ini menarik. Ia tidak pernah mengira jika keluarganya terlihat sangat menakjubkan di luar sana hingga seseorang seperti Seungri yang awalnya mungkin tidak pernah berpikir untuk memiliki keluarga, tiba-tiba memiliki pemikiran untuk memiliki istri dan anak-anak. "Kenapa kau ingin memiliki keluarga seperti milikku?"

"Keluargamu terlihat hebat. Aku sangat menunggu saat-saat aku bertekuk lutut pada satu wanita. Aku akan memberikan seluruh jiwa dan ragaku untuk wanita itu hingga aku tidak lagi memiliki alasan untuk melirik wanita lain."

"Kau memerlukan proses yang panjang untuk itu." komentar Donghae ringan. Pria itu tidak tahu apa yang ia lewatkan untuk mendapatkan Yoona sejauh ini. Dan jika pria itu memang menginginkannya, maka bermain api dengan Yuri adalah cara yang harus ditempuh pria itu. Tapi tentu saja ia tidak pernah setuju jika kehidupan sahabat baiknya diusik oleh pria licik seperti Seungri. Ia tidak segan-segan untuk mengeluarkan kekuasaannya jika suatu saat itu diperlukan untuk menolong keluarga Hyukjae.

"Aku sering mendengar jika wanita-wanita korea yang tinggal Vegas itu mengagumkan, jadi aku ingin mencoba peruntunganku di sini."

Tanpa sadar Donghae mengepalkan tangannya dibalik meja. Bukannya ia bodoh dengan tidak bisa menangkap maksud ucapan Seungri. Pria itu telah beralih menjadi pria gila dan ingin merebut Yuri dari Hyukjae setelah mencicipi tubuh Yuri untuk semalam.

"Hanya jika kau beruntung, Seungri ssi. Wanita korea di Vegas terkadang juga tidak semudah kelihatannya."

"Tapi aku cukup optimis untuk mendapatkannya. Terimakasih untuk tanggapan anda hari ini. Senang berbisnis dengan anda."

Donghae menatap uluran tangan Seungri beberapa detik sebelum akhirnya ia mengulurkan tangan untuk menjabatnya. Semoga hubungan bisnis ini tidak berubah menjadi perang saudara yang mengerikan, pikir Donghae muram.

-00-

"Selamat malam, oppa."

Yuri mematikan lampur tidur di sampingnya dan mengecup kening Hyukjae lembut sebelum membenamkan diri ke dalam selimut. Rasanya hari ini ia telah melewatkan hal-hal sulit yang paling menguras emosinya sepanjang masa. Saat ia pulang diantar oleh Yoona, ternyata Hyukjae juga telah pulang dan akan masuk ke dalam rumah mereka. Sambil mengernyitkan dahinya heran, Hyukjae menatap ke arahnya, lalu ke arah Yoona yang tampak terburu-buru karena memiliki janji temu dengan Tiffany. Tapi yang membuat Yuri menahan napasnya gugup adalah saat Hyukjae memperhatikan perutnya intens untuk beberapa saat itu. Mereka tadi benar-benar hanya berdiri saling berhadapan di teras selama tiga menit sebelum akhirnya Hyukjae berjalan mendekat dan memberinya kecupan lembut di pipinya. Sungguh, ia seperti hampir mati saat ditatap dengan begitu intens oleh Hyukjae. Ia pikir Hyukjae telah tahu dan pria itu mencoba mengamati bentuk perutnya yang belum membuncit dibalik kemeja longgar yang ia gunakan.

"Yuri..."

"Hmm..." sambil tetap memunggungi Hyukjae, Yuri bergumam pelan dan menunggu suaminya mengatakan sesuatu padanya. Kantuk yang tadi sempat menggelayuti matanya, menjadi hilang seketika saat Hyukjae dengan gerakan yang tak terduga telah memeluk tubuhnya erat dan menempatkan telapak tangannya di atas perutnya yang masih datar.

"Apa kau tersiksa dengan keadaanku?"

"Tidak." balas Yuri tegang. Usapan lembut di perutnya membuat seluruh otot perut Yuri menegang dan terasa sakit. Usapan itu membangkitkan kegugupan Yuri, sehingga sekarang ia merasakan kesakitan yang luar biasa karena otot perutnya yang menegang.

"Kau telah berkompromi terlalu banyak sejak kita menikah. Terkadang aku merasa bersalah padamu."

"Jangan berpikiran seperti itu." sangkal Yuri cepat. Ingin rasanya ia melepaskan diri dari dekapan Hyukjae dan elusannya yang semakin membuat perutnya nyeri. Ia pernah membaca buku kehamilan, jika seorang wanita terlalu tegang, itu bisa memicu kontraksi pada otot-otot rahimnya juga. Dan sekarang ia seperti merasakan gejala otot rahimnya yang sedang berkontraksi karena perlahan-lahan perut bagian bawahnya seperti sedang diremas kuat oleh sesuatu yang tak kasat mata. Tapi ia tidak boleh membiarkan Hyukjae curiga pada kondisinya. Ia harus membuat Hyukjae segera mengakhiri percakapan ini dan membiarkannya rileks untuk beberapa saat.

"Tidurlah, ini sudah malam."

"Yul, apa kau ingin memiliki bayi lagi?"

Yuri semakin tidak bisa meredakan ketegangan yang terlanjur menjalar di seluruh tubuhnya. Pertanyaan Hyukjae, itu memicu ketegangan yang semakin parah hingga tanpa sadar Yuri telah merintih karena perutnya semakin sakit.

"Kurasa itu bukan ide yang buruk." balas Yuri parau. Ia sungguh ingin menangis sekarang karena rasa sakit yang menderanya.

Di sisi lain Hyukjae merasa jika istrinya sedang menyembunyikan sesuatu. Menyadari keanehan istrinya, Hyukjae segera bangkit dan menyalakan lampu tidur di sebelahnya untuk mengecek keadaan Yuri yang hanya terdiam kaku di sebelahnya.

"Yul, ada apa denganmu."

"Aa aku tidak apa-apa."

"Kau yakin?"

Yuri mengangguk kaku sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dari Hyukjae. Ia takut pria itu menyadari ekspresi kesakitannya dan juga air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya karena ia begitu tersiksa dengan remasan-remasan menyakitkan di perut bagian bawahnya.

"Yuri, kenapa basah?"

Hyukjae merasakan kakinya menyentuh sesuatu yang basah di dekat kaki istrinya. Ia lalu kembali menyalakan lampu tidurnya dan cepat-cepat menyingkap selimut putih yang telah membenamkan tubuh mungil Yuri sepenuhnya.

"Darah!" pekik Hyukjae kaget. Secepat kilat ia membalik wajah istrinya dan menemukan wajah cantik itu terlihat pucat seperti mayat. Tanpa menunggu apapun lagi, Hyukjae segera bergerak cepat dengan mengangkat tubuh Yuri menuju mobil.

"Aa aku tidak apa-apa." ucap Yuri parau. Tapi Hyukjae sama sekali tak mempedulikannya dan segera memasukan Yuri ke dalam mobil tanpa kata. Saat ini ia ketakutan. Ingatan saat ia membawa Yoona ke rumah sakit membuat Hyukjae benar-benar cemas pada kondisi istrinya. Apalagi Yuri terlihat sangat mirip dengan Yoona yang saat itu juga mengeluarkan darah yang banyak karena terjadi pendarahan di rahimnya,

Rahim.... Hyukjae seketika teringat pada testpack yang ia temukan di laci lemari Yuri. Dengan kaku, Hyukjae melirik Yuri sebentar yang saat ini sedang menahan sakit di kursi penumpang. Wajah wanita itu pucat dan dihiasi peluh yang sangat banyak di keningnya. Hyukjae lalu meneguk ludahnya kasar. Istrinya memang sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Jika Yuri baik-baik saja, ia tidak mungkin tiba-tiba akan mengalami pendarahan. Dan jika Yuri tidak sedang mengandung, ia tidak mungkin menyembunyikan dua testpack dengan hasil positif di laci lemarinya. Hyukjae rasanya benar-benar takut membayangkan semua hal yang saat ini tengah berjejalan masuk ke dalam otaknya. Prasangka itu... Ia berharap semuanya tidak pernah terjadi. Ia berharap semoga Yuri hanya sedang mengalami gangguan siklus menstruasi, dan bukan sedang mengalami keguguran karena hamil.

"Istriku mengalami pendarahan!"

Hyukjae berteriak panik begitu tiba di rumah sakit pusat Vegas. Kebetulan saat ia berlari masuk ke dalam loby, Hyukjae berpapasan dengan Siwon yang baru saja akan pulang. Wajah lelah Siwon berubah menjadi wajah terkejut saat mendapati temannya sedang berlari-lari panik sambil menggendong istrinya yang mengalami pendarahan.

"Ada apa?"

"Tolong selamatkan Yuri, dia kesakitan dan mengalami pendarahan."

"Cepat bawa ke UGD, aku akan memeriksanya segera."

Di tengah kepanikan yang sedang melanda Hyukjae, Yuri justru menangis dalam diam sambil menatap wajah panik suaminya yang terlihat kacau. Sebentar lagi semua rahasianya akan terbongkar. Dan sebentar lagi ia akan menghadapi neraka rumah tangga yang sesungguhnya.

"Oppa, maafkan aku." bisik Yuri pelan sebelum Hyukjae keluar dari ruang gawat darurat dan menyerahkannya pada Siwon untuk diperiksa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro