Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Story Of Us Part 12

Dua bulan telah berlalu dengan begitu cepat sejak malam Yuri mencium bibir Seungri dengan tiba-tiba. Kini hubungan mereka sudah lebih baik dan mereka tampak semakin dekat satu sama lain. Kini Yuri terlihat seperti seorang istri siaga yang selalu menyiapkan segala keperluan suaminya. Padahal sebenarnya hubungan mereka masih sama, tidak ada ikatan cinta dan hanya karena anak yang dikandung oleh Yuri. Tapi entah mengapa Yuri menikmati peran barunya sebagai seorang istri dalam tanda kutip untuk Seungri. Dan selama ini, Seungri pun tidak keberatan dengan sikap Yuri. Meskipun pria itu masih tetap dingin seperti sebelum-sebelumnya, namun kadar kedinginan pria itu sudah lebih berkurang dan ia terkadang juga menunjukan sikap perhatiannya pada Yuri dengan membelikan Yuri makanan yang diinginkan oleh wanita itu dan membuatkan segelas susu untuk Yuri di pagi dan malam hari.

"Pagi Seungri ssi, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu." sapa Yuri riang ketika Seungri sedang memakai kemejanya di dalam kamr. Dengan santai, Yuri mulai memasangkan dasi garis-garis merah di kerah kemeja Seungri dan menyimpulkannya dengan rapi di sana. Setelah itu Yuri mulai beranjak menuju ranjang untuk merapikan semua kekacauan yang telah mereka lakukan semalam. Tapi tunggu, itu bukan jenis kekacauan yang kalian pikirkan, semalam mereka hanya bermain game dan yang kalah harus menerima seratus gelitikan dari yang menang. Dan seperti yang kalian duga, Yuri kalah dalam permainan itu, sehingga ia harus menerima seratus gelitikan dari Seungri. Dan hal itu berakibat pada ranjang mereka yang berubah menjadi sangat berantakan karena Yuri yang terus meronta-ronta saat Seungri menggelitiki pinggangnya beberapa kali.

"Apa siang ini kau akan pergi ke dokter?"

Yuri langsung menggeleng cepat sambil mendengus pada Seungri.

"Aku sudah pergi kemarin bersama Wills. Kau ini calon ayah yang buruk. Bagaimana mungkin kau sering absen untuk mengantarkan aku ke dokter kandungan dan melihat tumbuh kembang anakmu. Bahkan dokter itu mengira jika Wills adalah ayah dari bayi ini. Kau keterlaluan." protes Yuri cemberut. Seungri kemudian melayangkan tatapan minta maaf sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Akhir-akhir ini ia memang selalu sibuk untuk mengurus semua bisnisnya dan juga Hyukjae. Setelah sebelumnya pria itu menyusahkannya dengan tikus-tikus pengganggu yang sengaja di tempatkan untuk mengawasi pergerakannya dan Yuri. Secara ajaib Hyukjae berhasil mengusut kasus pembunuhan di Ritz Carlton karena pria itu secara kebetulan memiliki undangan jamuan di sana bersama Donghae. Sebuah kebetulan yang tak terduga sebenarnya. Meskipun keberadaannya di sana samar, namun salah satu tikus Hyukjae yang tidak terendus olehnya berhasil menemukan bukti samar atas kejadian pembunuhan itu. Kemarin ia memang berhasil berkelit ketika bukti pembunuhan itu dengan kuat mengarah padanya. Ia berhasil menyuap petingga polisi bagian investigasi agar menghilangkan bukti puntung rokok yang dibuangnya begitu saja di atas gedung agar putra Donahue tidak bisa mengusik kehidupannya lagi.

Sebulan yang lalu ia berhasil menyewa seorang seorang gelandangan untuk mengakui semua kejahatan yang telah dilakukannya. Polisi yang disuapnya juga ikut andil dengan menukar barang bukti dengan puntung rokok palsu yang memiliki bekas bibir dari gelandangan itu. Kini semua penduduk Dallas mengira jika si pembunuh tuan dan nyonya Donahue adalah gelandangan itu, bukan dirinya. Namun Hyukjae masih tetap gigih mengejarnya karena ia telah membawa Yuri pergi dari pria itu. Bahkan sebenarnya sejak awal Hyukjae tidak terlalu memikiran kasus pembunuhan pria tua dan istrinya itu. Hyukjae hanya memikirkan Yuri dan bagaimana cara mengambil wanita itu dari Seungri sehingga ia terus melakukan berbagai macam cara agar Seungri dapat dijebloskan ke dalam penjara dan ia dapat mengambil Yuri kembali ke dalam pelukannya.

"Apa Hyukjae masih mengusikmu?"

"Dia masih gigih untuk mencarimu. Oleh karena itu hari ini kita akan pergi dari rumah ini..."

"Lagi? Kita akan pindah lagi? Oh ayolah, aku lelah. Bisakah kalian berbaikan dan tidak bermain kucing-kucingan seperti ini. Sekali saja aku ingin hidup tenang sebelum aku melahirkan. Kau benar-benar keterlaluan, kau membiarkan seorang ibu hamil sepertiku kelelahan karena harus berpindah dari satu rumah ke rumah lain hanya demi menghindari Hyukjae. Apa kau tidak lelah melakukan hal itu?" ucap Yuri panjang lebar sambil menghentak-hentakan kakinya gusar di atas lantai. Seungri yang melihat hal itu langsung berjongkok di depan Yuri untuk meminta pengertian dari wanita itu. Bukannya ia jahat karena terus membuat Yuri lelah dengan jalan pikirannya yang rumit, hanya saja ia tidak ingin Hyukjae mengambil Yuri darinya sekarang. Ia sudah terlalu nyaman dengan keberadaan wanita itu di sampingnya, dan ia tidak ingin Yuri pergi darinya.

"Tunggulah sebentar lagi, aku sedang mencoba untuk menghentikan Hyukjae dengan caraku."

"Dengan caramu? Apa kau akan membunuhnya?" tanya Yuri sakarstik. "Dengar, walaupun ini kedengaran aneh, tapi kalian adalah ayah dari anak-anakku. Di masa depan kalian tidak bisa terus seperti ini karena aku tidak mau menciptakan dendam diantara anak-anak kita. Semua kerumitan ini sudah cukup menghukumku, Seungri. Dan sejujurnya aku sangat takut menghadapi masa depan setelah anak ini kau bawa pergi dariku."

Seungri menghela napas pelan untuk mencoba bersabar dengan sikap Yuri yang terkadang kekanakan seperti ini.

"Meskipun aku memang ingin, tapi aku tidak akan melakukannya. Aku sudah cukup puas dengan membawamu kabur darinya, jadi aku tidak akan membunuhnya. Aku hanya akan memberinya sedikit pelajaran agar ia menyerah untuk mengejarku dan juga mengejarmu."

"Baiklah, terserah padamu. Kita lupakan Hyukjae sekarang karena aku memiliki kabar penting untukmu."

Yuri tiba-tiba megalungkan lengannya pada leher Seungri sambil bergelayut manja pada pria itu. Selama kehamilan, emosi Yuri memang sering berubah-ubah dan tidak stabil. Terkadang wanita itu begitu meledak-ledak, namun terkadang wanita itu terlihat rapuh dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Dan Seungri benar-benar merasa kesal jika Yuri sudah mulai menunjukan hal itu padanya.

"Apa? Kau tidak akan memberikan berita yang dapat membuatku marah seperti dulu kan?" tanya Seungri penuh selidik. Yuri langsung menggelengkan kepalanya cepat sambil mendengus kesal pada Seungri.

Dulu saat ia sedang stress ia pernah berpikir untuk menggugurkan kandungannya, dan ia baru menghubungi Seungri ketika ia sudah berada di depan ruang praktik dokter untuk menggugurkan kandungannya. Tentu saja Seungri langsung memaki-makinya habis-habisan dari ujung telepon dan mengancam akan membunuh dokter yang akan menggugurkan kandungannya. Yah, itu memang cerita masa lalu ketika emosinya sedang tidak stabil. Sekarang ia tidak mungkin akan melakukan hal itu karena kandungannya sudah semakin membesar. Usia kandungannya sudah menginjak bulan ke sembilan, dan hanya tinggal menghitung tanggal untuk hari kelahirannya nanti. Begitu cepatnya waktu berlalu hingga tak terasa bayi itu sudah tumbuh besar di dalam perutnya dan akan segera keluar meninggalkan rahimnya yang hangat dan nyaman.

"Tidak, aku tidak akan melakukan hal itu lagi. Kali ini berita yang lebih penting dan tidak akan membuatmu memaki-makiku seperti dulu."

"Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku?"

"Dia laki-laki, dokter mengatakan padaku jika ia laki-laki?"

Seungri mengerutkan keningnya heran sambil menatap Yuri penuh tanda tanya. Sebenarnya apa yang dimaksudkan oleh wanita itu? Ia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan ambigu yang dilontarkan oleh Yuri padanya. Satu hal lagi yang membuatnya terkadang jengah jika sedang berbicara dengan Yuri, wanita itu terkadang mengatakan sesuatu yang tidak jelas seperti ini, membuatnya harus berpikit ekstra keras hanya untuk mencerna setiap ucapan yang dilontarkan Yuri padanya.

"Katakan sesuatu dengan jelas Yuri, kau membuatku tidak mengerti."

"Ck, bayi ini. Bayi ini laki-laki. Kemarin dokter sudah memastikannya dan ia yakin jika bayi ini laki-laki karena dokter sudah menunjukan alat kelaminnya padaku. Apa kau bahagia dengan berita ini?" tanya Yuri antusias. Seungri tersenyum cerah dengan berita yang disampaikan Yuri padanya. Sebenarnya ia ingin menunjukan rasa bahagianya di depan Yuri, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Yang jelas saat ini hatinya benar-benar merasa bahagia hingga ia merasa sulit untuk mengutarakannya, karena kebahagiaan ini adalah kebahagiaan pertamanya setelah semua kesedihan dan masalah pelik yang selalu datang silih berganti di kehidupannya.

"Aku bahagia. Aku pasti akan mendidiknya menjadi pria tangguh dan tidak cengeng. Kau tenang saja, aku pasti akan merawatnya dengan baik."

Yuri merasa hatinya tertohok dengan ucapan Seungri. Pria itu seakan-akan sedang membicarakan nasib putranya kelak yang tidak akan tumbuh bersama ibunya. Padahal ia sangat ingin merawat putranya. Membesarkannya dan menimangnya di dalam dekapannya. Ia tidak mau pergi, ia ingin berada di sisi Seungri, bersama dengan anaknya.

"Apa kau akan mengijinkanku menemuinya? Aku juga ingin membesarkan anak ini? Aku tidak mau menelantarkan anakku dan membiarkannya tumbuh bersama dengan satu orangtua. Apa kau akan mengijinkanku untuk sering-sering melihatnya?" tanya Yuri berkaca-kaca. Seungri langsung merengkuh Yuri ke dalam pelukannya sambil menganggukan kepalanya cepat. Tentu ia akan membiarkan Yuri jika wanita itu ingin menemui anaknya, karena memang hal inilah yang diinginkannya sejak dulu. Ia ingin Yuri selalu berada di sampingnya bersama dengan anak-anaknya kelak.

"Tentu. Kau adalaha bagian dari anakku, aku tidak akan mungkin memisahkan kalian jika kau memang ingin menemuinya. Tapi aku bukan jenis pria yang baik, justru aku adalah pria yang brengsek, sangat brengsek. Apa kau siap tinggal di samping seorang pria brengsek sepertiku? Seorang pembunuh yang memiliki banyak musuh yang sewaktu-waktu dapat mencelakaimu dan membunuhmu. Seorang arsitek menyebalkan yang gemar merebut istri pria lain. Apa kau siap dengan konsekuensi itu?" tanya Seungri pada Yuri. Tanpa ragu Yuri langsung menganggukan kepalanya sambil melumat bibir Seungri penuh cinta.

Sadar tidak sadar, perasaan itu mulai tumbuh diantara mereka seiring dengan kebersamaan mereka selama ini. Suka duka, mereka lewati bersama demi melindungi sosok mungil yang akan menjadi penyatu hati mereka. Dan ternyata hal itu memang benar-benar terjadi, sosok kecil itu berhasil menyatukan dua hati yang awalnya saling bertolak belakang dan saling menyakiti.

"Maukah kau menikah denganku?"

Tiba-tiba saja Seungri telah menyodorkan sebuah cincin berlian di depannya sambil menatap kedua manik Yuri yang telah dipenuhi air mata. Ia tidak menyangka jika Seungri akan melamarnya, padahal selama ini pria itu selalu bersikap biasa di depannya dan tidak ada tanda-tanda akan melamarnya. Apa sebenarnya pria itu telah memendam perasaan padanya selama ini?

"Kenapa tiba-tiba? Kau membuatku gugup." canda Yuri dengan air mata yang masih terus menetes dari matanya. Seungri tersenyum kikuk di depan Yuri sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh itu adalah salah satu jenis senyum yang paling aneh dari seorang Lee Seungri.

"Aku sudah menyiapkannya sejak dulu, berjaga-jaga jika mungkin kau memang bersedia untuk menikah denganku. Asal kau tahu, aku merasa begitu buruk karena telah memperkosamu demi ambisiku, dan aku sudah berencana untuk menikahmu, tapi kau sepertinya tidak menginginkan hal itu dan lebih memilih untuk kembali pada suamimu. Jadi aku tidak pernah memberikan cincin ini padamu."

"Dasar pria brengsek! Kau memang brengsek, Seungri. Kenapa kau tidak memintanya langsung dan justru menungguku untuk mengatakannya? Aku membencimu, kau jahat! Kau brengsek." teriak Yuri membabi buta sambil memukul-mukul tubuh Seungri kesal. Namun dengan mudah Seungri langsung menangkap tangan mungil itu dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Besok kita akan menikah. Apa kau tidak keberatan jika pernikahan itu tanpa pesta yang mewah dan hanya sebatas janji suci pernikahan di gereja? Tapi aku janji akan mengadakan pesta yang mewah jika kau menghendakinya. Apa kau mau?"

"Entahlah, aku tidak tahu Seungri. Tidak perlu pesta yang mewah dan glamor, karena aku tidak tahu dengan apa yang akan terjadi setelah ini." bisik Yuri serak di dalam pelukan Seungri.

Tidak peduli bagaimana awal dari hubungan mereka, yang terpenting adalah akhir dari semua lika-liku kerumitan yang telah mereka hadapi selama ini. Yuri dan Seungri, mereka akan terus terombang ambing di dalam pusara gairah yang tanpa sengaja telah mereka ciptakan. Bila salah satunya tidak segera memutuskan mata rantai itu, maka selamanya mereka akan tetap seperti ini.

-00-

Yuri merasa jika keputusan ini tidak tepat, tapi bisa menjadi tepat ketika ia sedang merasakan himpitan ketidakpastian. Sudah berbulan-bulan ia mengikuti Seungri kemanapun pria itu membawanya. Dan sudah berbulan-bulan juga ia hidup terpisah dari Hyukjae dengan masalah besar yang masih menganga diantara mereka. Selama itu Yuri merasakan perbedaan yang begitu mencolok antara kedua pria itu.

Hyukjae, ia adalah pria yang baik. Yuri tidak perlu meragukannya karena Hyukjae adalah pria yang tidak akan segan-segan untuk memberikan miliknya yang berharga untuk seseorang yang amat sangat ia cintai. Tapi jangan lupakan tabiat buruk Hyukjae yang akan menuntut balas untuk semua kebaikan yang telah ia lakukan. Yuri tidak bisa menampik banyaknya tekanan yang ia rasakan di dalam kehidupannya bersama Hyukjae. Meskipun orang lain tidak pernah melihatnya dengan jelas, tapi sebenarnya ia sungguh tersiksa. Selama ini ia lebih banyak diam, membiarkan semua orang berspekulasi jika dirinya adalah wanita paling bahagia yang memiliki seorang pria yang paling baik hati di dunia. Tapi tentu saja hal itu tidak akan bertahan lama jika tiba-tiba Yuri kedatangan seorang pria yang dengan cara berbeda memberikan banyak pelajaran baru untuknya.

Terkadang Yuri memang terlalu dangkal dalam memberikan penilaian pada orang-orang di sekitarnya. Jika melihat Yoona yang begitu sempurna dengan pikirannya yang cerdas, Yuri selalu bertanya-tanya, kapan ia juga akan terlihat seperti itu. Dan kini saat bersama Seungri, Yuri perlahan-lahan mulai mendapatkan pelajaran baru dari hal-hal yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Ketulusan ternyata dapat muncul pada seorang pembunuh sekalipun. Sulit untuk mengakuinya memang, tapi Seungri adalah pria yang tulus menurut Yuri. Kebaikannya murni. Apalagi saat pria itu mati-matian menurunkan harga dirinya untuk memenuhi setiap sikap semena-mena yang ia lakukan. Jelas pria itu memiliki pengendalian diri yang sangat baik, dan juga fleksibelitas terhadap ego.

Sekarang Yuri menjadi lebih bisa memandang orang-orang di sekitarnya melalui berbagai macam dimensi. Tidak semua orang jahat itu buruk, pikir Yuri mantap. Dan tidak semua orang baik itu benar-benar baik di dalamnya. Contohnya Donghae, sekarang ia bisa melihat Donghae adalah pria dingin yang kasar, namun jauh di dalam sana, Donghae memiliki kebaikan murni yang begitu tulus, yang hanya benar-benar bisa dirasakan oleh Yoona. Jadi tak peduli seburuk apa penilaian orang di luar sana, yang terpenting adalah penilaiannya sendiri terhadap orang itu. Ia menilai Seungri baik, jadi ia tidak memiliki alasan untuk membenci Seungri saat ini. Tapi masalahnya, ia tidak bisa terus seperti ini selamanya. Suatu saat ia harus memilih satu diantara Hyukjae atau Seungri. Padahal keduanya jelas memiliki tempat tersendiri di hati Yuri dan keduanya juga telah menjadi ayah dari anak-anaknya. Ini sungguh pilihan yang berat, pikir Yuri merana. Andai ia diizinkan untuk serakah, ia sangat ingin menggenggam kedua pria itu di dalam genggamannya. Sesekali ia ingin menunjukan sisi lain dari dirinya, sisi keras, sisi angkuh, dan sisi arogan yang selama ini telah tertutupi oleh rasa rendah diri akibat peristiwa yang menimpanya bertahun-tahun yang lalu.

"Nona Yuri, pintu gereja sudah terbuka untukmu."

"Terimakasih sudah mengingatkan, Wills."

-00-

Seminggu setelah janji suci pernikahaanya dengan Seungri, kini Yuri telah resmi menyandang status sebagai nyonya Lee, namun dengan sosok suami yang berbeda. Lee Seungri dan Lee Hyukjae. Hari-hari setelah pernikahan terasa lebih indah dari sebelumnya karena kini Seungri selalu memandangnya dengan penuh cinta dan selalu mencurahkan perhatiannnya pada Yuri. Meskipun begitu, ia masih memiliki ganjalan di hatinya karena hubungan Seungri dan Hyukjae tak kunjung membaik. Pria itu masih tetap bermain kucing-kucingan dengan Hyukjae dan terus mempermaikan pria itu dengan semua rencana liciknya.

Dan sekarang disinilah ia, di sebuah gedung pencakar langit yang menjadi cabang dari perusahaan Cadillac Corp. Dengan langkah pasti, Yuri mulai menaiki lift untuk menuju ke ruangan Hyukjae yang berada di lantai paling atas gedung ini. Ia yakin, jika Seungri mengetahui hal ini, pria itu pasti akan marah besar padanya karena ia telah pergi menemui Hyukjae tanpa persetujuan darinya. Tapi ia tidak bisa membiarkan masalah ini terus berlarut-larut. Ia lelah dan ia ingin mengakhiri semuanya sekarang.

Tok tok tok

Yuri mengetuk pelan pintu kayu itu dengan perasaan berdebar. Bebbagai macam pertanyaan mengenai reaksi Hyukjae saat melihatnya terus menghantui benaknya dan membuatnya gugup. Tapi semoga saja Hyukjae tidak mengusirnya begitu saja saat pria itu melihat keadaanya saat ini.

"Masuk."

Suara maskulin yang sudah lama tak didengarnya itu langsung berseru keras dari dalam ruangan, mempersilahkan Yuri untuk masuk ke dalam ruangannya. Perlahan-lahan, Yuri mulai memutar kenop pintu itu dan langsung membukanya lebar-lebar dalam satu kali tarikan.

"Yuri." pekik Hyukjae terkejut dari balik meja kerjanya. Yuri tersenyum lembut pada Hyukjae sambil melangkah pelan untuk menghampiri pria itu. Sekilas Yuri dapat melihat adanya keterkejutan di wajah Hyukjae saat melihat keadaanya yang kini datang dengan perut buncit yang telah mendekati waktu untuk melahirkan. Tapi ia berusaha untuk mengusir pikiran buruk dari dalam kepalanya karena ia yakin Hyukjae pasti akan menerima keadaaanya dengan lapang dada.

"Duduklah. Bagaimana keadaanmu sekarang?" Hyukjae merasa tak bisa mempercayai dirinya sendiri saat melihat Yuri tiba-tiba telah muncul di kantor cabang milik Donghae setelah berbulan-bulan ia mencari keberadaan wanita itu seperti orang gila. Rasanya sedikit canggung ketika mereka bertemu kembali, namun anehnya ia seperti sudah tidak merasakan kemarahan yang seperti dulu. Kemarahan karena terkhianati itu telah pergi sepenuhnya dari benak Hyukjae. Justru sekarang ia memiliki harapan baru untuk kembali memperbaiki hubungan rumah tangganya yang sangat kacau agar kembali memiliki harmoni yang utuh seperti dulu.

"Aku baik-baik saja dan sangat sehat. Seungri merawatku dengan baik selama ini." jawab Yuri ringan.

"Syukurlah jika pria itu baik padamu. Darimana kau tahu jika aku berada di sini dan bukan di Vegas?"

"Aku menghubungi sekretarismu."

"Oh ya, itu memang tidak sulit." jawab Hyukjae sekenanya. Ia masih dilingkupi perasaan canggung pada Yuri. Seperti mereka kembali ke masa dulu saat ia baru saja menemukan Yuri menjadi gelandangan karena rumahnya dihancurkan.

"Bagaimana keadaan Justice?"

"Baik. Selama ini ia bersama Yoona dan ia tumbuh seperti anak-anak Yoona yang lain. Donghae sangat menyayangi Justice seperti putri kandungnya sendiri."

"Betapa beruntungnya kita." ucap Yuri datar. Ketegangan yang dirasakannya saat ini membuat Yuri gugup setengah mati. Ia terus saja memutar-mutar cincin pemberian Seungri di jari manisnya sambil bergerak gelisah menatap apapun yang bisa ia tatap kecuali mata milik Seungri yang tiap hari juga selalu ia pandang saat ia sedang bercermin. Mata itu selalu saja menamparnya dan mengingatkannya pada keburukan yang telah ia lakukan. Betapa tak tahu dirinya ia. Setelah merampas sebelah mata milik Hyukjae, ia justru pergi bersenang-senang dengan pria lain.

"Kau sudah menghentikan pencarianmu terhadapku." gumam Yuri pelan. Hyukjae sedikit terkejut mendengar hal itu dari Yuri. Tidak pernah sekalipun ia berpikir jika Yuri akan peduli pada usahanya untuk menemukan wanita itu. Malah akhir-akhir ini ia telah berpikir jika Yuri pasti sudah tidak ingin kembali lagi padanya dan membesarkan Justice bersama.

"Karena kurasa itu tidak penting lagi untuk dilakukan. Kata Donghae kau akan kembali padaku jika waktunya sudah tepat. Dan ternyata hal itu memang benar, kau kembali padaku dengan sendirinya." jawab Hyukjae ringan. "Ayo kita mulai semuanya dari awal, Yul. Lupakan kamarahan dan teriakan itu. Aku akan berusaha menerima bayi itu sebagai anakku juga."

Yuri sungguh tersentuh mendengar kata-kata Hyukjae yang begitu manis. Andai saja sejak dulu pria itu mengatakan hal ini, tak perlu ada drama pertengkaran dan penculikan diantara mereka. Ia juga akan lebih mudah untuk menolak kehadiran Seungri dalam hatinya. Sayangnya dulu Hyukjae tidak semanis ini. Dulu Hyukjae terus menghinanya dengan kasar hingga ia tidak pernah bisa melawan untuk menyelamatkan harga dirinya yang hancur. Kenapa harus seperti ini? batin Yuri getir.

"Kau dulu tidak mengatakan hal itu, oppa." Yuri berusaha menatap Hyukjae dengan mata tegar. Tersenyum lembut kearah Hyukjae, Yuri mencoba menyembunyikan tangannya yang tersemat cincin berlian dari Seungri dibalik meja kerja Hyukjae.

"Aku perlu waktu untuk mencerna semua peristiwa yang tiba-tiba menyerangku. Maaf karena dulu aku sangat kasar padamu. Aku sangat mencintaimu, Yul."

Bukan kebahagiaan seperti dulu yang Yuri rasakan setiap kali mendengarkan pernyataan cinta dari Hyukjae, justru kepedihan yang kini menggelayuti hati Yuri karena ia sedang menyembunyikan fakta baru dari Hyukjae.

"Kau terlihat aneh, Yul."

"Banyak yang terjadi selama kepergianku. Kaupun pasti dapat merasakan perbedaan itu."

"Kau terlihat tidak lagi antusias padaku. Apa aku sudah kehilangan keistimewaan di hatimu?" tanya Hyukjae dengan wajah mengeras. Ia membenci fakta yang ada jika sekarang Yuri telah berpaling darinya.

"Kurasa tidak, tapi kau hanya berbagi." Yuri mengangkat jari manisnya yang dilingkari cincin dari Seungri. Lalu di tangan kirinya, Hyukjae dapat melihat cincin pernikahannya dan Yuri masih tersemat juga di jari manis wanita itu.

"Bagaimana mungkin kau tega mengkhianatiku untuk yang ke dua kalinya?"

"Aku tidak punya pilihan." jawab Yuri lemah. Sama sekali tidak ada pilihan selama ia tinggal bersama Seungri. Semua yang diberikan pria itu harus ia terima dengan hati terpaksa pada awalnya, namun akhirnya ia justru semakin terbiasa dan merasa nyaman.

"Anak ini berhak mendapatkan status yang lebih baik. Maafkan aku Hyukjae."

"Sungguh luar biasa. Aku mencarimu seperti orang gila hingga harus menitipkan Justice pada Yoona, tapi kau justru bersenang-senang dengan si keparat itu!"

"Kau juga salah, oppa! Sadarla! Sejak awal aku sudah mencoba berbicara baik-baik denganmu, tapi kau justru menghinaku dengan sangat kejam. Seungri memberiku perhatian yang selama ini tidak pernah kau berikan!" jerit Yuri lantang. Akhirnya dalam sejarah hidupnya, ia bisa menunjukan sesuatu yang menjadi kesukaannya. Ia lelah hanya mengikuti keinginan orang lain tanpa benar-benar bisa mengutarakan jalan pikirannya. Dan karena hal itu, ia sekarang melihat Hyukjae terkejut dengan perubahan drastis yang terlihat padanya.

"Pria itu pasti telah mencuci otakmu selama kau diculik."

"Tidak sekalipun Seungri menyakitiku. Awalnya memang dia memaksaku, tapi setelah itu aku menyadari ketulusan yang terpancar dari kesungguhan di wajahnya. Seungri ingin anak ini tumbuh dengan limpahan kasih sayang orangtuanya." Yuri mengiba di hadapan Hyukjae, meminta pria itu untuk menerima keputusan yang telah ia buat. "Izinkan aku menjadi ibu dari anak-anakku."

"Kau selalu menjadi ibu dari mereka." jawab Hyukjae geram.

"Dan juga istri dari ayah anak-anakku."

Sebuah permintaan yang berat. Hyukjae benar-benar tak bisa berpikir jernih untuk memutuskan langkah apa yang akan ia ambil saat ini. Apalagi ia tidak cukup gila untuk menerima permintaan aneh itu. Ia akan berbagi istri dengan pria lain? Sungguh lucu, batin Hyukjae perih.

"Kau egois." Hanya itu yang bisa dikatakan Hyukjae saat Yuri terus menunjukan wajah permohonan di depannya. "Lebih baik kau pergi dari sini, Yul. Aku ingin sendiri."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro