Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Spoon and Fork


Kita berdiri berdiri bersisian bagaikan sepasang sendok dan garpu, namun sebenarnya kita memiliki dua tujuan yang berbeda.

Aku sepakat untuk berdiri di sisimu karena aku ingin mengambil keuntungan yang sebanyak-banyaknya darimu- Spoon

Aku berdiri di sisimu untuk menyakitinya, untuk mengoyak hatinya agar hancur dan remuk seperti seonggok daging busuk yang tak berguna – Fork

Kilatan blitz saling bersahut-sahutan menyambut kedatangan seorang aktor multitalenta sekaligus produser film yang akhir-akhir ini namanya sedang melambung tinggi karena karir keartisannya yang semakin melejit dan juga karya-karya yang ia hasilkan dari berbagai film yang pernah ia produseri. Ia Lee Donghae, turun dengan setelan tuksedo hitam yang membalut pas tubuh tegapnya diikuti oleh seorang wanita berparas cantik, berambut sepunggung dan bergaun kream yang begitu anggun. Melihat sang aktor turun bersama seorang wanita, para pemburu berita segera berlomba-lomba untuk mendapatkan potret sang aktor yang akan mereka jadikan sebagai sampul depan majalah mereka.

"Selamat malam tuan Lee, siapa yang anda bawa saat ini? Bagaimana dengan isteri anda?"

"Tuan Lee... tuan Lee, kenapa anda membawa wanita lain dalam pesta pernikahan Shin Nara?"

"Tuan Lee... tuan Lee.... tolong berikan jawaban anda."

Donghae menatap datar para pencari berita yang sibuk memberondongnya dengan berbagai macam pertanyaan. Namun sedetik kemudian ia langsung menyeringai sinis sambil menarik pinggang wanita yang berada di sebelahnya. Ia pikir ini memang kesempatan yang tepat untuk membalas semua rasa sakit hatinya yang diberikan oleh wanita tak tahu diri yang sialnya berstatus sebagai isterinya.

"Perkenalkan, dia adalah kekasihku, Im Yoona."

Yoona tersenyum manis di depan kamera sambil bergelayut manja di lengan Donghae. Wanita itu menebarkan senyum manisnya pada siapapun dan menunjukan kemesraannya dengan pria tampan yang saat ini juga sedang memeluk pinggangnya posesif, seakan-akan jika ia tidak menggenggamnya, wanita itu akan direbut oleh pria lain.

"Lalu bagaimana dengan isteri anda? Apa kalian akan bercerai setelah isteri anda tertangkap kamera saat sedang bersama dengan seorang pengusaha muda di sebuah kafe?"

"Hmm... kita lihat saja nanti."

Donghae langsung menarik pinggang Yoona begitu saja setelah ia menunjukan wajah misteriusnya di hadapan semua wartawan yang sedang menunggu dengan penasaran jawaban darinya. Sayangnya ia tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan karena ia masih ingin bermain-main dengan seseorang. Seseorang yang mungkin saat ini sedang menontonnya di suatu tempat dengan perasaan marah dan cemburu.

"Lee Donghae ssi, kau bisa melepaskanku. Wartawan-wartawan itu tidak akan bisa masuk ke dalam pesta ini karena pesta ini adalah pesta pribadi. Kau bisa bersenang-senang sesukamu."

Yoona mencoba melepaskan lengan Donghae dari pinggangnya, namun pria itu justru semakin mengeratkannya sambil mendekatkan kepalanya pada telinga Yoona.

"Kau tidak berhak mengaturku, kapan aku akan pergi atau kapan aku akan berada di dekatmu karena kita sepakat untuk saling mengambil keuntungan satu sama lain. Kau harus berpura-pura menjadi selingkuhanku agar isteriku yang tak tahu diri itu merasakan apa yang kurasakan karena perselingkuhannya. Dan kau, kau bebas berada di dekatku untuk mendongkrak karir keartisanmu yang menyedihkan itu." Bisik Donghae mencemooh. Yoona mengepalkan tangannya erat-erat sambil mencoba untuk bersabar. Memang apa yang dikatakan oleh Donghae benar. Ia hanyalah seorang artis yang tidak terlalu dilirik oleh produser-produser atau sutradara. Padahal selama ini ia telah berusaha sekuat tenaga untuk menunjukan yang terbaik pada mereka. Tapi selalu saja mereka merasa tidak puas dengan kinerjanya. Namun beberapa hari yang lalu saat ia sedang melakukan syuting untuk sebuah drama yang diproduseri oleh Donghae, ia bertemu dengan pria itu. Ia yang sedang mencoba untuk menaikan pamor keartisannya, mencoba untuk mendekati Donghae agar nama pria itu dapat membantunya untuk melejit. Namun siapa sangka jika ternyata pria itu justru menawarinya secara langsung untuk menjadi selingkuhannya demi membalas sang isteri yang ternyata diam-diam telah menjalin hubungan dengan pria lain. Selain menawarinya untuk menjadi kekasihnya, Lee Donghae juga menawarinya sesuatu yang menggiurkan, sesuatu yang tidak bisa ia tolak begitu saja karena pria itu menjanjikan karir keartisan yang cemerlang. Selain itu Lee Donghae juga akan memberikannya proyek untuk menjadi tokoh utama dalam filmnya yang akan ia kerjakan bulan depan. Betapa ia tidak bisa menolak itu semua, dan akhirnya ia menyetujui ide gila Donghae untuk menjadi kekasihnya. Meskipun ia tahu, ia pasti akan mendapatkan cacian dari orang-orang yang tidak menyukainya. Tapi hidup memang kejam. Ia tidak bisa meniti karirnya sendiri di dunia hiburan tanpa bantuan Lee Donghae karena pria itu sangat berpengaruh dalam industri hiburan. Selain itu dengan menjadi kekasih Lee Donghae, ia juga akan mendapat uang dari pria itu untuk kehidupan artisnya yang glamor. Jadi ia pun memutuskan untuk menerima semua kesepakatan yang diberikan oleh pria itu sambil menikmati setiap keuntungan yang ditebarkan oleh pria itu padanya.

"Tapi aku tidak suka melihat tatapan mereka yang seakan-akan menyalahkanku karena telah merebutmu dari isterimu. Tolong sekali saja berikan aku ruang untuk menikmati pesta ini. Aku janji tidak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin menambah relasi di sini, dan kau juga bisa menikmati waktumu tanpa aku." Bujuk Yoona setengah memohon. Jujur saja ia terkadang cukup risih dengan sikap posesif Donghae yang selalu mengekorinya kemanapun sejak perjanjian mereka berlaku seminggu yang lalu. Pria itu selalu berdalih jika kedekatan mereka harus terlihat jelas agar semua orang percaya jika mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.

"Kau tidak perlu memperhatikan mereka, anggap saja mereka hanya penonton dalam drama yang sedang kita mainkan. Lagipula keuntungan ini juga untuk kemajuan karirmu, jadi jangan pernah pedulikan mereka! Sekarang ikut aku dan jangan coba-coba untuk menjauh dariku."

Yoona mengikuti langkah lebar Donghae yang sedikit menyeretnya menuju ke tengah-tengah ruangan, berbaur bersama yang lain untuk memberikan selamat pada sepasang mempelai yang hari ini sedang berbahagia karena ikatan suci mereka yang agung.

"Selamat untuk kalian, semoga kalian segera memiliki malaikat-malaikat kecil yang akan meramaikan kehidupan rumah tangga kalian." Ucap Yoona tulus. Nara memandang Donghae dan Yoona bergantian sambil melirik seseorang yang sedang berdiri cukup jauh dari tempat Donghae berdiri sekarang.

"Kau tidak bersama Jessica? Kupikir kau datang bersamanya karena ia beberapa saat yang lalu berada di sini untuk memberikan ucapan selamat padaku."

"Dia datang? Oh.. aku tidak tahu." Balas Donghae datar tanpa ekspresi. Nara memandang lawan mainnya dalam drama itu dengan tatapan prihatin.

"Semoga kalian bisa mempertahankan hubungan rumah tangga kalian." Ucap Nara pelan sambil melirik Yoona dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan Yoona tampak cuek dan tidak mau ambil pusing dengan urusan rumah tangga Donghae yang rumit dan membingungkan. Di sini tugasnya hanyalah menjadi kekasih pria itu, jadi ia tidak perlu repot-repot bersimpatik apalagi memikirkan perasaan isteri Donghae yang saat ini sedang merasa karena dirinya.

"Aku rasa aku sudah jatuh terlalu jauh pada pesonanya."

Tiba-tiba Donghae menarik pinggang Yoona dan mencium bibir wanita itu di depan sang mempelai. Sontak beberapa tamu undangan yang sebelumnya sedang menikmati pesta pernikahan Nara dan Haejung langsung menatap Donghae dan Yoona penuh minat. Apalagi Donghae adalah pria yang akhir-akhir ini sering dielu-elukan publik karena bakatnya yang begitu memukau. Adegan itu tentu saja menjadi suatu tontonan yang menggelitik rasa penasaran mereka. Apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangga aktor tampan itu?

Yoona Pov

Apa?? Pria itu menciumku? Ini gila! Benar-benar gila! Bahkan kami tidak pernah melakukan kesepakatan untuk saling berciuman, tapi pria ini seenaknya saja menciumku di depan semua orang di dalam pesta pernikahan lawan main dramanya. Mereka semua pasti juga sama syoknya denganku, terutama isteri Lee Donghae yang saat ini tengah menatap kami dengan sorot mata berkilat-kilat seperti kucing betina yang kelaparan.

"Kau lihat, aku sangat mencintainya."

Setelah mengucapkan hal itu pada Nara, Donghae segera menarikku turun dari atas panggung yang merupakan tempat pelaminan Nara dan suaminya. Sungguh aku merasa menjadi wanita penggoda yang sangat binal sekarang. Tapi, ini adalah rencananya. Aku tidak bisa mengaturnya, dan aku hanya harus menjadi boneka untuk menjalankan sandiwaranya. Yang perlu kulakukan sekarang hanyalah memasang wajah setenang mungkin, meskipun jantungku saat ini sedang menggila.

"Kau sengaja ingin membakar ballroom ini dengan kemarahan isterimu? Lihat, dia seperti ingin memakanku hidup-hidup." Protesku padanya ketika kami telah berada di sudut ruangan yang sedikit sepi. Donghae tampak menatap wajah isterinya dari kejauhan dengan wajah datar tak berekspresi. Mungkin pria itu benar-benar merasa sakit hati dengan pengkhianatan isterinya yang selama ini telah berselingkuh dengan seorang pengusaha kaya bernama Ok Taecyon. Aku melihat sebuah kesakitan di matanya yang sedang ia tutupi dengan kemarahan yang menggelora. Benar-benar mengerikan pria ini.

"Dia berhak mendapatkannya. Dia berhak tahu jika aku sudah memiliki kekasih sekarang."

"Lalu bagaimana kehidupan kalian nanti? Bukannya kau hanya ingin menyakitinya? Tapi kenapa kau terlihat seperti ingin berpisah darinya? Apa kau berencana untuk bercerai?"

Aku berusaha mengorek informasi darinya terkait status pernikahannya yang sangat berhubungan denganku. Aku tidak mau menjadi kekasih palsunya seumur hidup. Karena aku juga memiliki kehidupanku sendiri dan juga kisah cintaku sendiri.

"Mengapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu padaku? Ingat, tugasmu hanyalah menjadi kekasih palsuku, kau tidak berhak untuk mengetahui urusan pribadiku. Dan lagi, kau telah mendapatkan bayaran yang cukup besar untuk semua ini. Jadi bersikaplah seperti kekasih yang sesungguhnya di depan semua orang."

"Bukankah aku sudah melakukannya? Bahkan aku tidak menyerukan protes padamu saat kau menciumku di depan semua tamu undangan Nara, padahal kita tidak pernah membuat kesepakatan itu sama sekali. Kau mengkhianati kesepakatan!" Ucapku sedikit marah. Pria angkuh dan sombong seperti Lee Donghae memang tidak boleh dibiarkan melakukan apapun sesuka hatinya karena ia tipe penindas yang sangat licik.

"Apa kau lupa? Perjanjian poin ke lima, dimana aku berhak melakukan apapun dalam usaha untuk menyakiti isteriku. Jadi tutup mulutmu dan mulailah berakting karena Jessica sedang berjalan kearah kita."

Aku langsung menegakan tubuhku sambil menoleh kearah belakang untuk melihat apa yang dikatan oleh Donghae. Dan ternyata di sana aku benar-benar melihat Jessica yang sedang berjalan kearah kami dengan wajah tanpa ekspresi yang membuatku sedikit bertanya-tanya. Apa yang akan wanita itu lakukan pada kami? Padaku lebih tepatnya.

"Hai, kupikir kau tidak akan datang."

Jessica menyapa Donghae dengan datar tanpa sedikitpun melirikku. Tiba-tiba sebuah tangan terselip diantara pinggangku dan menyeretku untuk lebih mendekat padanya.

"Tadinya, tapi setelah aku memiliki kekasih, aku merasa sayang jika acara ini dilewatkan begitu saja. Karena pada malam ini aku ingin memperkenalkan kekasihku pada semua orang. Perkenalkan, dia adalah Im Yoona."

Donghae memalingkan wajahnya sambil menatapku dengan tatapan penuh cinta yang seratus persen adalah kepalsuan semata. Pantas saja ia mendapatkan predikat sebagai aktor terbaik karena ia begitu sempurna. Ia mampu membuat ekspresi yang begitu meyakinkan dan hidup. Bahkan meskipun Jessica adalah isterinya yang telah menemaninya selama satu tahun, tapi aku yakin ia pasti tidak akan mengetahui kebohongan suaminya.

"Halo, namaku Im Yoona."

Aku berusaha bersikap sopan dengan mengulurkan tanganku, tapi wanita itu hanya menatap uluran tanganku tanpa berniat menjabat tanganku sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sudah jelas jika ia tidak sudi menjabat tanganku apalagi mengenalku. Aku pun dengan kikuk segera menarik tanganku mundur dan sedikit membalasnya dengan menyelipkan tangan kananku ke dalam genggaman tangan Donghae, yang kuakui memang hangat.

"Jadi seperti ini balasanmu padaku? Kau terang-terangan berselingkuh di depan semua orang?" Tanya wanita itu sinis. Kulihat raut wajah Donghae masih tenang seperti sebelumnya. Kira-kira apa yang akan dikatakan oleh pria itu untuk membalas isterinya? Aku sangat penasaran.

"Bukankah itu jauh lebih baik? Memperkenalkan kekasihku pada semua orang daripada menyembunyikannya dari publik namun diam-diam sering bertemu."

Sekilas aku melihat wajah Jessica yang memucat karena Donghae berhasil menyerangnya dengan telak. Tapi sedetik kemudian aku melihat adanya kobaran api kemarahan dari matanya. Baiklah, sepertinya aku memang sudah terjebak di dalam masalah rumah tangga mereka yang rumit.

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Taecyon, dia hanyalah rekan kerjaku karena perusahaan ayahku bekerjasama dengannya. Kenapa kau terus menuduhku melakukan perselingkuhan dengannya hanya karena berita murahan yang dikeluarkan oleh para wartawan. Aku kecewa padamu karena kau lebih mempercayai mereka daripada isterimu sendiri. Tapi tidak apa-apa, jika kau ingin kembali padaku, aku akan menerimamu dengan tangan terbuka, meskipun kau telah menyakitiku dengan perselingkuhanmu."

Wanita ini rupanya juga sama pintarnya dengan pria licik di sebelahku. Dalam sekejap ia berhasil mengubah situasi seakan-akan Donghaelah yang salah dalam hal ini. Pantas saja hubungan rumah tangga mereka retak, mereka berdua tipe pria dan wanita yang suka menyerang. Mereka tidak akan mau mengalah hingga salah satu diantara mereka menyatakan kekalahan dan mundur.

"Ohh.. kau ingin aku kembali padamu?"

Tiba-tiba genggaman tangan hangat itu terlepas dari tanganku dan aku melihat Donghae memajukan wajahnya mendekati Jessica. Untuk sesaat aku begitu penasaran dengan apa yang akan ia lakukan. Kupikir ia tidak akan mungkin mengalah begitu saja hanya karena isterinya membalik semuanya. Apakah mereka akan berciuman di depanku?

"Bermimpilah! Karena kita tidak mungkin akan bersama. Sejak kau memutuskan untuk mengkhinatiku, maka semuanya telah usai. Dan apa kau pikir aku bodoh? Huh, jauh sebelum para wartawan itu mengendus kebusukanmu, aku telah menempatkan orang-orang kepercayaanku disekitarmu, jadi jangan pernah berpikir jika aku melakukan hal ini hanya karena foto-foto amatir yang ditunjukan wartawan itu. Bahkan aku memiliki fotomu saat kau sedang berada di dalam hotel Lotte dua minggu yang lalu, bersama Ok Taecyon pukul dua pagi."

Setelah membisikan serangkaian kata-kata yang berhasil membuat Jessica berubah menjadi pucat pasi, Donghae segera menarik tanganku untuk pergi. Pria itu terlihat akan meledak di depan Jessica, namun ia segera mengontrolnya dengan menarikku pergi dari ballroom ini.

"Tenanglah, emosimu bisa merusak segalanya." Peringatku padanya setelah kami berada di luar ballroom. Donghae melepaskan genggaman tanganku sambil menghembuskan nafasnya gusar.

"Aku benar-benar tidak menyangka jika ia sangat licik seperti itu, ia sengaja mengarang cerita agar aku terlihat salah. Mulai sekarang kau juga harus berhati-hati padanya."

"Aku? Kenapa? Aku tidak ada hubungannya dengan kalian." Ucapku acuh tak acuh. Seenaknya saja pria itu menyeretku ke dalam urusan rumah tangganya yang rumit dan memperingatkanku untuk berhati-hati. Jika isterinya itu memang akan membahayakanku, maka orang pertama yang harus kutuntut adalah Lee Donghae!

"Kau adalah bagian dari sandiwaraku, jadi mungkin saja ia akan mengincarmu. Aku hanya memperingatkanmu untuk lebih berhati-hati karena ia bisa saja mencelakaimu karena marah padaku."

"Ck, ini semua salahmu! Kau yang menyeretku ke dalam masalahmu dan membuatku dibenci oleh banyak orang karena dianggap sebagai perusak rumah tangga orang lain."

"Dan kau sudah memanfaatkanku untuk mendongkrak kepopuleranmu. Bukankah kita impas?"

"Tapi..."

"Im Yoona."

Kami berdua refleks menoleh ke belakang setelah mendengar sebuah panggilan yang cukup nyaring di belakangku. Siapapun orangnya, kuharap ia bisa menyelamatkanku dari pria menyebalkan yang sedang berdiri di sampingku ini.

"Yoona, apa yang kau lakukan di sini?"

"Ji Chang Wook ssi."

Aku menatap masa laluku dengan linglung, seperti baru saja melihat sesosok hantu. Ia adalah pria yang dulu pernah mencampakanku karena seorang wanita yang merupakan adik kelasku. Lalu setelah itu ia kembali mengejar-ngerjaku karena ia telah putus dengan kekasih barunya. Tapi sudah lama ia pergi ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya. Dan sekarang jika ia muncul di sini, kuharap ia tidak akan mengacaukan hidupku seperti dulu.

"Apa kabar? Lama tak berjumpa. Kulihat kau semakin bertambah cantik sekarang."

Ji Chang Wook menarik tanganku begitu saja dan mengajakku untuk berjabat tangan. Aku tersenyum manis padanya dan hanya sekedar berbasa basi membalas sapaannya padaku.

"Aku sangat baik. Kapan kau kembali dari Swiss?"

"Sekitar seminggu yang lalu. Sekarang aku akan menetap di sini karena studiku di sana sudah selesai. Beberapa kali aku melihat fotomu di majalah, kau sekarang telah menjadi model dan artis rupanya. Seperti cita-citamu dulu, aku tidak menyangka kau mampu meluluhkan hati orangtuamu yang menginginkanmu menjadi seorang pengusaha seperti mereka."

"Sebenarnya tidak, mereka masih menentangku untuk menjadi artis dan model, tapi aku tidak bisa menuruti keinginan mereka begitu saja karena aku sama sekali tidak berminat pada bisnis."

"Kau tidak pernah mengatakan padaku jika orangtuamu adalah seorang pengusaha."

Tiba-tiba suara dingin itu menginterupi pembicaraanku dengan Ji Chang Wook dan membuatku ingat jika saat ini Lee Donghae masih berdiri dengan manis di sebelahku.

"Oh perkenalkan, dia Lee Donghae."

"Lee Donghae, kekasih Im Yoona."

Ya Tuhan! Apa-apaan pria itu. Dia terang-terangan mengatakan pada Ji Chang Wook jika aku adalah kekasihnya, benar-benar memalukan!

"Ohh... Ji Chang Wook. Kalian berdua tampak begitu mencolok di sini. Mungkin aku sudah ketinggalan terlalu banyak informasi tentangmu Yoong. Banyak hal yang berubah selama aku pergi."

Entah apa maksud Ji Chang Wook mengatakan hal itu, yang jelas ia terlihat seperti pria yang terluka. Apa ia berharap aku akan kembali padanya?

"Kau bisa mencari tahu informasi tentang kami di internet atau majalah, karena para wartawan itu sudah mengeluarkan banyak berita tentang kami." Ucap Donghae tiba-tiba dengan suara datar. Ia pun segera memberikan kode padaku untuk pergi karena sepertinya ia tidak terlalu suka dengan Ji Chang Wook.

"Sepertinya kami harus segera pergi, sampai jumpa."

Setelah mengucapkan hal itu Donghae langsung menarik tanganku menjauh dari Ji Chang Wook. Entah kenapa ia tiba-tiba bersikap sinis seperti itu, semoga saja ia tidak berubah menyeramkan saat bersamaku, karena aku tidak suka sikap angkuhnya.

Yoona Pov end

-00-

Yoona berpose di depan kamera sambil sesekali meliukan tubuhnya kesana kemari. Siang ini ia melakukan pemotretan untuk majalah Vogue dengan tema musim panas. Sejak skandalnya dengan Donghae terkuak ke publik, tawaran syuting dan pemotretan semakin membanjirinya. Kebanyakan dari mereka ingin melakukan sesi wawancara untuk menguak hubungannya dengan Donghe yang masih menjadi misteri karena ia dan Donghae tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan pada para wartawan.

"Kita istirahat tiga puluh menit untuk kostum berikutnya." Teriak sang fotografer pada Yoona dan para karyawan studio yang lain. Yoonapun sedikit menghembuskan nafasnya lega karena akhirnya ia dapat beristirahat karena kakinya sudah pegal sejak tadi.

"Setelah ini kau akan melakukan sesi pemotretan dengan Lee Donghae."

"Apa? Dia akan datang? Benarkah? Kenapa mendadak? Selama ini ia selalu menolak ajakan pemotretan." Ucap Yoona terheran-heran. Sang fotografer hanya mengendikan bahunya acuh tak acuh sambil melirik pada Donghae yang telah bersandar di depan pintu studio.

"Tanyakan saja padanya, ia tiba-tiba saja mengiyakan permintaan pihak Vogue."

Yoona segera berjalan menghampiri Donghae yang saat ini juga sedang menatapnya dengan tatapan yang yang sulit diartikan.

"Kenapa tiba-tiba kita melakukan sesi pometretan yang sama?"

"Kau tidak ingin menyapa kekasihmu terlebihdahulu?"

"Itu tidak lucu Lee, kita hanya berpura-pura." Bisik Yoona penuh penekanan. Donghae menurunkan tangannya dan memasukannya ke dalam saku celana. Pria itu memberikan isyarat pada Yoona untuk mengikutinya ke dalam ruang ganti miliknya.

"Ada beberapa hal yang ingin kukatakan padamu sebelum pemotretan."

"Tentang apa? Sepertinya sangat serius."

Donghae sedikit memelankan laju langkahnya dan menarik tangan Yoona yang berada di belakangnya agar sejajar dengannya karena beberapa staff vogue sedang berjalan berlawanan arah dengan mereka.

"Annyeonghasseyo."

Yoona sedikit menganggukan kepalanya untuk membalas sapaan mereka, sedangkan Donghae masih tetap mempertahankan wajah datarnya tanpa berminat untuk membalas sapaan mereka yang terlihat tulus.

"Kenapa kau sangat kaku, mereka menyapamu." Geram Yoona kesal. Bersanding bersama Donghae seperti ini sama saja seperti bersanding bersama robot karena pria itu begitu kaku.

"Kau sudah melakukannya."

Yoona berdecak kesal dan lebih memilih untuk diam karena ia tidak ingin memperpanjang perdebatan mereka yang sama sekali tidak penting itu.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?"

Yoona bersedekap angkuh ketika ia telah berdiri di dalam ruang tunggu milik Donghae. Wanita itu menatap Donghae penuh kuasa untuk menunjukan pada Donghae jika ia adalah wanita yang tidak bisa diremehkan begitu saja.

"Kenapa kau tidak pernah menceritakan latar belakangmu padaku, kau putri tunggal dari Daehan grup."

"Apakah itu penting?"

"Tentu saja. Jika aku tahu kau adalah putri dari Daehan grup, aku bisa menggunakan latar belakangmu untuk semakin menyakiti Jessica. Ia tipe wanita yang tidak mau kalah dengan wanita lain, terutama dalam hal kekayaan dan kecantikan. Tapi selama ini kulihat kau hidup dengan cukup sederhana, meskipun kau adalah putri dari Daehan grup. Ada apa?"

Yoona terdiam sejenak sambil menimbang-nimbang apakah ia akan berkata jujur pada Donghae. Namun akhirnya ia memilih untuk menceritakannya pada Donghae karena pada akhirnya pria itu pasti akan tahu. Donghae adalah tipe pria yang akan menggunakan berbagai macam cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, termasuk kehidupan pribadinya yang selama ini tidak banyak diketahui oleh orang lain.

"Aku kabur dari rumah."

"Huh, menarik. Memangnya apa yang dilakukan orangtuamu hingga kau memilih untuk kabur? Kau tidak mungkin rela meninggalkan kehidupan princessmu hanya untuk sesuatu yang tidak berharga." Ucap Donghae tepat sasaran. Yoona menghembuskan nafasnya gusar dan memilih untuk mengambil tempat di sebelah Donghae. Jika pria itu menginginkan kisahnya, maka ia akan menceritakannya sekarang.

"Aku kabur karena orangtuaku melarangku untuk menjadi artis dan model. Mereka lebih menginginkanku untuk menjadi pengusaha dan mewarisi bisnis mereka, tapi aku tidak mau karena aku tidak bisa. Sejak dulu aku selalu menyukai dunia modeling. Aku tidak mau dipaksa untuk menjadi pebisnis sedangkan aku memiliki passion di bidang entertain."

"Benarkah? Kupikir kau tidak memiliki terlalu banyak passion di dunia enrtertain karena sejak dulu karirmu masih saja di tempat yang sama. Hanya akhir-akhir ini karirmu sedikit melejit karena berita perselingkuhanmu denganku."

"Jika pada akhirnya kau hanya ingin mencemoohku, lebih baik kau tidak perlu bertanya apapun padaku."

Yoona tampak tersinggung dan ingin berjalan pergi meninggalkan Donghae. Namun pria itu segera mencekal tangannya dan menariknya hingga ia jatuh terduduk di atas sofa di sebelahnya.

"Aku belum selesai denganmu. Kita perlu mengatur sandiwara kita untuk sesi wawancara dengan Vogue. Dan soal ucapanku sebelumnya, lupakan saja. Aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja aku ingin kau mengungkapkan jati dirimu sebagai putri Daehan grup agar Jessica semakin tersakiti."

"Kau tidak bisa memaksaku untuk mengungkapkan jati diriku karena aku sudah berjanji pada orangtuaku jika aku tidak akan menggunakan mereka untuk menaikan karir keartisanku, aku ingin memulainya dari nol. Oleh karena itu aku tidak pernah meminta uang pada mereka lagi sejak satu setengah tahun yang lalu dan lebih berusaha keras untuk menunjukan pada dunia jika aku bisa karena usahaku sendiri. Dan sekarang jika kau memintaku untuk mengungkapkan jati diriku di depan publik, aku jelas tidak mau!"

"Permisi, sudah saatnya untuk melakukan pemotretan."

Tiba-tiba pembicaraan mereka terhenti ketika seorang penata rias masuk ke dalam ruang tunggu Donghae sambil menatap kedua manusia itu penuh curiga karena mereka sejak tadi hanya berdua di dalam ruangan itu.

"Aku akan segera ke sana."

Donghae berjalan keluar terlebihdahulu, meninggalkan Yoona yang masih diselimuti perasaan dongkol karena rencana gila Donghae yang hanya digunakan untuk membalas sakit hatinya pada sang isterinya. Andai saja ia tahu jika pada akhirnya ia akan dijadikan boneka semata, ia memilih untuk tidak terlibat dalam sandiwara konyol ini. Meskipun ia memang bisa meningkatkan karir keartisannya, tapi apa gunanya jika identitasnya yang asli ikut terbongkar. Itu sama saja ia akan melejit karena nama besar ayah ibunya.

-00-

"Jadi sudah berapa lama kalian mengenal satu sama lain?"

"Enam bulan. Aku sudah mengenalnya selama enam bulan."

Lagi-lagi Donghae menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh wartawan Vogue tanpa memberikan kesempatan untuk Yoona menjawab. Padahal sejak tadi wanita itu sudah bersiap untuk menyuarakan jawabannya yang lebih jujur daripada jawaban Donghae yang penuh dengan dusta.

"Enam bulan? Bukankah itu waktu yang cukup lama sejak kau menikah. Jadi setelah kau menikah dengan Jessica satu tahun yang lalu, kau juga mulai dekat dengan Yoona?" Tanya wartawan wanita itu sambil mencoret-coret buku pertanyaannya yang ia gunakan untuk menulis jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh Donghae. Melihat sang wartawan yang tidak terlalu memperhatikan mereka, Yoona cepat-cepat menyenggol lengan Donghae untuk memberikan kode pada pria itu agar ia diberikan kesempatan untuk menjawab karena ia sudah bosan menjadi pajangan di sana.

"Kami dekat sebagai rekan kerja karena Donghae merupakan produser dalam drama yang kumainkan."

"Oh benarkah? Drama apa? Sepertinya aku belum pernah melihatmu se..."

"Dia hanya sebagai kameo, jadi kau mungkin tidak terlalu memperhatikannya." Jawab Donghae santai. Yoona mengepalkan tangannya kesal dan ingin sekali memukul wajah Donghae hingga berdarah. Pria itu, ia benar-benar sangat menyebalkan!

"Ya begitulah, saat itu aku memang hanya seorang kameo karena itu adalah debut drama pertamaku. Tidak masalah aku menjadi kameo dalam drama itu, karena berkat drama itu aku justru menjadi dekat dengan Lee Donghae, bukan begitu sayang?"

Yoona memalingkan wajah kearah Donghae sambil tersenyum manis penuh paksaan. Dan saat itu juga seorang fotografer memotret wajah mereka berdua dari sudut berlawanan, sehingga mereka berdua tampak begitu manis dan terlihat seperti sepasang kekasih yang sesungguhnya.

"Ya, dan aku tidak menyesal karena telah mengenalmu dalam drama itu Yoong."

"Lalu bagaimana dengan isterimu, bukankah saat ini isterimu juga sedang dekat dengan seorang pengusaha, Ok Taecyon."

Wajah Donghae seketika terlihat pias ketika wartawan itu menyebut-nyebut nama Jessica dalam pembicaraan mereka. Namun di hatinya ia terus mengingat-ingat luka tajam yang ditorehkan Jessica hingga ia akhirnya berusaha untuk menutupi wajah piasnya dengan wajah santai.

"Sepertinya kami sudah impas, ia mengkhianatiku, maka aku juga akan melakukan hal yang sama. Untuk apa mempertahankan hubungan rumah tangga jika kau sudah tidak ingin melanjutkannya. Lebih baik mencari pasangan baru yang benar-benar ingin menghabiskan akhir hidupnya bersamaku." Ucap Donghae dengan senyuman sinis yang tercetak di wajahnya. Yoona refleks memegang tengkuknya dengan perasaan ngeri saat membayangkan jika ia akan terus menjalankan hubungan palsu itu dengan Donghae seumur hidupnya. Pasti ia akan sangat menderita.

"Tapi tentu saja kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, bisa saja kita tertarik dengan orang lain dan memutuskan untuk berpisah. Apapun dapat terjadi di masa depan."

Donghae langsung menatap Yoona tajam ketika wanita itu dengan seenaknya menyangkal ucapannya secara tidak langsung.

"Jadi rencana apa yang akan kalian lakukan dalam waktu dekat. Jika Lee Donghae ssi sudah memiliki Im Yoona, apa kau akan bercerai dengan Jessica?"

"Mungkin, tapi aku tidak tahu apakah itu akan kulakukan dalam waktu dekat. Aku hanya ingin menunggunya mengumumkan pada publik tentang hubungannya bersama pengusaha muda itu. Aku ingin melihat keberaniannya dalam mengungkapkan kebusukannya yang selama ini ia tutupi." Ucap Donghae dengan seringaian sinis. Wartawan wanita itu mengangguk-anggukan kepalanya mengerti sambil terus menulis poin-poin penting dari informasi yang diberikan oleh Donghae. Sedangkan Yoona, ia terlihat mulai malas dengan sesi wawancara yang penuh dusta itu. Ia sudah jengah dan ingin segera mengakhirinya secepatnya. Tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi dan membuatnya harus meminta waktu pribadi untuk mengangkat panggilan teleponnya yang sepertinya mendesak.

"Halo."

"Yoona!! Apa yang kau lakukan di luar sana nak! Kau menjadi selingkuhan aktor tampan itu? Oh Ya Tuhan, jika ayahmu tahu ia pasti akan mendapat serangan jantung. Sudah eomma katakan sejak dulu untuk tidak bekerja di dunia hiburan, tapi kau malah menentang perintah kami dan memilih untuk kabur. Sekarang apa yang kau dapat dari pekerjaanmu itu? Bahkan kau tidak terlalu tenar setelah selama lebih dari satu tahun berada di dunia hiburan. Dan sekarang, kau justru menjadi selingkuhan aktor muda itu. Apa yang sebenarnya kau pikirkan Yoong!"

Yoona tiba-tiba merasa pening setelah mendengarkan sederet ucapan ibunya yang begitu memekakan telinga. Seharusnya ia tidak menjawab panggilan itu dan mengabaikannya jika ia tahu ia akan mendapatkan ceramah yang begitu panjang seperti itu. Rasanya ia sangat menyesal sekarang.

"Eomma, aku bisa menjelaskan semuanya. Tapi itu tidak sekarang, yang jelas aku tidak pernah melanggar aturan-aturan yang eomma buat. Aku masih tetap putrimu yang penurut dan manis." Ucap Yoona mencoba menenangkan kegundahan hati ibunya. Tapi tetap saja, sebagai seorang ibu nyonya Im tidak akan tenang hingga kehidupan sang anak benar-benar bersih, tanpa berita negatif yang melingkupinya.

"Penurut? Jika kau penurut seharusnya kau tidak memilih kabur. Sekarang kau harus pulang atau eomma akan meminta bodyguard-bodyguard appamu untuk menyeretmu pulang. Selama ini eomma sudah cukup memberimu kesempatan dengan membujuk appamu agar membiarkanmu bekerja di dunia hiburan. Tapi setelah eomma melihat beritamu pagi ini sedang bersama dengan aktor muda itu, eomma merasa tidak terima. Kau dicap sebagai perusak rumah tangga orang! Saat ini kau sedang menjadi bahan pembicaraan masyarakat Korea." Ucap nyonya Im berapi-api. Yoona mencoba tenang dan tidak membalas ucapan ibunya yang penuh emosi, karena ia tahu hal itu hanya akan memperparah keadaan mereka. Setidaknya ia harus sedikit berbohong untuk mengalihkan kemarahan ibunya agar tidak sampai menyuruh bodyguard-bodyguard ayahnya untuk menyeretnya pulang.

"Eomma.. Kami saling mencintai, apa eomma pikir cinta itu salah. Dan sebenarnya kami menjalin hubungan itu setelah isteri Lee Donghae tertangkap basah sedang berselingkuh. Jadi tidak ada yang salah dengan hubungan ini. Secepatnya berita mengenai perselingkuhan Jessica akan diketahui publik, dan ia pasti akan menjadi bahan cemoohan berikutnya karena ia telah mengkhianati suaminya sendiri dan justru memilih pengusaha muda itu. Nanti aku akan memperkenalkan eomma dengan Lee Donghae."

Yoona mendengar helaan nafas ibunya yang terdengar lega di ujung sana. Setidaknya untuk saat ini ia berhasil menenangkan ibunya. Dan naanti ia akan mencari cara lain untuk meluluhkan ibunya.

"Benarkah? Kau memang harus membawa kekasihmu ke rumah karena eomma dan appa ingin bertemu dengannya secara langsung. Berhati-hatilah, eomma tidak mau kau tersakiti karena pria itu."

Yoona menganggukan kepalanya mengerti dan segera mengakhiri sambungan teleponnya dengan ibunya. Entah setelah ini berapa banyak kebohongan yang akan ia ciptakan untuk meyakinkan ibunya, yang jelas ia benar-benar harus selalu siap jika sewaktu-waktu ibunya menanyakan hubungannya dengan Donghae.

"Yoona, kita harus melakukan sesi terakhir wawancara."

Yoona membalikan tubuhnya dan langsung menemukan Donghae yang sedang menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa. Pria itu memberinya isyarat agar segera kembali ke dalam studio.

"Apa yang akan kita lakukan?"

"Lebih baik kau ikut saja dan tidak usah terlalu banyak bicara." Jawab Donghae ketus. Yoona mendengus kesal dengan sikap dingin pria itu, tapi ia tidak melakukan apapun untuk mendebat Donghae kali ini. Ia hanya berjalan dalam diam sambil mengikuti Donghae yang telah lebih dulu meninggalkannya untuk pergi ke studio.

"Apa kau sudah selesai? Untuk sesi terakhir kami ingin mengambil gambar kalian untuk sampul depan majalah kami, apa kalian tidak keberatan?"

"Tentu saja, kalian boleh mengambil gambar kami untuk dijadikan sampul depan majalah kalian. Dan kalian pasti akan mendapatkan satu gambar yang benar-benar hanya dimiliki oleh majalah kalian. Sayang, mendekatlah padaku."

Yoona tampak ragu untuk mendekat pada Donghae karena wajah pria itu terlihat begitu berbahaya. Namun ia tidak memiliki pilihan lain selain harus mendekat dan melakukan apapun yang mungkin akan diperintahkan padanya nanti.

"Dalam hitungan ketiga kalian harus segera memotretnya. Satu, dua, tiga."

Tanpa persiapan apapun, Donghae langsung merengkuh tubuh Yoona dan mencium bibir wanita itu dalam posisi miring. Sang fotografer tampak senang dan langsung mengabadikan momen langka itu dalam beberapa bidikkan kamera. Sedangkan Yoona, wanita itu jelas sangat terkejut dan hampir saja mendorong dada Donghae agar pria itu menjauh. Tapi Donghae jauh lebih cerdik daripada Yoona, pria itu telah mengunci pergerakan Yoona agar wanita itu tidak bisa mendorong tubuhnya menjauh, meskipun ia sangat ingin melakukannya.

Prokk prokk prokk

"Terimakasih atas fotonya yang mengesankan, penjualan majalah kami minggu ini pasti akan mengalami peningkatan. Kami benar-benar puas dengan sesi wawancara siang ini."

"Sama-sama, dan jangan lupa untuk menuliskan heading yang benar-benar menarik untuk edisi wawancara kami." Timpal Donghae sombong sambil menarik tangan Yoona yang masih terlihat ngos-ngosan dengan ciuman mereka yang panjang.

-00-

Jessica meremas-remas majalah yang baru saja dibelinya dengan perasaan marah. Seminggu sudah ia bersabar untuk tidak menyerang suaminya dan kekasihnya yang sangat murahan itu. Tapi ternyata suaminya tidak main-main. Terbukti dengan heading majalah yang menunjukan kemesraan mereka saat sedang berciuman, itu sungguh tidak bisa ditoleransi. Jika suaminya memang marah karena ia telah berselingkuh dengan Ok Taecyon, seharusnya ia tidak membalasnya dengan cara seperti itu. Apa yang dilakukan oleh suaminya sudah di luar batas. Bahkan ia dengan terang-terangan membicaran masalah perceraian pada wartawan, bukankah itu masalah pribadi?

"Sudahlah, biarkan saja ia bersama wanita itu."

"Apa kau bilang? Kau menyuruhku untuk menyerahkan suamiku pada wanita murahan itu? Tidak bisa!" Ucap Jessica ketus. Pria yang berada di hadapannya tampak kesal dengan sikap Jessica yang terlihat serakah.

"Kau sudah bersamaku, seharusnya kau membiarkannya bahagia bersama wanita lain. Jika kau tidak mencitainya, untuk apa kau tetap mempertahankannya. Aku akan menikahimu setelah kau bercerai dengannya."

"Huh, apa kau pikir aku akan melepaskan pria itu begitu saja? Dia adalah aset untukku. Jika aku meninggalkannya wanita itu pasti akan mengambil harta milik Donghae oppa. Memangnya kau bisa memberikan harta yang begitu berlimpah padaku, hah?"

Taecyon terlihat marah sambil menggebrak meja. Sebagai seorang pria harga dirinya terasa diinjak-injak karena secara tidak langsung wanita itu baru saja menghinanya.

"Kau benar-benar serakah! Aku memiliki harta yang jauh lebih banyak dari pria itu. Aku bisa memberikan apapun yang kau inginkan."

"Benarkah? Kau bahkan tidak bisa membelikanku perhiasan dan mobil baru. Kau terus berkelit saat aku memintamu untuk membelikannya bulan lalu. Kau sebenarnya hanyalah pria miskin yang bersembunyi dibalik perusahaan ayahmu yang hampir bangkrut." Ucap Jessica dengan senyum sinis. Taecyon terlihat pucat saat Jessica menyebutkan jika perusaah ayahnya memang sedang diambang kebangkrutan. Ia yang tidak bisa mengelolanya dengan benar membuanya sering ditipu oleh berbagai pihak dan pada akhirnya perusahaan tidak memiliki dana lagi untuk berkembang. Ia justru meninggalkan hutang yang cukup banyak pada bank, dan jika ia tidak bisa membayarnya ia akan dimasukan ke dalam penjara.

"Darimana kau tahu jika perusahaanku akan bangkrut?"

"Huh, mudah saja aku mengetahuinya. Itu sudah terlihat jelas dari gelagatmu. Oleh karena itu aku tidak mau melanjutkan hubungan ini bersamamu. Aku akan kembali pada Donghae oppa dan melakukan berbagai macam cara agar ia mau kembali padaku. Sampai jumpa Taecyon, selamat mendekam di dalam penjara." Ucap Jessica sinis dan langsung berjalan pergi meninggalkan Tecyon yang tampak menyedihkan di dalam kafe dengan wajah pucat karena menahan begitu banyak emosi akibat hinaan Jessica yang terlalu menusuk hatinya.

-00-

Donghae menatap Yoona dari kejauhan yang sedang sibuk menghafal naskah di sudut ruangan. Sekilas ia cukup merasa kasihan dengan wanita itu karena ia tak banyak memiliki teman. Karirnya benar-benar menjadi melejit karena dirinya. Bahkan sekarang ia justru mendapatkan cap buruk karena dianggap telah merebutnya dari Jessica. Sungguh malang nasib wanita itu. Satu-satunya alasan ia meminta Yoona menjadi kekasih palsunya karena ia bisa memeras wanita itu. Dengan iming-iming karir yang begitu menggiurkan, ia yakin Yoona akan langsung menyetujui perjanjian itu. Tapi sayangnya ia justru semakin terjebak pada wanita itu. Selain memanfaatkan Yoona, sekarang ia harus ekstra ketat dalam menjaga Yoona karena ada banyak sekali orang-orang yang ingin menyingkirkan wanita itu, termasuk Jessica.

"Tuan, kami sudah mendapatkan data lengkap mengenai Ji Chang Wook."

Donghae berbalik dan ia langsung menerima sebuah map yang disodorkan oleh bawahannya. Di sana tertulis semua data lengkap mengenai Ji Chang Wook yang ia ketahui sebagai mantan kekasih Yoona. Tapi sepertinya Yoona tidak memiliki kisah cinta yang mulus dengan Ji Chang Wook, karena wanita itu langsung terlihat aneh setelah kemunculan Ji Chang Wook malam itu.

"Apa yang kau dapatkan dari Ji Chang Wook?"

"Jadi nona Im dan Ji Chang Wook pernah menjalin hubungan sebelumnya, tapi Ji Chang Wook mengkhianati nona Yoona dan berselingkuh dengan wanita lain. Tapi setelah itu ia kembali memohon-mohon pada nona Yoona untuk kembali hingga pada akhirnya Ji Chang Wook harus pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya. Beberapa sumber mengatakan jika Ji Chang Wook adalah tipe pria yang kasar, ia tidak segan-segan untuk memukul pasangannya jika ia sedang marah."

"Apa menurutmu Yoona pernah menjadi salah satu wanita yang mendapatkan kekerasan itu?" Tanya Donghae dengan dahi berkerut. Ia membayangkan Yoona menjadi salah satu korban dari pria itu dan tiba-tiba saja ia menjadi marah. Karena Yoona tidak pantas untuk menerima perlakuan kasar seperti itu.

"Mungkin saja tuan, karena nona Yoona sempat menjalani hubungan dengan Ji Chang Wook selama lima bulan."

"Kalau begitu beri dia pelajaran, setidaknya ia pernah menyakiti Yoona karena berselingkuh, maka ia berhak mendapatkan sedikit balasan dariku." Perintah Donghae dingin. Sang asisten mengangguk patuh dan segera pamit undur diri untuk menjalankan perintah dari sang atasan.

Setelah asistennya pergi, Donghae membanting map merah itu ke atas meja dengan wajah gusar yang terlihat jelas di wajahnya. Entah mengapa Yoona berhasil membuatnya selalu mengkhawatirkan wanita itu. Ia selalu merasa jika Yoona tidak akan aman di luar sana tanpa pengawasan darinya.

"Lee Donghae ssi, kau tidak ingin melihat bagaimana jalannya syuting di bawah?"

Tiba-tiba Yoona muncul dengan sebuah buku tebal yang berisi naskah yang harus dihafalnya. Donghae memberinya isyara untuk masuk karena ada beberapa hal yang ingin ia bicarakan.

"Bagaimana jalan ceritanya, apa kau suka dengan karakter yang kau mainkan?"

Yoona tersenyum sumringah pada Donghae dan mengangguk kecil.

"Aku suka, ini adalah pengalaman pertamaku menjadi pemeran utama, aku harus berusaha lebih keras."

"Baguslah jika kau tidak kesulitan dengan peran barumu, mengingat selama ini kau hanya mendapatkan peran kameo."

"Kapan kau akan mengakhiri sandiwara palsu ini? Aku bosan menjadi selingkuhanmu dan mendapatkan penilaian buruk dari orang-orang di luar sana. Aku ingin bebas darimu." Protes Yoona dengan wajah kesal. Namun Donghae sepertinya tak mengindahkan wanita itu, karena ia lebih tertarik pada ponselnya yang berkedip-kedip.

"Ya, aku akan segera turun. Tapi bagaimana dengan tokoh utamanya?"

"........."

"Aku akan mengajarinya agar tidak kaku. Pokoknya jangan menggantinya dengan artis lain karena aku hanya ingin dia."

Setelah mengucapkan sederet kata-kata penuh penekanan, Donghae segera mematikan sambungan teleponnya dan kembali beralih pada Yoona.

"Ada apa?"

"Aktingmu sangat kaku. Mereka ingin menggantimu dengan artis lain."

"Apa? Jangan-jangan, jangan lakukan itu. Aku akan berusaha lebih baik lagi." Ucap Yoona terlihat panik. Ia pun segera membuka buku naskah untuk berlatih ekspresi wajah dan intonasi agar aktingnya terlihat baik.

"Berikan naskahmu padaku."

Tanpa menunggu persetujuan dari Yoona, Donghae langsung menarik buku tebal itu dari tangan Yoona dan membacanya tanpa seizin sang pemilik. Namun tentu saja Donghae tak peduli, karena ia yang berkuasa.

"Aku ingin melihat aktingmu saat melakukan adegan ini."

Donghae meminta Yoona untuk berakting ketika sedang berdiri di bawah hujan untuk menunggu sang kekasih yang tak kunjung datang. Namun dalam bagian itu Yoona harus terlihat benar-benar sedih dan terlihat mengharapkan kedatangan kekasihnya.

"Apa kau ingin melihatku memejamkan mata sambil menengadahkan kepalaku ke langit? Baiklah, aku akan melakukannya."

Yoona mulai melakukan aktingnya dengan memasang wajah terluka sambil memejamkan matanya kearah langit. Ia seakan-akan sedang merasakan guyuran air hujan yang menerpa wajahnya, namun sayangnya kegiatannya itu langsung dihentikan oleh Donghae karena pria itu tidak puas dengan ekspresi wajah Yoona yang memang terlihat kaku.

"Aktingmu benar-benar buruk, pantas saja tidak ada satupun sutradara yang menginginkanmu menjadi tokoh utama dalam film mereka. Jika film ini tidak menggunakan dana dariku, mungkin mereka juga tidak akan menggunakanmu."

"Apa kau sudah puas menghinaku? Jika kau hanya ingin mengkritikku, lebih baik kau tidak usah melihatnya. Aku akan berlatih sendiri di luar." Ucap Yoona ketus. Namun Donghae langsung menahan lengannya dan menyuruh Yoona untuk berdiri di depannya.

"Aku akan mengajarimu. Sekarang berdirilah di sini dan bayangkan saat kau tengah dicampakan oleh kekasihmu. Kau bayangkan bagaimana rasanya dan betap pedihnya hatimu ketika hal itu terjadi. Lalu kau bisa menggabungkan pengalaman pribadimu dengan jalan cerita yang tertulis di naskahmu. Apa kau bisa?"

Yoona mulai membayangkan saat-saat Ji Chang Wook mengkhianatinya dan lebih memilih adik kelasnya untuk dijadikan kekasih. Ia mengeluarkan seluruh kesedihannya saat itu dan mencoba menggabungkannya dengan adegan drama yang harus ia mainkan siang ini. Ia menengadahkan kepalanya ke langit, dan mulai berakting seakan-akan hujan sedang mengguyurnya dengan deras. Lalu tiba-tiba kedua telapak Donghae telah berada di sisi kanan dan kiri wajahnya untuk mengarahkannya agar sedikit mendongan sekali lagi.

"Kau harus lebih mendongak, karena kau seakan-akan ingin hujan menghapus jejak-jejak air matamu karena kau baru saja dikhianati oleh kekasihmu."

Tiba-tiba saja Yoona merasa gugup. Konsentrasinya buyar karena Donghae menangkup wajahnya dan membuatnya kesulitan untuk mengingat teks drama yang harus ia ucapkan saat ia sedang berdiri di bawah guyuran hujan.

"Kau mengganggu konsentrasiku, dan jangan menyentuhku sesuka hatimu." Ucap Yoona ketus sambil mendorong dada Donghae. Ia lalu kembali berucap untuk mengingatkan Donghae.

"Ingat, kau hanya boleh menyentuhku saat berada di tempat umum. Kau tidak boleh menyentuhku saat sedang berada di tempat tertutup seperti ini."

"Tapi aktingmu sangat payah, jika kau terus mempertahankan aktingmu yang buruk itu, tidak akan ada sutradara yang melirikmu." Peringat Donghae tajam. Yoona pun mencoba menghayati perannya sekali lagi dengan menengadahkan kepalanya sambil membayangkan hujan yang akan membasahi wajahnya dan menghapus semua kesedihannya. Lalu tanpa diduga sepasang tangan kembali menangkupnya dan menurunkannya hingga kini kedua tatapan mata mereka bertemu. Yoona melihat Donghae sedang menatapnya penuh kesungguhan. Tiba-tiba jantungnya yang semula sudah tenang, kembali gugup karena perbuatan Donghae. Yoona kemudian memejamkan mata ketika dirasanya Donghae akan menciumnya lagi seperti dulu. Namun setelah cukup lama ia memejamkan mata dan tidak ada sesuatu yang terjadi, Yoona mencoba membuka matanya dan ia langsung menemukan Donghae yang sedang menatapnya datar dengan wajah piasnya.

"Aku tidak akan menciummu sekarang. Jadi jangan berharap lebih."

"Minggir kau!"

Yoona langsung mendorong tubuh Donghae ke belakang dengan wajah yang sudah berubah semerah tomat. Ia rasanya ingin menenggelamkan diri ke dasar samudra agar Donghae tidak bisa melihat wajah semerah tomatnya.

"Kau seharusnya mengamati ekspresi wajahku, aku sedang memberimu contoh untuk melakukan adegan patah hati di bawah guyuran hujan, tapi kau justru menutup matamu dan mengira aku akan menciummu. Benar-benar bodoh!"

"Berisik! Bagaimana mungkin aku tidak mengiramu akan menciumku jika selama ini kau sering menciumku tanpa permisi. Dasar mesum. Kuharap kau segera menyelesaikan masalahmu dengan isterimu yang berisik itu karena aku sudah bosan mendapatkan teror darinya."

Tanpa menunggu persetujuan Donghae, Yoona segera keluar dari ruangannya sambil membanting pintunya keras-keras. Sedangkan Donghae tampak tertegun karena selama ini ia tidak tahu jika Yoona sering menerima teror dari Jessica. Sudah lebih dari sebulan ia hidup terpisah dari Jessica dan selama itu ia tidak mengetahui kegiatan Jessica di luar sana. Mungkin ia harus membayar seseorang untuk mengikuti Jessica karena wanita itu bisa saja mencelakai Yoona.

-00-

Pukul enam sore, Yoona telah menyelesaikan seluruh kegiatan syutingnya. Wanita itu kemudian membereskan perlengkapannya dan bersiap untuk segera pulang ke apartemennya karena ia begitu merindukan ranjang nyamannya. Namun baru beberapa langkah ia berjalan keluar dari gedung tempatnya syuting, Ji Chang Wook tiba-tiba menyapanya dan menghampirinya.

"Yoona, aku sudah menunggumu sejak tadi."

"Ji Chang Wook ssi, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Yoona terkejut. Ia tidak menyangka jika Ji Chang Wook akan datang untuk menunggunya menyelesaikan syuting. Mungkinkah pria itu ingin mendekatinya lagi?

"Aku ingin mengajakmu makan malam, apa kau tidak keberatan?"

Yoona terlihat menimbang-nimbang permintaan Ji Chang Wook sambil menoleh kesana kemari. Mungkin saja saat ini Lee Donghae sedang berada di sana dan ingin mengajaknya makan seperti biasa agar mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sesungguhnya.

"Tentu saja, kebetulan aku belum makan siang sejak tadi."

"Benarkah? Apa kau tidak memiliki asisten untuk membelikanmu makanan? Kau seharusnya memperhatikan kondisi tubuhmu." Ucap Ji Chang Wook terlihat prihatin. Yoona tersenyum masam menanggapi ucapan Ji Chang Wook sambil membayangkan kehidupannya yang menyedihkan karena ia baru saja kehilangan asistennya tiga bulan yang lalu karena mereka sering adu mulut dan asistennya itu mengeluhkan gajinya yang sangat sedikit padanya. Tapi setelah ini ia akan menyuruh Donghae untuk mencarikannya asisten baru karena ia mulai lelah dengan rutinitasnya setelah namanya melejit akibat berita perselingkuhannya dengan Donghae. Terkadang ia tak habis pikir, mengapa pria seperti Donghae dapat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia hiburan? Padahal Donghae adalah pria sombong yang sangat semena-mena dan menyebalkan.

"Donghae sedang mencarikannya untukku, jadi kau tidak perlu khawatir."

"Yoona, apa yang kau lakukan di sini?"

Yoona menoleh kebalakang dan menemukan Donghae yang sedang menatapnya tajam. Pria itu berjalan cepat kearahnya dan langsung merangkul pundaknya posesif.

"Kau darimana saja, aku mencarimu." Tanya Yoona penuh selidik pada Donghae. Namun tatapan mata pria itu tidak pernah lepas dari Ji Chang Wook yang sejak tadi terus menatap Yoona penuh minat.

"Aku memiliki beberapa urusan yang harus kuselesaikan. Kau seharusnya menunggu di ruanganku."

"Aku lelah, aku ingin pulang dan juga lapar." Ucap Yoona malas. Ia berusaha menyingkirkan tangan Donghae dari pundaknya, namun pria itu justru menariknya semakin mendekat.

"Apa kau tahu jika di luar sana banyak orang-orang jahat? Mereka bisa saja melukaimu."

"Ya, kau seharusnya memberikan Yoona asisten karena ia sejak tadi belum makan siang." Timpal Ji Chang Wook perhatian. Donghae menatap Ji Chang Wook tajam dan setelah itu ia berganti menatap Yoona.

"Aku sudah memberikannya sayang. Kau saja yang tidak memperhatikannya. Dohyun, kemari kau! Mulai sekarang kau adalah asisten Yoona."

Pria yang dipanggil Dohyun melongo sambil berjalan tergopoh-gopoh kearah Donghae.

"Sssaya? Tapi..."

"Aku akan mengaturnya dengan bosmu, mulai sekarang kau harus menangani Yoona."

Dohyun mengangguk kecil, dan Yoona hanya memperhatikan itu dengan tatapan tak percaya. Semudah itukah Donghae memberikan asisten untuknya? Padahal Dohyun selama ini adalah seorang asisten sutradara, bukan seorang asisten artis. Namun yang bisa ia lakukan hanyalah menikmatinya, karena apa yang ia dapatkan sekarang adalah buah dari kesabarannya dalam menjalankan setiap ide gila Donghae untuk menjadi kekasihnya. Mungkin suatu saat ia akan mempertimbangkan untuk meminta mobil mewah pada Donghae karena mobil yang dipakaianya saat ini adalah mobil bekas hasil kerja kerasnya dalam menjadi model selama ini.

"Nah, sekarang Yoona sudah tidak memiliki masalah lagi dengan asisten, jadi kau boleh pergi." Usir Donghae kasar. Ji Chang Wook menatap Yoona sedikit memohon agar ia bisa membujuk Donghae agar tidak mengusirnya. Namun Yoona justru mengangguk dan menyuruh Ji Chang Wook pergi dengan cara yang halus karena ia tidak ingin Ji Chang Wook terluka karena Donghae.

"Aku akan makan bersama Donghae, maafkan aku. Mungkin lain kali kita bisa pergi bersama."

"Ya, tidak masalah. Selamat malam Yoong."

Ji Chang Wook melangkah pergi dengan tatapan sedih yang terlihat menyedihkan. Namun Donghae sama sekali tak peduli dan justru menarik tangan Yoona agar segera masuk ke dalam mobilnya karena sejak tadi ia merasa jika Yoona sedang diawasi oleh seseorang.

-00-

Brakk

"Aku melihatmu terus bersama wanita itu sebulan ini, apa kau benar-benar ingin menceraikanku?"

Jessica menggebrak meja di depannya sambil menatap Donghae berang yang saat ini sedang menikmati secangkir kopi di taman rumahnya. Pria itu terlihat malas untuk menanggapi setiap kemarahan Jessica, namun ia tidak suka dengan sikap Jessica yang berisik dan mengganggu waktu istirahatnya yang tenang.

"Bercerai denganmu atau tidak, itu tergantung padamu Sica. Kau yang membuat semua ini terjadi. Jadi jangan salahkan aku atas sikapku yang memilih untuk berkencan dengan wanita lain. Selama satu tahun ini aku sudah mencoba untuk menjaga komitmen kita saat berdiri di altar dan mengucapkan sumpah pernikahan yang begitu mulia. Tapi kau justru mengkhianatinya dengan berkencan dengan pria lain, bukankah itu sangat jahat?" Sindir Donghae halus dengan suara tenang. Jessica tampak tidak terima dengan ucapan Donghae. Wanita itu sudah siap dengan segala kemarahannya yang akan meledak-ledak di depan Donghae.

"Aku tidak seperti itu! Aku sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan Ok Taecyon. Kami hanyalah teman, tidak lebih!"

"Tapi dari apa yang ku lihat, kau sepertinya sangat menikmati kedekatan kalian. Lihatlah foto-fotomu yang diambil oleh anak buahku satu bulan yang lalu, kau terlihat begitu mesra saat bergelayut di pundak Taecyon dan kau juga beberapa kali mencium pipinya. Mungkin jika anak buahku bisa menembus pintu hotel yang kalian gunakan, aku bisa mendapatkan foto adegan ranjangmu."

Plakk!

"Jangan sembarangan menuduhku jika kau tidak memiliki bukti."

Jessica menampar Donghae keras dengan wajah merah padam yang penuh amarah. Sedangkan Donghae juga sama terlihat marahnya seperti Jessica setelah wanita itu menamparnya, karena tuduhannya yang menurut wanita itu tidak benar karena ia tidak memiliki bukti.

"Kau tidak berhak menamparku jalang! Meskipun aku tidak memiliki bukti apapun tentang hubunganmu dengan Ok Taecyon, aku tahu jika kau dan pria brengsek itu telah melakukannya. Bahkan sebelum kau menikah denganku, sebenarnya kau sudah sering melakukannya dengan pengusaha-pengusaha muda untuk memeras harta mereka." Desis Donghae mengerikan sambil mencengkeram rahang Jessica. Jessica meronta-ronta kesakitan dan meminta Donghae untuk melepaskannya, tapi Donghae tidak sedikitpun tergerak untuk melepaskan cengkeramannya karena ia begitu membenci wanita jalang yang saat ini berada di hadapannya. Mungkin jika ia mau, ia bisa saja meremukan rahang wanita itu dan membiarkannya mati dengan mengenaskan.

"Pergi dari sini! Jangan pernah memunculkan wajahmu di hadapanku atau aku akan membunuhmu. Setelah ini aku akan meminta pengacaraku untuk mengurus surat cerai kita, karena aku sama sekali tidak ingin hidup bersama wanita murahan sepertimu."

Jessica menatap Donghae penuh luka dengan lelehan air mata yang membasahi kedua pipi mulusnya. Dengan langkah berat, Jessica mulai berjalan pergi meninggalkan Donghae yang sedang menyesap kopinya penuh emosi.

Sambil mengusap air matanya, Jessica menoleh ke belakang dan bersumpah akan membalas semua perbuatan Donghae melalui Yoona. Ya, ia akan membuat Yoona merasakan sakit seperti yang ia rasakan karena Donghae.

"Aku akan merusak mainanmu oppa."

-00-

Yoona menyeruput segelas jus jeruk yang diberikan oleh Dohyun sambil tetap menekuni naskah filmnya yang harus ia hafalkan. Sepuluh menit lagi sutradara memintanya untuk take ulang beberapa adegan karena akting Yoona yang dinilai belum terlalu memuaskan.

"Dohyun-ah, apa menurutmu aktingku belum menjiwai?"

"Sepertinya sudah, tapi kau hanya perlu menambahkan emosimu ke dalamnya."

Dohyun memberikan pengarahan pada Yoona untuk lebih menjiwai perannya dalam film kali ini. Sebagai seorang asisten sutradara, ia tentu sudah memiliki banyak pengalaman dengan berbagai artis, sehingga ia bisa sedikit memberi pengarahan untuk Yoona.

"Tolong ambilkan jus jerukku lagi, aku sangat haus."

Dohyun mengangsurkan cup tiga ratus mili yang berisi jus jeruk milik Yoona. Ketika cup itu sudah berada di tangan Yoona, wanita itu langsung menegak isinya hingga tandas tak bersisa.

"Kau beli dimana jus ini, rasanya enak." Ucap Yoona sambil menatap cup jus jeruk di genggamannya. Dohyun mengendikan bahunya tak tahu dan hanya menunjuk sekumpulan anak remaja yang beberapa saat yang lalu memberikan paket berisi makan siang dan beberapa cup jus jeruk untuk dibagikan kepada para staff.

"Mereka yang memberikannya, untuk mendukung projek filmmu."

"Benarkah? Aku tidak menyangka jika aku memiliki banyak penggemar." Ucap Yoona terpesona.

"Mereka mendukungmu setelah berita perselingkuhan Jessica terungkap ke media. Sepertinya sekarang banyak orang-orang yang membelamu karena Jessica dinilai lebih bersalah karena telah mengkhianati suaminya." Terang Dohyun menjelaskan. Yoona langsung terlihat sumringah karena akhirnya ia terbebas dari segala tuduhan negatif yang dilayangkan padanya.

"Baiklah, aku akan lebih bekerja keras agar tidak mengecewakan mereka."

Bersamaan dengan itu, sutradara memanggil seluruh aktor dan artis yang terlibat dalam pembuatan filmnya agar segera bersiap di posisi mereka masing-masing karena mereka akan mulai melanjutkan kegiatan syuting mereka. Yoonapun bersiap berdiri di titik yang telah diberi tanda silang merah, tempat dimana ia harus berdiri di bawah lampu jalan sambil meratapi nasibnya yang malang. Adegannya kali ini menuntutnya untuk menangis di bawa temaram lampu jalan karena ia baru saja melihat sang kekasih tengah berciuman dengan wanita lain. Namun ketika ia berdiri di titik merah itu, ia merasa tiba-tiba kepalanya pusing. Lalu disusul dengan perasaan sesak yang terasa menghantam dadanya hingga ia harus membungkuk untuk menahan sensasi menyakitkan yang menusuk-nusuk dadanya.

Uhukk uhukk uhukk

"Nona, kau kenapa?" Teriak sang sutradara yang mulai melihat gelagat aneh Yoona. Dohyunpun segera berlari menghampiri Yoona yang sedang terbatuk-batuk sambil berlutut di atas lantai karena menahan rasa sesak yang menohok dadanya.

"Ddohyun... uhuk uhukk.. sakit."

Yoona memuntahkan segumpal cairan merah di atas lantai sambil terus terbatuk-batuk memegang dadanya. Melihat hal itu seluruh crew dan sutradara menjadi panik, mereka langsung memanggil ambulan untuk membawa Yoona ke rumah sakit karena tiba-tiba saja Yoona kehilangan kesadarannya dan terkulai lemah di atas permukaan lantai.

"Ada apa ini? Apa yang terjadi pada Yoona?"

Donghae membelah kerumunan para crew yang sedang mengerubungi tubuh pingsan Yoona. Pria itu terlihat terkejut dengan keadaan Yoona, dan ia langsung menggendong tubuh Yoona ke dalam mobilnya.

"Minggir, jangan halangi jalanku."

Donghae berteriak panik pada orang-orang yang menghalangi jalannya. Ia kemudian berlari menuju mobilnya sambil sesekali mengecek denyut nadi Yoona yang terasa melemah.

"Kau ikut denganku, kau harus menjelaskan padaku nanti saat di rumah sakit."

Donghae menarik tangan Dohyun dan menjejalkan pria itu ke dalam mobilnya. Ia kemudian melajukan mobilnya dengan brutal, tak peduli jika di depannya saat ini lampu sedang menyala merah, yang berada di pikirannya adalah Yoona karena wanita itu terlihat begitu pucat dengan sisa-sisa darah yang mulai mengering di sudut bibirnya.

-00-

Donghae menunggu dengan frustasi di depan ruang IGD sambil menunggu berita yang akan disampaikan oleh dokter nanti. Sembari menunggu Yoona, Donghae tampak meremas-remas gusar rambutnya berkali-kali karena ia merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa berbuat apa-apa. Lalu sedetik kemudian ia mengingat Dohyun yang saat ini sedang duduk cukup jauh dari tempatnya berdiri. Dengan langakah lebar-lebar, Donghae menghampiri Dohyun untuk meminta kejelasan atas insiden yang menimpa Yoona hari ini.

"Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa Yoona menjadi seperti itu?"

"Aaaku.. aku tidak tahu. Tiba-tiba saja Yoona terbatuk-batuk ketika sutradara ingin memulai penggambilan gambarnya." Terang Dohyun takut. Jujur ia merasa begitu terintimidasi dengan adanya Donghae yang menjulang di depannya. Pria itu sekilas terlihat seperti seorang penjahat yang hendak membunuh mangsanya.

"Apa kau yakin hanya itu yang terjadi? Apa yang dilakukan Yoona sebelum sutradara menyuruhnya untuk kembali ke set pengambilan gambar.

"Yoona... Yoona sedang menghafalkan naskah drama bersamaku di pinggir set pengambilan gambar. Saat itu ia juga meminun segelas jus jeruk yang dikirimkan oleh penggemarnya pada Yoona. Tapi aku juga meminum jus jeruk yang sama dengan Yoona, para staff juga karena itu merupakan hadiah dari para penggemar untuk para staff."

Donghae mencerna semua cerita Dohyun dengan dahi berkerut. Jika memang Yoona meminum jus jeruk itu sebelum melakukan syuting, kemungkinan jus jeruk itu memiliki racun. Tapi bagaimana dengan para staff yang terlihat baik-baik saja meskipun mereja juga meminum minuman yang sama?

"Apa kau tidak melihat seseorang yang terlihat mencurigakan di dalam kerumunan itu. Karena beberapa saat yang lalu dokter mengatakan jika kemungkinan Yoona mengalami keracunan yang disebabkan oleh sebuah racun yang mematikan. Terlambat sedikit kita membawanya ke rumah sakit, kita bisa saja kehilangannya."

Dohyun menggeleng gugup dengan wajah yang tidak yakin. Pria itu jelas terlihat ketakutan dengan raut wajah Donghae yang mengerikan. Tapi kemudian ia teringat akan seseorang yang sedikit aneh.

"Meskipun yang memberikan jus jeruk itu bukan seseorang yang mencurigakan, tapi aku melihat seorang wanita berambut pirang yang menggunakan masker turut berdiri di dalam kerumunan itu. Ia melihatku saat sedang meneriman satu krat jus jeruk dan ia juga melihatku saat sedang menerima satu cup jus jeruk yang diberikan khusus untuk Yoona."

"Sial!" Umpat Donghae keras sambil meninju dinding di sebelahnya. Sekarang ia tahu siapa dalang dibalik semua kejadian mengerikan hari ini.

"Tolong kau jaga Yoona, aku akan memberi pelajaran pada orang yang sudah berani menyakiti Yoona."

Donghae bergegas pergi untuk mencari Jessica dan bukti-bukti yang bisa memberatkan Jessica akan perbuatan yang ia lakukan. Lalu tiba-tiba Donghae berbalik dan berpesan pada Dohyun.

"Tolong hubungi aku jika Yoona sudah sadar, atau setidaknya beritahu aku bagaimana keadaanya." Ucap Donghae dengan raut wajah khawatir dan segera pergi dari hadapan Dohyun. Dohyun menatap punggung Donghae dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Pria itu, dia benar-benar mengerikan jika menyangkut miliknya."

-00-

"Jessica! Jessica!"

Donghae berteriak-teriak seperti orang kesetanan di dalam apartemen Jessica. Ia mengobrak-abrik seluruh isi apartemen Jessica, namun ia sama sekali tak menemukan keberadaan wanita itu di sana. Ia kemudian menuju kamar milik wanita itu dan membongkar isinya untuk menemukan barang bukti yang bisa menguatkan Jessica jika wanita itu yang meracuni Yoona.

"Sial! Dimana wanita itu menyembunyikan racunnya!"

Donghe tampak frustasi karena ia tidak bisa menemukan apapun di dalam kamar Jessica. Ia pun memutuskan untuk menghubungi asistennya agar ia mencari dimana keberadaan Jessica.

"Halo, kau sudah menemukan Jessica?"

"......."

"Klub? Wanita macam apa yang pergi ke klub pada jam segini, benar-benar murahan." Umpat Donghae kasar dan segera memasukan ponselnya ke dalam saku celanannya. Ia pun berjalan pergi meninggalkan kamar Jessica yang terlihat sangat berantakan. Namun ia tidak peduli. Bahkan jika Jessica mati sekalipun, ia juga tidak akan peduli. Karena siapapun yang telah menyakitinya, maka ia tidak berhak mendapatkan perlakukan istimewa darinya.

Sekitar lima belas menit kemudian Donghae tiba di sebuah klub yang berada di distrik Gangnam. Dengan rahang mengetat, Donghae berjalan masuk ke dalam klub itu untuk mencari Jessica. Suasana klub yang sepi memudahkan Donghae untuk mencari Jessica yang saat ini sedang berada di depan meja bartender sambil meneguk martininya dengan kepala sempoyongan. Ia sudah mabuk.

"Apa yang kau lakukan pada Yoona?"

Donghae menarik bahu Jessica kasar dan membuat wanita itu langsung menoleh kearahnya dengan keadaan setengah sadar.

"Lee Donghae... Donghae oppa...."

Jessica meracau tidak jelas sambil menggapai-gapai tubuh Donghae untuk memeluknya. Namun Donghae segera menghempaskan tangan itu dengan kasar karena ia merasa muak dan jijik dengan Jessica.

"Kutanya padamu sekali lagi, apa yang telah kau lakukan pada Yoona? Kau meracuninya? Kau membuatnya hampir mati jalang!"

"Hahaha.. jadi.. diaa.. hampir mati? Bukankah itu bagus, kau bisa kembali lagi padaku oppa." Ucap Jessica terbata-bata. Wanita itu mencoba berdiri sambil bertopang pada kursi bar yang tinggi, namun karena efek hangovernya, ia justru tersungkur ke lantai sambil terkikik geli dengan tingkahnya sendiri.

"Oppa.. tolong aku." Ucap Jessica manja. Tapi Donghae hanya bergeming di tempat dan tak ada niatan sedikitpun untuk menolong isterinya.

"Kau seharusnya tidak menyentuh wanitaku jika kau masih ingin hidup Sica, karena aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu." Desis Donghae tajam sambil menjambak rambut Jessica kuat-kuat. Entah kenapa Donghae seperti tidak memiliki sedikitpun rasa cinta yang tersisa untuk Jessica. Padahal mereka dulu pernah memiliki kenangan indah bersama. Tapi pengkhianatan itu telah membekukan hati Donghae untuk Jessica. Ia sekarang justru merasa muak dan jijik pada wanita itu.

"Hahahaha... aku memang ingin wanita itu mati! Kau seharusnya bersamaku oppa, kau milikku. Kita masih berstatus sebagai suami isteri sah."

"Bagiku kau adalah wanita jalang setelah kau berselingkuh dengan pria menjijikan itu. Secepatnya aku akan meminta pengacaraku dan kepolisian untuk mengusut kebusukanmu."

Donghae sudah benar-benar geram dengan Jessica. Seluruh rasa cintanya dulu untuk wanita itu kini telah menguap dan berganti dengan kebencian pekat yang begitu mendarah daging di dalam tubuhnya. Ia sangat ingin menghancurkan wanita licik di depannya.

"Oppa... kembalilah padaku, aku sangat mencintaimu." Isak Jessica pelan di depan lutut Donghae. Seluruh maskara wanita itu luntur dan digantikan dengan bulir-bulir air mata hitam yang terlihat mengerikan.

"Aku tidak pernah berselingkuh oppa, aku hanya bersenang-senang dengannya. Aku bosan dengan sikapmu yang cuek dan terkesan tidak mempedulikanku. Tapi aku masih mencintaimu oppa..."

"Huh, air mata buayamu sama sekali tidak berguna. Aku, akan tetap menceraikanmu."

"Oppa... kumohon jangan tinggalkan aku... oppa..." Mohon Jessica sambil memeluk kaki Donghae. Namun Donghae langsung menghempaskannya begitu saja dan membuat bibir Jessica sobek karena membentur lantai.

"Jangan pernah muncul dihadapanku lagi atau aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri." Ancam Donghae sadis dan segera pergi meninggalkan Jessica yang masih sesenggukan di atas lantai bar dengan keadaan menyedihkan. Sebelum Donghae benar-benar keluar dari dalam klub itu, Donghae sempat menghubungi asistennya untuk menghubungi polisi dan meringkus Jessica yang berada di dalam klub karena wanita itu hampir membunuh Yoona.

-00-

Donghae mendorong pelan pintu kamar rawat Yoona dengan perasaan berdesir. Baru saja ia bertemu dengan dokter yang menangani Yoona, dokter itu mengatakan jika kondisi Yoona sudah stabil. Ia hanya perlu menunggu Yoona sadar.

"Kau terlihat pucat." Bisik Donghae pada angin. Tangan lebarnya kemudan meraih jari-jari lentik Yoona dan menggenggamnya erat. Ia merasa bersalah pada wanita itu karena ia yang telah menyeret wanita itu kedalam kehidupannya yang rumit. Andai saja ia tidak memiliki ambisi untuk menyakiti Jessica, mungkin wanita itu masih tetap sehat tanpa pernah mengalami keracunan. Tapi.. semuanya sudah terjadi. Ia hanya harus memperbaikinya agar semuanya menjadi lebih baik.

"Dulu kukira kau seperti wanita lainnya yang hanya memanfaatkanku untuk mendongkrak karirmu, meskipun aku juga memanfaatkanmu untuk membalas Jessica, tapi kau ternyata berbeda dengan wanita-wanita yang selama ini kukenal. Kau lebih peduli padaku, dan beberapa kali kau membelaku di depan para haters. Mungkin awalnya kita seperti sepasang sendok dan garpu yang saling memiliki tujuan masing-masing. Namun seiring berjalannya waktu, tujuan yang kita miliki untuk melindungi satu sama lain. Aku peduli padamu Yoong, bahkan aku ingin melindungimu dari orang-orang jahat di luar sana. Tanpa sepengetahuanmu aku telah mengancam Ji Chang Wook agar ia tidak mendekatimu lagi, aku benci melihatmu saat bersamanya. Dan aku benci membayangkan kau pernah mendapatkan perlakuan kasar darinya. Mulai sekarang aku akan menjadi garpu untukmu. Aku akan menghancurkan siapapun yang berani menyakitimu dan aku akan selalu melindungimu. Cepatlah membuka mata, aku merindukan suara cemprengmu saat sedang kesal dan saat sedang menghafalkan naskah dengan suara keras. Aku merindukan semua sikap unikmu yang membuatku tidak bisa melupakanmu."

Donghae mengecup punggung tangan Yoona lembut sambil memejamkan matanya penuh perasaan. Ia tidak tahu apakah ia mencintai Yoona atau tidak, yang jelas ia memiliki perasaan ingin melindungi untuk Yoona. Dan kedepannya ia hanya ingin menjalani semuanya seperti air yang mengalir. Jika pada akhirnya ia mencintai Yoona, ia ingin mencintai wanita itu dengan sepenuh hati dan tanpa pengkhianatan.

"Donghae.. terimakasih telah menjadi garpu untukku. Terimakasih banyak."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro