Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I Got A Love

Yoona memandang bayinya dalam diam sambil mengelus rambut coklat lembut itu perlahan. Ingatan beberapa saat yang lalu ketika Donghae menemaninya berjuang untuk melahirkan Lee Hyura kembali berputar-putar di  kepalanya dan membuatnya ingin menangis. Siang ini tak ada siapapun yang menemaninya di rumah sakit. Ayahnya dan Kim Soohyun pergi entah kemana setelah mereka berhasil mengusir Lee Donghae dengan tidak manusiawi. Dan Jessica hingga saat ini belum memunculkan batang hidungnya sejak ia melahirkan Hyura dua jam yang lalu, padahal ia pikir hubungan mereka sudah lebih dekat dari sekedar hubungan sepasang sahabat, ia sudah menganggap Jessica seperti saudara kandungnya sendiri. Tapi.. mungkin saja wanita blonde itu sedang sibuk untuk mengurus pesta pernikahannya yang akan diadakan minggu depan, sehingga ia cukup maklum jika Jessica tidak datang untuk menjenguknya hari ini.

"Lee Hyura.."

Yoona bergumam pelan pada bayinya yang sedang asik menghisap putingnya dengan kuat. Yoona mengamati wajah bayinya lekat-lekat dan ia langsung menemukan Donghae kecil pada wajah bayinya. Ia pikir kening dan hidung Hyura sangat mirip dengan Donghae. Dan kemiripan-kemiripan itu pasti akan terus bertambah seiring dengan usia Hyura yang akan bertambah besar. Mungkin suatu saat Yoona akan menemukan sifat kekanakan Donghae ada di dalam diri Hyura atau sikap lembutnya yang tidak pernah ia lupakan dari Donghae, meskipun setelah menikah dengan Yuri Donghae sering menunjukan sisi kejamnya yang selama ini selalu ia sembunyikan.

Yoona Pov

Lee Hyura..

Betapa aku sangat beruntung karena memiliki bayi manis itu di dalam pelukanku. Dia adalah satu-satunya penghubungku dengan Donghae oppa. Dan Lee Hyura adalah satu-satunya replika Donghae oppa yang dapat kumiliki seutuhnya tanpa takut akan kehilangannya. Tapi meskipun begitu hidupku tidak akan sempurna tanpa kehadirannya. Kehidupan kami tidak akan pernah lengkap tanpa kehadiran sosok Lee Donghae sebagai ayah dari Lee Hyura, dan pria yang akan selalu memandangku dengan penuh cinta.

Tiba-tiba aku teringat akan janjiku pada Kim Soohyun. Setelah ini kami akan menikah. Rasanya aku belum siap, aku tidak akan pernah siap untuk menikah dengan Kim Soohyun karena aku tidak pernah menginginkannya. Hatiku sampai kapanpun hanya tertaut pada Donghae oppa. Dan mengetahui sebuah kebenaran jika ia telah bercerai dengan Yuri membuatku sangat lega. Setidaknya aku masih memiliki harapan untuk bersamanya, meskipun kecil. Sangat kecil! Tapi mengingat ayahku yang sangat membencinya hingga benar-benar benci, membuatku menjadi pesimis seketika.

Tok tok tok

Aku mendongakan kepalaku ke arah pintu ketika aku mendengar suara ketukan pintu yang cukup nyaring ditengah suasana hening yang tercipta di dalam kamar ini. Dengan suara pelan dan sedikit serak aku mempersilahkan sang pengetuk untuk masuk.

"Hai.."

Aku menegang seketika ketika melihatnya sedang menyunggingkan senyum manis ke arahku sambil membawa sebuket bunga mawar putih yang cantik. Dia ternyata datang kembali untukku, untuk kami.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, apa kau sudah merasa lebih baik? Maaf, aku telah mengacaukan saat-saat kelahiranmu yang menegangkan dengan membuat keributan di luar ruang bersalin dan di dalam ruang bersalin. Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu setelah Hyura lahir, tapi ayahmu dan Kim Soohyun melarangku, hingga aku harus menunggu mereka benar-benar pergi sebelum aku memutuskan untuk datang ke sini lagi. Aku hanya tidak ingin membuat keributan. Aku lelah Yoong." Ucap Donghae oppa sambil menghela nafas pelan. Aku tersenyum kecil dan kembali sibuk mengelus rambut Hyura yang halus. Untuk saat ini aku merasa sedikit aneh ketika berinteraksi dengan Donghae oppa tanpa adanya adu mulut atau pertengkaran kecil yang sudah kami alamai selama hampir sebelas bulan terakhir ini. Tapi itu bukan berarti aku tidak senang dengan sikap lembut yang ditunjukan oleh Donghae oppa, aku justru sangat senang hingga merasa bingung bagaimana harus menyikapinya.

"Boleh aku menggendongnya?"

Tiba-tiba Donghae oppa sudah berdiri di sebelahku sambil menatapku dengan wajah memohon. Ia tampak ingin merasakan bagaimana hangatnya mendekap Hyura yang sangat kecil. Karena merasa ia adalah ayah Hyura, aku pun memberikan Hyura padanya dan ia dengan sangat hati-hati langsung membawa Hyura ke dalam dekapannya yang nyaman. Sekilas ketika melihat kebersamaan mereka, aku ingin menangis. Bagaimana mungkin aku tidak ingin menangis jika kedekatan mereka benar-benar tidak bisa berbohong jika mereka adalah ayah dan anak. Tapi sayangnya kedekatan itu setelah ini akan digantikan dengan pria lain yang jelas-jelas bukan ayahnya, pria asing yang tidak memiliki ikatan darah apapun dengan Hyura.

"Kapan kau akan menikah?"

Mendengar pertanyaan itu rasanya aku tidak mampu untuk menjawab. Tapi Donghae oppa sejak tadi terus menatap wajahku dan seakan-akan ia sedang menunggu jawabanku yang sebenarnya sama sekali tidak akan memuaskannya.

"Aku tidak tahu."

Akhirnya hanya jawaban itu yang mampu kukatakan pada Donghae oppa karena pada kenyataanya aku memang tidak tahu. Aku sendiri justru bimbang dengan keputusanku sendiri dan merasa ingin menariknya. Tapi aku tidak yakin apakah aku bisa semudah itu menariknya, mengingat ayah yang sangat menyukai Kim Soohyun dan sangat membenci Donghae oppa.

"Kurasa ini memang sedikit aneh Yoong, tapi kau terlihat lebih diam setelah melahirkan Hyura, apa kau merasa sakit?"

Donghae oppa kini duduk tepat di atas ranjangku dan saat ini kami sedang berhadap-hadapan satu sama lain. Mungkin sepuluh bulan yang lalu posisi seperti ini akan menjadi posisi yang sangat rawan untuk melakukan adu mulut, namun sekarang, posisi ini benar-benar membuatku gugup.

"Mungkin aku hanya lelah." Jawabku apa adanya. Donghae oppa menggenggam tanganku lembut dan mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya. Ia pasti juga sama bimbangnya denganku!

"Saat melihatmu melahirkan Hyura dan saat melihat Hyura lahir, aku merasa ingin menangis Yoong. Kilasan kejadian sepuluh bulan yang lalu saat aku berlaku kasar padamu membuatku sangat menyesal dan merasa aku adalah pria yang paling jahat sedunia. Lalu aku sadar jika aku memang tidak pantas untukmu. Kau seharusnya mendapatkan pria yang lebih baik dariku, seperti Kim Soohyun. Tapi melepasmu dan Hyura untuk pria itu... rasanya sulit. Kalian terlalu berarti bagiku, dan dengan bodohnya aku hampir melepaskan kalian. Tapi sungguh, saat itu aku sedang dalam keadaan emosi. Aku bingung, aku kalut, dan hatiku memberontak. Ketika melihatmu datang di acara pernikahanku dengan Yuri, aku begitu terkejut sekaligus gugup. Saat itu aku seperti tertangkap basah sedang berselingkuh darimu, padahal jelas-jelas hubungan kita sudah berakhir sebelumnya, dan..."

"Hanya oppa yang menganggapnya berakhir, aku tidak pernah." Potongku cepat. Enak saja ia menganggap jika hubungan kami telah berakhir, sedangkan sejak dulu tidak pernah ada kata putus diantara kami.

"Ya, kau benar. Kita memang tidak pernah mengucapkan hal itu, tapi kepergiaanmu ke Amerika dan sulitnya berkomunikasi denganmu membuatku beranggapan jika kita telah berakhir. Dan sejujurnya aku sakit ketika mengingat hal itu. Satu-satunya alasan orangtuaku menjodohkanku dengan Yuri adalah agar aku terbebas dari patah hatiku dan bisa hidup normal bersama seorang wanita yang dapat mengurusku dengan baik. Tapi ternyata mencintai wanita lain yang baru kau kenal selama tiga bulan tidak semudah mencintai seorang wanita yang kau kenal sejak bertahun-tahun lamanya. Aku tidak bisa mencintai Yuri, aku selalu memikirkanmu dan bayangan percintaan kita yang panas. Bahkan hanya untuk sekedar menyentuh Yuri, aku sama sekali tidak bergairah. Saat itu aku benar-benar marah dan merasa kalut dengan diriku sendiri, karena aku ternyata tidak bisa menjalankan sebuah komitmen yang kupilih dan justru mendambakan wanita lain. Lalu kau sering datang ke kantorku dan menggodaku, membuatku melampiaskan semua rasa marah yang seharusnya kutujukan pada diriku sendiri padamu. Sebenarnya aku tidak pernah membencimu ataupun Hyura, bahkan perkataan menyakitkanku tentang mengakui Hyura sebagai anak, itu hanyalah salah satu emosi terpendamku karena aku sebenarnya saat itu ingin merasa bahagia, tapi di satu sisi aku sedang menyakiti hati seorang wanita yang tidak bersalah. Dan saat itu pikiranku juga kacau karena Yuri baru saja menemukan testpack milikmu di dalam saku jasku."

"Ya, itu masa lalu yang menyakitkan. Sejujurnya bukan hanya oppa saja yang kalut, saat itu aku juga kalut. Bagaimanapun aku telah menghancurkan masa depanku sendiri dan membuat ayahku marah hanya untuk mengemis cinta pada kekasihku sendiri. Padahal selama aku menjalankan studiku di sini, aku telah berjanji pada diriku sendiri aku akan memberikan yang terbaik untuk ayah dan tidak mengecewakannya. Tapi tiba-tiba aku merasa begitu marah dan ingin memilikimu lagi ketika melihatmu menikah dengan Yuri. Perasaanku saat itu benar-benar menggebu-gebu hingga aku tidak menggunakan akal sehatku untuk memikirkan semua resiko dari perbuatan yang aku lakukan. Tapi sudahlah, bukankah itu hanya masa lalu? Kita harus melupakan masa lalu dan hanya menatap masa depan bersama Hyura, bagaimanapun dia adalah anak kita yang harus kita lindungi, meskipun takdir tidak membawa kita untuk bersama sekalipun dan membentuk sebuah ikatan keluarga yang suci."

Aku mencium kening Hyura lembut sambil mengelus pipi putriku yang sedang tertidur. Melihatnya Hyura yang sedang memejamkan mata, mau tidak mau mengingatkanku pada mata teduh Donghae oppa yang juga akan memejam damai seperti yang Hyura lakukan saat ini. Hyura benar-benar replika Donghae oppa, dan hal itu akan membuatku semakin sulit untuk berpindah mencintai Kim Soohyun.

"Apa kau akan memberiku kesempatan jika aku akan memperjuangkanmu?"

Kata-kata itu, kata-kata itu adalah kata-kata yang paling ingin kudengar sejak dulu. Tapi meskipun Donghae oppa baru mengucapkannya sekarang, aku tetap akan mengangguk antusias dengan penawarannya karena aku memang butuh diperjuangkan. Aku belum bisa menerima Kim Soohyun sebagai calon suamiku.

"Memperjuangkanku? Kau benar-benar ingin melakukannya?"

"Sangat. Jika kau mengijinkannya, aku pasti akan melakukannya untukmu dan Hyura. Aku tidak bisa melepaskan kalian untuk pria lain. Meskipun ayahmu sangat membenciku, aku akan berusaha untuk mendapatkan hatinya. Dan aku akan berusaha untuk menjadi pria yang bertanggungjawab."

Tanpa aba-aba, aku langsung menarik kerah kemejanya dan melumat bibirnya lembut penuh perasaan. Meskipun awalnya Donghae oppa terkejut dengan tindakanku, tapi pada akhirnya ia juga mengikuti permainan bibirku dengan membalas lumatanku dengan sangat lembut. Rasanya sudah lama sekali kami tidak saling berbagi perasaan cinta yang menggebu-gebu seperti ini. Aku merasa seperti kembali ke zaman-zaman high school ketika benih-benih cinta itu baru saja tumbuh. Ahh.. aku belum ingin kehilangan momen ini.

Donghae oppa melepaskan ciuman kami terlebihdahulu ketika Hyura sedikit menggeliat di tengah-tengah kami. Tapi kami tetap menyatukan kening kami masing-masing sambil merasakan deru nafas kami yang memburu setelah ciuman penuh emosi kami. Aku lalu menatap manik matanya dalam sambil mengusap pipinya lembut.

"Perjuangkan kami, perjuangkan aku dan Hyura agar kami bisa bersamamu oppa." Bisikku tepat di depan bibirnya. Donghae oppa tersenyum penuh kebahagiaan di depanku dan langsung mengecup keningku dengan lembut. Tapi tiba-tiba kegiatan kami terinterupsi oleh kedatangan Jessica yang berisik.

"Maaf aku.. Ohh, apa aku baru saja mengganggu?" Tanya Jessica tanpa dosa di ambang pintu. Cepat-cepat aku mendorong Donghae oppa menjauh dariku sambil melambaikan tanganku agar ia mendekat. Lagipula sejak tadi aku sudah menunggu kedatangannya, aku tidak mungkin akan mengusirnya begitu saja hanya karena ia telah mengganggu momen romantisku dengan Donghae oppa.

"Darimana saja kau, aku sudah menunggumu sejak tadi." Rengekku manja. Jessica menampakan wajah bersalahnya padaku sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Maaf, aku harus menjemput adikku dulu di bandara, ia baru saja datang dari Korea."

"Benarkah? Lalu dimana adikmu sekarang?"

Aku melongokkan kepalaku ke arah pintu untuk menemukan adik Jessica, tapi sejauh yang kulihat, aku hanya menemukan lorong rumah sakit yang kosong tanpa ada siapapun yang berdiri di sana.

"Tunggu, ia sedang... itu dia!"

Tiba-tiba seorang wanita cantik dengan tubuh yang lebih tinggi dari Jessica masuk ke dalam kamarku. Wanita itu menyapaku ramah dan bergegas berjalan ke arahku dan juga Jessica.

"Selamat atas kelahiran bayimu Yoona eonni, aku benar-benar tidak menyangka jika akan bertemu denganmu secara langsung seperti ini."

"Jung Hana.."

Hana menoleh pada Donghae oppa dan melambaikan tangan ringan padanya. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi Donghae oppa terlihat terkejut dengan kedatangan adik Jessica.

"Terkejut melihatku? Kalau begitu kau harus meminta penjelasan pada eonniku yang menyebalkan ini." Ucap Jung Hana sambil menyikut pinggang Jessica pelan. Jessica tampak meringis kecil sambil menggaruk tengkuknya gugup.

"Aku memang sengaja meminta Hana untuk menemuimu dan memprovokasimu karena aku gerah ketika mendengar cerita dari Lee Hyukjae jika kau sangat pasif dan cenderung putus asa untuk mendapatkan Yoona, jadi.. aku minta maaf jika kau tidak nyaman dengan hal itu."

"Aku tidak masalah dengan hal itu, dan kau sekarang bisa melihat hasil dari rencanamu." Jawab Donghae oppa santai sambil mengendikan bahunya acuh. Aku kemudian sibuk mengobrol dengan Jessica mengenai rencana pernikahan wanita itu yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Lalu tiba-tiba Donghae oppa memberikan Hyura padaku dan meminta ijin untuk pulang ke Korea karena ia telah meninggalkan banyak pekerjaan di sana. Namun sebelum Donghae oppa benar-benar pergi, ia sempat berbisik jika ia akan terus menghubungiku dan menjalin hubungan yang baik, meskipun pada akhirnya kami tidak bisa bersama.

"Jadi kalian sudah berbaikan?" Goda Jessica dengan senyum geli sambil meminta Hyura dari gendonganku. Aku memberikan Hyura padanya dan berusaha untuk bersikap netral, meskipun jantungku sedang berdegup kencang sekarang.

"Menurutmu begitu? Tapi sepertinya kami biasa saja."

"Ck dasar kau ini, aku tahu jika sekarang kau tengah berbunga-bunga di lubuk hatimu yang paling dalam. Apalagi sekarang kalian telah memiliki Lee Hyura, ahhh... kehidupan kalian sudah lebih dari sempurna sekarang." Ucap Jessica heboh sambil menimang-nimang Hyura pelan. Aku mendengus kesal dengan reaksinya sambil menyandarkan punggungku pada sandaran blangkar.

"Memangnya kau mendukungku jika aku kembali pada Donghae oppa dan meninggalkan sepupumu yang selama ini selalu tulus mencintaku itu? Kuyakin kau tidak akan pernah melakukannya." Cibirku telak padanya. Tapi Jessica langsung menatap manik mataku dalam sambil menganggukan kepalanya sungguh-sungguh.

"Aku akan mendukungmu, sangat! Meskipun hal itu berarti menyakiti sepupuku sendiri, aku rasa tidak masalah. Soohyun masih bica mencari wanita lain yang lebih baik darimu di luar sana, sedangkan kau, kau tidak mencintai Soohyun, dan kehidupan tanpa cinta itu sangat mengerikan." Ucap Jessica menakut-nakuti. Aku menjauhkan wajahnya pelan dari wajahku dan segera mengambil Hyura dari gendongannya. Jessica, ia benar-benar wanita yang tak terduga.

"Kupikir apa yang kau katakan benar, tapi aku hanya akan melakukan apa yang menurut ayahku baik, jadi jika ayahku memintaku untuk menikah dengan Kim Soohyun, aku akan melakukannya." Ucapku santai. Namun dibalik itu semua aku menjerit. Tentu saja apa yang dikatakan Jessica benar, jika kehidupan tanpa cinta itu sangat mengerikan. Tapi satu-satunya hal yang ingin kulakukan sekarang adalah membalas kebaikan ayahku selama ini. Sudah cukup aku menyakiti ayahku dengan tindakan gegabah seperti kemarin. Sekarang saatnya bagiku untuk menjadi gadis penurut dan gadis kebanggaan keluarga Im.

Yoona pov end

Jessica terlihat prihatin ketika Yoona telah memutuskan pilihannya. Ia tahu jika Yoona pasti juga merasa sulit untuk menerimanya. Tapi mau bagaimana lagi, ikatan diantara mereka memang sudah retak, akan sulit untuk disatukan. Dan sebagai seorang sahabat, ia hanya akan mendukung apa yang dilakukan Yoona.

"Hai, selamat siang."

Kim Soohyun tiba-tiba muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis ke arah Yoona. Yoona melambaikan tangannya pada Kim Soohyun dan Hana langsung membantu Soohyun yang sedang kerepotan membawa sebuah parsel besar di tangannya.

"Selamat Yoong atas kelahiran bayimu, aku turut bahagia atas kebahagiaanmu."

Kim Soohyun mengecup puncak kepala Yoona lembut sambil mengelus kepala Hyura yang sedang tertidur nyaman di dalam dekapan ibunya. Tak sengaja ekor mata Soohyun menatap sebuah buket bunga yang tergletak di atas meja kecil disamping Yoona. Pria itu mengambilnya sambil mengamatinya dalam diam.

"Bunga yang cantik." Komentar Kim Soohyun santai. Jessica yang berada di sebelahnya langsung merebut bunga itu sambil memamerkannya dengan penuh kesombongan.

"Tentu saja, ini bunga dariku. Bukankah bunga ini cantik sepertiku?"

"Ck, kau berisik sekali Jessica Jung. Kenapa kau tidak seperti adikmu yang manis itu." Dengus Kim Soohyun sebal dan berhasil membuat Yoona tertawa renyah karena tingkah dua sepupu aneh itu.

"Jika kalian terus berisik, Hyura bisa bangun. Sebaiknya kalian pergi saja, aku ingin istirahat."

Yoona meletakan Hyura di dalam box bayi dan ia mulai mengambil ancang-ancang untuk tidur. Sedangkan Jessica dan Kim Soohyun hanya dapat saling menatap satu sama lain sambil memasang wajah bodoh karena mereka pikir Yoona hanya bercanda.

"Dia benar-benar tidur?"

"Ini semua gara-gara suara berisikmu. Kalau begitu aku akan kembali ke kantor sekarang, aku tidak mau semakin mengganggunya di sini."

Kim Soohyun kemudian mengambil jas hitamnya yang tersampir di atas sofa dan segera berjalan menghampiri Yoona yang sedang memejamkan matanya.

"Aku tahu kau belum tidur, nanti malam aku akan datang lagi untuk menjengukmu. Selamat tidur calon isteriku." Ucap Kim Soohyun pelan sambil mengecup pipi Yoona lembut. Sedangkan Jessica terlihat ingin muntah melihat sepupunya yang tiba-tiba berubah menjadi pria romatis, padahal selama ini ia selalu bersikap kekanakan di depannya.

"Kau tidak berpamitan padaku? Oh.. itu menyakitkan sekali sepupu." Sindir Jessica sinis. Namun Kim Soohyun tetap tidak mempedulikan Jessica dan pergi begitu saja sambil melambaikan tangannya santai.

"Sampai jumpa sepupu berisik."

-00-

"Hae, kau mau kemana? Kau terlihat sangat terburu-buru."

Hyukjae masuk ke dalam ruangan Donghae sambil memandang heran sahabatnya yang tampak terburu-buru sambil menjepit ponselnya kesana kemari. Hyukjae pun memutuskan untuk duduk di atas sofa sambil menunggu Donghae selesai berbicara dengan seseorang yang dihubunginya.

Dari kejauhan Hyukjae tersenyum puas saat melihat sahabatnya mulai memiliki semangat hidup kembali. Sudah dua bulan ini ia melihat Donghae yang berbeda dari Donghae yang ia lihat tiga bulan yang lalu. Dua bulan ini Donghae lebih ceria dan selalu hidup dengan baik. Tidak ada Donghae yang selalu menghabiskan waktunya untuk menenggelamkan diri di dalam tumpukan berkas-berkas penting perusahaanya. Donghae kini selalu pulang tepat waktu dan juga makan tepat waktu. Bahkan karena pola hidupnya yang sehat itu, Hyukjae tidak pernah melihat Donghae mengeluh sakit seperti dulu.

"Kau mau pergi?"

"Aku harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaanku karena penerbanganku akan berangkat dua jam lagi." Ucap Donghae sambil memasukan barang-barang yang diperlukannya ke dalam tas kerjanya.

"Kau mau pergi ke New York? Menemui Yoona dan anakmu?"

"Hmm, tentu saja, memangnya siapa lagi. Ngomong-ngomong ada perlu apa kau ke sini?"

"Tidak, aku hanya ingin melihat keadaan sahabatku. Aku senang melihat perubahanmu Hae." Ucap Hyukjae tulus. Donghae menepuk pundak Hyukjae pelan sambil menggumamkan kata terimakasih pada sahabatnya. Tak bisa ia bayangkan bagaimana hidupnya dulu jika Hyukjae tidak ada untuk mendukungnya, ia pasti sudah memilih untuk mati karena keterpurukannya.

"Baru saja Yoona menghubungiku, ia mengatakan padaku jika Hyura sudah jauh lebih aktif. Ia juga mengirimkan beberapa foto Hyura padaku, kau ingin melihatnya?"

Donghae mengangsurkan ponselnya pada Hyukjae dengan senyum cerah yang terpatri di wajahnya. Saat ini bayangan putrinya yang menggemaskan tengah menari-nari di dalam kepalanya. Rasanya ia sudah tidak sabar untuk bertemu anaknya besok setelah dua bulan ini ia tidak pernah bertemu dengan anaknya karena ia harus memimpin perusahaan dan juga hubungannya dengan tuan Im sangat buruk. Tapi ia bertekad akan memperbaiki hubungannya dengan tuan Im. Ia tidak ingin terus menerus menjadi musuh untuk tuan Im, disaat ia membutuhkan Yoona dan anaknya untuk melengkapi hidupnya. Dan untuk Kim Soohyun, ia benar-benar pasrah dengan pria itu. Sekarang ia hanya ingin menikmati waktunya sebagai seorang pemimpin perusahaan dan seorang ayah bagi putrinya.

"Anakmu sangat mirip denganmu, bahkan tawanya benar-benar mencerminkan tawamu. Yoona pasti terus menerus memikirkanmu selama mengandung Hyura."

"Itu sudah pasti Hyuk. Bagaimana mungkin ia tidak memikirkanku, sedangkan aku terus menyakitinya dengan berbagai hal yang menyakitkan. Tapi sekarang kami sudah sepakat untuk melupakannya, dan ia memberiku kesempatan untuk menjadi ayah yang baik bagi Hyura."

"Itu berita yang bagus, lalu apa ia memberimu kesempatan untuk menjadi suaminya?"

Tiba-tiba Donghae melemparkan bantal sofa pada Hyukjae setelah ia merasa sedang diolok-olok oleh sahabatnya yang menyebalkan itu.

"Kau sengaja menanyakan hal yang sudah sangat jelas kau tahu jawabannya. Bodoh!" Umpat Donghae kesal. Hyukjae terlihat mengernyitkan dahinya sambil memasang wajah innocent tanpa dosa.

"Aku sama sekali tidak berniat untuk mengolok-olokmu, aku hanya bertanya. Siapa tahu dalam kurun waktu dua bulan ini ada banyak hal yang berubah, termasuk keputusan Yoona untuk menuruti kenginan ayahnya."

"Tidak ada yang berubah Hyuk, tidak akan pernah ada yang berubah karena semuanya sudah final. Kami berdua memutuskan untuk menjadi teman dekat dengan memenuhi kewajiban kami masing-masing sebagai orangtua Hyura. Jadi kau jangan pernah mengharapkan untuk mendapatkan undangan pernikahan dariku."

Hyukjae memandang sahabatnya prihatin. Ia pikir sahabatnya akan melakukan hal gila dan tak terduga untuk mendapatkan Yoona. Tapi mungkin hal itulah yang terbaik untuk mereka berdua, tidak ada ikatan suci diantara mereka, dan hanya ikatan sebagai orangtua bagi Hyura.

-00-

Yoona tampak sibuk di dalam kamar putrinya sambil menimang-nimang bayinya yang kini sudah semakin besar. Tiba-tiba pintu kamar bayinya terbuka dan memunculkan sosok Kim Soohyun yang sedang membawa sebotol susu untuk Hyura.

"Hyura, saatnya minum susu sayang."

Yoona tersenyum lembut pada Kim Soohyun sambil meraih sebotol susu yang disodorkan Kim Soohyun padanya. Ketika Yoona mendekatkan botol susu itu di depan mulut Hyura, bayi itu dengan rakus langsung menghisapnya dan meminum susu itu dalam diam.

"Dia sepertinya benar-benar kehausan." Komentar Kim Soohyun geli ketika melihat respon Hyura yang begitu cepat.

"Yahh, dia sangat mewarisi sifat ayahnya yang tidak sabaran. Ngomong-ngomong malam ini Donghae oppa akan datang dan menginap di sini untuk beberapa hari, apa kau bisa menjemputnya?"

Yoona bertanya dengan wajah santai pada Kim Soohyun. Sedangkan Kim Soohyun terlihat jelas tidak suka dengan rencana Yoona yang akan membawa Donghae ke rumahnya. Menurutnya kehadiran Donghae akan merusak segalanya, termasuk tahap pendekatan yang sudah sejak lama ia bangun dengan Yoona.

"Kenapa ia harus datang dan menginap di sini? Apa abeoji akan setuju dengan hal itu?"

"Justru ayah yang menyuruhnya karena dengan Donghae oppa menginap di sini, ayah akan lebih leluasa untuk mengawasinya. Lagipula ayah juga tidak ingin memisahkan Donghae oppa dan juga Hyura karena bagaimanapun mereka tetaplah ayah dan anak, jadi ayah mengambil keputusan itu. Meskipun kau tahu sendiri jika ayah sangat membenci Donghae oppa." Tambah Yoona mengingatkan jika kecemburuan Kim Soohyun itu sangat konyol karena jelas-jelas kedudukan Kim Soohyun di rumah ini begitu tinggi karena ia mendapatkan dukungan penuh dari ayahnya, sedangkan Lee Donghae tidak.

"Tapi tetap saja ia akan menjadi pengganggu. Aku takut kau akan kembali terjerat padanya."

Seketika Yoona terkekeh geli dengan sikap Kim Soohyun yang begitu kekanakan hari ini. Ia pikir pria itu tidak akan cemburu dengan Donghae karena selama ini ia pikir sikap Kim Soohyun pada Donghae biasa-bisa saja, dalam artian tidak terlalu ambil pusing dengan kehadiran Lee Donghae. Tapi nyatanya, pria itu cukup terganggu dengan kehadiran ayah dari anaknya.

"Jadi seperti itukah ketakutanmu? Kupikir kau adalah pria dewasa yang akan menyikapi segala sesuatu dengan dewasa Soohyun oppa. Bukankah aku sudah memutuskan untuk menikah denganmu, kenapa kau masih ragu padaku? Aku bukan wanita yang akan goyah begitu saja hanya karena kehadiran ayah kandung Hyura, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Lagipula dengan kedatangan Donghae oppa selama beberapa hari di New York, kita bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk berkencan. Kita bisa menitipkan Hyura sewaktu-waktu padanya." Ucap Yoona berbinar-binar. Kim Soohyun mau tak mau ikut tersenyum cerah ketika melihat Yoona untuk pertama kalinya dapat tersenyum lepas di hadapannya. Dan apa yang dikatakan Yoona memang benar. Selama ini mereka jarang sekali pergi berkencan karena Yoona tidak memiliki babysitter untuk menjaga Hyura, dan Yoona tentu tidak akan mau mengajak Hyura untuk pergi berkencan bersama mereka. Jadi pada akhirnya mereka hanya melakukan kencan di rumah dengan menonton film romansa bersama, atau jika mereka sedang beruntung tuan Im dapat mereka hasut untuk menjaga cucunya selagi mereka pergi jalan-jalan ke suatu tempat.

"Maaf jika aku memang kekanakan, aku hanya takut kehilanganmu." Ucap Kim Soohyun sungguh-sungguh sambil mengecup pipi Yoona. Yoona mengangguk maklum dan membiarkan Kim Soohyun kembali mencium wajahnya. Lagipula apa yang dirasakan oleh Kim Soohyun adalah sesuatu yang wajar mengingat selama ini Yoona masih terus memimpikan Donghae disetiap tidurnya dan juga masih menginginkan pria itu untuk menjadi suaminya, meskipun itu tidak mungkin. Hubungan mereka sekarang hanya sekedar teman dan juga orangtua bagi Hyura. Meskipun mereka tidak bersatu, tapi Yoona tetap ingin Donghae menjadi ayah Hyura karena bagaimanapun mereka memiliki hubungan darah. Dan ia tidak mau Hyura kekurangan kasih sayang dari orangtuanya seperti masa kecilnya karena perceraian orangtuanya.

"Jadi kapan pria itu akan datang?" Tanya Kim Soohyun tiba-tiba. Yoona kemudian mengambil ponselnya dan mengecek pesan terakhir yang dikirimkan Donghae.

"Dia mengatakan jika pesawatnya akan mendarat pukul sepuluh malam. Jadi kau bisa menjemputnya?"

"Anything for you princess."

Yoona tersenyum lega dengan jawaban Kim Soohyun dan langsung menghadiahi pria itu dengan ciuman singkat di pipi. Padahal baru saja ia akan menyuruh Donghae untuk datang ke rumahnya menggunakan taksi karena kemungkinan pria itu tidak akan dijemput. Tapi untung saja Kim Soohyun masih bisa bersikap dewasa dengan menahan kecemburuannya dan mau meluangkan waktu istirahatnya untuk menjemput Donghae.

"Kalau begitu sampai jumpa nanti malam. Kau pasti akan memasak makanan yang banyak untuk menyambut pria itu bukan?" Sindir Kim Soohyun tepat sasaran. Yoona memukul pelan lengan Kim Soohyun sambil tertawa geli menyikapi sikap manja pria itu.

"Tentu saja, dan aku juga akan memasakan makanan spesial untuk calon suamiku."

"Ya, dan kau harus ingat jika kau harus memasakan masakan yang berbeda untuk aku dan Lee Donghae, karena kita memiliki selera yang berbeda." Ucap Kim Soohyun sedikit keras sebelum ia melangkah keluar dan meninggalkan Yoona sendiri bersama Lee Hyura yang masih asik dengan botol susunya.

-00-

Donghae turun dari pesawat sambil menggendong tas ransel berukuran sedang di pundaknya. Kali ini ia tidak membawa banyak barang seperti dulu, karena ia memang tidak memiliki banyak barang untuk dibawa. Satu-satunya alasan ia datang ke sini karena seminggu ini ia akan menghabiskan waktunya dengan anak dan ibu dari anakny, oleh karena ia tidak sempat memikirkan untuk membawa banyak barang karena ia bisa membelinya langsung di sini jika ia membutuhkannya.

Dibukanya ponsel hitamnya untuk melihat pesan dari Yoona karena beberapa saat lalu wanita itu mengatakan jika ia akan dijemput oleh Kim Soohyun. Sebenarnya jika ia bisa memilih, maka ia lebih memilih untuk menggunakan taksi daripada harus satu mobil bersama Kim Soohyun karena pria itu sejak awal terus menunjukan sikap tidak sukanya pada dirinya. Namun karena Yoona begitu antusias untuk menyuruhnya pulang bersama Kim Soohyun, akhirnya ia tidak memiliki pilihan lain selain menuruti keinginan wanita itu. Lagipula hal itu juga akan bagus untuk memperbaiki hubungannya yang tidak baik selama ini.

"Lee Donghae ssi."

Donghae menolehkan kepalanya kearah sumber suara dan ia langsung menemukan Kim Soohyun sedang berdiri dengan stelan jas yang terlihat sudah berantakan. Pria itu menatapnya datar dan langsung memberinya isyarat untuk mengikutinya.

"Kupikir kau tidak akan datang."

Donghae mencoba memecah keheningan diantara mereka dengan percakapan kecil yang dirasa tidak terlalu aneh untuk diucapkan. Namun rupanya Kim Soohyun tidak terlalu responsif dengan ucapannya karena pria itu hanya membalasnya dengan gumaman kecil.

"Bagaimana kabar Yoona sekarang, kapan kalian akan menikah?" Tanya Donghae lagi. Kim Soohyun menoleh malas pada Donghae sambil membuka pintu mobilnya pelan. Ia pikir malam ini Donghae benar-benar cerewet dan sok akrab padanya. Padahal jelas-jelas jika mereka sedang berdiri di dua sisi yang berbeda dan sedang bersiap untuk saling menyerang.

"Yoona baik, dan mengenai rencana pernikahan kami, mungkin akan secepatnya dilakukan karena kami juga sudah lama bertunangan."

Donghae menganggukan kepalanya mengerti dan langsung mendudukan dirinya dengan nyaman di dalam mobil milik Kim Soohyun.

Selama perjalana baik Donghae maupun Kim Soohyun tidak saling melakukan percakapan. Mereka berdua benar-benar membungkam bibir mereka rapat-rapat dan terlihat seperti sepasang rival yang akan sedang bersiap untuk menyerang. Namun sebenarnya hal itu hanya dirasakan oleh Kim Soohyun karena Donghae tampak biasa-biasa saja dan lebih sibuk menatap pemandangan kota New York di malam hari yang begitu ramai.

"Kudengar kau menjadi CEO di perusahaan yang bergerak di bidang properti, apa itu benar?"

Lagi-lagi Donghae mengajak Kim Soohyun untuk berbicara setelah ia puas memandangi keramaian kota New York yang begitu padat.

"Ya seperti itulah, dan kudengar kau memiliki perusahaan di bidang konstruksi dan sering menangani tender besar di Amerika dan juga Korea. Bagaimana rasanya berada di puncak kejayaan seperti itu?"

Lee Donghae terkekeh pelan dengan kalimat pertanyaan yang bernada sinis itu. Ia tahu sampai kapanpun Kim Soohyun tidak akan pernah mau kalah darinya.

"Aku merasa sangat lelah. Sebenarnya keberhasilanku mendapatkan tender tidak semenyenangkan yang dibayangkan oleh orang lain. Memang setelah mendapatkan tender, aku akan meraup keuntungan berkali-kali lipat, tapi apa gunanya itu semua jika aku tidak memiliki seseorang yang selalu ada untukku dan mendukungku? Rasanya memiliki banyak uangpun akan terasa hambar."

Kim Soohyun kembali membungkam bibirnya rapat-rapat dan tidak berniat untuk bertanya lebih lanjut, karena yang dimaksudkan oleh Donghae tentu saja Yoona dan anaknya, dan ia sangat malas untuk membahas masalah Yoona sekarang bersama Donghae. Menurutnya topik itu terlalu sentimentil untuk dibicarakan bersama seorang rival yang tangguh seperti Donghae.

-00-

"Ini kamarmu selama berada di sini."

Yoona mempersilahkan Donghae untuk masuk ke dalam kamar tamu yang telah ia siapkan. Sejak jauh-jauh hari ia telah membersihkan kamar itu agar terasa nyaman untuk Donghae salama pria itu berada di New York.

"Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa memanggilku, kamarku berada di bawah." Ucap Yoona dari ambang pintu. Donghae menolehkan kepalanya pada Yoona dan mengangguk mengerti pada wanita itu. Rasanya sekarang begitu aneh saat ia dan Yoona saling berbicara satu sama lain dengan suasana yang kikuk dan kaku. Padahal dulu mereka pernah sama-sama terlihat akrab satu sama lain dan juga bermusuhan.

"Terimakasih, aku pasti akan benar-benar betah di sini." Ucap Donghae dengan senyuman. Setelah itu Yoona meminta ijin pada Donghae untuk turun menemui Kim Soohyun karena pria itu akan segera pulang setelah acara makan malam mereka telah usai tiga puluh menit yang lalu.

"Kalau begitu selamat malam." Ucap Yoona pelan sambil berjalan pergi meninggalkan kamar Donghae.

Setelah Yoona keluar dari kamarnya, Donghae berniat untuk melihat putrinya yang sedang tertidur di kamarnya. Sebagai seorang ayah ia sangat merindukan putri semata wayangnya itu, apalagi mereka sudah tidak bertemu selama dua bulan. Ia merasa tidak sabar untuk melihat perkembangan putrinya selama dua bulan ini. Dan ia sangat berharap jika putrinya sedang membuka matanya disaat saat ini karena ia sangat ingin menemui putrinya.

"Apa dia sudah tidur?"

Donghae menghentikan langkahnya di undakan tangga ketika ia mendengar suara Kim Soohyun yang begitu ketus. Yoona yang berada di dekat pintu utama tampak menghela nafas pelan ketika Kim Soohyun menyerangnya dengan serangkaian pertanyaan bernada sinis barusan.

"Dia baru saja masuk ke kamarnya, dan aku tidak tahu apakah ia sudah tidur atau belum. Memangnya aku babysitternya." Jawab Yoona mencibir. Sekilas Donghae ingin tertawa geli mendengar jawaban Yoona yang ketus itu. Ia yakin jika Yoona sedang menahan kesabarannya untuk menghadapi sikap menyebalkan Kim Soohyun yang menjengkelkan.

"Kuharap kau tidak berbuat macam-macam dengannya malam ini karena abeoji sedang tidak berada di rumah." Ucap Kim Soohyun penuh ancaman. Yoona memutar bola matanya jengah sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia pikir tingkat kecemburuan Kim Soohyun sudah benar-benar tak tertolong. Dalam hati Yoona ingin menghujani Kim Soohyun dengan berbagai umpatan karena pria itu telah berburuk sangka padanya. Memangnya apa yang akan ia lakukan bersama Lee Donghae di rumah ini? Tidur bersama? Oh yang benar saja, ia pasti sudah gila jika memikirkan hal itu.

"Ayolah oppa, bersihkan kepalamu dari pikiran-pikiran negatifmu yang tidak masuk akal itu, karena jika kau tetap memikirkannya, aku jamin kau tidak akan bisa tidur malam ini."

"Bahkan setiap hari aku selalu tidak bisa tidur karena memikirkanmu, jadi tidak bisa tidur lagi untuk malam ini, rasanya bukan masalah." Jawab Kim Soohyun santai. Yoona memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan konyol mereka dan justru mendorong-dorong tubuh Kim Soohyun pelan agar pria itu segera pergi dari rumahnya, karena ia ingin segera beristirahat di kamarnya yang nyaman.

"Cepat pulanglah, aku ingin tidur dengan nyaman di kamarku."

"Kau mengusirku? Kau memang tega Yoong. Kalau begitu berikan kecupan selamat malam untukku terlebihdahulu." Ucap Kim Soohyun dengan wajah mesum yang menggoda. Yoona berdecak malas pada Kim Soohyun, tapi pada akhirnya ia tetap maju dan memberikan sebuah kecupan ringan di pipi Kim Soohyun.

"Tunggu, aku belum mengijinkanmu pergi."

Kim Soohyun memerangkap tubuh Yoona setelah Yoona selesai mengecup pipi pria itu. Meskipun sedikit tidak nyaman, tapi Yoona tetap bergeming di tempatnya sambil menatap manik mata pria itu lekat.

"Apa lagi? Aku sudah memberikanmu kecupan selamat malam."

"Aku ingin kecupan yang berbeda Yoong, aku ingin kecupan lembut di bibir." Bisik Kim Soohyun menggoda. Yoona memukul dada itu pelan sambil terkekeh geli dengan sikap Kim Soohyun yang semakin manja setelah kedatangan Donghae. Padahal sebelumnya pria itu selalu biasa-biasa saja dan tidak terlalu banyak menuntut. Tapi kali ini, ia benar-benar bersikap sangat agresif!

"Dasar mesum! Siapa yang mengajarimu mengatakan hal itu? Apa Jessica yang telah meracuni otak sucimu?"

"Hmm, terkadang sepupuku itu memang kurangajar dengan memamerkan kemesraannya dengan Jemy di depanku, jadi salahkan dia jika aku menjadi seperti ini."

Yoona mengalungkan tangannya di leher Kim Soohyun dan bersiap untuk memberikan kecupan bibir pada pria itu. Lagipula selama ini mereka memang tidak pernah melakukannya, padahal mereka sudah bertunangan. Rasanya memberikan ciuman itu untuk malam ini tidak ada salahnya. Dan mungkin dengan ciuman itu bisa menambah keyakinannya untuk mencintai Kim Soohyun lebih dalam.

"Good girl, kujamin kau tidak akan pernah menyesal setelah merasakan bagaimana manisnya bibirku." Goda Kim Soohyun nakal sebelum ia melumat bibir Yoona lembut dengan penuh perasaan. Kedua manusia itu saling berbagi kehangatan tanpa menyadari kehadiran Donghae yang sejak tadi melihat adegan intim itu di ujung tangga. Sebagian hatinya terasa seperti dicubit ketika ia melihat Yoona sedang mencium mesra tunangannya. Namun sebisa mungkin ia meyakinkan dirinya jika hal itu wajar, mengingat sebentar lagi mereka akan menikah. Dan tentu saja setelah mereka menikah, mereka akan lebih sering melewatkan malam-malam panas berdua dengan intim di kamar mereka, jadi ia memang harus menanamkan fakta itu di dalam otaknya. Ia tidak boleh merasa cemburu melihat kedekatan Yoona dan calon suaminya!

-00-

Yoona menutup pintu utama pelan dan langsung berbalik untuk masuk ke kamarnya. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba saja ia berjengit kaget ketika menemukan Donghae sedang menatapnya aneh dari ujung anak tangga terbawah.

"Oh kau membuatku terkejut. Sejak kapan oppa berada di sana?" Tanya Yoona penuh selidik ketika Donghae sedang berjalan ke arahnya. Pria itu mengendikan bahu pelan sambil menatap Yoona penuh arti.

"Sejak kau bersama Kim Soohyun."

"Jadi..."

"Maaf, tapi aku tak sengaja melihatnya. Aku hanya ingin melihat Hyura, apa aku boleh ke kamarnya?"

Yoona menghela nafas pelan dan langsung berjalan mendahului Donghae menuju kamar Hyura. Rasanya ia sedikit malu karena baru saja tertangkap basah sedang berciuman dengan Kim Soohyun. Tapi sudahlah, bukankah Lee Donghae sudah melihatnya? Lalu untuk apa ditutup-tutupi lagi.

"Biasanya Hyura akan bangun saat tengah malam untuk minum susu, jadi mungkin kau akan bertemu dengannya jika kau beruntung." Ucap Yoona ringan sambil membuka kamar Hyura.

Aroma khas bayi dan dekorasi khas bayi yang lucu langsung memenuhi indra Donghae ketika pertama kali ia masuk ke dalam kamar anaknya. Ini adalah kali pertama ia masuk ke dalam kamar Hyura karena dulu ia langsung kembali ke Korea setelah Yoona melahirkan.

"Kau yang mendekorasinya sendiri?"

"Tidak. Ayah, Soohyun oppa, dan Jessica cukup banyak membantu untuk membuat kamar ini. Justru mereka yang lebih antusias daripada aku, karena saat itu aku mudah sekali lelah." Cerita Yoona mengenang masa lalu. Donghae masih tampak takjub dengan kamar anaknya yang cukup cantik. Tapi yang menjadi pusat perhatiannya sejak tadi adalah box bayi berwarna kayu yang berada di tengah ruangan. Sejak tadi ia merasa jika penghuni dari box itu sedang memanggil-manggilnya untuk mendekat dan memeluknya. Ia merasa sangat gugup sekarang.

"Lihat, dia sedang membuka mata. Halo baby girl, lihatlah siapa yang datang." Sapa Yoona lembut pada Hyura yang sedang menguap lebar. Wanita itu kemudian meraih Hyura ke dalam dekapannya dan menunjukannya pada Donghae.

"Halo sayang, appa datang untukmu."

Saat melihat wajah Donghae, tiba-tiba Hyura tersenyum cukup manis sambil bersandar pada dada ibunya yang nyaman. Dan hal itu tak pelak membuat Donghae tersenyum bahagia dengan kehangatan yang melingkupi hatinya.

"Senyumnya benar-benar manis, seperti senyummu."

"Hmm, benarkah? Kupikir ia memiliki senyummu karena Jessica dan ayahku sendiri juga mengatakan hal itu." Ucap Yoona tak yakin. Donghae kemudian meminta Hyura dari Yoona dan pria itu langsung sibuk berinteraksi dengan Hyura, meninggalkan Yoona dengan segala rasa haru yang melingkupi hatinya. Selama ini ia selalu bermimpi untuk melihat interaksi antara Donghae dan Hyura. Dan akhirnya Tuhan mengabulkannya setelah selama lebih dari dua bulan ia meminta.

"Yoong, sepertinya dia haus."

Donghae memberikan Hyura pada Yoona kembali untuk diberi ASI. Dan seakan sudah mengetahui posisinya. Donghae langsung berbalik memunggungi Yoona dan memutuskan untuk duduk di belakang tubuh Yoona dengan posisi saling memunggungi.

"Yoong, apakah sulit mengurus Hyura sendiri selama ini?" Tanya Donghae membuka percakapan. Yoona tertegun sejenak ketika mendengar pertanyaan Donghae yang sedikit terselubung itu.

"Tidak, karena Hyura adalah anak yang baik, dia jarang menyusahkanku. Oleh karena itu aku tidak menyewa jasa babysitter untuk membantu mengurus Hyura. Jika Hyura sudah berumur lebih dari tiga tahun, mungkin aku bisa meninggalkannya untuk bekerja."

"Jadi hingga tiga tahun ke depan kau tidak akan menghandle perusahaan?"

"Tidak. Lagipula ayah juga mendukung keputusanku agar Hyura mendapatkan kasih sayang penuh dari ibunya hingga usia tiga tahun. Lalu setelah itu aku akan memasukan Hyura ke sekolah pertama agar ia bisa berinteraksi dengan dunia luar dan belajar untuk mandiri."

Donghae tertegun sejenak mendengar jawaban Yoona. Ternyata Yoona sudah sejauh itu merancang masa depan untuk Hyura. Jadi kehadirannya pun juga tidak terlalu penting sepertinya.

"Kau sudah merencanakan semuanya dengan matang. Aku senang mendengarnya."

Tiba-tiba saja Yoon berbalik setelah ia selesai memberi makan Hyura. Setelah minum cukup banyak ASI dari ibunya Hyura tampak belum ingin memejamkan mata dan justru terlihat lebih aktif. Mungkin malam ini ia ingin menghabiskan waktu bersama ayahnya.

"Kau ingin menggendongnya lagi."

Yoona mengangsurkan Hyura pada Donghae sambil mengelap sisa ASI yang tumpah di sudut bibir Hyura.

"Meskipun aku sudah merencanakan masa depan untuk Hyura, tapi ia tetap membutuhkanmu. Jadi kau bisa memberikan masukan-masukan untuk masa depan Hyura kedepannya. Bahkan kau boleh mengunjunginya kapanpun kau mau."

"Terimakasih, kuharap kehadiranku tidak menjadi perusak hubunganmu dan Soohyun karena ia sepertinya tidak menyukaiku."

"Soohyun oppa sebenarnya adalah pria yang baik, ia hanya sedikit cemburu padamu." Komentar Yoona ringan sambil memberikan mainan boneka kelinci pada Hyura. Yoona pun memainkan boneka itu di depan Hyura dan berhasil membuat Hyura tertawa lebar dengan suara yang membuat hati siapa saja menjadi menghangat, termsuk Donghae.

"Kenapa dia sangat manis. Jika ia terus seperti ini, aku akan memilih untuk pindah ke sini dan tidak akan kembali ke Korea." Ucap Donghae sambil menciumi pipi berisi Hyura yang lembut.

"Kalau begitu tinggalah di sini bersamaku dan Hyura."

Spontan Yoona mengucapkan hal itu dan berhasil membuat Yoona cukup terkejut dengan ucapannya sendiri. Ia tidak bermaksud mengatakan hal itu dan membuat Donghae salah paham dengan maksud ucapannya.

"Maksudku kau bisa pindah ke New York dan membuka cabang perusahaan di sini." Ralat Yoona cepat. Melihat hal itu Donghae langsung tersenyum geli karena Yoona terlihat sangat lucu saat sedang gelagapan dan tersipu malu.

"Kupikir tawaranmu itu sedikit berbahaya untukku. Jika aku tinggal di sini Kim Soohyun pasti akan menghajarku hingga babak belur. Malam ini saja ia terus menerus memberikan tatapan penuh peringatan padaku." Ucap Donghae terkekeh. Yoona pun ikut tertawa bersama Donghae sambil bermain-main bersama Hyura.

Malam ini mereka berdua sibuk bercanda dan menggoda satu sama lain dengan perasaan lepas. Rasanya mereka seperti kembali ke masa lalu saat mereka masih memiliki ikatan dan dapat saling bercanda satu sama lain. Dan kenangan itu membuat mereka kembali merasa memiliki satu sama lain, meskipun mungkin hal itu hanya untuk malam ini.

-00-

"Selamat pagi eomma."

Yoona membuka matanya pelan sambil mencoba untuk menyesuaikan pandangan matanya dengan cahaya silau yang merambat dari celah-celah jendela kamarnya. Semalam ia tidur terlalu larut karena asik mengobrol dengan Donghae di kamar Hyura, sehingga pagi ini ia sedikit kesiangan untuk bangun. Tapi ia langsung membuka matanya lebar ketika ia sadar jika saat ini Lee Donghae sedang berdiri di depan ranjangnya sambil menggendong Hyura yang sedang bermain-main dengan jarinya.

"Sejak kapan ia bangun? Maaf aku kesiangan."

Yoona bergegas beranjak dari ranjangnya sambil menggulung rambutnya tinggi-tinggi sebelum ia mencuci wajahnya di kamar mandi.

Setelah segar, Yoona kemudian meminta Hyura dari Donghae, namun Donghae langsung menolaknya dan menyuruh Yoona untuk memasak makanan karena ia sangat lapar.

"Lebih baik kau memasakan sesuatu untukku. Selama Hyura tenang, aku bisa mengurusnya."

"Baiklah. Ayo ke dapur."

Mereka berdua berjalan beriringan menuju dapur dengan Donghae yang sesekali bermain dengan Hyura. Dan kedekatan mereka pagi ini mau tidak mau membuat Yoona ingin merubah keputusannya. Ia ingin bersama Donghae dan Hyura!

"Ayah pulang."

Suara tuan Im yang menggema di ruang tamu membuat Yoona cepat-cepat menyingkirkan angan-angan indahnya dari dalam kepalanya. Ia kemudian berjalan ke depan untuk menemui sang ayah yang baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya ke Texas.

"Ayah, akhirnya kau pulang juga."

Tuan Im memeluk Yoona hangat dan langsung membeku di tempat ketika melihat Donghae yang muncul dari dapur. Namun Yoona langsung menenangkan ayahnya dan berbisik jika Donghae datang hanya untuk melihat Hyura, bukan untuk macan-macam dengannya.

"Selamat datang tuan Im, maafkan saya karena saya datang kembali ke sini." Ucap Donghae dengan wajah kikuk. Tuan Im hanya memandang Donghae dengan tatapan tak bersahabat, dan setelah itu ia langsung berlalu menuju kamarnya. Pria paruh baya itu sepertinya benar-benar membenci Donghae hingga ia merasa enggan untuk bertatapan terlalu lama dengan Donghae.

"Maafkan ayahku, ia tidak bermaksud seperti itu. Ayah hanya belum terbiasa dengan kehadiranmu, perlahan-lahan ayah pasti akan menerimamu."

"Tidak masalah, aku memang pantas untuk mendapatkannya." Ucap Donghae tanpa ekspresi dan langsung berlalu pergi keluar dari kediaman keluarga Im. Sedangkan Yoona hanya mampu menatap Donghae penuh penyesalan dari balik punggung tegapnya yang sudah menghilang dibalik pintu besar rumahnya.

-00-

Siang ini Kim Soohyun datang ke rumah Yoona untuk mengajak Yoona makan siang bersama dan juga fitting baju pengantin. Namun ketika Yoona akan pergi, wanita itu seperti merasa berat karena hari ini ayahnya sedang di rumah, dan ia takut ayahnya akan memancing ketibutan dengan Donghae.

"Pergilah, aku akan baik-baik saja di rumah bersama Hyura dan ayahmu."

"Tapi, ayah bisa saja melakukan hal-hal gila yang terduga. Aku takut ayah akan memukulimu seperti dulu."

"Tenanglah Yoong, itu tidak akan terjadi lagi. Sekarang pergilah, Kim Soohyun sudah menunggumu di depan." Ucap Donghae menenangkan sambil mendorong bahu Yoona pelan untuk segera pergi.

"Baiklah. Tapi jika ayahku melakukan sesuatu padamu, kau harus cepat-cepat menghubungiku, jangan biarkan ayahku membunuhmu."

Lee Donghae tergelak mendengar kekhawatiran Yoona yang berlebihan itu. Lagipula jika tuan Im akan memukulinya hingga mati, ia pasti tidak akan diam saja. Mana mungkin ia mau mati konyol ditangan seorang pria tua yang penuh dendam padanya.

"Ck, cepatlah pergi, kau akan membuat pangeranmu terlalu lama menunggu."

"Tapi kau harus menghubungiku jika ayah mulai bersikap mengkhawatirkan."

"Iya, aku akan menghubungimu. Sampai jumpa, bersenang-senanglah."

Donghae melambaikan tangannya pada Yoona yang sudah masuk ke dalam mobil milik Kim Soohyun. Dan sebelum mobil itu benar-benar pergi Yoona masih berteriak padanya untuk segera menghubunginya jika ayahnya atau Hyura membutuhkannya.

"Dia benar-benar wanita yang menggemaskan." Gumam Donghae pelan pada dirinya sendiri.

"Apa kau baru saja mengatakan jika putriku menggemaskan?"

Tiba-tiba tuan Im muncul di sebelah Donghae dan berhasil membuat Donghae terkejut karena beberapa saat yang lalu sepertinya ia tidak melihat tanda-tanda jika tuan Im akan muncul. Namun tiba-tiba saja pria itu sudah berdiri di sampingnya dan juga mendengar gumamannya yang mungkin terdengar lancang itu.

"Sejak kapan anda berdiri di sana tuan Im?"

"Sejak kau mengatakan jika putriku menggemaskan. Kutegaskan padamu jika Yoona sudah bertunangan dan akan menikah dengan Kim Soohyun minggu depan, jadi kau jangan coba-coba untuk menggodanya meskipun ia masih mencintaimu." Ucap tuan Im tegas. Donghae menggelengkan kepalanya sungguh-sungguh pada tuan Im jika ia tidak akan menggoda anaknya dan akan membiarkan Yoona bahagia bersama pria yang benar-benar mencintainya.

"Yoona berhak bahagia bersama Kim Soohyun ahjussi. Bolehkah aku memanggil anda demikian?"

Tuan Im hanya bergumam pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Donghae dan langsung menjatuhkan dirinya di atas kursi ruang tamu yang nyaman.

"Selama ini aku tidak pernah tahu jika putriku menjalin hubungan denganmu. Jadi sudah berapa lama kau mengenal Yoona?"

Donghae cukup terkejut dengan pertanyaan yang diajukan tuan Im padanya. Ia pikir ayah Yoona tidak ingin mengetahui hubungannya dengan Yoona selama ini, tapi ternyata pria paruh baya itu cukup penasaran dengan kisah cintanya yang tidak berkahir indah itu.

"Aku bertemu dengan Yoona saat senior high school. Awalnya kami hanyalah senior dan junior yang memiliki hubungan biasa. Tapi intensitas pertemuan kami menjadi sering setelah Yoona terpilih untuk mengikuti lomba dan menjadi wakil untuk sekolah kami. Lalu guru kelasnya menunjukku untuk membimbingnya karena dulu aku juga pernah mengikuti lomba yang sama seperti yang akan Yoona ikuti. Dan sejak saat itu hubungan kami semakin dekat. Ditambah lagi Yoona adalah wanita yang mudah bergaul, sehingga kami tidak membutuhkan waktu lama untuk saling akrab satu sama lain."

"Jadi begitukah awal pertemuan kalian? Kupikir kau adalah cassanova yang sering mencari mangsa anak baru untuk menjadi kekasihmu, mengingat bagaimana kelakuan tidak bertanggungjawabmu pada anakku." Ucap tuan Im sakarstik. Donghae berdeham pelan sambil mencoba untuk menenangkan hatinya yang sedikit terpancing dengan nada sindiran tuan Im yang tajam.

"Perbuatan yang kulakukan kemarin benar-benar di luar kehendakku. Saat itu aku merasa takut dan kalut dengan kemunculan Yoona, karena dalam sekejap Yoona berhasil menjungkirkan perasaaku. Ia mampu membuatku tidak merasakan apapun dengan mantan isteriku, jadi aku sering melampiaskan kekesalanku padanya dan mengancamnya dengan kata-kata kasar. Tapi sejujurnya saya tidak bermaksud melakukan hal itu, aku hanya ingin hidup tenang dengan isteriku, sementara hatiku menginginkan Yoona." Ucap Donghae sambil menerawang masa lalunya yang menyedihkan. Tuan Im tampak mengalihkan pandangannya kearah lain karena ia malas untuk melihat wajah Donghae yang menyedihkan. Lagipula menurutnya Donghae bisa saja berpura-pura menjadi pihak yang terluka untuk mendapatkan simpati darinya. Jadi ia tidak boleh mempercayai apa yang diucapkan oleh Donghae begitu saja.

"Lalu dimana isterimu sekarang? Apa ia tidak terluka setelah mengetahui kebusukanmu?"

"Kami telah bercerai satu tahun yang lalu. Segera setelah mengetahui kehamilan Yoona, ia langsung mengirimkan surat cerai ke rumahku. Dan hingga saat ini aku tidak tahu bagaimana kabarnya, karena ia langsung menghilang begitu saja." Cerita Donghae apa adanya. Mendengar hal itu tuan Im merasa ingin mengasihani Donghae karena ternyata pria itu telah mendapatkan balasan yang setimpal untuk perbuatan jahatnya. Namun baginya untuk memaafkan seluruh perbuatannya pada Yoona masih sedikit sulit, tapi setidaknya ia telah menerima kenyataan jika Donghae adalah ayah dari cucunya, dan ia tidak berhak untuk memisahkan mereka berdua, meskipun ia sangat ingin.

"Kau memang pantas mendapatkannya. Bahkan jika aku adalah ayah dari mantan isterimu, mungkin aku akan membunuhmu sejak dulu. Kau benar-benar beruntung karena putriku sangat tergila-gila padamu, sehingga ia bisa dengan mudah memaafkanmu dan membiarkanmu tetap menjalankan peranmu sebagai ayah bagi Hyura."

"Ahjussi benar, aku memang sangat beruntung. Terkadang aku berpikir jika dunia seharusnya tidak memberikan tempat bagi pria brengsek sepertiku. Aku tidak pantas untuk mendapatkan itu semua." Ucap Donghae dengan wajah frustasi. Tuan Im menatap wajah Donghae lekat-lekat dan menemukan sebuah penyesalan di sana. Namun sebesar apapun penyesalan Donghae, hal itu tidak akan membatalkan keputusannya untuk menikahkan Yoona dengan Kim Soohyun.

-00-

"Kau suka makananya?"

Yoona mengangguk antusias pada Kim Soohyun sambil memasukan sepotong scalop ke dalam mulutnya. Siang ini tanpa ia duga Kim Soohyun telah menyiapkan sebuah makan siang romantis di pinggi danau, suatu hal yang sangat jarang dilakukan Kim Soohyun mengingat ia adalah pria yang begitu sibuk. Tapi untuk kali ini Kim Soohyun rela memgorbankan waktu bekerjanya untuk Yoona karena hari ini ingin mengatakan sesuatu pada Yoona.

"Tumben sekali kau membawaku makan di tempat terbuka seperti ini, kau pasti ingin mengungkapkan sesuatu padaku." Tebak Yoona santai sambil terkikik geli membayangkan wajah Kim Soohyun yang mungkin akan berubah lebih serius setelah ini.

"Sayangnya tebakanmu memang benar Yoong, aku memang akan mengatakan sesuatu padamu, tapi setelah kau menghabiskan makananmu karena aku takut kau tidak akan nafsu makan setelah mendengar berita yang akan kusampaikan." Ucap Kim Soohyun tergelak. Yoona mengerucutkan bibirnya dan justru menghentikan makannya karena ia sudah terlalu penasaran dengan berita yang akan disampaikan oleh Kim Soohyun padanya.

"Kupikir ucapanmu itu justru membuatku tidak bersemangat untuk melanjutkan makanku. Jadi apa yang ingin kau katakan padaku, hmm?"

"Ck, kubilang aku akan mengatakannya setelah kau menyelesaikan makanmu." Decak Kim Soohyun kesal. Yoona terlihat melipat kedua tangannya di depan dada sambil menunjukan wajah angkuhnya di depan Kim Soohyun. Selama ini tidak ada yang pernah menolak permintaannya, dan ia akan memaksa Kim Soohyun dengan berbagai macam cara agar pria itu segera menyampaikan berita penting yang disembunyikan darinya.

"Baiklah baiklah, aku menyerah. Kau menang Yoong." Ucap Kim Soohyun gusar sambil mengangkat tangannya ke udara. Yoona tersenyum penuh kemenangan sambil melemparkan tatapan mengejek yang sangat menyebalkan pada tunangannya.

"Jadi aku membawa berita bagus untukmu. Aku dan ayahmu telah sepakat untuk memajukan tanggal pernikahan kita menjadi tiga hari lagi. Soal gedung dan gaun pengantin juga sudah diatur oleh Jessica, jadi tugasmu hanya mempersiapkan diri sebaik mungkin agar kau tampil cantik dan memukau di hari pernikahan kita, khususnya saat malam pertama kita nanti." Ucap Kim Soohyun sambil mengerling menggoda. Yoona melemparkan serbet makan yang digenggamnya sambil menggerutu tidak jelas dengan sikap jahil tunangannya yang sering menggodanya.

"Dasar! Apa di kepalamu hanya ada malam pertama?"

"Memangnya apa lagi yang harus kupikirkan selain malam pertama? Bukankah inti dari sebuah pernikahan adalah saat malam pertama? Jadi jangan salahkan aku jika aku sangat tidak sabar untuk menantikannya. Lagipula Lee Donghae sedang berada di sini, kita bisa menyuruhnya untuk menjaga Hyura selama kita menghabiskan waktu untuk bersenang-senang."

Tiba-tiba Yoona menjadi tidak bersemangat setelah Kim Soohyun membawa-bawa nama Donghae ke dalam percakapan mereka. Ia sendiri bahkan tidak bisa membayangkan kehidupan pernikahannya kelak dengan Kim Soohyun jika ia masih memikirkan Donghae di dalam kepalanya. Dan jika menyangkut tentang Donghae, hatinya pasti akan merasa tak berdaya seperti ini. Jujur ia masih sangat mencintai ayah dari Hyura.

"Oppa aku ingin pulang, aku merindukan Hyura." Ucap Yoona pelan dan hampir tak berekspresi. Kim Soohyun menatap wajah Yoona sekilas dan langsung membawa Yoona pergi dari danau tempat mereka makan siang. Padahal ia masih ingin menunjukan kejutan yang lain untuk Yoona. Tapi mengingat Yoona sedang dalam kondisi yang tidak baik membuat Kim Soohyun mengurungkan niatnya untuk mengajak Yoona ke suatu tempat. Dan meskipun ia cukup malas untuk mengakuinya, perubahan itu sebenarnya dipicu oleh dirinya sendiri, karena ia membawa nama Lee Donghae ke dalam percakapan mereka.

Ternyata hatimu masih dimiliki pria itu Yoong....

-00-

Malam harinya Yoona merenung sendiri di balkon rumahnya sambil menatap langit mendung kota New York. Bayangan mengenai percakapannya dengan Kim Soohyun siang ini terus menghantuinya dan membuatnya sulit terpejam, padahal ia sangat ingin tidur dan melupakan semuanya agar ia tidak stress menjelang hari pernikahannya nanti. Tapi sayangnya ia tidak bisa memejamkan matanya dengan mudah karena di kepalanya terus berputar-putar wajah Donghae yang sedang menatapnya dengan sorot mata kekecewaan. Padahal selama ini Lee Donghae selalu mendukung rencana pernikahannya dengan Kim Soohyun dan tidak ada tanda-tanda darinya akan mengacaukan semua rencana itu. Tapi hati kecilnya justru menginginkan hal yang sebaliknya, ia ingin Lee Donghae mengacaukan semuanya dan membawanya pergi dari kehidupan rumah tangga semu yang akan dijalaninya.

"Apa yang kau lakukan di sini Yoong?"

Saat mendengar suara Donghae mengalun cukup keras di belakangnya, Yoona langsung menghambur ke dalam pelukan pria itu sambil menangis terisak di dada Donghae. Awalnya Donghae cukup terkejut dengan sikap Yoona dan juga takut jika ada orang lain yang melihatnya. Namun setelah dirasa semua aman, ia pun memberanikan diri untuk membalas pelukan Yoona sambil mengelus punggung kecil itu pelan.

"Aku tidak mau menikah dengan Soohyun oppa, aku tidak bisa." Isak Yoona pelan di dalam dekapan Donghae. Donghae mengelus punggung Yoona intens dan semakin menenangkan Yoona agar wanita itu tidak menangis lagi.

"Kau harus menikah dengannya Yoong, dia pria yang baik dan tepat untukmu. Dia adalah satu-satunya pria yang akan menyayangi Hyura seperti anaknya sendiri, jadi kau harus menikah dengannya."

"Tapi aku tidak pernah mencintainya, aku tidak bisa mencintainya. Jika aku berusaha aku justru akan menyakiti diriku sendiri. Oppa, bawa aku dan Hyura pergi. Bawa kami pergi sejauh-jauhnya dari ayahku dan juga Kim Soohyun, lalu kita dapat memulai semuanya dari awal lagi oppa." Ucap Yoona memohon dengan mata sendu. Lee Donghae menggeleng tegas sambil mengusap bulir-bulir air mata yang mengalir turun dari pelupuk mata Yoona. Meskipun Yoona berlutut sekalipun di hadapannya, ia tidak akan pernah membawa Yoona pergi karena ia lebih tak pantas daripada Kim Soohyun untuk bersanding dengan Yoona.

"Aku tidak bisa, tempatmu di sini, bersama Kim Soohyun dan aku sangat yakin jika pria itu dapat membahagiakanmu. Selama berada di sini aku terus mengamati sikapnya yang selalu perhatian padamu dan Hyura, ia adalah pria yang sempurna untuk kalian. Ia adalah pria yang tepat untuk mengobati luka hatimu karenaku, jadi jangan pernah menengok ke arahku, apalagi memintaku untuk membawamu pergi karena aku tidak akan melakukannya."

"Kau jahat oppa! Kau jahat!"

Yoona memukul-mukul dada Donghae sekuat tenaga sambil menangis tersedu-sedu membayangkan nasib pernikahannya nanti. Lalu Donghae menangkap tangan mungilnya dan menahannya di belakang tubuhnya sebelum akhirnya Lee Donghae melumat bibir Yoona lembut penuh perasaan.

"Ciuman terakhir sebelum kau resmi menjadi nyonya Kim." Bisik Donghae lembut di depan bibir Yoona. Dan Yoona seperti kehilangan kendali karena ia dengan rakus langsung melumat bibir Donghae dengan penuh emosi yang menggebu-gebu.

"Dan jika hari ini kau ingin menyentuhku untuk terakhir kalinya, aku mengijinkanmu oppa. Gunakanlah kesempatan ini untuk memenuhi mimpi erotismu selama ini." Bisik Yoona serak di telinga Donghae. Donghae pun kembali melumat bibir Yoona di bawah langit mendung kota New York yang akan menjadi saksi keputusasaan cinta mereka.

-00-

Setelah percintaan panas mereka yang kembali terulang, Yoona dan Donghae memutuskan untuk saling menjauh. Keesokan harinya saat sarapan bersama Donghae meminta ijin untuk pindah ke hotel dengan alasan ia merasa tidak enak berada di rumah tuan Im dan menjadi beban untuk mereka. Namun ia berjanji akan tetap berada di New York hingga pernikahan Yoona dan Kim Soohyun terlaksana. Namun setelah itu ia benar-benar akan meninggalkan Yoona dan Hyura untuk bersama Kim Soohyun.

Kepergian Donghae pagi itu disikapi Yoona dengan dingin dan datar. Dan hal itu sempat menjadi pertanyaan besar bagi Kim Soohyun karena selama ini ia melihat Yoona selalu antusias dengan kehadiran Donghae di rumahnya.

"Kenapa tiba-tiba kau memutuskan untuk pindah? Bukankah di sini kau bisa lebih dekat dengan Hyura?" Tanya Kim Soohyun mencoba mencaritahu. Namun Yoona dengan sengit justru memperingatkannya agar jangan mencampuri urusan Donghae maupun keputusan Donghae.

"Sudahlah oppa, makan saja sarapanmu, kenapa kau repot-repot mengurusinya. Bukankah bagus jika ia pindah ke hotel, kau tidak perlu lagi terbakar cemburu karena kehadirannya di sini."

Kim Soohyun melirik Yoona dan Donghae bergantian dengan berbagai spekulasi negatif di dalam kepalanya. Ia yakin jika diantara mereka telah terjadi sesuatu yang tidak diketahuinya.

"Apa yang dikatakan Yoona benar, aku hanya tidak ingin menjadi penggangu diantara hubungan kalian. Dan aku juga ingin memberikan selamat atas pernikahan kalian." Ucap Donghae dengan senyum getir yang disamarkan. Yoona melirik Donghae penuh kegusaran dan memilih untuk segera menyelesaikan sarapannya karena ia muak bermain drama di depan ayahnya dan juga Kim Soohyun. Semalam mereka sempat terlibat adu mulut setelah kegiatan panas mereka karena Lee Donghae benar-benar kukuh pada pendiriannya untuk tetap membiarkannya menikah dengan Kim Soohyun meskipun pria itu tahu jika ia sangat mencintainya dan begitupun sebaliknya. Dan hingga pagi inipun Yoona tetap tidak bisa menggoyahkan tekad Donghae untuk pergi selama-lamanya dari kehidupannya sehingga ia benar-benar merasa muak dengan kehadiran Donghae saat ini di meja makan bersamanya. Pria itu sama sekali tidak bisa menyelamatkannya dari kehidupan rumah tangga penuh kepalsuan yang dua hari lagi akan dijalankannya bersama Kim Soohyun.

"Aku sudah selesai, aku akan menyusui Hyura."

Yoona berkata dingin pada semua orang yang sedang asik menyantap sarapan mereka sambil bersiap untuk berjalan meninggalkan meja makan. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara Donghae yang tiba-tiba berseru lantang padanya.

"Sekali lagi kuucapkan selamat atas pernikahanmu, sampai jumpa di upcara pernikahanmu Yoong."

Yoona hanya melirik Donghae sekilas dan langsung melesat pergi tanpa kata, meninggalkan berbagai pertanyaan di benak tuan Im dan juga Kim Soohyun. Namun Donghae tampak tak mau menambah kecurigaan mereka, sehingga ia langsung bersikap biasa dan seolah-olah sikap sinis Yoona yang ditunjukannya sepanjang pagi ini bukanlah suatu masalah serius yang harus dipusingkan.

-00-

Yoona menatap pantulan dirinya di depan cermin besar yang berdiri kokoh di depannya. Hari ini ia akan segera menikah dengan Kim Soohyun dan menyandang status baru sebagai nyonya Kim. Tapi entah mengapa ia masih begitu berat untuk menerimanya. Padahal selama dua hari ini ia telah memperbanyak intensitasnya bersama Kim Soohyun dan mencoba untuk melupakan Lee Donghae, tapi bayangan pria itu dengan tak tahu dirinya terus menerus berputar-putar di dalam kepalanya dan menciptakan sebuah pusaran kerinduan yang teramat besar pada pria itu.

"Kau sudah siap nak?"

Yoona tersenyum tipis pada ayahnya melalui cermin dan langsung berbalik untuk menggandeng tangan ayahnya. Ini adalah saatnya untuk berjalan menuju altar dan bertemu dengan calon suaminya untuk mengucapkan janji suci. Dan ia harus bisa melewati semuanya! Meskipun dengan ketidakrelaan dari hatinya.

"Ayo ayah, kita keluar sekarang."

Tuan Im memperhatikan wajah putrinya lekat-lekat dan tidak langsung berjalan menuju aula yang akan menjadi tempat dilaksanakannya sumpah pernikahan pagi ini.

"Kau tampak tidak bersemangat, ada apa? Apa kau menyesal dengan keputusanmu dan ingin membatalkannya?"

"Kenapa ayah berkata seperti itu? Menikah dengan Soohyun oppa adalah impianku selama ini, jadi aku tidak mungkin menyesalinya, apalagi membatalkannya." Ucap Yoona berbohong. Tuan Im tersenyum lembut pada putrinya dan segera menggandeng tangan Yoona menuju aula. Dan ketika mereka berada di ujung pintu utama aula, seluruh tamu undangan telah berkumpul di dalam sana sambil berdecak kagum dengan kecantikan Im Yoona. Lalu ketika Yoona mendengar suara sang pembawa acara, ia dan ayahnya, selangkah demi selangkah berjalan masuk ke dalam aula untuk mencapai altar dan mengucapkan janji suci di depan sang pendeta yang agung.

Suara musik klasik yang begitu syahdu dan senyuma hangat yang dipancarkan Kim Soohyun dari altar membuat Yoona semakin menunduk sedih. Sembari berjalan ekor matanya mencari-cari keberadaan Donghae yang tenggelan diantara lautan manusia sambil menggendong Hyura. Dan ketika ia berhasil menemukan Donghae, tatapan mata mereka saling bertemu. Donghae tersenyum lembut padanya sambil berbisik pelan, membuatnya merasa ingin menangis dan kabur di acara pernikahannya. Namun tiba-tiba sang ayah telah menyerahkan tangannya pada Kim Soohyun dan pria itu dengan sigap menuntun Yoona menuju ke hadapan pendeta untuk melakukan janji suci.

"Apa kau sudah siap?"

Yoona mengangguk pelan sambil menatap wajah sang pendeta sungguh-sungguh. Saat ini hatinya sedang goyah, dan ia bisa saja berlari pergi sambil berteriak keras jika ia ingin membatalkan pernikahan ini. Namun genggaman erat Soohyun di pergelangan tangannya membuat Yoona sadar jika ia tak mungkin mundur lagi. Ini adalah keputusannya sejak awal, dan ini adalah jalan terbaik untuk membahagiakan ayahnya.

"Karena mempelai wanita sudah siap, maka kita harus segera memanggil sang mempelai pria. Lee Donghae ssi, berjalanlah menuju altar." Teriak Kim Soohyun nyaring. Seketika Yoona langsung mendongakan kepalanya sambil menatap bingung pada Kim Soohyun. Ia merasa pendengarannya pasti telah salah karena baru saja ia mendengar Kim Soohyun memanggil Lee Donghae, dan juga mempelai pria. Tapi ketika Donghae sudah berada di sebelahnya sambil membawa Hyura, Yoona merasa jika pendengarannya memang baik-baik saja.

"Oppa, apa maksud semua ini?" Tanya Yoona tak mengerti pada Kim Soohyun. Pria itu menarik Donghae agar lebih mendekat pada Yoona dan menepuk pundak Donghae pelan.

"Aku ingin kau menikah dengan Lee Donghae Yoong. Lihatlah, betapa kalian begitu serasi satu sama lain, apalagi kehadiran Hyura semakin melengkapkan keluarga kecil kalian, aku tidak mau merusaknya Yoong. Aku ingin melihatmu bahagia bersama keluarga kecilmu. Jadi menikahlah dengan Donghae."

"Ta tapi, tapi apa kau yakin?"

"Aku sangat yakin. Jessica telah menceritakan semuanya padaku Yoong, dan aku tidak tega untuk memisahkan kalian. Hyura membutuhkan orangtuanya untuk bersama. Dan untukmu, kuharap kau tidak akan membuat Yoona menangis lagi."

Donghae mengangguk pelan pada Kim Soohyun sambil menggenggam tangan Yoona erat. Kemudian Donghae beralih pada tuan Im yang sejak tadi tak mengeluarkan sepatah katapun dan hanya menatap putrinya dalam diam.

"Tuan Im...

"Panggil aku abeoji, bukankah kau sekarang adalah bagian dari keluarga Im? Jaga Yoona, jangan pernah kecewakan dia lagi, ia adalah satu-satunya harta yang paling berharga di keluarga Im, dan aku ingin melihat Yoona bahagia bersama dengan pria pilihannya."

Seketika Yoona langsung menghambur ke dalam pelukan ayahnya sambil menangis sesenggukan. Ia tak menyangka jika ayahnya begitu peduli dengan kebahagiaanya, padahal selama ini ia selalu mengecewakan ayahnya dengan sikapnya yang buruk di masa lalu.

"Jangan menangis, kau akan membuat makeupmu luntur."

Yoona mengangkat kepalanya dari dekapan ayahnya sambil menyeka air matanya yang terus menganak sungai tanpa bisa dicegah. Namun wanita itu akhirnya dapat tersenyum manis di depan ayahnya sambil menggumamkan ucapan terimakasih berkali-kali.

"Terimakasih ayah, aku sangat menyayangimu."

"Nah, tampaknya kedua mempelai kita telah siap. Sekarang mari kita lanjutkan upacara pemberkatan kita yang tertunda."

Suara pembawa acara yang kembali mengalun nyaring membuat para tamu undangan yang menghadiri acara pernikahan Yoona kembali bersukacita untuk kebahagiaan sang pengantin. Kini Yoona terlihat lebih ceria dan ia dapat menatap sang pendeta dengan senyum merekah sambil menggenggam tangan Donghae erat.

Akhirnya perjuangan mereka untuk merealisasikan mimpi mereka berhasil terwujud. Meskipun banyak kerikil yang melukai perjalanan mereka, tapi semua itu tidak akan berarti apapun selama akhir yang penuh kebahagiaan berhasil diraih oleh Yoona dan Donghae.

Pada akhirnya cinta berhasil menyatukan kita dalam sebuah ikatan suci yang begitu kuat di hadapan Tuhan. Suamiku, Lee Donghae, aku bersumpah setia akan selalu mencintaimu dalam suka dan duka hingga mau memisahkan kita.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro