Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Don't Leave Me Part 1

            "Jadi kita akan memulai acara pemberkatannya sekarang..."

"Tunggu!! Hentikan! Dokter Im.. dokter Im, seseorang membutuhkan anda di ruang UGD, ini menyangkut nyawa seseorang dokter Im, anda harus segera ke rumah sakit."

Yoona menoleh kesal pada seorang pria yang saat ini sedang berlari-lari di sepanjang karpet merah di belakangnya. Baru saja ia akan melangsungkan janji suci dengan pria yang dicintainya, namun pria itu justru merusak segala rencana pernikahannya hari ini.

"Lee Hyukjae, apa yang kau lakukan? Aku akan melakukan pemberkatan pernikahan?" Bisik Yoona kesal ketika Hyukjae telah berdiri di sebelahnya. Namun seakan tuli dengan peringatan Yoona, pria bergusi pink itu segera menarik tangan Yoona sambil meminta maaf pada sang pastur dan para hadirin yang berada di sana.

"Tolong maafkan saya, ini benar-benar gawat dan tidak bisa ditunda-tunda. Dokter Im harus segera ke rumah sakit untuk menyelamatkan seorang pasien yang sedang sekarat."

"Hey, apa yang kau lakukan pada calon isteriku?"

Kyuhyun mencekal tangan Hyukjae yang sudah bertengger di lengan Yoona dan hampir menarik wanitanya pergi. Dengan gusar Hyukjae menoleh pada Kyuhyun sambil menatap pria itu dengan pandangan menantang.

"Saat ini ada seorang pasien yang sangat membutuhkannya, ia hampir mati di ruang UGD jika dokter Im tidak datang dan segera menyelamatkannya."

"Suruh dokter yang lain untuk menangani pasien itu, jangan ganggu Yoonaku. Kami akan menikah hari ini." Ucap Kyuhyun gusar. Sang pastur yang masih setia berdiri di podium hanya mampu menatap bingung pada dua orag pria yang sedang memperebutkan sang mempelai wanita. Sementara itu ibu dari Kyuhyun langsung bangkit berdiri untuk membantu anak semata wayangnya yang sedang berdebat dengan seorang pria asing.

"Yakk siapa kau, berani-beraninya kau mengacaukan acara pernikahan putraku. Kau ingin kulaporkan pada polisi atas perilakumu yang tidak sopan ini?" Marah nyonya Cho pada Hyukjae. Hyukjae menghembuskan nafas gusar pada dua orang bermarga Cho yang saat ini sedang menghalangi langkahnya. Tak tahukah mereka jika ia sedang berpacu melawan waktu untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

"Huh, polisi? Justru kalian yang akan kulaporkan pada polisi jika pasien itu sampai mati karena kalian menghalangi dokter Im untuk memeriksanya. Asal kalian tahu, dokter Im adalah dokter yang paling hebat di rumah sakit Seoul, hanya ia yang bisa menolong pasien itu karena ia menderita penyakit komplikasi yang serius. Sekarang aku akan membawa dokter Im, dengan atau tanpa persetujuan dari kalian."

Setelah mengatakan hal itu, Hyukjae langsung menarik tangan Yoona turun dari altar untuk pergi ke rumah sakit. Di belakangnya, Kyuhyun hanya mampu menatap Yoona nanar sambil meratapai nasibnya karena pernikahan yang sudah lama ia idam-idamkan harus dibatalkan karena pekerjaan Yoona yang menuntut wanita itu untuk segera datang ke rumah sakit.

"Oppa, maafkan aku." Teriak Yoona dari ujung pintu gereja sebelum Hyukjae kembali menarik tangannya lagi dan membawa wanita itu ke dalam mobilnya yang sudah terparkir di depan pintu gereja.

"Ck, eomma suruh para tamu undangan ini pulang. Dan jangan lupa katakan pada mereka jika aku akan mengundang mereka lagi jika Yoona telah siap untuk menikah denganku." Perintah Kyuhyun gusar dan segera melangkah pergi keluar dari gereja. Sedangkan sang pastur yang berada di atas altar hanya mampu menatap aneh pada pasangan yang akan ia nikahkan hari ini.

"Ya Tuhan... sial sekali nasib putraku yang tampan itu." Keluh nyonya Cho sambil membubarkan para tamu undangan yang saat ini sedang asik bergosip membicarakan pasangan aneh yang baru saja membatalkan pernikahan mereka.

-00-

Hyukjae memasukan Yoona secara paksa ke dalam mobilnya dengan Yoona yang terus menggerutu kesal pada pria itu. Sedangkan Hyukjae tampak tak peduli dan langsung menginjak pedal gasnya kuat-kuat meninggalkan pelataran gereja yang luas.

"Lee Hyukjae, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan? Kau merusak acara pernikahanku dengan Kyuhyun. Jika sampai eommoni marah padaku karena aku mempermalukannya di depan umum, kau yang harus bertanggungjawab." Marah Yoona sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Hyukjae melirik sekilas pada Yoona yang tengah menggerutu kesal di sebelahnya. Sejujurnya ia juga merasa malu dengan tindakannya yang brutal hari ini. Tapi mau bagaimana lagi, seseorang saat ini sedang merenggang nyawa di rumah sakit dan membutuhkan pertolongan dari Yoona segera.

"Kalau begitu aku minta maaf, tapi kau seharusnya menyalahkan orang itu, bukan aku. Jika bukan karena pasienmu yang menyusahkan itu, aku tidak akan melakukan hal ini." Ucap Hyukjae membela diri. Yoona memutar bola matanya malas dengan alasan Hyukjae yang sangat menyebalkan itu. Kalau sudah begini, ia sendiri juga tidak akan berdaya dan menyalahkan siapapun.

"Lalu siapa yang saat ini sedang merenggang nyawa di rumah sakit? Aku belum mengganti gaunku dengan jas praktek, orang-orang pasti akan merasa aneh saat melihat penampilanku yang seperti ini. Mereka akan mengira jika aku baru saja kabur dari pesta pernikahanku."

"Bukankah kau memang melakukannya." Celetuk Hyukjae pelan, namun berhasil didengar oleh Yoona dan membuat wanita itu langsung mengamuk padanya.

"Yakk, ini semua salahmu. Kau memang sahabat yang menyusahkan. Dan jangan lupakan pria bodoh itu yang selama ini telah menggagalkan lima kali pesta pernikahanku. Untung saja hari ini dia tidak...."

Yoona tiba-tiba menghentikan kalimatnya sambil menatap Hyukjae horor. Sepertinya ia baru saja teringat pada seseorang.

"Lee Hyukjae, jangan katakan jika pasien yang sedang merenggang nyawa di rumah sakit adalah pria itu." Desis Yoona dengan wajah menyeramkan. Hyukjae yang berada di sebelahnya langsung meneguk ludah susah payah karena rencanannya hari ini dengan pria menyebalkan itu telah diketahui oleh Yoona.

"Mmm, sebenarnya mantan suamimu yang telah merencanakannya."

"Kalian berdua!! Kau dan pria bodoh itu akan merasakan kemarahanku. MATI KAU LEE HYUKJAE!" Teriak Yoona brutal di dalam mobil Hyukjae hingga membuat pria itu tidak bisa berkonsentrasi menyetir dan membuat mobil yang dikemudikannya beberapa kali keluar dari jalur yang telah ditentukan karena Yoona yang memukul-mukul lengannya dengan keras.

"Aww, itu sakit! Yoong! Astaga mobilku."

Tiinnn tinnn

"Ini semua salahmu oppa, kau menyebalkan... kau jahat... kau mempermalukanku di depan calon suamiku dan calon mertuaku. Sialan kau Lee Hyukjae."

Hyukjae akhirnya membiarkan Yoona menumpahkan seluruh kemarahannya padanya. Percuma saja ia menghentikan aksi brutal Yoona dan menyuruhnya untuk diam jika wanita itu saat ini sedang merasa kesal dan marah yang begitu meluap-luap pada. Entah setelah ini apa yang akan terjadi pada sahabat bodohnya itu, ia pasti akan mendapatkan kemarahan yang lebih besar dari Yoona.

"Aku bersumpah, kau dan Lee Donghae akan merasakan kemarahanku." Teriak Yoona murka sebelum ia keluar dari dalam mobil milik Lee Hyukjae dan membanting pintu mobil itu keras-keras.

-00-

Yoona berjalan memasuki lobi rumah sakit dengan langkah lebar-lebar sambil menaikan tutu gaunnya setinggi lutut. Puluhan pasien dan para perawat yang sedang berjaga di resepsionis tampak memandang Yoona aneh dan ada beberapa yang berbisik kecil dengan tingkah Yoona yang memang terlihat tidak tahu malu itu. Seorang perawat yang kebetulan lewat di depan Yoona langsung menghentikan langkahnya untuk menegur Yoona karena sikapnya yang mempermalukan citra rumah sakit tempatnya bekerja.

"Dokter Im, apa yang sedang kau lakukan di sini dengan gaun pengantin yang tampak kusut seperti itu?" Tanya Gyuri dengan sorot mata yang terlihat mencemooh. Yoona menatap horor pada suster Gyuri yang jelas-jelas telah mengganggu jalannya itu.

"Bukan urusanmu, lebih baik kau menyingkir dari jalanku karena aku memiliki seorang pasien yang sedang sekarat di ruang UGD."

Yoona lantas berjalan pergi meninggalkan Gyuri sendiri dengan raut wajah heran yang tercetak jelas di wajahnya.

"Bukankah tidak ada seorang pun yang sedang sekarat di ruang UGD? Ah sudahlah, itu bukan urusanku." Gumam Gyuri acuh sambil berjalan pergi meninggalkan lobi rumah sakit yang semakin sesak.

Sementara itu, Yoona sedang berjalan menuju ruang UGD sambil menyumpah serapahi pria bodoh yang hari ini telah mengacaukan pesta pernikahannya. Dengan sekali dorongan, Yoona berhasil membuka pintu ruang UGD itu dan langsung mendapatkan tatapan bingung dari semua orang yang berada di dalam sana.

"Dokter Im apa yang kau lakukan di sini?"

"Dimana pasien yang sedang sekarat itu, aku ingin memeriksanya."

Dokter Yuri yang sedang berjaga di dalam ruang UGD langsung menunjuk pada bilik ke dua dari kiri yang berada tak jauh darinya. Dan tanpa berkata-kata apapun, Yoona langsung melangkah ke dalam bilik itu dengan perasaan emosi yang meluap-luap.

Srak

Yoona menarik kasar tirai putih yang membatasi antara bilik ke dua dan ke tiga. Di dalam sana Yoona dapat melihat seorang pria sedang terbaring damai dengan selimut putih yang menutupi tubuhnya sebatas leher. Dengan geram Yoona langsung berjalan menuju pria itu dan menarik selimut putih itu kasar hingga sang pria membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

"Apa maksudmu melakukan ini padaku?" Tanya Yoona marah. Lee Donghae yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung tersenyum aneh seperti seorang idiot bodoh yang terlihat sangat memuakan untuk Yoona.

"Yoona! Oh, akhirnya kau datang juga. Lihat, aku baru saja terserempet mobil dan mengalami luka lecet di pergelangan tanganku, menurutmu apa ini akan baik-baik saja?" Tanya Donghae polos. Yoona menggeram kesal di depan Donghae, dan tanpa aba-aba ia langsung menekan luka itu kuat-kuat hingga Donghae berteriak kesakitan di dalam bilik.

"Im Yoona apa yang kau lakukan? Kau ingin membuatku mati kesakitan?"

"Rasakan! Ini adalah balasan untukmu karena kau telah menggagalkan pesta pernikahanku untuk yang keenam kalinya. Kau harus merasakan kemarahanku yang lebih dahsyat daripada ini." Amuk Yoona mengerikan. Melihat Yoona yang tampak begitu marah, akhirnya Donghae memutuskan untuk berdiam diri tanpa berniat untuk menyingkirkan tangan Yoona dari pergelangan tangannya yang terluka. Biarlah wanita marah padanya dan menyiksanya dengan siksaan fisik, baginya itu lebih baik daripada wanita itu menyiksanya dengan siksaan batin yang sangat menyakitkan. Dan ngomong-ngomong soal Hyukjae, rasanya saat ini ia ingin memeluk pria itu dan mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya karena pria itu berhasil menggagalkan pesta pernikahan Yoona. Tak bisa ia bayangkan bagaimana nasibnya saat ini jika Yoona benar-benar telah menikah dengan pria-pria yang tidak jelas di luar saja, ia pasti akan sangat patah hati dengan kenyataan itu. Sebenarnya hari ini ia akan menyusup ke dalam gereja untuk menggagalkan pesta pernikahan Yoona, tapi nahasnya ia justru diserempet oleh sebuah mobil yang kebetulan sedang melintas di depannya. Karena pergelangan tangannya terluka cukup dalam, akhirnya ia memutuskan untuk meminta bantuan Hyukjae untuk menggagalkan rencana pernikahan Yoona. Dan sejujurnya ia tidak tahu cara apa yang digunakan oleh Hyukjae untuk menyeret Yoona keluar sebelum acara pemberkatan itu berlangsung, yang terpenting saat ini wanita itu telah berdiri di hadapannya dan masih dengan status yang sama, janda muda yang cantik.

"Sebenarnya apa yang dilakukan Hyukjae padamu?" Tanya Donghae tenang sambil menatap Yoona dalam. Merasa ditatap dengan mata sendu yang sangat menyebalkan itu, Yoona memilih untuk memalingkan wajahnya ke samping agar ia tidak perlu bertatapan dengan pria menyebalkan yang hari ini telah menghancurkan imagenya lagi di hadapan puluhan tamu undangan dan juga calon mertuanya.

"Kau tanyakan saja padanya. Lee Donghae ssi, kumohon berhentilah untuk mengganggu kehidupanku. Apa kau tidak puas selama ini telah merusak lima kali pesta pernikahanku dan di tambah dengan hari ini, maka kau sudah mengacaukannya sebanyak enam kali. Kau pikir aku tidak menanggung malu atas semua kelakuan ajaibmu itu? Lagipula pernikahan kita tidak akan pernah kembali utuh seperti semula. Kau dan aku, kita tidak akan mungkin bersama. Lebih baik kau segera mencari wanita lain dan menikahinya agar kau tidak terus menerus mengganggu kehidupanku. Aku lelah Hae, aku lelah dengan semua perbuatan konyolmu yang sama sekali tidak menunjukan jati dirimu sebagai pria dewasa dan sebagai seorang manager keuangan yang sukses. Kumohon biarkan aku hidup dengan tenang bersama dengan pria yang benar-benar mencintaiku."

Lee Donghae menatap sendu pada Yoona yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan memohon yang membuatnya merasa kesal dengan dirinya sendiri. Seharusnya dulu ia tidak menyetujui begitu saja permintaan Yoona untuk berpisah dengannya jika pada akhirnya ia masih mengharapkan wanita itu menjadi isterinya. Tapi saat itu ia sedang dalam masa-masa sulit yang membuatnya tidak bisa menolak permintaan Yoona untuk bercerai. Lagipula saat itu ia sedang dalam keadaan yang sangat terpuruk.

"Maafkan aku Yoona, tapi aku sangat mencintaimu." Ucap Donghae dengan wajah terluka. Yoona yang mendengar hal itu hanya mampu menghela nafas gusar sambil meruntuki kebodohan mantan suaminya di dalam hati. Bisa-bisanya pria itu mengumandangkan kata-kata cinta di hadapannya, sementara dulu pria itu selalu mengacuhkannya dan lebih mengutamankan karir dibandingkan dirinya yang saat itu sedang hamil muda. Salah satu alasannya saat itu meminta Donghae menceraikannya karena ia sudah tidak tahan dengan sikap pria itu yang terus menerus mengabaikannya dan lebih berambisi untuk mengejar karirnya sebegai general manager di salah satu perusahaan swasta milik Amerika. Meskipun pada awalnya Yoona masih mentoleransi sikap pria itu yang mengacuhkannya, tapi saat ia pada akhirnya keguguran dan pria itu tidak memunculkan batang hidungnya hingga dua hari kemudian, ia menjadi sangat marah pada Lee Donghae dan merasa ia sudah tidak bisa memaafkan pria itu lagi. Lalu pada akhirnya ia mengajukan surat perceraian pada Donghae yang dengan senang hati langsung disetujui oleh Donghae pada saat itu juga. Betapa sakitnya Yoona saat itu ketika mengetahui jika kadar cinta Donghae padanya hanya sebesar itu. Bahkan Donghae tidak mau repot-repot mengklarifikasikannya pada Yoona dan langsung menghilang begitu saja selama enam bulan pasca perceraian mereka. Dan selama Donghae menghilang, Yoona mulai memutuskan untuk melupakan Donghae dan mulai membuka lembaran baru dengan jati dirinya sendiri sebagai seorang janda muda. Meskipun awalnya ia merasa berat dan terganggu dengan status baru itu, tapi pada akhirnya ia berhasil melewati masa-masa sulit itu dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Namun masa-masa tenang itu rupanya tak berjalan lama. Disaat Yoona mulai membuka hatinya untuk pria lain yang saat itu mendekatinya, tiba-tiba Lee Donghae kembali hadir di dalam kehidupannya dengan berbagai macam perilaku konyol yang selalu pria itu lakukan padanya. Dan rasanya saat ini Yoona ingin mencekik pria menyebalkan itu dan membuang mayatnya ke dalam laut agar pria itu tidak bisa mengganggunya lagi dan merusak rencana pernikahannya dengan seorang pria yang benar-benar mencintainya dengan sepenuh hati.

"Lebih baik kau simpan saja pernyataan cinta itu untuk wanita lain, aku tidak membutuhkannya. Aku pergi Donghae ssi."

Tanpa menunggu jawaban dari Donghae, Yoona langsung berjalan pergi meninggalkan Donghae yang tampak terluka di dalam bilik perawatannya. Namun saat pria itu ingin meratapi nasibnya yang menyedihkan, hati kecilnya langsung mengingatnya akan perlakukannya di masa lalu pada Yoona. Sebenarnya ia tahu jika sikap Yoona yang sangat kasar seperti itu adalah akibat dari perbuatannya di masa lampau yang telah mengecewakan wanita itu hingga ia harus kehilangan calon anak pertamanya. Tapi andai saja ia memiliki keberanian untuk mengungkapkan semua kebenaran itu, Yoona mungkin tidak akan melayangkan surat cerai padanya. Tapi nasi sudah berubah menjadi bubur, semua hal buruk itu telah terjadi dan membuatnya merasa sangat menyesal pada Yoona. Dan sekarang ia ingin memperbaiki semua kesalahannya di masa lalu untuk menebus rasa bersalahnya pada Yoona. Setidaknya ia ingin mencoba untuk mengembalikan ikatan pernikahan mereka yang telah terputus. Namun jika pada akhirnya hubungan itu tidak bisa diperbaiki lagi, maka ia akan pasrah dan mencoba untuk menerima semuanya dengan hati ikhlas.

Yoona, kumohon berilah aku kesempatan.

-00-

Lee Hyukjae melihat Yoona telah keluar dari pintu rumah sakit dan sedang menyetop sebuah taksi di depan rumah sakit. Pria itu kemudian memutuskan untuk masuk ke dalam ruang UGD untuk melihat bagaimana keadaan sahabat bodohnya yang mungkin saat ini benar-benar sedang merenggang nyawa karena baru saja mendapat amukan dahsyat dari Yoona. Tapi belum sempat ia masuk ke dalam ruang UGD, Lee Donghae sudah terlebihdahulu membuka pintu kaca itu dengan wajah kusut dan juga dengan perban di tangannya yang terlihat berantakan.

Apakah pria itu baru saja melakukan tinju dengan mantan isterinya?

"Hae."

Hyukjae memanggil Donghae pelan dan membuat pria itu langsung mendongakan wajahnya getir pada Hyukjae. Dengan langkah gontai Donghae menghampiri Hyukjae dan langsung tersenyum masam pada pria itu.

"Terimakasih Hyuk, kau telah membantuku hari ini."

"Ya itu tidak masalah. Tapi ada apa dengan wajahmu? Kau seperti seorang prajurit yang kalah perang. Apa Yoona baru saja mengamuk padamu?"

"Hahaha, tentu saja. Kau pikir apa yang akan Yoona lakukan padaku setelah aku menghancurkan pesta pernikahannya yang ke enam kalinya." Jawab Donghae dengan tawa hambar yang dipaksakan. Hyukjae menepuk-nepuk pundak Donghae pelan untuk menenangkan pria itu. Meskipun ia tahu jika Lee Donghae memang salah dalam hal ini, tapi ia sangat kagum dengan kegigihan Donghae untuk mendapatkan Yoona kembali. Pria itu rela mempermalukan dirinya sendiri di depan umum demi mencegah pernikahan Yoona dengan pria-pria yang menurutnya tidak lebih baik dari Donghae. Tapi tak dapat dipungkiri jika kesalahan yang dilakukan Donghae memang sangat fatal. Pria itu dengan teganya mengacuhkan Yoona yang sedang mengandung anaknya dan membuat wanita itu stress hingga keguguran. Dan menurutnya Yoona pasti membutuhkan waktu untuk memaafkan perbuatan tak bertanggungjawab Donghae di masa lalu.

"Apakah kau akan patah semangat setelah Yoona memarahimu habis-habisan?"

"Menyerah? Tentu saja tidak! Kau pikir aku akan menyerah dengan semudah itu hanya karena Yoona memarahiku? Cih, aku bukan pria lemah seperti itu Hyuk. Kemarahan Yoona bukanlah penghalang untuk mendapatkan Yoona kembali ke dalam pelukanku. Justru aku akan semakin bekerja keras agar Yoona bisa memaafkanku dan kembali ke dalam pelukanku."

"Hmm, ya baiklah aku percaya padamu. Jadi apa rencanamu selanjutnya untuk mendapatkan Yoona kembali?" Tanya Hyukjae penasaran. Namun sepertinya Donghae belum ingin memberitahukan rencananya selanjutnya untuk membawa Yoona kembali ke dalam pelukannya. Pria itu justru hanya tersenyum misterius pada Hyukjae sambil menjentikan jarinya ke udara.

Takk

"Aku sudah mendapatkan ide. Sampai jumpa Hyuk, aku harus segera bertemu dengan Yoona." Pamit Donghae dengan wajah berbinar-binar sambil berlari keluar meninggalkan Hyukjae yang masih mematung di tempat dengan tatapan tak percaya. Ia pikir sahabatnya itu memang luar biasa. Ia seperti tidak memiliki urat sakit di hatinya, sehingga sebanyak apapun Yoona menolaknya dan menohoknya dengan berbagai macam kata-kata kasar, rasanya Donghae tidak akan pernah goyah dan mundur dengan tujuan awalnya.

-00-

Yoona berjalan gusar memasuki apartemennya sambil menjepit sebuah ponsel di samping telinga kanannya.

"Oppa, kumohon pertimbangkan lagi keputusanmu. Aku benar-benar minta maaf atas insiden hari ini, itu semua benar-benar di luar kuasaku, aku tidak tahu jika pasien itu akan merenggang nyawa saat kita akan melakukan sumpah pernikahan." Ucap Yoona memelas pada Kyuhyun. Pria yang saat ini sedang berbicara dengannya melalui telepon hanya menanggapi ucapan memelas Yoona dengan helaan nafas berat. Pria itu sepertinya tidak bisa mengubah keputusannya yang telah bulat.

"Maafkan aku Yoona, hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi. Eomma sangat marah atas insiden tidak mengenakan tadi pagi dan aku tidak bisa membantah keinginan eommaku. Semoga kau mendapatkan pria lain yang lebih baik dariku."

Klik

Sambungan terputus begitu saja sebelum Yoona mengeluarkan kata-kata pembelaan diri.

"Halo oppa, oppa! Kyu oppa, halo! Arghh, sial. Ini semua karena Lee Donghae sialan itu. Arghhh!!!" Runtuk Yoona kesal di lobi apartemen hingga membuat beberapa penghuni apartemen yang melihat tingkah anehnya langsung menoleh penuh tanda tanya pada Yoona yang saat ini sedang menghentak-hentakan kakinya kesal menuju lift yang telah terbuka.

-00-

Ditengah cuaca kota Seoul yang terik dan panas, Donghae sedang mengerjakan tugas-tugas kantornya yang menggunung sambil sesekali merentangkan tangannya ke udara guna melemaskan otot-otot tangannya yang kaku. Semenjak ia kembali dari Amerika, karir managernya semakin hari semakin melejit. Tak heran jika saat ini ia telah mendudukin posisi tertinggi sebagai manager keuangan di perusahaannya. Namun tak pelak kesuksesannya itu membuatnya cukup merasa sedih dan cenderung tidak bahagia. Meskipun saat ini ia telah memiliki harta yang lebih dari cukup, tapi tetap saja kebahagiaannya itu tidak akan lengkap tanpa kehadiran isteri atau keluarga kecil yang akan memberikannya dukungan saat ia merasa lelah atau jenuh dengan semua rutinitasnya yang menjemukan.

"Yoona.."

Lee Donghae bergumam kecil pada foto manis Yoona yang ia letakan di atas mejanya. Foto itu adalah foto Yoona yang ia ambil dua tahun yang lalu saat mereka sedang berkencan di Namsan Tower. Mengingat saat-saat masa lalu yang bahagia membuat Donghae merasa sedih dan ingin menumpahkan seluruh emosinya yang selama ini ia tahan mati-matian dengan seluruh kesibukan yang ada. Dulu meskipun ia tidak memiliki harta yang berlimpah, tapi ia memiliki cinta dari Yoona. Sebenarnya saat itu hubungannya dengan Yoona bisa dikatakan tidaklah sepadan. Yoona adalah anak dari seorang pengusaha terkenal yang kaya raya, sedangkan dirinya hanyalah anak dari seorang pegawai biasa dan tidak memiliki harta yang bergelimang seperti Yoona. Awalnya ia bisa bertahan dengan berbagai macam cibiran yang dilayangkan oleh orang-orang padanya. Namun seiring berjalannya waktu ia merasa jengah dan juga panas dengan semua cibiran itu. Lalu puncaknya adalah saat mereka menikah, saat itu beberapa kerabat Yoona sering menyindirnya sebagai pria biasa yang hanya bekerja sebagai pegawai keuangan di salah satu kantor milik pemerintah. Merasa gerah dengan semua penghinaan itu, akhirnya ia memutuskan untuk memusatkan seluruh atensinya pada karir yang ingin ia capai sebagai pembuktian pada paman dan bibi Yoona yang selama ini sering meremehkannya dan memandang rendah dirinya. Setiap hari ia selalu mencoba menjadi yang terbaik di kantornya agar ia bisa mendapatkan kenaikan jabatan. Lalu suatu hari ia ditarik oleh sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang otomotif untuk menangani masalah keuangan yang kacau balau di dalam perusahaannya. Dan setelah ia bekerja di perusahaan swasta tersebut waktunya menjadi semakin terkuras untuk membenahi berbagai macam laporan keuangan yang pada saat itu rupanya telah banyak dimanipulasi oleh manager keuangan terdahulu. Waktunya bersama Yoona pun semakin hari semakin berkurang, tak jarang ia memutuskan untuk tidak pulang dan memilih untuk menginap di kantor karena tugas-tugasnya yang menumpuk. Lalu semuanya menjadi buruk ketika Yoona mulai mengeluh dengan sikapnya yang selalu dingin dan sedikit kasar ketika berada di rumah. Dan semua itu diakibatkan karena ia merasa lelah dengan semua tuntutan kantor yang sangat mencekiknya. Saat itu sebenarnya ia ingin mengatakan pada Yoona, tapi ia takut justru akan membuat Yoona merasa tidak enak padanya karena seluruh kerja keras yang ia lakukan saat itu semata-mata adalah untuk membungkam mulut nyinyir keluarga Yoona. Ia kemudian memilih untuk memendam semua itu sendiri dan membiarkan Yoona berspekulasi sendiri terhadap kesibukannya selama ini.

"Yoona, aku sangat menyesal karena telah menyia-nyiakanmu selama ini. Kupikir dengan memiliki banyak materi kehidupanku akan semakin bahagia karena terbebas dari sikap sinis keluargamu, tapi ternyata aku salah, harta bukanlah segalanya. Harta justru membuatku merasa kesepian dan tidak berarti. Aku merindukan saat-saat kebersamaan kita dulu Yoong, yang meskipun sederhana tapi kita saling memiliki satu sama lain." Gumam Donghae serak sambil memandangi foto cantik Yoona yang sedang tersenyum manis ke arahnya. Pria itu tiba-tiba mendapatkan ide dan ia langsung menyambar jas hitamnya yang berada di atas sofa. Hari ini ia memiliki ide untuk membawa Yoona kembali ke dalam pelukannya.

Yoong, aku akan memperbaiki semuanya....

-00-

"Huh, akhirnya pekerjaanku selesai juga. Ya Tuhan, hari ini sungguh melelahkan." Gumam Yoona kecil sambil membereskan data-data pasiennya yang berserakan di atas meja. Wanita cantik itu kemudian melepas jas putihnya dan bergegas keluar untuk pergi ke restoran terdekat bersama dengan rekan-rekannya yang lain.

Di depan pintu, Yoona berpapasan dengan Yuri dan Hyeri yang sedang berjalan ke arahnya sambil berbincang-bincang asik. Yoona yang melihat kehadiran kedua sahabatnya langsung melambaikan tangannya cepat ke arah Yuri dan Hyeri.

"Yoona, hari ini kau tampak lebih ceria. Apa kau sudah menyelesaikan masalahmu dengan calon suamimu itu?" Tanya Yuri membuka percakapan. Yoona mendengus malas ketika Yuri mulai mengingatkannya pada Cho Kyuhyun yang kemarin telah membatalkan rencana pernikahan mereka. Padahal ia pikir Kyuhyun adalah sosok pria yang tepat untuknya. Selain Kyuhyun adalah pria yang perhatian, Kyuhyun juga tidak pernah mempermasalahkan mengenai statusnya yang sudah pernah menikah sebelumnya, sehingga Yoona merasa nyaman berada di dekat Kyuhyun. Namun sayangnya mantan suaminya yang menyebalkan itu telah mengacaukan semuanya. Pria itu telah membuatnya kehilangan kesempatan untuk membina rumah tangganya lagi bersama pria yang lebih baik.

"Ck, kau tidak usah membalasnya lagi. Semalam Kyuhyun telah membatalkan semuanya dan memintaku untuk jangan menghubunginya lagi. Kupikir ia pria yang baik, ternyata ia sama brengseknya dengan pria menyebalkan itu." Sungut Yoona kesal. Yuri dan Hyeri merasa prihatin dan juga merasa geli disaat yang bersamaan. Sebenarnya mereka ingin tertawa karena ekspresi wajah Yoona yang sangat lucu menurut mereka, tapi mereka juga prihatin dengan nasib cinta Yoona yang sejak wanita itu bercerai tak kunjung mendapatkan pria pengganti yang benar-benar tepat untuk dirinya. Justru sang mantan suami yang sering mengganggu kehidupannya hingga membuat Yoona geram dan stres.

"Mungkin Cho Kyuhyun memang bukan pria yang tepat untukmu. Bersyukurlah karena mantan suamimu yang tampan itu berhasil mengacaukannya." Timpal Hyeri ringan dengan cemgiran tanpa dosanya. Yoona melotot tajam pada Hyeri dan berniat akan memarahinya, namun sebelum hal itu terjadi Yuri sudah terlebihdahulu menarik lengannya dan menyuruhnya untuk melihat ke arah pintu lobi rumah sakit yang baru saja terbuka.

"Yoona lihatlah, mantan suamimu datang." Bisik Yuri sambil menarik-narik kemeja Yoona. Wanita itu langsung menoleh ke arah telunjuk Yuri sambil memutar bola matanya jengah.

"Mau apa lagi pria itu datang ke sini? Ck, dia memang pria yang sangat keras kepala." Ucap Yoona kesal. Refleks ia menghentikan langkahnya dan merasa malas berjalan ke luar ke restoran terdekat. Padahal beberapa menit yang lalu ia merasa sangat lapar dan ingin segera terbang ke restoran bulgogi yang berada di samping rumah sakit, tapi saat pria itu datang, seluruh selera makannya tiba-tiba menghilang dan ia menjadi tidak lapar sama sekali.

"Kalian pergilah, aku akan kembali ke ruanganku."

Yuri cepat-cepat menarik tangan Yoona yang hendak berbalik pergi ke ruangannya.

"Kau tidak jadi makan bersama kami?"

"Selera makanku tiba-tiba menghilang, kalian pergilah sendiri, tidak perlu mengkhawatirkanku."

"Kami memang tidak mengkhawatirkanmu, tapi mantan suamimu yang tampan itu pasti sangat mengkhawatirkanmu. Lihat, ia sedang berjalan kemari." Timpal Hyeri sambil berbisik-bisik ribut di sebelah Yoona. Yoona cepat-cepat berbalik pergi menuju ruangannya untuk menghindari Donghae, tapi pria itu rupanya telah membaca gelagat Yoona yang hendak kabur menghindarinya, sehingga ia dengan gerakan cepat langsung berlari mengejar Yoona yang saat ini juga tengah berlari dengan panik menuju lift terdekat.

"Tttunggu, biarkan aku masuk. Tolong jangan tutup liftnya."

Yoona berteriak kencang pada seorang petugas klining servis yang hendak menutup pintu lift yang ditumpanginya. Melihat Yoona yang tengah berlari-lari panik ke arahnya, pria muda itu segera membuka liftnya kembali dan membiarkan Yoona masuk ke dalam lift bersamanya.

"Hoshh hosh hosh, terimakasih. Sekarang cepat tutup pintunya."

Pria itu mengangguk kecil dengan perintah Yoona dan langsung menekan tombol tutup pada sisi pintu lift. Namun ketika lift hendak menutup sepenuhnya, sebuah kaki tiba-tiba menyelip diantara pintu dan membuat lift itu terbuka kembali.

"Maaf, tapi aku juga ingin masuk."

Seketika Yoona langsung melotot sebal pada Donghae yang saat ini sedang berdiri santai di sebelahnya. Pria itu tampak menyeringai licik di sebelahnya sambil menunjukan kotak makan yang ia genggam di tangan kanannya.

"Makan siang untukmu dokter Im."

Yoona mendorong keras tubuh Donghae dan membuat pria itu sedikit menabrak tubuh kecil klining servis yang berada di sebelahnya. Beruntung pria itu dapat mempertahankan keseimbangannya sehingga kotak makan yang ia bawa tidak jatuh ke atas lantai dan terbuang sia-sia.

"Kau sengaja melakukannya, bagaimana jika makanan ini jatuh? Kau benar-benar wanita ceroboh. Kau harus memperbaiki kelakuanmu sebelum kau memutuskan untuk menikah dengan pria lain." Cibir Donghae menyebalkan. Yoona bersungut-sungut di ujung belakang lift sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dalam hati ia sibuk meruntuki nasib sialnya hari ini yang harus bertemu dengan Donghae di rumah sakit. Padahal kemarin ia telah memaki-maki pria itu dan sengaja membuat pria itu terluka, tapi semua kata-kata menyakitkan itu sepertinya tidak diserap oleh telinga Donghae dengan baik.

Ting

Lift berdentang nyaring ketika tiba di lantai empat. Dengan acuh Yoona langsung melangkah melewati dua pria yang sedang berdiri berseberangan di dekat pintu lift. Melihat Yoona yang berjalan keluar, Donghae segera mengekor di belakang Yoona sambil sesekali merapikan penampilannya yang sedikit berantakan akibat perbuatan Yoona yang mendorongnya di dalam lift.

"Untuk apa kau datang ke sini?"

Tiba-tiba Yoona menghentikan langkahnya dan langsung berbalik begitu saja menghadap Donghae hingga membuat Donghae hampir menabrak tubuh ramping wanita itu. Untung saja lagi-lagi keseimbangan tubuhnya sangat baik sehingga ia mampu menjaga jarak sebelum tubuh kekarnya menubruk tubuh Yoona.

"Aku hanya ingin mengantarkan makan siang untukmu. Kau pasti belum makan, kita bisa makan bersama-sama di ruanganmu."

"Tidak perlu, aku tidak lapar." Tolak Yoona sengit.

"Benarkah? Tapi aku hari ini sudah membawakan menu makan siang kesukaanmu, satu porsi nasi putih hangat ditambah dengan bulgogi sapi yang baru saja dipanggang dengan saus pedas khas korea di atasnya, apa kau yakin akan melewatkan menu makan siang mu begitu saja?" Goda Donghae sambil menggoyang-goyangkan bungkusan plastik yang dibawaya tepat di depan wajah Yoona. Yoona dengan kasar menepis tangan Donghae dan meninggalkan pria itu sendiri di lorong rumah sakit yang sepi.

"Yoong, heii... Kau benar-benar akan menolak makanan ini?"

"Terserah! Pergi kau dari sini." Usir Yoona kasar tanpa berbalik sedikitpun pada Donghae. Saat ini Yoona sedang menahan hasratnya untuk merampas kotak makan milik Donghae yang berisi makanan kesukaannya. Dalam hati ia benar-benar meruntuki perbuatan Donghae kali ini karena pria itu sengaja menggodanya dengan menu makanan yang sangat disukainya. Dan sekarang ia merasa perutnya sedang meronta-ronta karena menginginkan bulgogi itu.

Brakk!!

Yoona membanting pintu di belakangnya dengan keras sambil menghempaskan tubuhnya keras ke atas sofa empuk yang berada di dalam ruangannya. Tak berapa lama, pintu putih itu terbuka sempurna dan menampilkan sosok Donghae yang dengan wajah santainya langsung berjalan masuk ke dalam ruangan Yoona dan mendudukan diri di sebelah wanita itu.

"Hahh, aku merindukan aroma ini."

Lee Donghae menghirup kuat-kuat aroma ruangan pribadi Yoona yang sudah lama tak dirasakannya. Dulu saat ia masih berstatus sebagai suami Yoona, setiap hari saat ia membuka mata dan saat ia pulang dari kantor, ia pasti akan mencium aroma itu dari tubuh Yoona. Tapi sekarang Yoona bukanlah bagian dari hidupnya, jadi ia tidak bisa merasakan aroma itu lagi disekitarnya.

"Nah ayo kita makan, kau pasti belum makan siang."

Yoona menatap Donghae geram tanpa mengomentari ucapan pria itu. Percuma saja ia melawan pria itu jika pada kenyataanya Donghae adalah pria yang sangat keras kepala. Ia justru hanya membuang-buang tenaganya sia-sia untuk pria yang tidak penting seperti Donghae.

Sebenarnya apa yang diinginkan pria ini?

Yoona bangkit dari duduknya dan berjalan keluar melewati Donghae begitu saja. Melihat Yoona yang hendak keluar dari ruangannya, Donghae cepat-cepat bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah sang mantan isteri dengan wajah heran.

"Kau mau kemana? Aku sudah menyiapkan makan siang untukmu."

Yoona memutar kepalanya malas ke belakang sambil menunjuk arah toilet yang berada di ujung lorong.

"Kau ingin mengikutiku hingga ke dalam toilet wanita?"

"Untuk apa kau pergi ke sana jika kau memiliki toilet pribadi di dalam ruanganmu. Jangan coba-coba untuk kabur dariku Im." Peringat Donghae dengan wajah yang sedikit meremehkan karena ia merasa tidak mudah untuk dibohongi oleh sang mantan isteri.

"Toilet di dalam ruanganku rusak, klining servis baru akan memperbaikinya besok pagi. Jika kau memang ingin dituduh sebagai pria mesum dengan masuk ke dalam toilet wanita, lakukan saja. Aku tidak peduli." Jawab Yoona acuh. Wanita itu segera masuk ke dalam bilik toilet dan membating pintunya keras-keras untuk menunjukan pada Donghae jika ia sangat kesal dan merasa terganggu dengan kehadiran pria itu.

"Aku akan menunggu di depan sini Yoong, jadi jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku." Teriak Donghae tepat di depan pintu toilet yang digunakan oleh Yoona. Dengan bosan Donghae mulai mengeluarkan ponsel pintarnya dari dalam saku celana untuk mengecek email yang dikirimkan sekertarisnya hari ini. Sembari membaca email itu satu persatu, ekor mata Donghae tak sengaja melihat sebuah papan peringatan yang bertuliskan jika kamar mandi sedang rusak. Tiba-tiba ia memiliki ide di dalam kepalanya. Cepat-cepat ia memasukan ponsel pintarnya ke dalam saku celana dan berjalan ke sudut kamar mandi untuk mengambil papan peringatan tersebut.

"Hmm, dengan begini tidak akan ada seorang pun yang masuk ke dalam toilet ini." Gumam Donghae senang. Ia kemudian segera meletakan papan peringatan itu tepat di depan pintu toilet, lalu ia menutup kembali pintu toilet itu agar tidak ada seorang pun yang melihat keberadaannya di dalam sana.

"Yoong, apa kau sudah selesai?"

Lee Donghae berteriak nyaring di depan pintu toilet yang digunakan oleh Yoona sambil sesekali mengetuk pintu toilet itu untuk mengecek kondisi Yoona di dalam sana. Tapi hingga beberapa kali ia mengetuk pintu kayu itu, Yoona tak kunjung menjawabnya dan hanya terdengar suara keran air yang terdengar begitu nyaring. Merasa penasaran, akhirnya Donghae mencoba menempelkan telinganya pada permukaan pintu agar ia dapat mendengarkan suara Yoona yang sedang berada di dalam toilet.

"Im Yoona, apa kau mendengar suaraku? Aku tahu kau masih berada di dalam sana, jadi jangan coba-coba untuk mengecohku dengan kebisuanmu itu karena aku tidak akan pergi kemanapun hingga...

Brakk!

"BERISIK!!"

Tiba-tiba Yoona mendorong pintu kayu itu dengan keras hingga Donghae terjungkal ke belakang dan membuat kepala Donghae membentur pipa saluran pembuangan. Pria itu meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya dan juga tangannya yang sepertinya sedikit terkilir karena ulah Yoona.

"Kau itu berisik sekali! Aku sedang buang air, bisakah kau diam dan tidak terus menerus berteriak." Ucap Yoona berapi-api. Sedangkan Donghae tampak tidak menghiraukan Yoona dan sibuk mengelus pergelangan tangannya yang terasa ngilu.

"Arghh, ini sakit sekali. Kenapa kau tiba-tiba membuka pintunya? Kau membuat tanganku terkilir."

"Hahaha? Bohong! Mana mungkin hal sekecil itu bisa membuat tanganmu terkilir. Kau pasti hanya berpura-pura dan ingin membuatku bersimpatik padamu kan? Dasar licik, keluar kau dari sini."

Yoona berkacak pinggang angkuh di depan Donghae sambil menendang kaki Donghae pelan agar pria itu segera berdiri dari posisi jatuhnya. Namun cukup lama Yoona menunggu, tapi pria itu tak kunjung berdiri dan hanya merintih kesakitan di depannya sambil mendekap pergelangan tangan kirinya di depan dada.

"Hei, kenapa kau masih berada di sana? Cepat berdiri."

Dengan terpaksa, akhirnya Donghae mencoba berdiri sambil menggunakan kedua tangannya untuk bertumpu pada lantai, namun ketika ia memaksakan untuk menggunakan tangan kirinya yang terluka, ia langsung berteriak kesakitan karena pergelangan tangannya terasa semakin nyeri ketika ia memaksakan diri untuk menggunakannya.

"Argghh Yoong, ini benar-benar sakit. Apa kau memiliki obat pereda rasa nyeri?" Tanya Donghae dengan erangan tertahan. Sambil berdecak kesal, Yoona memutuskan untuk melihat luka pria itu dan memastikan sendiri apakah pria itu benar-benar terkilir atau tidak. Yoona menarik tangan kiri Donghae lembut dan mencoba mengamati pergelangan tangan Donghae yang memang sedikit memar. Yoona kemudian menyentuh pergelangan tangan itu dengan sedikit tekanan hingga membuat Donghae berteriak-teriak heboh karena merasakan kesakitan yang amat meyiksa di pergelangan tangannya.

"Yakk!! Apa yang kau lakukan? Kau ingin memperparah lukaku?" Teriak Donghae kesal. Yoona mengendikan bahunya acuh dan setelah itu ia membantu Donghae untuk berdiri. Rasanya tak tega juga jika membiarkan Donghae terkapar tak berdaya di bawah keran westafel sambil memasang wajah memelasnya yang menyedihkan. Apalagi pergelangan tangan pria itu benar-benar terluka, ia tak sampai hati untuk membiarkan pria itu begitu saja.

"Ayo, aku akan akan mengobatimu di ruanganku."

Donghae berjalan tertatih-tatih dengan dibantu Yoona di sebelahnya. Wanita itu kemudian membuka pintu kamar mandi lebar-lebar dan sedikit tertegun dengan papan peringatan yang berada di depan pintu toilet.

"Kau yang melakukan hal ini? Dasar kekanakan!" Cibir Yoona sadis sambil menendang papan itu ke arah kiri agar tidak menghalangi langkah mereka. Sedangkan Donghae yang mendengar hal itu tampak tak ingin membalas cibiran Yoona karena saat ini ia benar-benar sedang merasakan kesakitan. Dan selain itu ia juga sedang malas berdebat dengan Yoona, ia lelah.

-00-

Donghae menatap wajah Yoona dalam diam ketika wanita itu sedang sibuk melilitkan perban di atas pergelangan tangannya yang terluka. Sudah lama ia tidak mengamati wajah Yoona dalam jarak yang sedekat ini. Rasanya ia sangat menyesal karena dulu ia pernah menyia-nyiakan Yoona. Padahal Yoona adalah wanita baik-baik yang tidak pernah menuntut apapun darinya. Hanya saja paman dan bibi wanita itu yang membuatnya menjadi gerah dan membuatnya berpikir untuk membalas ejekan mereka dengan kesuksesannya yang cemerlang. Namun ternyata ia harus membayar mahal kesuksesannya itu dengan isterinya yang berharga. Andai saja waktu dapat diputar, ia ingin memperbaiki semuanya dan kembali pada Yoona.

"Yoong, terimakasih atas perbannya."

Setelah Yoona selesai memasangkan lilitan perban terakhirnya, Donghae langsung berterimakasih pada wanita itu atas kebaikan hatinya yang masih mau mengobati luka pria brengsek sepertinya.

"Tidak masalah, lagipula itu semua juga karena salahku. Apa kau bisa melakukan aktivitas dengan tangan yang dibebat seperti itu?"

"Oh, itu tidak masalah. Sekertarisku akan membantuku, jadi ini tidak masalah." Jawab Donghae santai. Yoona kemudian kembali menyibukan dirinya dengan kotak P3K yang isinya berhamburan di atas meja. Suasana diantara mereka juga tiba-tiba menjadi hening, membuat Donghae merasa aneh dan tidak nyaman.

"Jadi, bagaimana kabar paman dan bibimu sekarang?"

Lee Donghae mencoba membuka percakapan diantara mereka dengan berbasa-basi seputar paman dan bibi Yoona. Meskipun ia cukup membenci kedua orang itu, tapi saat ini hanya topik itulah yang terlintas di dalam pikirannya. Lagipula ia dan Yoona sama-sama yatim piatu, jadi ia tidak mungkin menanyakan keadaan kedua orangtua Yoona pada wanita itu.

"Mereka baik, sudah lebih dari setengah tahun mereka tinggal di Swedia. Sepertinya mereka ingin menghabiskan waktu tua mereka di sana."

"Apa? Swedia?" Teriak Donghae tak percaya. Mendengar Donghae yang terdengar berlebihan membuat Yoona merasa terganggu dan menyuruh pria itu untuk sedikit mengecilkan suaranya.

Sial! Jadi setelah mereka menghancurkan kehidupan rumah tanggaku, mereka memutuskan untuk tinggal di Swedia! Benar-benar brengsek. Seharusnya saat itu aku tidak langsung terpancing emosi dan memutuskan untuk memacu karirku hingga harus mengorbankan Yoona.

"Ada apa? Kau sepertinya sangat terkejut dengan berita itu?" Tanya Yoona penasaran. Donghae lantas hanya menjawab pertanyaan Yoona dengan gelengan kecil. Ia kemudian mengambil inisiatif untuk mengambil makanannya dan Yoona yang tergeletak begitu saja di atas meja.

"Makanlah, aku sengaja membelikan bulgogi ini untukmu di restoran kesukaanmu."

Melihat adanya ketulusan dari kedua mata Donghae, akhirnya Yoona memutuskan untuk menerima makanan itu. Lagipula seudah sejak tadi ia ingin melahap makanan itu, tapi sikap gengsinya yang tinggi menghalanginya untuk melahap menu daging sapi yang sangat menggiurkan itu.

"Terimakasih." Ucap Yoona pelan. Wanita itu mulai menyumpit daging sapinya bersemangat sambil mengoleskan sisa saus yang menempel di dinding kotak makan yang dipegangnya. Namun ketika ia hendak memasukan potongan daging sapi itu ke dalam mulutnya, tiba-tiba suara Donghae yang mengalun pelan membuatnya terpaku di tempat dan membuatnya mengurungkan niat untuk melahap daging sapi kesusaannya.

"Andai waktu dapat diulang, aku ingin memperbaiki semuanya."

Yoona menatap dalam manik mata Donghae dan menunggu pria itu melanjutkan kembali kata-katanya. Daging bulgogi yang telah siap untuk dimakan terpaksa harus menggantung di udara lantaran kata-kata Donghae yang mengejutkannya itu.

"Sejujurnya aku merasa menyesal dengan semua hal yang terjadi di masa lalu. Yoona, aku... mphhhhhfff."

"Ck, kau terlalu banyak bicara. Lebih baik kau makan daging bulgogi itu karena aku sudah kelaparan sejak tadi."

Yoona dengan kejamnya menjejalkan sepotong daging bulgogi ke dalam mulut Donghae ketika pria itu sedang berbicara. Donghae sendiri meskipun terlihar kesal, tapi akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk menguyah daging bulgogi itu lambat-lambat. Harapannya untuk berbicara serius dengan Yoona telah musnah. Wanita itu sudah benar-benar tidak ingin mendengarkan apapun darinya, meskipun itu hanya kata maaf atau penjelasan singkat mengenai penyebab keegoisannya dulu.

"Aku sudah memaafkanmu, jadi kau tidak perlu meminta maaf lagi padaku." Ucap Yoona acuh sambil menguyah bulgoginya dengan nikmat. Lee Donghae menatap wajah Yoona sekilas sambil menghembuskan nafasnya pelan. Meskipun Yoona telah memaafkannya, tapi perasaan bersalah itu tetap saja ada dan bersarang di hatinya. Hatinya tidak akan pernah tenang sebelum Yoona benar-benar kembali padanya atau Yoona memang menemukan pria lain yang lebih baik dari dirinya.

"Apa kau menyukainya?"

Yoona mendongakan wajahnya dengan mulut yang penuh daging bulgogi. Susah payah wanita itu menelannya hingga sedikit tersedak untuk menanyakan pertanyaan Donghae.

"Maksudmu?"

"Apa kau menyukai bulgogi itu? Sudah lama kita tidak makan bulgogi bersama, jadi mungkin saja makanan favoritmu sudah berubah." Ucap Donghae beralasan, padahal sebenarnya ia hanya ingin membuka pembicaraan dengan Yoona setelah keheningan panjang yang menyelimuti mereka.

Kenapa mendapatkan hatimu kembali sangat sulit....

Lee Donghae menggerutu dalam hati dengan sikap Yoona yang kembali dingin padanya. Jelas sekali jika saat ini Yoona sedang berusaha menghindarinya. Pria itu tahu jika Yoona sedang mencoba mengusirnya dari kehidupannya yang tenang.

"Enak, aku masih menyukainya." Jawab Yoona singkat. Wanita itu kembali bersikap acuh pada Donghae dan lebih memilih untuk menghabiskan bulgoginya dalam diam. Lagipula ia masih marah dengan perbuatan pria itu selama ini. Dan meskipun ia telah memaafkan sikap Donghae di masa lalu, tapi ia masih tidak terima dengan sikap seenaknya Donghae yang selalu merusak pesta pernikahannya selama ini.

"Yoona, sepertinya aku akan kembali ke kantor sekarang. Kau tidak apa-apa jika kutinggal sekarang?" Tanya Donghae sambil berusaha memakai jasnya dengan satu tangan. Yoona menatap malas pada Donghae dan akhirnya ia sedikit melunakan hatinya dengan membantu Donghae untuk mengenakan jasnya.

"Tentu saja tidak apa-apa, aku sudah terbiasa hidup sendiri." Jawab Yoona sakarstik di belakang Donghae. Pria itu tersenyum masam dengan wajah yang sengaja dipalingkan ke arah kiri agar Yoona tidak melihat ekspresi kekecewaan di wajahnya. Ternyata ia memang seburuk itu di mata Yoona.

"Baiklah, terimakasih atas perban dan bantuannya. Semoga harimu menyenangkan." Ucap Donghae sebelum pria itu melangkah gontai meninggalkan ruangan Yoona. Yoona kemudian kembali menyantap bulgoginya dalam kesunyian. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyusup ke dalam hatinya setelah Donghae pergi. Namun sejak ia memutuskan untuk berpisah dengan Donghae, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan semua masa lalunya dengan Donghae dan seluruh kenangan pahitnya bersama pria itu. Tapi setelah Donghae kembali mengejar hatinya, ia sedikit goyah. Ia tidak yakin apakah ia akan tetap beku meskipun Donghae setiap kali menebarkan kehangatan di dalam hatinya. Ia akui, Donghae sekarang jauh lebih hangat dan peduli padanya dibandingkan dulu saat mereka menikah. Tapi ia sendiri tidak bisa semudah itu kembali pada Donghae, karena ia tidak tahu apakah Donghae sudah benar-benar berubah atau hanya sedang berpura-pura untuk mendapatkan hatinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro