Chance To Back Off 9
Yoona menggeliat pelan sambil mengucek-ucek matanya. Namun kedua matanya masih terasa enggan untuk terbuka. Ia justru kembali merapatkan tubuhnya ke sisi kanan untuk mencari kehangatan yang sejak tadi melingkupinya. Dengan nyaman Yoona kembali memejamkan matanya dan berniat untuk melanjutkan tidurnya. Namun suara dingin yang sangat dikenalnya tiba-tiba menyusup ke dalam indera pendengarannya dan memaksanya untuk segera membuka matanya yang berat.
"Bangun. Kau harus sudah siap pukul setengah lima tepat nona manja."
Yoona membuka matanya perlahan dan mendongakan kepalanya ke atas. Refleks ia langsung bergeser mundur setelah ia sadar jika sejak tadi ia begitu posesif memeluk Donghae. Seketika pipi putihnya berubah menjadi merah padam dan ia menjadi salah tingkah pada Donghae. Padahal pria di depannya saat ini justru menatapnya datar tanpa terlihatan keberatan sedikitpun dengan sikapnya yang sangat posesif sejak semalam.
"Kkapan kau pulang?" Tanya Yoona terbata-bata. Ia mencoba menormalkan degup jantungnya dan mulai menguasai dirinya lagi yang sempat bertingkah bodoh di depan Lee Donghae.
"Pukul setengah dua belas." Jawab Donghae pendek. Yoona dengan takut-takut mencoba mendongakan kepalanya dan menatap mata Donghae yang saat ini sedang menatapnya dengan iris matanya yang tajam. Untuk pertama kalinya ia melihat penampilan Donghae yang acak-acakan khas pria yang baru bangun tidur. Meskipun begitu Donghae tetap terlihat tampan dimatanya. Rambutnya yang tidak tersisir rapi seperti biasanya menambah kesan seksi yang membuat Yoona dengan susah payah menelan ludahnya. Ditambah lagi posisi pria itu yang kini sedang berbaring miring dengan salah satu tangannya yang ia jadikan bantal, membuat Donghae tampak seperti pria-pria hot yang sering ia lihat di dalam majalah-majalah fashion.
Damn! Kenapa jenderal Lee sangat seksi. Ya Tuhan, ia bisa membuatku pingsan hanya dengan tatapannya yang tajam itu!
Yoona terlihat sibuk membatin dengan gerakan mata yang tak bisa berhenti dari tubuh Donghae dari ujung kepala hingga ujung kaki. Namun kesenangannya itu tidak bertahan lama karena Donghae langsung menginterupsinya dengan kalimatnya yang tajam dan juga dingin.
"Apa kau sedang menelanjangiku dengan kedua matamu yang hampir menggelinding keluar itu? Cepat bangun dan mandi, waktumu haya tersisa dua puluh tiga menit."
"Aaapa?"
Seakan tersadar dari lamunannya, Yoona segera bangkit berdiri dan berjalan terbirit-birit menuju kamar mandi. Wajahnya kini benar-benar terlihat memerah hingga terasa panas. Pria itu telah menangkap basahnya sedang berfantasi liar dengan tubuhnya. Lee Donghae pasti akan berpikiran macam-macam tentangnya setelah ini. Seharusnya ia bisa mengendalikan dirinya untuk tidak terlalu mengangumi penampilan acak-acakan Donghae di pagi hari yang sangat seksi. Tapi sayangnya ia tidak bisa, karena Donghae terlalu seksi untuknya.
"Arghh.. apa yang baru saja kulakukan!" Runtuk Yoona kesal. Ia masih berusaha menormalkan degup jantungnya sambil mengipasi wajahnya yang masih terasa panas. Setelah ia merasa lebih baik, ia segera menyalakan keran bathtube dan mengisinya dengan air dingin. Seketika Yoona bergidik ngeri dan tidak ingin mandi. Tapi jika ia tidak mandi, Donghae pasti akan menghukumnya. Ia pun akhirnya mencelupkan tubuhnya ke dalam bathtube yang telah penuh dan langsung menggigil kedinginan setelahnya. Ingin rasanya ia melompat keluar dan langsung berpakaian karena ia benar-benar tidak kuat dengan hawa dingin yang mulai menusuk-nusuk tulangnya.
"Astaga! Aku tidak ingin mandi!" Teriak Yoona sambil memejamkan matanya kedinginan. Secepat kilat ia segera mengambil sabun dan menyelesaikan kegiatan mandinya secepat yang ia bisa. Setelah itu ia segera mengambil bathdrobenya dan melangkah terburu-buru keluar dari kamar mandi.
"Aku sudah selesai." Ucap Yoona di depan pintu kamar mandi. Donghae yang baru saja melakukan perenggangan dengan tubuh topless langsung menatap Yoona intens sambil mengamati tubuh kecil Yoona yang tampak tenggelam dibalik bathdrobe miliknya.
"Pakaianmu masih berada di dalam mobil."
"Kalau begitu aku akan mengambilnya." Ucap Yoona cepat karena ia tidak kuat lagi berada di dalam satu ruangan dengan Donghae. Terlebih lagi Donghae sedang topless. Pikiran sucinya langsung terkotori begitu saja dengan pemandangan indah di pagi hari yang mampu membuat jantungnya berdegup ribut. Sebentar lagi mungkin ia akan terkena serangan jantung tiba-tiba karena penampilan seksi Donghae pagi ini.
"Kau tunggu di sini, aku yang akan mengambil kopor-kopormu."
Tanpa menunggu jawaban dari Yoona, Donghae langsung berjalan keluar dan meninggalkan Yoona sendiri dengan wajah yang kembali bersemu merah.
"Ya Tuhan, ada apa dengan diriku?"
Yoona mengipas-ngipas wajahnya di depan cermin sambil menggembungkan pipinya lucu. Ia sekarang terlihat seperti buah strawberry raksasa karena seluruh wajahnya yang benar-benar merah.
"Ada apa dengan wajahmu?"
"Hahh!!"
Yoona berjengit kaget ketika Donghae tiba-tiba telah menundukan wajahnya di sebelahnya. Pria itu menatap pantulan wajah Yoona dari cermin dengan wajah datar tanpa ekspresinya. Namun hal itu berhasil membuat Yoona salah tingkah dan langsung melangkah menjauhi Donghae.
"Tidak, ha hanya... hanya kedinginan." Bohong Yoona. Ia segera beralih pada kopornya dan berpura-pura menyibukan diri dengan mengaduk-aduk isi kopornya. Setelah itu ia segera melangkah menuju kamar mandi untuk mengenakan pakaiannya.
"Cepat. Aku akan menunggumu di bawah." Teriak Donghae sedikit keras dari luar kamar mandi. Yoona bergumam pelan dan ia segera mengenakan pakaiannya secepat yang ia bisa. Jangan sampai ia mendapatkan amukan dari Donghae atau hukuman. Karena pria itu tidak pernah main-main dengan hukuman yang akan ia berikan. Meskipun Yoona adalah isterinya sendiri.
-00-
"Push up lima puluh kali!"
"Apa?"
Yoona berteriak kesal setelah ia selesai melakukan sit up sebanyak tujuh puluh kali. Napasnya terlihat masih memburu dan peluh juga tampak menetes-netes membanjiri pelipisnya. Belum lagi detak jantungnya masih berdegup kencang karena sejak tadi pria itu terus menyuruhnya melakukan olahraga fisik yang sangat melelahkan. Sebelumnya pria itu juga menyuruhnya untuk berlari mengelilingi halaman rumahnya sebanyak sepuluh kali. Dan sekarang pria itu menyuruhnya untuk melakukan push up. Lee Donghae memang gila! Ia benar-benar akan menjadikan isterinya sendiri seperti anak buahnya yang tangguh dan kuat di militer.
"Aku tidak menerima protes. Cepat lakukan!"
Dengan wajah gusar Yoona mulai memposisikan dirinya untuk bersiap push up. Rasanya tangan dan kakinya sebentar lagi akan patah karena ia tidak terbiasa melakukan olahraga fisik yang sangat berat seperti itu. Selama ini ia hanya melakukan joging disekitar rumahnya. Bersyukur ia memiliki tubuh yang ramping, sehingga ia tidak pernah repot-repot melakukan olahraga berat di rumah. Namun sekarang Lee Donghae justru memperlakukannya seperti seorang tentara rendahan yang harus melakukan ini dan itu.
"Satu!"
Yoona mulai menekuk tangannya ke bawah untuk memulai gerakan push up. Di sebelahnya Donghae juga melakukan hal yang sama dengannya. Sejak tadi pria itu terus menemani Yoona melakukan olahraga fisik. Tidak mungkin ia hanya menyuruh Yoona melakukan olahraga ketahanan fisik sedangkan ia tidak ikut melakukannya. Ia bukan tipe pria seperti itu!
"Dua!"
Yoona mengikuti setiap aba-aba yang diberikan Donghae hingga pria itu selesai menghitung. Kedua lengannya kini terasa berkedut nyeri karena dipaksa untuk melakukan pekerjaan berat. Sedangkan Donghae tampak begitu santai sambil mengelap peluhnya menggunakan handuk kecil di sebelahnya.
"Seharusnya aku tidak perlu mandi tadi." Gerutu Yoona kesal. Sekarang seluruh tubuhnya terasa lengket dan juga bau. Ia harus mandi lagi dan merasakan dinginnya air kamar mandi Donghae yang sangat mengerikan itu lagi.
"Apa aku menyuruhmu mandi? Bodoh!"
"Bodoh? Kau yang bodoh dan kejam jenderal Lee. Kau ingin membuatku terlihat seperti kuli? Otot-otot tanganku akan besar seperti milikmu dan aku tidak akan terlihat anggun lagi." Sembur Yoona kesal. Beberapa tentara muda yang kebetulan lewat sesekali mencuri-curi pandang kearah mereka yang terlihat begitu kontras. Yoona yang cerewet dan Donghae yang dingin.
"Perhatikan jalan di depan kalian atau kalian akan celaka karena kebodohan kalian sendiri." Teriak Donghae tegas pada anak buahnya. Seketika mereka langsung pergi begitu saja dengan kepala kaku yang langsung menghadap ke depan. Yoona yang melihat itu refleks menirukan gaya bicara Donghae dengan wajah yang sengaja ia buat sejelek mungkin. Ia terlalu kesal pada Donghae karena pria itu hari ini membohonginya. Kemarin pria itu mengatakan jika mereka hanya akan berlatih beladiri, tapi nyatanya ia juga harus melakukan olahraga fisik yang melelahkan. Rasanya ia ingin pulang ke rumah ayahnya dan berlindung dibalik punggung tegap ayahnya agar Donghae tidak bisa menyuruhnya melakukan ini dan itu sesuka hatinya.
"Dasar manja. Jangan harap ayahmu dapat menolongmu karena kau adalah milikku. Setelah kau menikah denganku, maka ayahmu tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga kita."
"Tapi kau menyiksaku dan hampir membunuhku!" Balas Yoona tak kalah sengit. Tiba-tiba saja Donghae telah memojokannya ke dinding dan mengunci tubuhnya dengan lengan kekarnya yang keras. Pria itu menghimpit tubuh kecilnya dengan tubuhnya yang besar dan menekan lengan kanannya pada leher Yoona hingga Yoona merasa sesak dan terbatuk-batuk beberapa kali.
"Uhuukk.. uhuukk... jenderal Lee... Lllepaskan! Uhuuk uhuukk.."
"Hmm, ini yang dinamakan hampir membunuh Lee Yoona. Bagaimana rasanya?"
Yoona bergidik ngeri dengan perubahan wajah Donghae yang tampak mengerikan. Sisi gila pria itu tiba-tiba muncul begitu saja karena terpancing oleh emosi Yoona yang meledak-ledak. Padahal beberapa hari sebelumnya pria itu telah berhasil mengendalikan dirinya. Namun entah kenapa pagi ini ia kembali kehilangan kendali dirinya dan hampir membunuh Yoona. Untuk beberapa saat Donghae masih bertahan pada posisinya sebelum akhirnya melepaskan Yoona dengan keadaan Yoona yang sedikit lemas di depannya.
"Jangan pernah berteriak padaku lagi." Desis Donghae marah dan langsung meninggalkan Yoona begitu saja yang masih mencoba menormalkan detak jantungnya yang menggila. Lagi-lagi ia hampir mati di tangan Donghae. Untung saja pria itu kembali mendapatkan kewarasannya sebelum hal buruk itu terjadi. Dengan langkah terhuyung-huyung Yoonapun bergegas menuju basement milik suaminya karena Donghae tidak mungkin membatalkan sesi latihannya meskipun ia hampir mati kehabisan napas karena himpitan pria itu di lehernya.
-00-
"Jenderal Lee..."
Yoona memanggil Donghae pelan sambil menyusuri undakan batu menuju ruang senjata milik Donghae. Setelah meminum segelas air dan menormalkan detak jantungnya Yoona tampak lebih baik. Ia melupakan peristiwa mengerikan itu begitu saja dan kembali bersikap biasa seolah-olah tidak pernah terjadi apapun padanya. Padahal ia hampir saja mati beberapa menit yang lalu.
"Kemarilah, latihan pertamamu adalah memukul samsak ini dengan benar."
Yoona melihat Donghae sedang berdiri di depan samsak besar di sebuah ruangan yang berukuran cukup besar di sisi kanan yang juga berada di dalam ruang senjata milik Donghae.
"Aku tidak tahu jika kau memiliki ruangan ini jenderal." Ucap Yoona tampak terkagum-kagum dengan desain interior ruang berlatih yang terlihat lebih elegan dan juga tidak suram. Mungkin karena ruangan itu difungsikan sebagai ruang berlatih, maka Donghae memberikan banyak pencahayaan di dalamnya. Sedangkan untuk ruang senjata, Donghae tidak terlalu memberikan banyak pencahayaan karena ruangan itu juga difungsikan untuk mengintrogasi korban-korbannya.
"Lakukan seperti yang kulakukan."
Bugh bugh
Donghae memukul dan menendang samsak itu dengan keras di depan Yoona. Lalu ia menyingkirkan tubuhnya ke samping kanan agar Yoona dapat berlatih memukul samsak di depannya.
Dengan kikuk Yoona mulai menirukan apa yang dilakukan Donghae. Dan ternyata memukul samsak tidak semudah yang ia bayangkan. Samsak yang sebelumnya terlihat seperti guling itu nyatanya tidak seempuk guling yang sering ia peluk di kamarnya. Samsak itu lebih keras dan juga sangat menyakitkan ketika mengenai punggung tangannya dan juga kakinya. Ia ingin menyerah dan menyudahi latihan itu. Tapi Donghae menatapnya tajam dan terus menyuruhnya untuk melakukan hal itu berulang kali hingga ia benar-benar puas dengan hasil latihan Yoona pagi ini.
Tiga puluh lima menit kemudian akhirnya Donghae menyuruhnya untuk berhenti. Pria itu melirik jam tanganya dan melihat jika jam telah menunjukan pukul enam pagi. Satu jam lagi ia memiliki janji bertemu dengan beberapa kapten untuk membicarakan masalah keamanan negara. Ia pun memutuskan untuk menyudahi sesi latihan hari itu dan menyuruh Yoona untuk segera melakukan tugasnya sebagai isteri yang baik.
"Memasaklah, satu jam lagi aku harus pergi." Ucap Donghae acuh tak acuh. Yoona yang terlihat kelelahan di atas matras tampak malas untuk beranjak ke atas. Ia masih sangat lelah, dan dengan seenaknya pria itu memerintahnya untuk memasak. Ia tidak sanggup hidup seperti ini, ia membutuhkan para maidnya.
"Kau makan saja di luar jenderal, aku lelah." Ucap Yoona halus sambil memejamkan matanya. Namun sedetik kemudian Yoona merasakan tubuhnya diguncang dengan cukup keras dan kedua tangannya tiba-tiba ditarik untuk berdiri.
"Apa gunanya memiliki isteri jika aku tetap makan di luar. Kau harus memasak untukku Lee Yoona." Desis Donghae penuh penekanan. Lagi-lagi pria itu menggunakan statusnya sebagai isteri untuk memperbudaknya. Ya, ia menganggap Donghae telah memperbudaknya karena pria itu terus menyuruhnya melakukan ini dan itu tanpa memikirkan fisiknya yang sudah sangat kelelahan.
"Lalu apa gunanya aku memiliki suami jika ia tidak bisa melindungiku dan memperlakukanku seperti tentara rendahan." Balas Yoona sengit. Donghae menatap Yoona tajam dan Yoona langsung teringat peristiwa pencekikan beberapa saat yang lalu. Dengan takut ia segera mengalihkan pandangan matanya kearah lain untuk mengurangi kegugupannya karena tatapan mengintimidasi Donghae.
"Lihat aku."
Donghae memaksa Yoona menatap wajah tampannya yang dingin dan juga mengerikan. Susah payah Yoona meneguk ludahnya di depan Donghae saat pria itu menatapnya dengan intens. Namun sedetik kemudian Donghae menunjukan senyum manisnya di depan Yoona. Pria itu benar-benar menunjukan senyum manisnya yang tampak tulus hingga Yoona dibuat terkejut oleh pria itu. Ia refleks mengangkat tangannya untuk membelai wajah Donghae yang tampak seperti malaikat di depannya. Dan dengan penuh kelembutan Donghae mengecup jari-jarinya hingga membuat dirinya terasa akan melayang karena perlakuan lembut yang Donghae tunjukan padanya.
"Kau tidak marah?" Tanya Yoona memastikan.
"Marah? Untuk apa aku marah pada isteriku sendiri, hm?" Bisik Donghae tepat di depan bibir Yoona. Seketika Yoona merasa gugup karena tak berapa lama Donghae langsung melumat bibirnya dan menggigit ujung bibirnya seperti biasa dengan cukup keras. Yoona refleks membuka mulutnya karena merasakan sengatan perih di ujung bibirnya. Hal itu lantas dimanfaatkan Donghae untuk menerobos masuk ke dalam mulut Yoona untuk memperdalam ciuman mereka yang menggebu-gebu.
"Kau tahu aku suka memiliki isteri yang bisa mengimbangiku." Bisik Donghae ketika mereka telah mengakhiri tautan bibir mereka yang menggebu. Yoona yang masih terengah-engah mencoba merespon ucapan Donghae dengan bertanya pada pria itu karena ia cukup bingung dengan kalimat ambigu yang sering dilontarkan Donghae padanya.
"Apa maksudmu jenderal Lee?"
"Bukankah menyenangkan jika kau juga bisa mengimbangi ciumanku yang menggebu-gebu? Sama halnya dengan beladiri Yoona, jika kau bisa mengimbangiku, maka rasanya akan lebih..... fantastis." Bisik Donghae sensual di telinga Yoona. Yoona merasakan bulu kuduknya meremang seiring dengan bisikan Donghae yang sensual dan hembusan napas pria itu yang terasa menggelitik di sekitar titik sensitifnya. Ia dengan tidak nyaman berusaha melepaskan diri dari Donghae yang telah mengurungnya sejak tadi dengan tubuh berototnya. Namun pria itu rupanya belum mengijinkan Yoona untuk pergi. Ia tidak akan melepas Yoona begitu saja sebelum ia memberikan sedikit pelajaran pada wanita itu.
"Kau tahu, aku tidak pernah menikahi wanita untuk menjadi anak buahku. Tidak Yoona, aku tidak menganggapmu sebagai anak buahku." Bisik Donghae lagi sambil membelai wajah Yoona dengan ekspresi dingin mengerikan khas psikopat. Yoona mau tidak mau mencoba menghadapi Donghae yang lagi-lagi kembali bersikap mengerikan di depannya. Entah sampai kapan ia akan terus seperti ini, merasakan ketakutan dan cinta dalam satu waktu.
"Yoona.. Yoona... Yoona... Kau adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuatku kehilangan kendali. Hmmmhaahh.."
Donghae menghirup aroma rambut Yoona yang telah bercampur dengan aroma keringat yang khas. Pria itu menghirupnya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, seakan-akan ia begitu memuja aroma itu dan memuja sang wanita pemiliki aroma itu, Lee Yoona. Akhir-akhir ini ia memang merasa gila karena Yoona. Wanita itu adalah satu-satunya wanita yang berani menentangnya dan juga membentaknya dengan gaya angkuhnya. Selain itu Yoona adalah satu-satunya wanita yang berani memberikan perasaan cinta pada seorang pria sociopat sepertinya. Ia pikir Yoona dan dirinya adalah dua orang yang sama. Sama-sama gila, namun dengan cara mereka masing-masing.
"Jjenderal Lee, ada apa denganmu?"
"Aku? Aku baik-baik saja sayang. Saat ini aku sedang tidak ingin melukaimu, jadi kau tenang saja. Aku hanya sedikit memberimu... pelajaran!"
"Akhh.."
Yoona tersentak kaget ketika Donghae tiba-tiba menarik pinggangnya hingga tubuhnya membentur tubuh tegap Donghae yang keras. Perlahan-lahan Donghae mendekatkan wajahnya kearahnya dan menempelkan dahinya tepat di dahinya dengan tatapan mata tajam yang membuat Yoona semakin gentar untuk membalas tatapan Donghae yang setajam tatapan elang yang hendak memburu mangsanya.
"Menurutmu apa aku pernah melakukan ini pada anak buahku? Jawab!" Ucap Donghae keras. Yoona memejamkan matanya sejenak untuk meredam ketakutannya dan sedetik kemudian ia membuka matanya kembali sambil menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi Donghae menunjukan sisi dirinya yang lain. Padahal baru beberapa saat yang lalu pria itu memperlakukannya dengan sangat lembut, bahkan tersenyum manis di depannya. Tapi sekarang, pria itu telah berubah menjadi sosok Lee Donghae yang kejam dan tak berperasaan. Apa ini pelajaran yang dimaksud oleh Lee Donghae? Pelajaran yang akan terus diingat Yoona seumur hidupnya.
"Jawab dengan suaramu yang angkuh itu Lee Yoona!"
Donghae menarik rambut Yoona ke belakang dan membuat Yoona merintih kesakitan karena pria itu seperti hendak mencabut seluruh rambutnya.
"Tidak, kau tidak pernah melakukan hal ini pada anak buahmu jenderal Lee. Lepaskan aku! Akhh... kau menyakitiku lagi." Rintih Yoona tertahan. Tanpa diminta dua kali Donghae langsung melepaskan cengkeraman tangannya dari rambut Yoona dan membiarkan Yoona terhuyung beberapa kali karena tidak siap dengan gerakannya yang tiba-tiba. Namun Yoona merasa cukup lega karena Donghae kali ini tidak menyiksanya lebih lama. Pria itu memutuskan untuk menjauh dari tubuhnya, sehingga ia dapat menyimpulkan jika Donghae tidak akan melakukan apapun lagi padanya.
"Kau tahu aku tidak pernah melakukan hal ini pada anak buahku. Jadi kau seharusnya tidak menyimpulkan tindakanku ini semata-mata untuk membuatmu terlihat sama seperti anak buahku. Kau adalah isteriku. Kau adalah isteri dari jenderal dengan banyak musuh di luar sana! Aku tidak bisa setiap saat melindungimu dan aku tidak bisa mempercayakanmu pada anak buahku. Satu-satunya cara agar kau tetap aman adalah dengan membuatmu setara denganku. Kau seharusnya memahami itu Yoona. Dan kau harus ingat jika aku tidak suka mendengar kata-kata aroganmu yang sombong itu. Jika kau ingin mundur, maka mundurlah. Aku tidak akan menahanmu untuk tetap berada di sisiku. Pikirkan itu baik-baik, dan mundurlah selagi aku memberimu kesempatan untuk melakukannya."
Donghae mengakhiri pagi mencekam itu dengan serentetan kalimat panjang yang berhasil membuat hati Yoona bergetar. Alih-alih ia menangis disaat Donghae menyakitinya, Yoona justru menangis saat Donghae meninggalkannya dengan kata-kata menyakitkan seputar perpisahan. Secara tidak langsung pria itu memberinya kesempatan untuk bercerai. Padahal usia pernikahan mereka belum genap seminggu, tapi ia merasa kehidupan pernikahannya sangat berat. Ia belum terbiasa dengan segala jalan pikiran Donghae yang rumit. Ditambah lagi sifat sociopat Donghae yang bisa muncul kapan saja, membuat Yoona merasa frustrasi dengan kehidupannya. Ia jelas tidak ingin mundur atau berpisah dari Donghae. Tapi ia juga tidak bisa hidup seperti ini. Terkadang dilambungkan dan terkadang dihempaskan. Sesekali ia ingin Donghae yang mengerti dirinya, bukan ia yang terus menerus memahami pria itu, sedangkan pria itu bebas melakukan apapun sesuai kehendaknya. Ia ingin keadilan! Ia ingin pria itu juga mengerti dirinya. Meski hanya sekali.
-00-
Siang hari yang mendung, Yoona tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Hyukjae. Pria itu dengan wajah khawatir menatapnya dan memeluknya dengan erat. Ia pun dengan senang hati menerima pelukan itu sambil menangis terisak di bahu Lee Hyukjae. Saat ini ia memang membutuhkan seseorang untuk menenangkan hatinya yang kacau. Setelah mereka bertengkar hebat pagi ini, Donghae langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Ia meninggalkan Yoona sendiri di rumahnya dengan hati hancur karena setiap perbuatan dan juga kata-kata tajamnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Hyukjae lembut. Siang ini ia bertemu Donghae di markas dan sahabatnya itu langsung memintanya untuk datang ke rumah. Rupanya selama ini Donghae tahu jika ia dan Yoona cukup dekat. Bahkan Donghae tahu jika kemarin Hyukjae sempat datang ke rumahnya. Dugaannya, Lee Donghae tahu karena penjaga-penjaga di rumahnya melaporkan hal itu. Namun yang membuatnya siang ini langsung menyetir terburu-buru ke rumah Donghae adalah karena pria itu mengatakan padanya jika Yoona sedang membutuhkan dirinya. Sadar jika Yoona sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, ia segera pergi ke rumah sahabatnya itu untuk melihat kondisi Yoona. Saat ini ia adalah satu-satunya pihak yang mengetahui kondisi Donghae yang sebenarnya. Sehingga ia tidak bisa hanya diam tanpa melakukan apapun untuk memperbaiki kekacauan yang dibuat oleh sahabatnya. Terlebih lagi kekacauan itu menyeret adik kesayangannya, Im Yoona. Ia tidak mungkin akan berdiam diri jika Yoona sedang tersakiti. Bahkan bila perlu ia akan melawan sahabatnya sendiri jika sahabatnya itu terbukti kembali melakukan hal-hal buruk pada Yoona.
"Oppa, kenapa jenderal Lee tidak pernah sekali saja memahami diriku? Kenapa harus aku yang memahaminya?" Tanya Yoona parau. Hyukjae berusaha menenangkan Yoona dan membawa Yoona untuk duduk di atas sofa maroon yang dulunya adalah sofa putih milik Donghae yang telah digantinya.
"Bukankah sudah kukatakan untuk tidak melangkah terlalu jauh kedalam kehidupan Donghae. Kau pasti akan semakin tersakiti Yoong. Mundurlah jika kau memang tidak sanggup menjalaninya. Donghae bukan pria biasa seperti yang kau kenal di luar sana. Donghae berbeda. Dia adalah pria kejam yang menyembunyikan banyak misteri di dalam dirinya."
"Tidak oppa, itu bukan jalan keluar. Mundur dari kehidupannya bukanlah jalan keluar karena aku sudah terlanjur masuk ke dalamnya. Satu-satunya hal yang harus kulakukan adalah bertahan. Aku yakin suatu saat jenderal Lee akan berubah. Bagaimanapun jenderal Lee adalah manusia, dan jenderal Lee memiliki hati." Ucap Yoona yakin. Hyukjae menghembuskan napasnya pasrah sambil memandang prihatin pada Yoona. Kesungguhan yang terpancar dari kedua mata Yoona terlihat seperti kobaran api yang membara di matanya. Yoona adalah tipe wanita keras kepala yang tidak mudah goyah hanya dengan satu terpaan masalah seperti ini. Dan ia yakin Yoona akan tetap maju apapun yang terjadi.
"Kau sudah siap menghadapi apapun yang terjadi padamu? Sikap kasar, sikap kejam, dan sikap dingin Donghae, kau siap menghadapinya?"
"Aku selalu siap oppa. Sebenarnya aku sedih bukan karena jenderal Lee menyakitiku secara fisik, tapi aku sedih karena ia menyakiti hatiku. Ia dengan terang-terangan memberiku ijin untuk mundur. Padahal oppa tahu jika selama ini aku telah berusaha mati-matian untuk berada di sisinya. Tapi ia dengan mudah hendak melepasku begitu saja. Wanita mana yang tidak sakit jika pria yang dicintainya mengatakan hal itu dengan mudahnya?" Ucap Yoona berapi-api. Hyukjae mengelus pundak Yoona lembut untuk meredakan gejolak emosi yang sedang berkobar di dalam diri Yoona. Tidak mudah memang menghadapi Lee Donghae, tapi ia yakin Yoona mampu melakukannya. Secara perlahan.
"Aku selalu bersamamu Yoong. Katakan padaku jika kau membutuhkanku, maka aku akan datang untukmu."
"Terimakasih oppa. Aku menyayangimu." Ucap Yoona penuh haru sambil memeluk Hyukjae erat.
Tanpa mereka sadari seseorang sedang memata-matai mereka dari kejauhan sambil membidik setiap momen yang mereka ciptakan. Pria itu menyeringai puas dengan hasil bidikannya dan segera melangkah pergi dari rumah itu sebelum penjaga-penjaga lain menyadari keberadaanya yang diam-diam selama ini telah menyamar sebagai salah satu penjaga di rumah Donghae untuk memberi informasi pada bos yang telah membayarnya.
-00-
Donghae siang ini datang ke kantor seperti biasanya. Dengan menggunakan seragam kebanggaan rakyat Korea Selatan yang berwarna hijau keki dan sepatu boot bersol tebal, Donghae melangkah dengan gaya ponggahnya menuju ruang meeting di lantai delapan. Siang ini ia mendapatkan panggilan untuk menyelesaikan sebuah misi. Misi rahasia, namun misi kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Dalam misi kali ini mungkin ia tidak akan membutuhkan kekerasan. Justru ia diharuskan menjadi pria lembut yang terasa begitu memuakan untuknya. Ia terpaksa harus merubah sikap dinginnya yang mendarah daging dengan sifat penuh kelembutan yang merupakan kepura-puraan terkonyol dalam hidupnya.
"Menteri pertahanan telah menunggu di dalam jenderal." Lapor salah satu anak buahnya yang merupakan sekretarisnya. Dalam dunia militer, Lee Donghae tetap seperti pemimpin-pemimpin pada umumnya yang memiliki sekretaris untuk mengatur seluruh jadwalnya. Ia tidak hanya melakukan tugas di lapangan, namun terkadang ia harus membereskan masalah internal negara yang menurutnya penuh dengan drama dan kelicikan dari orang-orang di dalamnya.
"Hmm, aku akan segera menemuinya."
Donghae menarik pintu besi di depannya dan membungkukan kepalanya sekilas pada seorang pria tua berjas yang telah menunggunya di dalam ruangan. Pria itu tersenyum menyambut kedatangannya dan menyuruh Donghae untuk segera duduk di sebelahnya karena ia membawa misi penting untuk dijalankan Donghae.
"Maaf jenderal, mungkin aku sedikit mengganggu waktu bersama isterimu." Ucap Kang Eunjo pada Donghae sebagai pembukaan. Donghae tidak terlalu menanggapi ucapan tuan Kang yang merupakan kalimat basa basi. Ia justru langsung membahas misi barunya yang telah tertulis dengan jelas di dalam booklet di depannya.
"Apa saja kejahatannya?" Tanya Donghae langsung sambil membuka-buka booklet itu. Kang Eunjo mengendikan bahunya sekilas dan mulai membicarakan misi barunya untuk Donghae dengan serius. Tak masalah baginya jika Donghae tak menghiraukan kalimat basa basinya. Justru ia senang jika Donghae langsung menyambut misi barunya tanpa perlu membicarakan hal-hal yang tidak penting.
"Pencucian uang, pemerasan, dan terlibat dengan beberapa pejabat yang korup. Selama ini ia selalu bersembunyi dibalik topeng manisnya. Bagaimana menurutmu?"
"Mengerikan. Penipu ulung dan seseorang yang manipulatif. Kenapa kau tidak berniat menangkapnya sejak dulu? Sepak terjangnya di dunia politik sudah lama terjadi sejak ia sukses memperalat salah satu pejabat dan menguras seluruh hartanya. Belum lagi ia juga pernah diisukan menggunakan popularitasnya untuk membantu salah satu anggota dewan mencalonkan diri menjadi kepala daerah di distrik Gwang-ju. Kejahatannya sangat banyak, tapi kenapa tidak ada satupun dari petinggi negara ini yang berminat untuk menangkapnya?"
Donghae membombardir Kang Eunjo dengan serentetan analisisnya yang tepat sasaran. Sejak dulu target mereka memang orang yang berbahaya. Namun karena orang itu memiliki dukungan dari beberapa pejabat penting di Korea, kejahatannya dapat disembunyikan dengan rapi tanpa bisa diendus oleh orang lain. Namun tetap saja orang itu memiliki kelemahan. Dan Kang Eunjo tahu jika kelemahan orang itu ada pada Donghae.
"Aku sedang menunggu saat yang tepat. Orang ini memiliki banyak dukungan dari pejabat negara. Jika kau berhasil menangkapnya, maka kita akan mendapatkan penjahat-penjahat yang lain. Apa kau siap melakukan misimu kali ini?"
"Aku selalu siap tuan Kang Eunjo. Sudah menjadi tanggungjawabku untuk melindungi negara ini dari orang-orang jahat."
"Itu berarti kau sudah siap dengan segala resiko yang akan kau hadapi. Keluargamu, isterimu, mungkin akan dalam bahaya." Peringat Kang Eunjo. Donghae tersenyum separuh dan menunjukan sisi keangkuhannya pada pria berumur di depannya. Sejak dulu menantang bahaya adalah pekerjaanya. Tak peduli ia memiliki keluarga yang harus ia khawatirkan di rumah, ia tetap akan menghadapi setiap musuhnya dengan kepala terangkat tanpa pernah takut sekalipun. Masalah keluarganya, ia tetap akan melindungi mereka dengan caranya sendiri. Jadi tidak ada alasan untuknya takut pada misi-misi berbahaya yang diberikan kepadanya.
"Aku selalu siap dengan segala resikonya. Aku akan segera menjalankan misi ini secepatnya dan memberikan hasilnya padamu. Kuyakin orang itu akan dengan mudah masuk ke dalam perangkapku." Ucap Donghae yakin dengan seringain licik andalannya. Kang Eunjo mempercayakan sepenuhnya misi itu pada Donghae dan ia tidak memberikan tuntutan apapun. Ia yakin Donghae pasti akan melakukannya dengan baik. Namun sebelum pergi dari ruangan meeting itu, Kang Eunjo merasa tergelitik untuk bertanya seputar kehidupan jenderal dingin itu yang cukup misterius. Sebelumnya ia pikir Donghae tidak akan bisa diganggu karena pria itu masih dalam suasana pengantin baru. Tapi pagi tadi ia buat terheran-heran dengan laporan asistennya jika Donghae sejak kemarin bahkan telah aktif datang ke markas seperti biasa. Hal itu lantas menjadi sebuah pertanyaan besar untuk Kang Eunjo, apakah Donghae tidak membutuhkan waktu bersenang-senang bersama isterinya? Apa rumor itu benar, Donghae menikah hanya untuk memperkuat posisinya dalam kemiliteran Seoul?
"Kau tidak pergi berbulan madu jenderal?"
"Tidak." Jawab Donghae singkat. Pria itu terlihat menunggu Kang Eunjo untuk meninggalkan ruang meeting. Namun sayangnya pria tua itu justru bersandar santai pada sofa yang didudukinya dan menanyakan sebuah topik yang cukup sentimentil untuknya. Apalagi ia baru saja bertengkar dengan Yoona, lagi. Sebenarnya hal itu sama sekali tidak mempengaruhinya. Lagipula ia telah menyuruh Hyukjae untuk menenangkan Yoona di rumah karena ia jelas tidak akan bisa melakukan hal itu. Nanti ia akan pulang dan bersikap seperti biasa pada Yoona, seperti tidak pernah terjadi apapun diantara mereka.
"Apa kau tidak membutuhkan waktu berdua yang lebih intim bersama isterimu? Kupikir kau dulu tidak akan menikah jenderal." Ucap Kang Eunjo terkekeh pelan. Donghae menipiskan bibirnya dan menatap pria tua itu tajam. Ia muak dengan pertanyaan itu. Hampir setiap orang pasti akan mempertanyakan hal yang sama. Apakah ia salah menikahi Yoona? Dan apakah setelah menikah ia harus berbulan madu di tempat-tempat romantis? Kenapa orang-orang repot memikirkan kehidupan pernikahannya, sedangkan ia sendiri tampak tak peduli dengan semua itu. Lagipula untuk apa ia pergi berbulan madu? Jika ia mau ia bisa menghabiskan waktunya berjam-jam di rumah untuk bercinta dengan Yoona seperti pasangan-pasangan menikah pada umumnya. Tapi ia tidak mau. Tidak sebelum Yoona yakin dengan masa depannya yang suram karena memilih bertahan bersamanya.
"Aku tidak membutuhkan bulan madu. Jika aku mau aku bisa bercinta dengan isteriku dimanapun dan kapanpun waktunya. Untuk sekarang prioritasku adalah melindungi negara. Seharusnya menteri pertahanan negara tidak perlu membahas hal-hal tidak penting seperti itu tuan Kang Eunjo. Bukankah itu urusan pribadiku dan isteriku?" Ucap Donghae datar dan sarat akan sindiran. Kang Eunjo yang mendapat sindiran cukup keras langsung membungkam bibirnya rapat-rapat dan segera pamit untuk pergi dari markas militer terbesar di Korea Selatan. Secara tidak langsung Donghae telah mengusirnya dan menyuruhnya untuk cepat-cepat pergi dari markas itu karena Donghae rupanya tidak menyukai topik bahasannya.
"Kalau begitu aku akan pergi jenderal. Maaf telah mencampuri urusan pribadimu dan semoga kau segera mendapatkan hasil dari misimu."
Donghae mengangguk sekilas dan mengantar tuan Kang Eunjo hingga pintu keluar ruang meeting. Setelah itu ia meminta sekretrisnya yang mengantarkan tuan Kang hingga keluar dari pintu utama markas. Ia sendiri memilih untuk pergi ke kantornya dan mulai menyusun rencana untuk menyelesaikan misinya. Kali ini ia mungkin akan mengajak bermain beberapa orang yang bisa membantunya untuk segera menyelesaikan misi itu.
"Yoona... Dia akan menjadi orang yang tepat untuk masuk kedalam permainanku." Gumam Donghae sambil menyeringai licik membayangkan rencana briliannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro