Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chance To Back Off 8

Haaiii... aku lupa up kemarin2 =p

Ingetin aja yaa kalau aq bsok lupa up.. hehehe happy reading


Pagi menjelang siang yang terik, Yoona terus mendengarkan serangkaian celoteh Krystal yang sedang membicarakan kebaikan Donghae di depannya. Jenderal angkuh itu ternyata memiliki sisi lembut yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat dari semua orang. Dan kali ini ia membiarkan Yoona mengetahuinya melalui Krystal. Ia tidak mau repot-repot mengumbar kebaikannya pada orang lain dan hanya membiarkan Krystal menceritakan semua hal yang wanita itu tahu.

"Kami dulu sebenarnya tidak saling mengenal, karena Donghae sangat dingin dan juga sinis pada semua orang. Tapi setelah ia diadopsi, ia diam-diam sering datang ke panti asuhan ini untuk melihat teman-temannya. Ternyata ia cukup peka terhadap kondisi teman-temannya yang menderita di sini dan memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk menghindarkan kami dari kekejaman pria brengsek itu." Cerita Krystal berapi-api. Yoona hanya mengangguk-anggukan kepalanya kecil sambil menyimak setiap cerita yang dceritakan Krystal. Sesekali ia juga melirik Donghae yang sedang menatap lurus teman masa kecilnya tanpa memberikan komentar apapun.

"Lalu bagaimana setelah itu?"

"Donghae meminta ayahnya untuk mengawasi panti asuhan ini. Setiap seminggu sekali suruhan ayah Donghae datang untuk membawa bahan makanan dan juga memberikan uang demi kemajuan panti asuhan ini. Namun uang-uang itu justru digunakan oleh pria brengsek itu untuk berjudi. Tapi setidaknya ia tidak menyiksa kami lagi, ia membiarkan kami bermain dan juga bersekolah dengan bantuan biaya dari pemerintah."

"Dan itu berlangsung hingga bertahun-tahun?" Tanya Yoona tak percaya. Bagaimana mungkin anak-anak kecil seperti yang ia lihat di halaman panti asuhan dulu mengalami hal yang sangat tidak menyenangkan di panti asuhan ini. Beruntung ayahnya sangat menyayanginya dan ia tidak harus tinggal di panti asuhan meskipun ibunya telah meninggal saat melahirkannya.

"Ya, kami semua bertahan hingga aku sudah benar-benar siap untuk membunuhnya."

Yoona melebarkan matanya tak percaya dengan ucapan Donghae. Bagaimana bisa pria itu bersikap sangat santai di depan sahabatnya ketika ia sedang membicarakan masalah pembunuhan. Jika hanya di depannya ia tidak masalah, tapi bagaimana dengan Krystal? Ia takut wanita itu akan syok setelah mendengar kalimat bernada dingin yang dilontarkan oleh Donghae. Tapi setelah ia menoleh lagi pada Krystal, yang ia temukan justru sebaliknya. Wanita itu justru bersikap biasa saja sambil menaikan kedua alisnya santai.

"Yah... sayangya pria itu sudah lebih dulu mati setelah mengalami overdosis. Tapi baguslah, jadi kami tidak perlu lagi menderita karena ulahnya. Sekarang lihatlah, tanpa pria itu panti asuhan ini bisa berdiri kokoh dengan bangunan yang layak. Dulu, setiap hujan kami akan tidur di atas kasur yang basah karena atap bangunan ini bocor. Belum lagi kamar mandi yang tidak layak pakai dan juga dapur yang penuh tikus. Sungguh aku tidak pernah menyangka jika aku masih tetap hidup setelah aku memakan makanan yang dimasak dari dapur menjijikan itu." Ucap Krystal dengan mimik jijik yang terlihat lucu. Yoona tanpa sadar tertawa melihat tingkah Krystal dan hal itu tidak luput dari pandangan Donghae. Sejak tadi ia terus mengamati reaksi Yoona ketika Krystal membicarakan masa lalunya. Pilihan untuk membawa Yoona ke panti asuhan ini memang tepat karena teman masa kecilnya yang cerewet itu pasti akan langsung membeberkan apapun kenangan yang pernah dialaminya. Ia tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaganya untuk memberitahu Yoona bagaimana kehidupannya dulu. Perlahan-lahan wanita itu akan tahu bagaimana sifatnya selama ini.

"Oh ya ampun, ini sudah siang. Aku akan menyiapkan makan siang dulu. Kalian juga harus makan siang di sini. Tidak ada penolakan Lee Donghae!" Peringat Krystal galak sebelum Donghae mengeluarkan suaranya. Donghae akhirnya memilih diam dan beranjak pergi menuju halaman untuk bermain bersama anak-anak panti. Sedangkan Yoona memilih untuk mengikuti Krystal ke dapur untuk membantu wanita cantik itu memasak.

"Krystal ssi, apa kau satu-satunya wanita dewasa di sini?" Tanya Yoona heran sambil mengamati Krystal yang mulai sibuk mengeluarkan sayuran dari dalam kulkas. Ketika Krystal tampak kesulitan untuk membawa sayur-sayur dingin dari dalam kulkas ia dengan sigap membantu wanita itu meletakan sayur-sayur ke atas meja yang jumlahnya cukup banyak.

"Sekarang mungkin aku adalah satu-satunya wanita dewasa di sini. Tidak banyak teman-temanku yang ingin kembali ke panti ini setelah mereka beranjak dewasa dan bebas mencari pekerjaan di luar panti." Ucap Krystal terlihat murung. Yoona tampak menyesal karena telah mengungkit-ungkit masa lalu Krystal yang kelihatannya tidak terlalu menyenangkan. Apalagi wanita itu kini terlihat lebih diam daripada sebelumnya yang cukup aktif menceritakan apapun kenangan masa kecilnya. Ia merasa harus segera meminta maaf pada wanita itu.

"Ohh Krystal, maafkan aku."

"Hah, apa?"

Krystal yang sebelumnya sibuk mengupas bawang langsung mendongak dan menatap Yoona bingung.

"Maaf karena telah membuatmu tidak nyaman." Jelas Yoona. Setelah itu ia memilih untuk memotong-motong daging ikan yang akan ia goreng menggunakan tepung. Ia tidak berani lagi bertanya macam-macam pada Krystal karena wanita itu tidak terlalu suka dengan cerita masa lalunya. Sedangkan ia sendiri tidak memiliki topik yang bagus untuk dibicarakan bersama Krystal. Selain karena mereka baru saja bertemu, ia tidak tahu apakah ia dan Krystal memiliki kecocokan dalam suatu hal. Ia sendiri sebenarnya cenderung tertutup dan tidak terlalu mengikuti berita-berita terbaru yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat Korea. Mungkin saat ini mereka sedang membicarakan pernikahannya dengan Lee Donghae. Ya, setidaknya itulah yang dipikirkan Yoona saat ini, mengingat bagaimana mendadaknya dan mewahnya pernikahannya kemarin, meskipun pernikahan itu rasanya masih seperti mimpi untuknya.

"Dulu aku tinggal disini bersama sahabatku yang lain, Kim Taeyeon dan Cho Kyuhyun. Mereka adalah teman-temanku yang masih bertahan di panti ini hingga kami sama-sama beranjak dewasa." Cerita Krystal tiba-tiba. Yoona yang awalnya sedang sibuk menuang minyak ke dalam penggorengan, langsung memusatkan perhatiannya pada Krystal. Ia cukup tertarik dengan cerita Krystal mengenai keadaan panti asuhan ini di masa lalu dan bagaimana Donghae. Setidaknya melalui Krystal ia bisa mengetahui bagaimana Donghae di masa lalu.

"Lalu dimana mereka sekarang?"

"Pergi." Jawab Krystal singkat. Lagi-lagi Yoona merasa bersalah pada Krystal dan juga merasa kesal pada Krystal disaat yang bersamaan. Bagaimana mungkin wanita itu menceritakan sesuatu yang pada akhirnya hanya dapat membuat wanita itu sedih saat mengingatnya. Terlebih lagi ia sekarang merasa tidak enak pada wanita itu karena lagi-lagi menanyakan hal-hal yang sensitif.

"Maaf, kau pasti berpikir aku merasa terganggu dengan kisah masa laluku yang tidak terlalu indah di panti ini. Tapi sebenarnya aku merasa biasa saja. Maksudku apa yang terjadi padaku dulu sama sekali tidak membuatku sedih, hanya saja aku bingung untuk menceritakannya padamu Yoona. Sejak dulu kami anak-anak panti selalu dihadapkan dengan masalah yang rumit, bahkan setelah pria brengsek itu matipun, kami tetap mendapatkan masalah yang rumit."

"Lalu bagaimana dengan jenderal Lee?"

"Oh, Lee Donghae.."

Krystal tampak berpikir. Tiba-tiba saja ia mendapatkan ide untuk menceritakan sedikit dari masa lalunya yang berkaitan dengan Donghae. Ia yakin Yoona akan jauh lebih tertarik jika ia membicarakan masalah Donghae daripada masalah penderitaan mereka di masa lalu.

"Donghae, aku, Taeyeon, dan Kyuhyun adalah satu-satunya penghuni panti generasi tua yang masih peduli pada panti asuhan ini. Setidaknya itu dulu, satu setengah tahun yang lalu. Sekarang hanya tersisa aku dan Donghae saja yang masih memperjuangkan nasib anak-anak yang tinggal di panti asuhan ini. Taeyeon dan Kyuhyun memilih keluar untuk menjalankan kehidupan mereka masing-masing. Mungkin kau tidak mengenal Kyuhyun, tapi aku yakin kau pasti mengenal Taeyeon." Ucap Krystal semangat. Yoona menggeleng pelan sambil mengingat-ingat seluruh relasinya yang mungkin bernama Kim Taeyeon. Namun sejauh yang ia ingat, ia sama sekali tidak mengenal Taeyeon ataupun memiliki seorang teman bernama Taeyeon. Lalu siapa Kim Taeyeon itu?

"Kau tidak tahu? Ckckckk.. kau pasti tidak pernah menonton televisi atau membaca majalah gosip. Nama Kim Taeyeon akhir-akhir ini sedang menjadi bahan pembicaraan masyarakat Korea karena berbagai skandal yang menjeratnya. Bahkan akhir-akhir ini kudengar Taeyeon sedang terjerat masalah perselingkuhan dengan salah satu pejabat pemilik stasiun televisi." Cerita Krystal menggebu-gebu.

"Benarkah?" Tanya Yoona tak percaya. Padahal ia pikir saat ini masyarakat Korea sedang gempar membicarakan pernikahannya dengan Lee Donghae. Ternyata ia salah. Ia terlalu percaya diri.

"Yahh.. meskipun aku tidak ingin mempercayainya, tapi memang seperti itulah adanya. Kim Taeyeon yang dulunya gadis ceria yang lugu, kini telah berubah menjadi wanita dewasa dengan seribu satu pesona. Dulu kami sangat frustrasi dengan kemiskinan kami. Meskipun Donghae setiap hari membantu kami, tapi uang itu selalu habis untuk membeli keperluan panti dan juga merenovasi bangunan panti. Padahal terkadang kami ingin membeli sesuatu dan bergaya seperti remaja-remaja pada umumnya. Lalu Taeyeon dan Kyuhyun memutuskan untuk mencari pekerjaan agar kami setidaknya memiliki uang sendiri untuk membeli barang-barang yang kami inginkan. Tapi mereka tidak mengijinkanku untuk mencari pekerjaan dan hanya menjadi pengurus di panti ini. Hari pertama mereka mencari pekerjaan, tidak ada satupun dari mereka yang mendapatkannya. Saat itu Kyuhyun melamar pekerjaan menjadi seorang bartender, sedangkan Taeyeon melamar pekerjaan untuk menjadi seorang pelayan di sebuah kafe. Namun keduanya gagal karena saat itu mereka belum memiliki pengalaman apapun. Lalu Kyuhyun memutuskan untuk menjadi klining service di sebuah perusahaan, dan Kyuhyun berhasil mendapatkan pekerjaan itu. Sedangkan Taeyeon masih belum menemukan pekerjaan yang pas untuk dirinya. Suatu hari Taeyeon mendapatkan sebuah pamflet yang berisi lowongan pekerjaan untuk menjadi seorang penyayi bar. Dengan ragu-ragu Taeyeon mencoba mendaftarkan diri untuk menjadi penyanyi di bar itu karena ia tidak memiliki pilihan lain. Hanya itu kesempatan yang ia miliki dan ia mau tidak mau harus mengambil kesempatan itu. Aku ingat sekali bagaimana kegugupan Taeyeon ketika manager bar memanggilnya untuk wawancara. Aku yang menemaninya untuk melakukan sesi wawancara terus memberinya semangat dan mendoakannya agar ia mendapatkan pekerjaan itu, meskipun sebenarnya kami berdua sama-sama tahu jika menjadi seorang penyayi bar sama saja dengan menjadi seorang pelacur. Setidaknya itulah anggapan masyarakat, meskipun sebenarnya juga tidak seperti itu. Dan pada akhirnya Taeyeon mendapatkan pekerjaan itu. Di tiga bulan pertama, Kyuhyun atau aku sering menjemputnya di bar setelah ia selesai menyayi. Karena ia selalu pulang di atas jam sepuluh, maka aku dan Kyuhyun memutuskan untuk bergantian menunggu Taeyeon di halte bus agar Taeyeon tidak kesepian atau diganggu oleh orang-orang jahat yang mungkin hendak mengganggunya. Tapi setelah tiga bulan berjalan, baik aku maupun Kyuhyun sama-sama merasa bosan. Kyuhyun yang mengambil kerja part time di sebuah mini market tidak bisa lagi menjemput Taeyeon karena waktu bekerjanya dimulai pukul sepuluh malam hingga pukul enam pagi. Sedangkan aku kadang jatuh tertidur sebelum pukul sepuluh karena terlalu lelah mengurus panti sendiri sejak pagi. Akhirnya tidak ada lagi yang menemani Taeyeon pulang. Dan Taeyeon awalnya tidak masalah dengan hal itu. Namun setelah enam bulan bekerja di bar itu dan pulang sendiri, Taeyeon perlahan-lahan berubah. Ia yang dulunya adalah gadis lugu, berubah menjadi gadis modern yang sangat modis. Setiap hari aku melihat barang-barang bermerk berserakan di atas ranjangnya dan ia akan pergi ke bar bersama seseorang menggunakan mobil. Aku dan Kyuhyunpun menjadi curiga. Kami mulai mengorek informasi tentang hal itu, namun Taeyeon selalu mengatakan jika semua hal yang ia dapatkan adalah pemberian dari rekan kerjanya. Karena tidak percaya, akhirnya aku dan Kyuhyun memutuskan untuk membuntuti Taeyeon. Kami menitipkan anak-anak panti pada Donghae yang siang itu kebetulan datang untuk mengunjungi panti. Apa yang Taeyeon katakan jelas sekali penuh dengan bualan. Sayangnya sesutu yang buruk terjadi saat itu. Kyuhyun mengalami kecelakaan dan meninggal setelah aku berusaha membawanya ke rumah sakit. Jadi karena kami terlalu fokus pada Taeyeon, kami tidak melihat ada sebuah bus yang melintas cukup kencang di depan kami. Aku yang pertama sadar langsung melompat mundur agar aku tidak terserempet bus itu, tapi Kyuhyun... pria itu tidak melihat bus itu datang dan tubuh tingginya terlempar begitu saja setelah bagian depan bus itu menghantam tubuhnya dengan keras. Aku dengan panik langsung membawanya ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak tertolong. Kami semua merasa sangat kehilangan dan juga sedih. Seminggu setelah Kyuhyun meninggal aku mengaku pada Taeyeon jika penyebab Kyuhyun tertabrak bus adalah karena kami mengikutinya. Taeyeon sangat marah padaku dan setelah itu ia memutuskan untuk pergi dari panti asuhan ini. Donghae mencoba menahan Taeyeon dan berbicara padanya, tapi Taeyeon sama sekali tidak goyah. Padahal awalnya kupikir Donghae akan berhasil membujuknya karena siang itu aku melihat Taeyeon menangis di pundaknya dan Taeyeon tampak lebih baik. Tapi keesokan harinya aku menemukan Taeyeon telah siap dengan semua barang-barangnya dan tanpa mengatakan apapun padaku ia pergi begitu saja dari panti ini dengan seorang pria yang tidak kukenal. Berhari-hari aku bertanya pada Donghae apa yang sebenarnya terjadi pada Taeyeon karena ia selalu mengalihkan topik mengenai Taeyeon setiap kali aku mempertanyakannya. Bahkan ia sempat menghilang selama satu bulan untuk melakukan sebuah misi yang aku sendiri tidak tahu apa, dan ia baru benar-benar muncul beberapa hari kemudian. Mungkin saat itu Donghae pikir aku telah melupakan masalah Taeyeon, tapi nyatanya aku tidak pernah melupakannya sedikitpun. Aku terus teringat pada Taeyeon hingga aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Akhirnya hari itu Donghae menceritakan semuanya. Jadi selama ini Taeyeon sebenarnya sedang menjalin hubungan dengan seorang pengusaha kaya raya yang ditemuinya di bar tempat ia bekerja. Namun Taeyeon tidak bisa menceritakan padaku karena aku jelas akan menentang hubungan mereka. Dan yang paling membuatku marah pada Donghae adalah ternyata ia sudah mengetahui semuanya jauh sebelum aku dan Kyuhyun memutuskan untuk mengikuti Taeyeon. Lee Donghae selama ini tahu jika Taeyeon sedang menjalin hubungan dengan seorang pria kaya yang bisa mencukupi semua kebutuhannya. Tapi pria itu memilih untuk tidak peduli dan membiarkan Taeyeon bersama pria itu karena ia pikir Taeyeon bahagia. Selama dua bulan aku mendiami Donghae dan tidak pernah menyapanya jika ia datang berkunjung. Namun akhirnya aku sadar jika apa yang kulakukan padanya justru akan membuat hubungan kami renggang dan pada akhirnya aku akan kehilangan satu-satunya sahabat yang kumiliki. Jadi aku memutuskan untuk berbaikan dengan Donghae setelah itu dan melupakan segalanya. Aku memulai membuka lembaran hidup baru bersama anak-anak malang itu dan memutuskan untuk menjadi kakak sekaligus ibu bagi mereka."

Yoona terperangah tak percaya dengan lika-liku kehidupan Krystal dan sahabat-sahabatnya dulu. Ia tidak menyangka Jika Donghae pernah memiliki sahabat dan juga kehilangan seorang sahabat. Pasti sangat sulit. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Donghae dapat melalui hari-harinya dengan dagu terangkat dan wajah datar yang seakan-akan menunjukan jika ia baik-baik saja. Padahal di dalamnya pria itu menyembunyikan banyak sekali kesakitan dan juga kepahitan.

"Krystal... Aku...."

Yoona kehilangan kata-kata. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada wanita kuat itu karena ia belum pernah merasakan apa yang dirasakan oleh Krystal. Selama ini hidupnya terlalu lurus tanpa masalah, sehingga ia tidak bisa berkomentar apapun atau hanya sekedar memberikan nasihat karena ia tidak tahu bagaimana rasanya menjalani kehidupan yang penuh lika liku seperti itu.

"Tidak apa-apa Yoona, aku baik-baik saja. Aku merasa sangat lega sekarang karena aku bisa menumpahkan seluruh beban pikiranku padamu karena aku selama ini tidak memiliki siapapun untuk berbagi cerita. Meskipun aku memiliki Donghae, tapi kau pasti tahu bagaimana sifat Donghae. Pria itu sangat dingin dan juga misterius hingga rasanya sulit untuk membicarakan masalah sensitif seperti itu padanya. Ngomong-ngomong bagaimana hubungan kalian sebelum kalian memutuskan untuk menikah? Jujur aku sangat terkejut siang ini karena tiba-tiba ia datang ke sini bersama seorang wanita yang merupakan isterinya karena dulu kupikir Lee Donghae tidak akan pernah menikah. Selama ini aku tidak tahu apakah ia tertarik pada wanita atau tidak, dan sebenarnya dulu aku sempat berpikir jika Lee Donghae adalah penyuka sesama jenis selain itu ia juga sangat dingin pada orang lain. Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan sikapnya yang sangat mengerikan itu. Jika ada seorang wanita yang mendekatinya, kuyakin mereka akan langsung mundur setelah merasakan bagaimana dinginnya pria itu. Jadi bagaimana kisah cinta kalian selama ini?"

Dalam hati Yoona membenarkan seluruh ucapan Krystal. Donghae memang pria yang sangat dingin dan hampir tidak tersentuh. Mungkin jika ia bukan wanita yang keras kepala, ia juga tidak akan menikah dengan Lee Donghae. Bersyukur kedua orangtuanya dan orangtua angkat Donghae pernah membuat janji bodoh mengenai masa depannya, sehingga ia bisa berakhir bersama Lee Donghae saat ini. Tapi mengenai kisah cintanya? Ia tidak yakin ia bisa menceritakannya karena ia tidak memiliki kisah cinta apapun dengan Lee Donghae. Semua hal yang ia lakukan selama ini hanyalah cinta sepihak. Ia sangat mencintai Donghae dan Donghae tidak mencintainya. Tapi entahlah, mungkin suatu saat Tuhan memberikan sebuah keajaiban dengan membuat Lee Donghae mencintainya. Atau jika pria itu memang tidak mencintainya, setidaknya ia bersikap lebih lembut padanya dan tidak memperlakukannya seperti seorang tentara junior.

"Eeee... entahlah, aku juga tidak tahu." Jawab Yoona apa adanya. Krystal mendelik kearahnya dan tetap memaksanya untuk menceritakan kisah cintanya pada Donghae.

"Kau tahu sendiri bagaimana tidak tersentuhnya jenderal Lee, jadi kami memang tidak memiliki kisah cinta apapun. Kami menikah hanya karena janji orangtua kami di masa lalu."

"Jadi kalian hanya berpura-pura menikah seperti di dalam drama-drama yang sering kutonton?" Teriak Krystal heboh. Yoona memutar bola matanya malas sambil berjalan menuju meja makan untuk meletakan ikan gorengnya yang telah matang. Ia tak habis pikir dengan pikiran Krystal yang terlalu konyol dan juga berlebihan. Beruntung ia jarang menonton drama karena ia tidak pernah memiliki waktu luang di rumah. Ia lebih sering menghabiskan waktu luangnya di kampus atau menemani ayahnya di kantor pemerintahan.

"Tentu saja tidak. Kami menikah seperti biasa di gereja dan tidak memiliki niatan untuk menjadikan pernikahan ini sebagai pernikahan main-main. Kami berdua telah sepakat untuk mejalani peran kami sebagai suami dan juga isteri."

"Wahhh.. manis sekali. Aku jadi merasa iri. Bagaimana bisa pria sekaku dan sedingin Lee Donghae bisa menerimanya dengan mudah. Ia memang penuh dengan kejutan. Bagaimana perasaanmu setelah menikah dengannya?"

"Bahagia." Jawab Yoona spontan tanpa banyak berpikir. Sungguh ia sangat bahagia setelah menikah dengan Lee Donghae karena ia menikah dengan pria yang sangat ia cintai. Meskipun sifat Donghae sangat jauh dari sifat pria-pria pada umumnya, tapi ia tetap bahagia. Justru ia merasa kehidupan rumah tangganya akan berjalan dengan seru dan penuh tantangan. Yeah, tantangan untuk menaklukan hati Lee Donghae!

"Biar kutebak, kau pasti sangat mencintai Lee Donghae." Ucap Krystal yakin dengan senyum menggoda. Tanpa malu-malu Yoona menganggukan kepalanya dan membenarkan tebakan Krystal. Tidak ada gunanya ia menutup-nutupi perasaanya pada Krystal karena wajahnya tidak bisa berbohong. Donghae dan Hyukjae pernah mengatakan padanya jika wajahnya seperti sebuah buku yang dapat dengan mudah dibaca oleh orang lain.

"Begitulah, itu memang mudah sekali ditebak. Tapi jenderal Lee... ia sangat misterius. Aku bahkan kesulitan untuk memahami maksudnya ataupun keinginannya."

"Tenanglah, perlahan-lahan kau pasti bisa memahaminya." Hibur Krystal sambil menepuk pundak Yoona beberapa kali. Yoona tersenyum lembut pada Krystal dan menggumamkan terimakasih melalui gerakan bibirnya. Tak berapa lama pintu ruang depan dipenuhi oleh suara teriakan anak-anak panti dan gemuruh langkah kaki mereka yang sedang berlomba-lomba masuk ke dalam rumah. Yoona dan Krystalpun bergegas menata meja makan sebelum anak-anak itu merengek berisik karena masakan mereka belum mereka letakan di meja makan.

"Noonaaaaa... laparrr!!"

"Eonni lapaaaarrr!!"

"Astaga! Aku benar-benar membenci rengekan mereka." Gerutu Krystal sambil membawa setumpuk piring menuju meja makan. Sedangkan Yoona hanya mampu tersenyum geli sambil menatap Donghae dari kejauhan yang sedang membantu anak-anak panti itu duduk di atas kursi.

Jenderal Lee... Aku tahu kau tidak seburuk itu, tapi juga tidak sebaik itu...

-00-

"Terimakasih telah mengajakku ke panti asuhan. Sangat menyenangkan di sana. Aku menyukai Krystal dan juga anak-anak di sana yang sangat manis." Ucap Yoona ketika mereka berdua sedang berada di dalam mobil menuju kediaman Donghae. Donghae tak mengucapkan sepatah katapun pada Yoona dan tetap menyetir. Yoona menghembuskan napasnya pelan dan mulai melirik jam tangannya. Pukul dua siang. Ia pun menyandarkan kepalanya santai sambil memikirkan kegiatan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Perkuliahannya baru dimulai minggu depan, ia seharusnya menghabiskan waktu seminggu cutinya untuk melakukan hal-hal romantis bersama Donghae. Tapi... tentu saja ia tidak akan melakukannya. Mustahil Donghae akan mengajaknya pergi ke tempat-tempat romantis. Bahkan ia tidak tahu apakah Donghae juga mengambil waktu cuti setelah menikah, karena pria itu sejak kemarin tidak mengatakan apapun.

"Apa kita akan kembali ke rumahmu?"

"Kita akan pulang. Aku memiliki beberapa urusan, jadi aku harus pergi ke markas militer setelah ini."

Yoona menghembuskan napasnya gusar. Siang ini ia bisa mati kebosanan di rumah besar itu karena Donghae akan pergi meninggalkannya.

"Kau tidak mengambil cuti setelah menikah?"

"Untuk apa? Waktu liburku hanya kemarin." Jawab pria itu datar. Yoona mencoba menarik napasnya dalam-dalam dan membesarkan hatinya agar tidak terlalu emosi dengan sikap Donghae. Baru saja ia melihat sisi lain Donghae yang lembut, dan sekarang pria itu telah menunjukan sikap aslinya. Sungguh ia memang harus bersabar dalam menghadapi setiap perubahan sikap Donghae yang tiba-tiba.

"Lalu untuk apa aku mengambil cuti kuliah satu minggu jika kau ternyata tidak mengambil cuti." Gerutu Yoona kesal.

"Apa aku pernah menyuruhmu untuk mengambil cuti? Mulai besok kita akan berlatih beladiri karena aku tidak bisa terus melindungimu. Aku akan lebih sibuk mulai minggu depan dan akan sering meninggalkanmu sendiri."

"Ck, kenapa kau memperlakukanku seperti tentara junior? Apa aku tidak pantas menjadi isterimu." Decak Yoona sebal. Jika memang Donghae tidak bisa menemaninya selama ia cuti kuliah, pria itu tidak harus memperlakukannya seperti seorang tentara. Daripada berlatih beladiri ia bisa pulang ke rumah ayahnya dan menghabiskan waktunya di rumah untuk mencoba resep-resep masakan baru atau melakukan hal lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan latihan beladiri yang melelahkan.

"Aku tidak pernah mengatakan hal itu. Dan aku tidak menerima penolakan! Kau harus berlatih mandiri dan juga disiplin."

"Apa aku tidak bisa pulang ke rumah ayahku?"

"Kau baru saja pulang, apa kau tidak bisa menjadi isteri yang penurut sekali saja?" Geram Donghae kesal. Yoona tampak memberengut dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Selalu saja pembicaraan mereka berakhir dengan adu mulut yang membuatnya kesal.

"Turun."

Tanpa menunggu perintah dua kali Yoona segera turun dan membanting pintu SUV di belakangnya dengan keras. Dan tepat setelah pintu mobil itu ditutup oleh Yoona, Donghae segera memacu mobilnya pergi tanpa mengatakan apapun pada Yoona. Bahkan pria itu tidak mau repot-repot berpamitan atau memeberitahu Yoona jam berapa ia akan pulang.

"Menyebalkan! Jenderal brengsek!" Umpat Yoona kesal sambil menendang kerikil kecil di depannya. Saat ini ia berharap jika kerikil kecil itu adalah Donghae agar ia bisa melampiaskan seluruh amarahnya yang telah membumbung tingga ke udara.

"Apa? Kembali bekerja, jangan menghiraukanku!" Sembur Yoona galak pada anak buah Donghae yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh. Yoona dengan dongkol segera masuk ke dalam rumahnya dan menghempaskan tubuhnya begitu saja ke atas sofa putih yang berada di ruang tamu.

Untuk sesaat Yoona mencoba untuk mengatur emosinya sambil memejamkan matanya. Siang ini ia harus melakukan sesuatu untuk mengusir kebosanannya. Tiba-tiba saja ia teringat jika Donghae telah memberikan ijin untuk merubah sedikit tatanan rumahnya yang kaku. Ia pun segera menyambar ponselnya dan menghubungi orang-orang yang bisa membantunya untuk mendesain ulang rumah membosankan milik Donghae. Dengan penuh semangat ia segera pergi ke kamarnya dan mengganti pakainnya dengan kaos longgar milik Donghae dan juga celana panjang milik Donghae. Seharusnya ia menggunakan pakain miliknya sendiri, tapi karena terlalu kesal pada Donghae ia lupa menurunkan dua kopornya yang berada di dalam mobil Donghae. Alhasil sekarang ia harus kembali menggunakan pakaian milik Donghae yang membuatnya terlihat seperti karung beras berjalan.

"Hhah.. baiklah, kita akan mulai dengan ruang tamu."

Yoona mulai menggeser meja dan juga sofa putih ke ujung ruangan. Ia ingin membuat ruang tamu itu tidak terlihat monoton dengan menambahkan beberapa vas bunga dan meja kecil untuk meletakan tanaman. Setidaknya ruang tamu yang terlihat suram itu akan terlihat sedikit hidup dengan adanya bunga-bunga cantik yang akan ia letakan di sudut kiri ruangan, di dekat pintu utama.

"Yoong..."

Yoona menolehkan kepalanya cepat ke belakang dan langsung menemukan Hyukjae sedang menatapnya bingung dengan dahi berkerut. Pria itu dengan senyum gusinya berjalan menghampiri Yoona dan memeluk wanita yang telah ia anggap sebagai adik kandungnya itu.

"Halo pengantin baru, bagaimana kabarmu hari ini?"

"Buruk. Apa yang oppa lakukan di sini?" Tanya Yoona heran. Karena terlalu asik memindahkan barang-barang milik Donghae ia jadi tidak mendengar apapun. Bahkan ia tidak tahu kapan Hyukjae membuka pintu rumahnya.

"Dimana Donghae? Kenapa kau memindahkan semua barangnya?"

"Dia pergi, dan sekarang aku sedang merombak sedikit tampilan rumahnya. Lihatlah, rumah ini tampak suram. Aku ingin rumah ini tampak lebih hangat dan juga hidup." Ucap Yoona sambil menunjuk sudut-sudut ruang tamunya yang masih memiliki banyak ruang kosong.

"Dia meninggalkanmu sendiri di sini? Lee Donghae benar-benar keterlaluan. Apa kau tidak memiliki maid yang bisa membantumu?"

Yoona menggeleng. Donghae tidak akan pernah mengijinkannya memiliki maid karena pria itu ingin semua hal yang berkaitan dengan rumah tangga mereka hanya dikerjakan olehnya.

"Aku harus belajar mandiri dan juga disiplin mulai sekarang. Bahkan ia akan mengajariku beladiri besok. Setiap hari aku harus bangun pukul setengah lima dan mandi dengan air es yang super dingin di kamar mandinya. Oppa... jenderalmu itu memang kejam dan tidak memiliki perasaan." Rengek Yoona seperti anak kecil. Hyukjae hanya mampu menatap Yoona prihatin sambil membantu Yoona menata barang-barang milik Donghae agar sesuai dengan selera wanita cantik di depannya. Dalam hati ia mengumpati sahabatnya sekaligus atasannya yang sangat kejam itu. Bahkan Donghae memperlakukan Yoona sama seperti ia memperlakukan anak buahnya sendiri. Ia benar-benar pria sakit jiwa.

"Kupikir kau tidak akan menikah dengan Donghae."

Hyukjae tiba-tiba bersuara setelah mereka cukup lama terdiam. Yoona mendongakan kepalanya sambil sesekali menepuk debu halus yang menempel di kaosnya. Jujur ia tidak menyangka Hyukjuae akan mengatakan hal itu padanya karena sejak dulu Hyukjae sangat tahu bagaimana dirinya sangat tergila-gila pada Lee Donghae.

"Kami terikat pada perjanjian bodoh yang dibuat oleh orangtua angkat jenderal Lee dan orangtuaku."

"Tidak. Ini pasti lebih daripada itu. Bukankah kau tahu bagaimana sikap kejam Donghae, aku khawatir dia akan hilang kendali suatu saat nanti dan kembali melukaimu. Tidak ada jaminan ia akan bersikap lunak seperti saat itu."

Yoona menatap Hyukjae sendu. Sejujurnya ia tidak tahu mengapa ia sangat mencintai Donghae hingga sejauh ini. Selama ini ia tidak pernah memikirkan apapun mengenai sikap kejam pria itu, ia hanya sekedar mengikuti kata hatinya yang sangat yakin pada Donghae. Ia yakin Donghae adalah takdirnya yang akan memberikan kebahagiaan untuknya suatu saat nanti.

"Aku bisa menjaga diriku oppa. Jenderal Lee pasti tidak akan bersikap kasar padaku lagi setelah kami menikah." Ucap Yoona menenangkan. Namun kata-kata itu lebih seperti ditunjukan untuk dirinya sendiri. Untuk menguatkan hatinya yang ragu dan juga bimbang setelah mendengar kata-kata dari Hyukjae.

"Jika Donghae melukaimu lagi, katakan padaku. Aku pasti akan memberikan pelajaran padanya jika ia berani melukaimu, meskipun itu hanya seujung kuku."

Yoona tertawa mendengar kata-kata penuh janji Hyukjae. Ia tahu Lee Hyukjae memang sangat menyayanginya, dan ia benar-benar bersyukur karena telah mengenal Lee Hyukjae selama ini.

"Ngomong-ngomong apa hari ini kalian tidak melaukan sesuatu?"

"Hah, apa maksud oppa? Jika oppa berpikir jenderal Lee akan melakukan hal-hal romantis bersamaku, maka lupakan saja! Tapi hari ini kami pergi ke panti asuhan."

"Oh, jadi Donghae mulai menunjukan masa lalunya." Komentar Hyukjae datar. Ia tahu cepat atau lambat Donghae akan sedikit demi sedikit menunjukan bagaimana kehidupannya pada Yoona. Tapi yang selalu ia takutkan adalah sisi sociopat Donghae yang muncul. Pria itu akan berubah menjadi pria kejam yang sangat mengerikan jika sisi sociopatnya mulai terbangun dari tidur panjangnya. Sekilas Donghae memang mirip seperti seseorang yang memiliki alterego, namun Donghae tidak seperti alterego yang akan berubah menjadi pria manis atau pria yang baik karena seorang sociopat seperti Donghae hanya memiliki satu kepribadian yang akan terus terlihat sama. Hanya saja mereka akan lebih mengerikan saat sedang marah atau sesuatu yang menjadi milik mereka diusik oleh orang lain.

"Kau pernah datang ke panti asuhan itu?"

"Ya, beberapa kali. Kau pasti telah bertemu si gadis cerewet Krystal."

"Aku bertemu dengan Krystal dan membicarakan banyak hal mengenai masa lalu mereka. Apa kau mengenal Kim Taeyeon? Krystal mengatakan padaku jika dulu mereka berempat adalah penghuni panti asuhan, Krystal, Kim Taeyeon, Jenderal Lee, dan juga Cho Kyuhyun. Tapi Cho Kyuhyun telah meninggal, sehingga hanya tersisa mereka bertiga."

Hyukjae tampak berpikir. Ia tidak tahu siapa itu Kim Taeyeon, tapi ia sendiri juga merasa tidak asing dengan nama itu. Seperti ia pernah mendengarnya, namun ia lupa dimana tepatnya ia pernah mendengar nama itu. Dan seingatnya selama ini Donghae tidak pernah menceritakan apapun mengenai Kim Taeyeon padanya. Hanya Krystal satu-satunya wanita yang pernah dikenalkan padanya.

"Entahlah, aku sepertinya pernah mendengar nama itu, tapi aku tidak tahu dimana. Memangnya ada apa dengan wanita bernama Kim Taeyeon itu?"

"Dia adalah salah satu sahabat jenderal Lee. Kupikir oppa mengenalnya karena oppa sangat dekat dengan jenderal Lee."

"Sebenarnya tidak juga. Ada hal-hal dimana Lee Donghae tidak menceritakannya padaku. Meskipun kami memang terlihat dekat, tapi Donghae selalu memiliki rahasia yang tidak ia bagi pada siapapun."

Yoona mengangguk setuju membenarkan ucapan Hyukjae. Lee Donghae adalah pria paling misterius yang pernah dikenalnya. Dan ia mungkin membutuhkan waktu seumur hidupnya untuk mengenal Lee Donghae yang sesungguhnya.

-00-

Donghae berjalan tenang kedalam sebuah kafe bernuansa eropa klasik di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Seoul. Pria itu dengan pandangan lurus dan sorot mata tajam mengitari seluruh area kafe untuk mencari keberadaan seseorang yang ingin bertemu dengannya. Siang ini ia mendapatkan pesan dari seorang teman lama yang mengajaknya untuk bertemu di sebuah restoran eropa klasik. Memang sudah lama sekali mereka tidak bertemu, dan ia pikir ini adalah kesempatan yang bagus untuk bertemu dengan wanita itu.

"Lee Donghae."

Donghae menganggukan kepalanya samar ketika ia melihat seorang wanita melambai kearahnya. Wanita dengan celana jeans, jaket kulit, serta topi hitam yang menyembunyikan wajahnya itu tampak tersenyum sumringah kearah Donghae yang sedang berjalan kearahnya.

"Hai, akhirnya kau datang." Ucap wanita itu lega. Ia mengangsurkan secangkir americano yang telah ia pesan sebelumnya karena ia tahu jika Donghae sangat menyukai americano.

"Lama tidak berjumpa Taeyeon-ssi." Sapa Donghae dengan gaya khasnya yang dingin namun selalu berhasil memikat siapapun lawan bicaranya.

"Selamat atas pernikahanmu dengan Im Yoona. Kenapa kau tidak mengundangku?" Gerutu Taeyeon kesal. Donghae menyeruput americanonya sedikit sebelum ia menjawab pertanyaan bernada kesal dari Taeyeon.

"Maaf, pernikahan itu memang mendadak dan aku sama sekali tidak ikut andil dalam persiapannya. Isteriku dan keluarga angkatku yang melakukannya." Tambah Donghae. Taeyeon tampak mengerti, lalu ia mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang dari dalam tasnya. Dengan penuh senyuman Taeyeon memberikan kotak itu pada Donghae.

"Hadiah pernikahanmu. Seandainya kau mengundangku, aku pasti akan datang."

Taeyeon tiba-tiba memegang tangan Donghae dan memaksa pria itu menerima hadiahnya. Namun dibalik sikap Taeyeon yang terlihat ceria itu Donghae tahu jika Taeyeon sebenarnya hanya mencuri-curi kesempatan untuk menyentuh tangannya. Sejak dulu ia sadar jika wanita itu tertarik padanya.

"Terimakasih atas hadiahnya."

Donghae menarik tangannya menjauh dari Taeyeon dan meletakan kotak hitam itu di sebelah cangkir americanonya. Andai Taeyeon bukan salah satu sahabatnya, ia pasti tidak akan mau datang untuk menemui wanita itu. Apalagi ia sudah membohongi Yoona tentang pertemuannya ini. Ia merasa sedikit bersalah atas hal ini, meskipun ia tidak sepenuhnya berbohong pada wanita itu karena ia sedang menjalankan sebuah misi.

"Aa.. bagaimana kabar panti asuhan sekarang?"

"Baik. Datanglah ke panti asuhan, Krystal sangat merindukanmu." Ucap Donghae apa adanya. Taeyeon tersenyum masam sambil menggelengkan kepalanya kecil. Meskipun ia masih peduli pada panti asuhan itu, namun ia tidak bisa kembali lagi ke sana. Sekarang ia telah memiliki kehidupannya sendiri. Kehidupannya yang glamour dan juga sempurna. Sekarang ia bukan lagi Kim Taeyeon gadis panti asuhan. Sekarang ia adalah seorang penyanyi Korea berbakat dan seorang isteri dari pria kaya raya, pemiliki sebuah perusahaan terbesar nomor dua di Korea dan seorang anggota dewan parlemen.

"Kau tahu sendiri bagaimana kondisiku dan juga Krystal, aku tidak mungkin ke sana."

"Kenapa tidak? Semakin lama aku semakin tidak mengenalmu Kim Taeyeon." Desis Donghae tajam sarat akan sindiran. Taeyeon tersenyum tipis sambil memandangi wajah pria tampan di depannya lekat-lekat.

"Aku bukan lagi Kim Taeyeon gadis panti asuhan yang lugu dan polos Lee Donghae. Kehidupanku telah berubah, jadi wajar jika kau tidak terlalu mengenalku sekarang. Lebih baik kita membahas masalah lain saja, aku sedang malas membahas masa lalu kelam kita." Ucap Taeyeon mengalihkan pembicaraan. Separuh hatinya merasa kesal dengan sindiran Donghae, namun separuh hatinya lagi berusaha menenangkan dirinya agar ia tidak lepas kendali dan mengeluarkan seluruh emosinya di hadapan rekan masa kecilnya dulu. Ia harus terlihat baik-baik saja di hadapan Lee Donghae, meskipun saat ini ia ingin sekali menyingkirkan meja diantara mereka dan melompat ke dalam pelukan Donghae yang hangat. Sejujurnya ia cukup tersiksa dengan kehidupannya yang tidak pernah mendatangkan kepuasan untuknya. Meskipun ia kaya dan telah memiliki segalanya, ia merasa seperti sebuah cangkang kosong yang hanya menunggu cangkang itu hancur dengan sendirinya karena termakan usia.

"Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa mengenal putri menteri Im Jaehyuk dan memutuskan untuk menikah dengannya?" Tanya Taeyeon setelah mereka sempat bersitegang karena masalah masa lalu mereka yang rumit. Namun sebenarnya hanya Taeyeon yang merasa terganggu dan sempat menunjukan emosinya, sedangkan Donghae terlihat seperti biasa. Dingin tanpa emosi yang tercetak di wajahnya.

"Apakah itu penting? Lebih baik kita membicarakan masalahmu karena kau yang memintaku untuk datang." Balas Donghae dingin. Ia benar-benar jengah dengan pertanyaan itu. Memangnya kenapa jika ia menikah? Toh sejak dulu ia adalah pria normal. Ia hanya sekedar menghindari sebuah komitmen macam pernikahan karena ia sadar jika komitmen dalam hubungan pernikahan akan membuatnya lebih lemah hingga dapat menjegal langkahnya sebagai seorang jenderal.

"Masalahku? Oh, masalahku adalah aku tidak bisa bahagia. Asal kau tahu Lee Donghae, aku merasa tidak pernah bahagia meskipun aku telah menjadi penyayi yang sukses, menikah dengan pria-pria kaya dan berhasil mengeruk harta kekayaan dari suami-suamiku. Aku selalu merasa kosong. Seperti ada sebuah lubang yang menganga begitu besar di hatiku."

"Itu karena kau tidak pernah mengikuti saranku. Aku memintamu untuk berhenti dan memulai karirmu dengan jalan yang bersih, tapi kau mengabaikanku dan terus melangkah dengan jalan yang kau pilih. Jadi apa yang harus kukatan sekarang untuk masalahmu? Lain kali kau harus memikirkannya baik-baik sebelum memutuskan untuk bertemu denganku karena untuk bertemu denganmu aku harus meninggalkan isteriku sendiri di rumah."

Taeyeon semakin tersenyum getir dibalik topi hitam yang menyembunyikan sebagian wajahnya. Pria yang sedang duduk di hadapannya itu memang bukan jenis pria peka yang akan dengan mudah menangkap maksud tersembunyi di balik kalimatnya. Tapi sudahlah, ia tidak mau memikirkan hal itu lagi. Hatinya akan semakin koyak jika ia terus berkubang di dalam kesedihan yang sama.

"Kau pasti sangat mencintai isterimu. Kenapa akhirnya kau memutuskan untuk memilih Im Yoona setelah dulu kau selalu menolak wanita manapun yang mencoba mendekatimu, termasuk aku." Bisik Taeyeon pelan diakhir kalimatnya. Kabar mengenai pernikahan Lee Donghae dan juga Im Yoona benar-benar membuat Taeyeon terkejut dan uring-uringan sepanjang hari. Sejak dulu ia selalu menunjukan gelagat ketertarikan pada sahabatnya yang tampan itu, namun pria itu tidak pernah menyambutnya. Lee Donghae tidak pernah meliriknya sedikitpun dan hanya memposisikan dirinya sebagai teman cerita setelah ia benar-benar keluar dari panti asuhan. Selama ini satu-satunya sahabat yang dimilikinya adalah Donghae. Jika dulu Krystal sangat dekat dengan Kyuhyun, maka ia sangat dekat dengan Donghae. Sayangnya Lee Donghae bukan tipe pria yang mudah untuk ditaklukan. Siang itu sebelum ia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan, ia mencoba mengatakan pada Donghae jika ia menyukainya. Namun Donghae justru terdiam kaku dan menyuruhnya untuk mengusir perasaan bodoh itu secepatnya karena ia tidak akan pernah membalas perasaan wanita manapun. Setelah itu ia memutuskan untuk pergi dari panti asuhan dan hidup bersama kekasihnya yang merupakan pemilik bar tempat ia bekerja sebagai penyanyi dengan harapan ia bisa melupakan rasa sukanya pada Donghae dan juga melupakan kesedihannya karena kehilangan Kyuhyun. Sedikit banyak ia menyalahkan Krystal atas meninggalnya Kyuhyun karena semua petaka itu memang berasal dari Krystal. Jika Krystal tidak mencurigainya dan mengajak Kyuhyun untuk memata-matainya, maka semuanya akan baik-baik saja. Ditambah lagi perasaan bodoh yang tumbuh di hatinya untuk Donghae semakin membuatnya tidak sanggup untuk tinggal di panti asuhan itu lebih lama lagi.

"Kembalilah ke jalurmu Kim Taeyeon. Kau tidak berhak mengatur perasaanku." Peringat Donghae untuk yang kesekian kalinya. Namun Taeyeon sama sekali tidak terpengaruh dengan peringatan itu. Ia justru tertawa sinis sambil menatap Donghae tajam.

"Sekarang aku tahu, kau tidak benar-benar mencintai isterimu bukan? Ada apa Lee Donghae? Apa alasanmu sebenarnya menikahi Im Yoona, hmm?"

Donghae diam. Ia terlihat tidak terpancing sedikitpun dengan provokasi yang sedang dilakukan Taeyeon.

"Kau benar, aku menikahi Yoona bukan karena cinta tapi untuk memperkuat posisiku. Dengan menjadi menantu menteri Im, jabatanku sebagai jenderal akan semakin kuat."

Taeyeon tersenyum puas. Analisisnya memang tepat. Lee Donghae tidak akan mungkin melakukan sesuatu tanpa membawa keuntungan bagi dirinya sendiri. Dan selama ini ia melakukan seperti apa yang Donghae lakukan. Ia mendekati pria-pria kaya yang berkuasa untuk memperkuat posisi artisnya karena dunia hiburan adalah dunia yang kejam. Jika ia tidak pintar-pintar memanfaatkan situasi, maka ia akan kembali tergelincir ke kehidupannya yang menyedihkan.

"Aku tahu kau tidak pernah mencintai siapapun Lee Donghae. Kau hanya mencintai dirimu sendiri, sama sepertiku."

Donghae tersenyum menyeringai kearah Taeyeon dan menyeruput sisa kopinya dengan gaya ponggah yang berkelas. Wanita itu sepertinya telah masuk kedalam permainannya.

"Aku harus pergi. Jaga dirimu baik-baik Taeyeon."

Lee Donghae lantas beranjak begitu saja dari kursinya dan segera berjalan menjauh meninggalkan Taeyeon.

Sementara itu kedua mata Taeyeon tak bisa lepas dari punggung tegap Donghae yang mulai menghilang dibalik pintu coklat tinggi yang memisahkan antara kafe dan area pusat perbelanjaan yang lain. Ia berharap dapat bertemu dengan sahabat masa kecilnya itu lagi agar ia dapat mengisi lubang di hatinya yang semakin menganga.

"Oppa? Ya, aku akan segera pulang. Tunggu aku di rumah oppa."

Taeyeon mematikan sambungan teleponnya dan segera beranjak berdiri dari kursinya yang nyaman. Sebelum pergi ia sempat merapikan sedikit penyamarannya dan menyelipkan beberapa lembar uang di bawah cangkir kopi pesanannya. Kini saatnya ia kembali ke kehidupan penuh dramanya lagi bersama suami bodohnya yang tolol.

-00-

Malam telah beranjak semakin larut dan angin berhembus cukup kencang menerbangkan daun-daun kering yang berguguran di tanah. Rembulan malam ini juga tampak malu-malu memunculkan sinarnya dan memilih untuk bersembunyi dibalik awan pekat yang siap menumpahkan titik-titik air ke permukaan bumi. Donghae baru saja turun dari mobil SUVnya dan ia langsung mendapat sambutan dari anak buahnya yang berjaga di rumahnya.

"Yoona sudah tidur?" Tanya Donghae pada salah satu anak buahnya.

"Sudah jenderal. Kami telah mengecek keadaan rumah lima belas menit yang lalu, dan sepertinya nyonya Yoona sudah berada di dalam kamarnya." Jawab tentara muda itu lugas. Donghae menggangguk kecil dan segera berlalu masuk ke dalam rumahnya. Pukul setengah dua belas malam. Sebenarnya ia tidak berniat untuk pulang selarut ini, tapi keadaan yang memaksanya. Setelah bertemu Taeyeon, ia mendapatkan telepon dari ayahnya yang memintanya untuk bertemu di Blue House. Kemudian saat ia hendak pulang pukul delapan tadi, mertuanya tiba-tiba memanggilnya dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Sebenarnya itu bukan sekedar makan malam biasa karena sepanjang acara makan malam itu tuan Im terus menjejalinya dengan berbagai macam wejangan untuk menjaga Yoona.

Lee Donghae tanpa sadar menyentuh telinganya sambil menggeram gusar dengan setiap kalimat yang dijejalkan tuan Im ke dalam telinganya. Andai ia tidak memiliki kontrol diri yang baik, ia pasti sudah mengeluarkan seluruh umpatan kasarnya karena ia tidak pernah suka digurui. Sebagai seorang pria dan tentu saja suami dari Lee Yoona ia jelas tahu apa yang menjadi kewajibannya. Ia tidak perlu lagi mendapatkan berbagai wejangan karena ia benar-benar telah memahami seluruh perannya dan juga tugasnya.

Cklek

Donghae membuka pintu kayu di depannya perlahan dan ia menemukan isi kamarnya yang tampak sedikit berbeda. Ia kemudian melirik Yoona yang sedang bergelung nyaman di atas ranjangnya dengan pakaian miliknya yang tampak kebesaran. Ia yakin siang ini wanita itu telah melakukan sesuatu dengan rumahnya. Terbukti dengan beberapa barang miliknya yang tidak lagi berada di tempat semula. Namun ia merasa tidak masalah dengan semua itu. Asalkan Yoona tidak mengusik ruang senjatanya, maka ia akan tetap baik-baik saja.

Dengan langkah tenang tanpa menimbulkan suara, Donghae mulai berjalan menuju rak sepatu miliknya di ujung ruangan. Ia melepaskan sepatunya dan meletakannya dengan rapi di atas rak sepatu yang posisinya kini telah berubah. Setelah itu ia berjalan menuju ranjang dan mulai merangkak naik untuk menyusul Yoona ke alam mimpi. Namun sebelum ia benar-benar memejamkan mata, Donghae menyempatkan diri untuk menatap Yoona sebentar sambil memikirkan perkataan Taeyeon siang tadi padanya. Ia tidak mencintai Yoona. Tidak! Perasaan itu tidak pernah ada di dalam dirinya. Namun ia juga tidak semata-mata memanfaatkan Yoona untuk menguatkan posisinya sebagai jenderal. Lalu apa alasannya menikahi Yoona? Balas budi, menggantikan posisi Taecyeon, dan karena ia kasihan pada wanita itu. Ya, itulah alasannya menikahi Yoona. Bukankah ia tidak terlalu buruk? Setidaknya ia menikahi Yoona bukan untuk memanfaatkan wanita itu. Dan karena ia telah memilih untuk menikahi Yoona, maka ia akan mencoba berkomitmen pada wanita itu.

"Jenderal Lee..."

Yoona mendesah pelan dalam tidurnya dan tiba-tiba berbalik kearahnya. Bibir wanita itu bergerak-gerak sedikit dan kelopak matanya tampak hampir terbuka. Namun setelahnya ia kembali memejamkan mata sambil bergelung dengan nyaman di dalam dada bidang Donghae. Donghae menatap Yoona tajam dengan kedua tangannya yang berada di sisi kanan dan sisi kiri tubuhnya. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya ketika Yoona dalam kondisi tidak sadar memeluknya. Ia pun akhirnya memeluk Yoona dan menenggelamkan tubuh kecil Yoona di dalam tubuhnya yang besar. Nalurinya sebagai pria yang ingin melindungi wanitanya muncul begitu saja sesaat setelah melihat Yoona bergelung di dalam dada bidangnya. Ada perasaan nyaman dan juga damai melihat Yoona sedang tertidur nyeyak di dalam dekapannya.

"Kau terlihat lebih manis saat tidur, tapi kau akan menjadi wanita cerewet saat membuka mata." Gumam Donghae pelan. Ia lantas mengecup puncak kepala Yoona yang menguarkan aroma khas bunga lavender yang menenangkan lalu ia memejamkan matanya sejenak untuk meresapinya. Selain menyukai darah Yoona yang manis, ia juga menyukai aroma tubuh Yoona yang unik. Ia belum pernah mencium wangi seperti milik Yoona pada wanita lain, wanita yang menjadi targetnya atau wanita yang dengan terang-terangan mengaguminya. Jadi apa ia harus mensyukuri pernikahannya? Tapi tetap saja ia mengkhawatirkan masa depan Yoona. Seharusnya dulu ia tidak gegabah mengatakan pada ayah angkatnya untuk menggantikan posisi Taecyeon menikahi Yoona. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan pria brengsek seperti Taecyeon menikahi Yoona. Yoona adalah wanita baik hati dengan hati selembut kapas yang harus dijaga oleh pria yang tepat. Sayangnya ia sendiri juga bukan pria yang tepat untuk Yoona. Masih teringat dengan jelas di kepalanya bagaimana ayah mertuanya bersikap sinis padanya malam ini. Tuan Im dengan terang-terangan mengatakan padanya jika ia sebenarnya tidak terlalu suka dirinya menjadi suami putrinya. Jika ia hanya menjadi pengawal putrinya, tuan Im masih bisa mempercayainya, namun untuk menjadi suami dari anaknya, sejujurnya ia belum benar-benar bisa menerima hal itu. Namun melihat Yoona bahagia saat bersama dengan dirinya membuat tuan Im tidak bisa berbuat apapun. Sebagai seorang ayah ia bisa merasakan getar-getar kebahagiaan yang dirasakan oleh putrinya. Dan tuan Im tahu jika dulu Yoona sama sekali tidak menyukai Taecyeon. Ia melihat Yoona lebih bahagia saat menghabiskan hari-harinya bersama Donghae yang saat itu sedang menjadi pengawalnya. Dari sanalah tuan Im kemudian menyimpulkan jika putrinya selama ini menyukai jenderal Lee yang terkenal dingin dan juga kejam. Dan secara kebetulan isterinya dulu meminta dirinya untuk menikahkan Yoona dengan putra dari sahabatnya, Park Hyunjeong, sehingga ia tidak bisa melakukan apapun lagi selain menerima pernikahan itu dan menyerahkan Yoona pada pria dingin yang terkenal kejam seperti Lee Donghae.

Donghae tanpa sadar mengepalkan tangannya kesal dengan setiap sikap sinis yang ditunjukan ayah mertuanya padanya. Meskipun ia tidak peduli dengan hal-hal remeh seperti itu, tapi ia tetap merasa kesal jika orang lain meremehkannya. Terlebih lagi orang itu adalah ayah mertuanya sendiri. Akan ia buktikan pada ayah mertuanya jika ia bisa melindungi Yoona dengan caranya sendiri. Meskipun ia juga tidak bisa menjamin Yoona akan tetap utuh tanpa luka. Setidaknya ia tetap akan menepati janjinya pada Tuhan di altar jika ia akan menjaga Yoona seumur hidupnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro