Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Behind The Mask 6

Hellowww Wednesday!!! Happy Reading All


Satu minggu terasa begitu cepat untuk Yoona dan Donghae. Rasanya baru kemarin mereka membicarakan semua rencana kehidupan mereka setelah menikah. Dan hari ini tiba-tiba semuanya telah terjadi. Donghae dan Yoona kini telah resmi menikah. Pagi tadi mereka telah melakukan janji pernikahan di gereja terbesar Seoul yang merupakan gereja agung di Korea Selatan. Malam ini mereka sedang menggelar resepsi pernikahan di sebuah ball room hotel bintang lima yang merupakan hotel terbaik di Seoul. Yoona yang menggunakan gaun malam bernuansa gold tampak begitu anggun dan cantik. Ia dengan penuh senyuman menyambut setiap tamu yang hadir sambil merangkul lengan Donghae yang kaku di sebelahnya. Pria itu sejak tadi hanya diam tanpa melengkungkan sedikit sudut bibirnya untuk menyambut para tamu yang datang. Sikapnya itu benar-benar terlihat kontras dengan sikap Yoona yang hangat. Tak heran jika banyak tamu undangan yang membicarakan sikap keduanya yang sangat kontras, dingin dan hangat.

"Jenderal, tersenyumlah sedikit." Bisik Yoona sambil menyalami beberapa tamu undangan yang baru saja hadir. Donghae mengabaikan begitu saja bisikan isteinya dan tetap memasang wajah datarnya yang dingin untuk menyambut setiap tamu yang datang untuk bersalaman dengannya.

"Kenapa sulit sekali membuatmu terlihat ramah. Mereka membicarakan kita jenderal." Geram Yoona. Wanita itu sudah cukup jengan dengan gunjingan para tamu undangan yang sejak tadi terus membicarakan sikap mereka yang kontras. Setidaknya Yoona ingin Donghae menunjukan senyumnya di hadapan para tamu, meskipun itu bukan senyum lebar seperti miliknya.

"Mereka tidak berhak mengatur kehidupan kita." Balas Donghae datar seperti biasanya. Yoona hanya mampu menghela napas kecil dibalik senyum lebarnya yang ia tunjukan pada semua orang. Menyuruh Donghae bersikap hangat di hadapan semua orang memang hampir tidak mungkin. Pria itu terlalu kaku dan menjunjung tinggi idealismenya. Ia tidak akan pernah mau menunjukan sikap ramahnya yang menurutnya akan sangat menggelikan jika sampai ia melakukannya.

"Sampai kapan kita akan melakukan hal bodoh seperti ini?"

Yoona mulai menyadari ketidaknyamanan Donghae. Pria itu sejak tadi sudah ingin membawanya pergi dari ball room yang sangat penuh itu. Tapi ini semua karena presiden Kang memiliki banyak relasi. Tidak mungkin mereka ijin untuk meninggalkan ball room terlebihdahulu, sementara mereka adalah tokoh utamanya. Satu-satunya hal yang harus dilakukan Donghae sekarang adalah bersabar hingga para tamu undangan itu pulang nanti.

"Bersabarlah. Ayahmu memiliki banyak sekali relasi. Kita tidak bisa pulang begitu saja."

"Aku muak berada di sini." Desis Donghae tertahan. Yoona mencoba menenangkan Donghae dengan menggenggam tangan pria itu. Meski ia tahu Donghae tidak akan membalas genggaman tangannya, tapi setidaknya Yoona berusaha untuk menunjukan pada pria itu jika ia peduli padanya.

"Setelah acara ini selesai, kita akan langsung pulang ke rumahku."

Yoona menoleh cepat kearah Donghae dan menunjukan wajah protesnya. Ia sudah menyiapkan kamar penuh kelopak bunga mawar di rumahnya. Jika ia pulang ke rumah pria itu, lalu siapa yang akan menempati kamar pengantinnya?

"Ke rumahmu yang suram itu?"

"Apa kau bilang?"

"Rumahmu yang suram. Kenapa kita harus pulang ke sana setelah menikah. Tidak bisakah kita tinggal di rumah ayahku selama satu minggu. Aku belum menyiapkan apapun untuk dibawa ke rumahmu." Dengus Yoona kesal.

"Aku adalah suamimu sekarang, jadi kau harus patuh pada apapun perintahku."

Yoona langsung menatap Donghae tidak terima dan ingin kembali memprotes pria itu. Ia merasa Donghae tidak adil. Ia yang mencintai pria itu sepenuh hati dan ia yang menginginkan pernikahan ini. Tapi pria itu yang boleh berkuasa atas hubungan pernikahan mereka. Seharusnya jika pria itu hanya terpaksa menikahinya, ia tidak perlu menetapkan peraturan yang terlihat seperti pernikahan sungguhan. Apalagi di sini ia yang akan lebih sering dirugikan oleh sikap Donghae. Pria itu membuatnya terlihat seperti isteri yang menderita dan juga isteri yang beruntung disaat bersamaan. Beberapa kali ia mendengar cibiran para wanita yang mengatakan ia akan menderita setelah menikah dengan Lee Donghae yang kaku. Selain itu ada juga yang merasa iri padanya karena ia berhasil mendapatkan jenderal Lee yang tampan, yang ketangguhannya tidak bisa diragukan lagi. Lalu ia harus bersikap seperti apa sekarang? Senang? Jelas ia senang karena ia akhirnya bisa menikah dengan Lee Donghae, pangeran impiannya. Tapi rasa senangnya itu tidak akan sebanding dengan rasa getir yang akan ia rasakan setelah ini. Menghadapi sikap Donghae yang berubah-ubah akan sangat menguji emosinya. Belum lagi jika sisi gelap Donghae muncul, ia harus siap dengan segala konsekuensi yang ada. Termasuk mati sekalipun.

"Ayo kita pulang."

"Apa?"

Yoona mendongak kaget dan ingin menuntut penjelasan dari Donghae karena semua tamu undangan belum sepenuhnya pulang. Tapi pria itu justru sudah menyeretnya untuk pulang.

"Acara ini sudah dinyatakan berakhir oleh MC bodoh itu. Aku tidak mau membuang waktuku untuk terus berdiri seperti pajangan di sana. Kita pulang sekarang."

"Tapi bagaimana dengan ayah ibumu dan ayahku. Mereka masih sibuk menyambut para tamu yang baru saja datang. Kita tidak bisa meninggalkan acara ini sesuka hatimu." Ucap Yoona sambil mengangkat gaunnya tinggi-tinggi karena Donghae terus menarik tangannya hingga ia hampir terjatuh karena gaunnya sendiri yang panjang.

"Ahh.. gaunku! Jenderal, kau membuatku hampir jatuh karena menginjak gaunku sendiri." Marah Yoona sambil terus berusaha menyeimbangkan langkahnya yang goyah. Ia terlihat seperti seorang balita yang baru belajar berjalan akibat heelsnya yang tinggi dan juga gaunnya yang menjuntai. Tiba-tiba Donghae menghentikan langkahnya dan langsung menggendong Yoona tanpa mempedulikan pekikan terkejut wanita itu.

"Yakkk.. apa-apaan ini. Turunkan aku!"

Yoona berbisik pelan sambil menyembunyikan wajahnya yang merah padam dibalik dada bidang Donghae. Semua tamu undangan tampak tersenyum-senyum menggoda kearah mereka melihat aksi romantis Donghae yang sedang menggendong isterinya. Padahal Donghae melakukan itu karena ia sudah risih dengan celotehan Yoona mengenai gaunnya yang terinjak atau heelsnya yang mengganggu langkahnya dan membuatnya hampir jatuh. Ia hanya ingin segera pulang dan menjauh sesegera mungkin dari dari keramaian yang ada di sana.

"Ayah, aku dan Yoona akan pulang sekarang."

"Kalian akan pulang?"

Im Jaehyuk dan Kang Hyunjeong terkejut melihat Donghae sedang menggendong Yoona dan tampak terburu-buru untuk pulang, padahal masih banyak tamu yang baru saja datang. Nyonya Kang yang melihat itu segera mendekati putranya dan menegurnya.

"Tinggalah sebentar lagi. Masih banyak tamu yang akan datang nanti."

"Maaf ibu, tapi Yoona sudah terlihat kelelahan. Kami harus pulang sekarang."

Yoona mendecih dalam hati sambil melemparkan tatapan tidak terimanya pada Donghae. Pria itu seenaknya saja menggunakan dirinya sebagai alasan, padahal ia tidak pernah mengeluhkan lelah. Ia justru masih ingin berlama-lama di ball room itu untuk menyambut para tamu yang baru saja datang.

"Baiklah kalau begitu. Kau akan pulang ke rumah ayah kan?" Tanya tuan Im pada Donghae.

"Maaf ayah, kami akan pulang ke rumahku."

"Ayah..."

Yoona menatap ayahnya penuh sesal karena ia sekarang tidak bisa membantah kemauan Donghae. Pria itu telah menjadi suaminya, dan ia wajib mengikuti semua kemauan suaminya.

"Kalau begitu berhati-hatilah. Yoona, ayah pasti akan merindukanmu."

Yoona ingin sekali turun dari gendongan Donghae dan berpelukan dengan ayahnya. Tapi pria itu tak mengijinkannya untuk turun dan tetap mendekapnya erat di dalam pelukannya. Donghae hanya malas untuk menunggu Yoona berpelukan dengan ayahnya yang pasti akan memakan waktu lama karena Yoona adalah wanita manja.

"Sampai jumpa ayah.. ibu.."

Yoona melambai pada ayahnya dan juga ibunya yang sedang menatapnya dengan tatapan prihatin. Mereka semua sadar akan sikap tegas dan kaku Donghae. Sehingga mereka tidak bisa berbuat apapun untuk menghentikan Donghae untuk membawa Yoona pulang.

-00-

"Jenderal Lee, turunkan aku! Aku malu. Aku bisa berjalan sendiri." Teriak Yoona ketika mereka telah berada di luar ball room menuju tempat parkir khusus. Donghae tak menghiraukan teriakan Yoona dan tetap menggendong Yoona ala bridal style karena ia malas menunggu langkah Yoona yang lambat. Gaun wanita itu yang berat pasti akan menjadi alasan Yoona untuk tidak berjalan cepat mengikutinya. Padahal ia sudah lelah dan gerah. Ia ingin segera melepas jasnya dan menggantinya dengan pakaian santai yang nyaman.

"Jenderal Lee! Kau mendengarkanku atau tidak?"

"Aku mendengarkanmu karena aku juga memiliki indera pendengaran."

"Kalau begitu sekarang turunkan aku. Aku bisa berjalan sendiri."

"Diamlah! Sebentar lagi kita akan sampai."

Yoona mendengus kesal di dalam gendongan Donghae. Pria itu lagi-lagi membuatnya kesal dengan sikapnya yang keras dan juga dingin. Ia benar-benar harus ekstra sabar setelah ini karena mulai detik ini ia akan menjadi bagian dari hidup Lee Donghae yang kaku dan dingin.

"Dimana cincinmu?"

Ketika turun dari gendongan Donghae, Yoona tak melihat cincin pernikahan mereka di jari manis Lee Donghae. Wanita itu dengan gusar membolak balik telapak tangan suaminya yang langsung dihempaskan Donghae karena ia risih.

"Masuk."

"Dimana cincin pernikahan kita? Kau melepasnya? Kenapa? Itu adalah tanda jika kau telah menikah. Kau tidak bisa melepaskannya begitu saja dan berkeliaran tanpa cincin itu. Orang-orang akan mengira kau pria lajang yang bebas."

Donghae menunggu Yoona untuk menyelesaikan serentetan kalimatnya, lalu ia mendorong Yoona masuk ke dalam mobilnya dan segera memasangkan Yoona sabuk pengaman di tubuhnya sebelum mulut cerewet wanita itu terbuka lagi.

"Jenderal Lee! Arghh..."

Yoona berteriak jengkel di dalam mobil suaminya. Terkadang ia tidak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia bisa mencintai pria menjengkelkan seperti Donghae. Seharusnya ia menikah dengan pria romantis yang bisa memahami dirinya dengan baik. Bukan pria dingin yang sangat irit bicara seperti Donghae.

"Bisakah kau diam. Kepalaku pening."

Donghae melepaskan jasnya dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu. Yoona yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya kearah lain dengan wajah yang sudah merah padam. Ia sangat gugup sekarang. Pikirannya sudah berkelana kesana kemari. Apalagi Donghae saat ini sedang bertelanjang dada di sebelahnya.

"Tolong ambilkan bajuku di belakang."

"Aaapa?"

Yoona mau tidak mau menoleh ke samping dan melihat Donghae sedang menatapnya dengan mata elangnya.

"Tolong ambilkan bajuku di belakang kursimu."

Yoona terlihat seperti seorang wanita bodoh di depan Donghae dengan mengagumi tubuh berotot Donghae terlebihdulu sebelum berbalik untuk mengambil sebuah kaus yang terselip di belakang kursinya.

"Ini, kau mencari benda ini bukan."

Yoona menoleh kearah Donghae dan melihat pria itu sedang menunjukan kalungnya yang berbandul cincin pernikahan mereka. Seketika Yoona merasa malu karena sejak tadi ia terus berteriak-teriak pada Donghae seperti wanita bar-bar, padahal Donghae menggunakan cincin pernikahan mereka sebagai kalung.

"Kau tidak mengatakannya." Komentar Yoona. Wanita itu tidak mau terlihat bodoh di depan Donghae, meskipun dari gestur tubuhnya sudah terlihat jika ia sedang menahan malu karena telah menuduh Donghae melepas cicin pernikahan mereka.

"Aku tidak suka terlalu banyak berbicara, aku lebih suka menunjukannya dengan tindakan."

"Tapi wanita tidak bisa seperti itu." Sembur Yoona kesal. Wanita sepertinya jelas membutuhkan jawaban berupa kata-kata, bukan berupa tindakan yang terkadang hanya mampu dipahami oleh pria itu sendiri.

"Belajarlah untuk memahamiku mulai sekarang."

"Jenderal, terkadang aku bingung pada diriku sendiri. Mengapa aku bisa jatuh cinta padamu, sedangkan kau sering membuatku jengkel dan berteriak-teriak seperti wanita liar yang bar-bar. Jika kau ingin aku memahamimu, kau juga harus memahamiku."

"Aku sudah bersedia menikah denganmu, jadi jangan terlalu menuntut apapun dariku."

Yoona diam. Ia akan selalu diam jika Donghae telah menyerangya dengan kalimat telak seputar alasan pria itu menikahinya. Pria itu selalu merasa di atas angin dan menggap dirinya telah melakukan hal yang besar dengan menikahinya, padahal ia juga sama berkorbannya dengan pria itu. Ia mengorbankan kehidupannya yang nyaman untuk mengikuti pria itu dan menjadi isteri yang baik. Meskipun ia memang mencintai pria itu, tapi bukan berarti Donghae dapat memperlakukannya sesuka hatinta. Ia benci berada di posisi ini. Sungguh ia ingin menangis sekarang dan kembali bersama ayahnya. Ia tidak mau tinggal bersama Donghae.

"Hapus air matamu. Aku tidak suka memiliki isteri yang cengeng."

Yoona semakin mengeluarkan air matanya dengan deras. Kata-kata Donghae sudah sangat keterlaluan. Ia yang selama dua puluh dua tahun hidup tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari ayahnya tidak terbiasa dengan kata-kata menyakitkan seperti itu. Ia benar-benar harus mengeraskan hatinya mulai detik ini agar ia tidak merasa sakit setiap Donghae melemparkan kalimat-kalimat pedas di depannya.

"Bahkan ayahku tidak pernah memarahiku, kenapa kau memarahiku." Ucap Yoona kesal sambil menyeka bulir-bulir air mata yang masih mengalir di pipinya.

Donghae benar-benar merasa geram melihat sikap Yoona yang kekanakan. Ia tidak terbiasa menghadapi wanita yang manja dan juga cengeng seperti Yoona.

"Aku bukan ayahmu. Sikap cengeng dan manjamu akan merepotkanku, jadi buang semua sikap manjamu mulai sekarang karena kau harus hidup dengan mandiri setelah ini. Besok kau harus memasak dan menyiapkan semua keperluanku. Tidak ada maid yang bekerja di rumahku. Aku hanya memiliki beberapa prajurit yang akan menjaga rumahku. Selebihnya kau melakukan sendiri seluruh tugas-tugas rumah tangga."

"Lalu bagaimana dengan kuliahku?"

"Apa aku melarangmu untuk kuliah? Kau tetap akan kuliah setelah kau menyelesaikan tugas-tugasmu."

"Sebenarnya kau ingin aku menjadi isterimu atau pelayanmu?" Sungut Yoona kesal. Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan tugas-tugas rumah tangga yang akan menjadi tugasnya nanti. Ia hanya kesal dengan cara Donghae memerintahnya yang terkesan seperti sedang memerintah pelayan.

"Terserah kau ingin menganggap dirimu sebagai isteriku atau pelayanku."

Ia menyerah! Ia benar-benar menyerah beradu mulut dengan Lee Donghae. Pria itu benar-benar memiliki lidah setajam pisau yang mematikan. Setiap kata-katanya berhasil dijawab oleh pria itu dengan kata-kata pedas yang terdengar menyakitkan sekaligus menjengkelkan. Ia akhirnya memilih untuk memejamkan matanya dan mendinginkan kepalanya yang sedang berasap. Ia berharap saat membuka matanya nanti semuanya sudah berubah menjadi lebih baik.

-00-

Yoona terlihat sedang menggeliat kecil dan mulai mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa kabur. Ia kemudian menguap dengan lebarnya sambil merentangkan tangannya ke udara. Dengan mata yang masih mengantuk, Yoona mulai menyipitkan matanya untuk melihat suasana asing yang tersaji di depannya. Kini ia sudah berada di sebuah kamar luas dengan nuansa putih. Kamar itu terlihat sangat minimalis dengan sebuah ranjang king size di tengah-tengah ruangan, lemari coklat besar di sudut ruangan, meja kerja, dan sebuah pintu di ujung kanan yang merupakan kamar mandi.

Yoona lantas berdiri dari posisi tidurnya dan memilih untuk berjalan-jalan di sekitar kamarnya. Ia mendekati jendela besar yang menghadap ke taman sambil memikirkan kamar pengantinnya yang tidak terpakai malam ini. Padahal sejak dua hari yang lalu ia sudah menyiapkan banyak hal. Bahkan ia menyiapkan satu set lingeri di kamarnya. Entah apa yang ia pikirkan kemarin. Ia benar-benar heboh hingga harus mencari refrensi mengenai kamar pengantin kesana kemari karena ia tidak tahu harus bertanya pada siapa. Dan sekarang ia justru berakhir di kamar minimalis milik pria itu. Percuma saja ia memesan bunga mawar khusus dengan harga ratusan ribu won untuk ditaburkan di kamarnya, jika pada akhirnya ia menghabiskan malam pertamanya di rumah pria itu.

Tiba-tiba Yoona teringat jika ia belum mengganti gaunnya dengan baju santai. Wanita itu kemudian menjadi panik karena ia tidak membawa apapun ke rumah pria itu. Satu-satunya pakaian yang ia bawa adalah gaun pengantin yang saat ini melekat di tubuhnya. Ia pun berinisiatif untuk mencari Donghae dan meminta pria itu bertanggungjawab atas ulahnya karena sekarang ia ingin mengganti pakiannya yang berat dengan baju santai yang lebih nyaman. Saat ia akan berbalik, tiba-tiba ia melihat pintu di ujung ruangan terbuka. Donghae muncul dengan rambut basah dan handuk putih yang melilit tubuh pria itu sebatas pinggang, sedangkan tubuh bagian atas pria itu polos tanpa sehelai benangpun. Yoona meneguk ludahnya gugup. Pria itu saat ini benar-benar terlihat seksi di matanya. Apalagi kalung putih milik Donghae semakin menambah kejantanan pria itu di mata Yoona. Tanpa sadar Yoona terus memelototi tubuh Donghae hingga Donghae mengejutkannya dan menangkap basahnya sedang mengagumi tubuh atletisnya.

"Kau sudah bangun?"

"Sssudah." Jawab Yoona tergagap. Ia segera memalingkan wajahnya kearah lain sambil memegang dadanya yang lagi-lagi bergemuruh karena Donghae. Yoona merasakan langkah Donghae sedang mendekat kearahnya.

"Kau ingin mandi?"

"Aku tidak membawa baju." Ucap Yoona apa adanya. Wanita itu menatap Donghae memelas sambil mengangkat gaunnya yang terasa tidak nyaman. Donghae yang berada di sebelahnya lalu beranjak menuju lemari pakaiannya untuk mengambil baju santai untuknya. Yoona yang melihat itu lantas kembali mengomel di dalam hatinya karena lagi-lagi ia diabaikan oleh Donghae. Pria itu dengan teganya membiarkannya tidur malam ini dengan gaun berat yang masih membungkus tubuhnya. Ingin rasanya ia mencekik pria itu dan kabur ke rumahnya agar ia bisa tidur nyaman malam ini.

Pluk

Tangan Yoona refleks menangkap sebuah kaus yang dilemparkan Donghae kearahnya. Lalu pria itu melemparkan sebuah celana panjang bermotif garis-garis kearah Yoona yang langsung ditangkap wanita itu dengan baik.

"Pakai itu." Ucap Donghae yang terdengar seperti sebuah perintah. Yoona menatap kaus itu dengan seksama dan ia baru menyadari jika kaus itu adalah kaus milik Donghae yang nantinya pasti akan tampak kebesaran di tubuhnya. Yoona menatap kaus itu dengan dahi berkerut sambil membatin tidak suka. Jelas sekali kaus itu sangat tidak berkelas untuknya. Terlebih lagi kaus itu tidak akan membuatnya tampak seksi, justru ia akan terlihat seperti orang-orangan sawah saat memakainya karena terlalu besar. Yoona hampir saja meneriakan protesnya pada Donghae, namun bibirnya sudah lebih dulu dibungkam Donghae dengan perintah tegas milik pria itu.

"Cepat ganti gaunmu sekarang. Aku tidak menerima protes! Lebih baik kau memakai baju itu daripada kau menggunakan gaun berat itu sepanjang malam."

"Tapi ini terlalu besar untukku." Protes Yoona. Mulut wanita itu memang tidak pernah bisa menahan setiap gejolak protes yang ingin ia layangkan, terutama jika bersama Donghae.

"Apa kau berharap menggunakan lingeri seksi malam ini? Huh, aku tidak tertarik."

Yoona merasa dirinya tertampar dengan kata-kata Donghae. Bagaimana mungkin pria itu tahu jika malam ini ia berencana menggunakan lingeri? Sayangnya rencana itu digagalkan oleh Donghae karena mereka justru tinggal di rumah pria itu, bukan di rumahnya.

"Tidak tertarik? Apa kau penyuka sesama jenis." Dengus Yoona gusar. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir lancang Yoona karena ia sudah terlalu kesal dengan Lee Donghae. Apalagi pria itu telah menghancurkan semua rencananya yang telah ia susun matang-matang sejak dua hari lalu. Ah.. pasti lilin aroma terapi di kamarnya juga akan menjadi sampah setelah ini. Padahal ia sudah susah payah memesan lilin itu secara khusus dari pembuatnya agar memiliki aroma sesuai kesukaanya.

"Hati-hati saat berbicara Im Yoona."

Yoona hampir saja terjungkal jatuh jika Donghae tidak menahan pinggangnya karena terlalu terkejut dengan kemunculan pria itu di sampingnya. Padahal sebelumnya ia masih melihat Donghae sedang menggunakan kaus di dekat lemarinya, dan sekarang tiba-tiba pria itu sudah berada di sampingnya yang sejak tadi sibuk melepas pernak-pernik yang masih menempel di tubuhnya.

"Kau mengejutkanku jenderal! Jangan muncul tiba-tiba seperti hantu!" Marah Yoona. Ia pun melepaskan tangan Donghae dari pinggangnya dan kembali melanjutkan kegiatannya melepaskan segala aksesoris yang menempel di tubunya. Ia kemudian mencoba melepaskan resleting gaunnya agar ia dapat lebih mudah mengganti pakaiannya saat berada di dalam kamar mandi. Sayangnya tangannya terlalu pendek untuk mencapai ujung resleting yang menggantung rendah di punggungnya yang terbuka. Dan tanpa ia minta, Donghae tiba-tiba telah menarik turun resleting gaunnya hingga turun ke ujung terbawah resleting itu. Refleks Yoona segera menahan bagian depan gaunnya agar tidak merosot ke bawah karena ia pasti akan langsung telanjang di depan pria itu. Dengan malu ia berlari-lari terbirit-birit menuju kamar mandi, namun langkahnya justru ditahan oleh Donghae karena pria itu tanpa aba-aba langsung mendorongnya jatuh ke atas ranjang yang empuk di belakangnya.

"Jenderal, aku ingin mengganti pakaianku. Seenaknya saja kau melepaskan gaunku dan membuat tubuh polosku hampir terekspos." Omel Yoona kesal. Sekilas Yoona melihat kilatan mengerikan dari mata elang milik Donghae yang membuatnya seketika menjadi gugup. Ia tidak tahu apa maksud pria itu mendorongnya ke atas ranjang. Tapi pria itu saat ini sedang memerangkapnya dengan tubuh kekar berototnya.

Apa yang akan dilakukan pria dingin ini?

Yoona semakin mencengkeram erat gaunnya agar tidak melorot turun. Ia gugup dan juga takut karena tatapan mengintimidasi Donghae yang sangat mengerikan. Ia ingin kabur dari pria itu, tapi ia tidak bisa. Kakinya terhalang oleh tubuh pria itu, sehingga ia hanya mampu terdiam di tempatnya sambil menatap gugup kedua mata Donghae yang mengerikan.

"Kau mengatakan aku gay?"

"Aaapa?"

Yoona sungguh tak sadar saat mengatakan hal itu. Itu hanya kata-kata spontan yang keluar dari bibir laknatnya. Dan pria itu sepertinya terlalu menganggap serius ucapannya hingga membuatnya sedikit terpancing seperti itu.

"Kita lihat, apa aku benar-benar gay seperti yang kau katakan."

Donghae tiba-tiba menarik turun gaunnya dan membuat tubuh atas Yoona terpampang sempurna di depan Donghae. Yoona yang menyadari hal itu mencoba menghalangi pandangan Donghae dari dadanya yang hanya tertutup bra. Meskipun ia sadar Donghae adalah suaminya sekarang, tapi ia tetap saja malu dan belum siap. Setidaknya ia membutuhkan sedikit waktu untuk menyiapkan diri. Tapi Donghae dengan nakalnya justru menarik tangan itu menyingkir dan menguncinya di atas kepalanya dengan tangannya yang besar.

"Aapa yang akan kau lakukan jenderal? Kkau tidak akan memintaku untuk... untuk...."

Yoona tak bisa melanjutkan kata-katanya karena ia merasa malu untuk mengungkapkannya.

"Melakukan malam pertama."

Yoona membulatkan matanya sempurna dengan kata-kata vulgar Donghae. Bahkan ia perlu mencari kalimat yang tepat untuk mengucapkannya, sedangkan pria itu dengan mudahnya langsung mengucapkannya begitu saja tanpa mempedulikan kedua pipinya yang telah bersemu merah.

"Aku tidak akan memintamu untuk melakukannya."

"Lalu?" Tanya Yoona penasaran. Jika pria itu tidak memintanya, lalu untuk apa pria itu saat ini menindihnya. Terlebih lagi ia sudah setengah telanjang di depannya. Tidak, dia tidak benar-benar setengah telanjang. Pria itu hanya melihat dadanya yang tertutup bra dan sedikit perut ratanya karena ujung gaunnya hanya merosot hingga sebatas pinggul.

"Aku hanya ingin mengetes diriku sendiri apakah aku penyuka sesama jenis atau tidak."

Tanpa aba-aba pria itu langsung melumat bibir Yoona dan membelitkan lidahnya ke dalam lidah kaku Yoona yang selama ini selalu wanita itu gunakan untuk memprotesnya. Dan dalam sekejap Yoona langsung tunduk di bawah kuasanya. Wanita itu benar-benar dibuat tak berdaya dengan sikap Donghae yang sering berubah-ubah itu. Kadang pria itu terlihat begitu dingin tak tersentuh, kadang pria itu terlihat mesum dengan menunjukan tindakan-tindakan tak terduganya seperti ini.

"Ahh.."

Yoona memekik tertahan ketika Donghae lagi-lagi menggigit bibirnya. Pria itu rupanya memang menyukai rasa darahnya yang manis hingga lagi-lagi ia melukai sudut bibirnya agar berdarah. Yoona tampak terengah-engah di sela-sela ciuman mereka yang panjang. Ia dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Donghae agar menjauh lalu ia berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang hampir kosong.

Donghae menatap Yoona yang sedang terengah-engah di bawahnya dengan seringaian puas. Akhirnya ia bisa membalas wanita itu karena mulut lancangnya berani menghinanya gay. Mata elang Donghae memindai setiap pergerakan yang Yoona lakukan. Dan gerakan dada Yoona yang naik turun karena terengah-engah seketika membuatnya terganggu. Ia tidak pernah merasa selepas itu sebelumnya. Biasanya ia mampu mengendalikan dirinya dengan baik. Tapi jika bersama Yoona entah kenapa ia pasti akan kehilangan kontrol dirinya hingga ia bisa berbuat terlalu jauh pada wanita itu.

Donghae menatap wajah Yoona di bawahnya yang masih terengah-engah. Seketika sisi lain dalam dirinya berbisik untuk memiliki Yoona malam ini. Apalagi melihat Yoona yang tampak kacau di bawahnya semakin membuatnya bergairah untuk menyentuh Yoona. Ia pun menundukan wajahnya dan mencium leher jenjang Yoona dan membuat wanita itu lagi-lagi terkesiap terkejut. Apalagi ciuman itu terus turun hingga berheti di atas lipatan dadanya. Yoona bergerak-bergerak tidak nyaman di dalam kungkungan Donghae. Ia yakin setelah ini leher dan dadanya akan memerah karena ulah Donghae. Namun tiba-tiba Donghae mengangkat wajahnya dan pergi meninggalkan dirinya yang tampak kacau dan juga terkejut dengan gerakan tiba-tiba pria itu yang pergi meninggalkannya.

"Ganti pakaianmu sekarang."

Yoona melongo tak percaya dengan perubaha sikap Donghae yang lagi-lagi membuatnya tidak paham dengan jalan pikiran pria itu. Beberapa detik yang lalu Donghae berhasil membuatnya melambung dengan sentuhan pria itu. Dan sekarang pria itu membuatnya bingung dengan sikap pria itu yang terlihat kembali dingin.

"Ada apa? Kau meninggalkanku begitu saja seperti ini? Hebat!" Teriak Yoona kesal. Ia segera bangkit berdiri sambil menaikan gaunnya agar menutupi dadanya yang sekarang terlihat memerah karena ulah Donghae. Namun pria itu tak menghiraukan teriakan Yoona dan justru membanting pintu kamarnya keras hingga membuat Yoona terkesiap lagi.

"Ada apa dengan pria itu? Benar-benar aneh." 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro