Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bad Liar Part 19

Di dalam mobil ini hanya diisi suara deru air conditioner yang dinyalakan dalam mode paling dingin untuk menghalau suhu panas di musim panas. Sejak meninggalkan halaman hotel sepuluh menit yang lalu, mobil sewaan yang dikemudikan oleh Aiden terasa begitu hening dan semakin dingin. Kedua orang itu, Aiden dan Yoona, merasa canggung satu sama lain hanya untuk memulai sebuah pembicaraan. Sebenarnya Yoona yang merasa canggung, sedangkan Aiden hanya sedang membiarkan Yoona menikmati kegugupannya. Acara makan malam itu sebenarnya sempat akan batal karena Yoona tak kunjung datang setelah lebih dari tiga puluh menit Aiden menunggu. Pria itu bahkan sudah mengumpat-ngumpat saat ia hampir kehilangan kesabarannya dan akan kembali ke dalam hotel untuk makan di restoran hotel. Namun secara ajaib Yoona tiba-tiba muncul dalam keadaan ngos-ngosan karena berlari sambil membenahi letak dresnya yang berantakan. Dalam balutan dress biru yang seharusnya membuat Yoona terlihat cantik, Aiden tak sempat memperhatikannya. Ia sudah terlanjur kesal pada Yoona yang sama sekali tidak memberinya kabar. Ia tidak masalah jika Yoona akan membatalkan acara makan malam mereka karena suaminya telah kembali dari San Diego. Apapun alasan Yoona, ia pasti akan menerimanya karena ia sadar jika Yoona adalah wanita bersuami. Kebersamaan mereka hanya sebuah selingan untuk mengisi kekosongan di kehidupan mereka masing-masing selama menhabiskan waktu liburan di Balboa.

"Maaf, tadi aku dan Laiv berteleponan dulu."

Yoona tidak tahan dengan keheningan dan aura mencekam yang menguar di dalam mobil sport vette yang dikendarai Aiden. Ia tahu ia salah karena telah membuat pria itu menunggu terlalu lama tanpa kabar.

"Apa kau meminta izin pada suamimu untuk pergi denganku?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Aiden itu bernada mencemooh. Suaranya dingin, dan ekspresi wajahnya juga datar. Yoona hampir mengira jika Aiden memiliki masalah dengan hubungannya dan juga Laiv. Bagaimanapun sejak awal Aiden terlihat tidak menyukai Laiv.

"Tidak. Aku menanyakan kabarnya dan bagaimana keadaannya saat ini. Katanya ia belum bisa pulang hingga besok atau lusa."

"Itu pasti membuatmu senang."

"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Yoona gusar. Rasanya ia muak melihat Aiden yang bersikap seperti ini. Ia lebih menyukai Aiden yang manis dan humoris. Tapi mungkin pria itu masih kesal karena acara makan malam mereka jadi sangat terlambat dari waktu yang seharusnya. Dan sekarang barulah ia sadar jika Aiden tidak membawa mereka langsung ke restoran. Pria itu membawanya untuk menikmati keindahan Kota Panama di malam hari dengan gemerlap lampu yang menghiasi sudut-sudut kota. Acara ini seharusnya menjadi menyenangkan jika Aiden tidak bersikap sinis, dan Yoona memendam kegusaran karena sikap sinis Aiden.

"Kemana kita akan pergi?" tanya Yoona ketus. Padahal ia sudah mencoba menenangkan dirinya agar tidak kasar pada Aiden, tapi nyatanya amarah itu masih terpendam di hatinya. Lihatlah, sekarang Yoona memutuskan untuk menatap ke arah jalanan meskipun ia sedang berbicara dengan Aiden karena ia tidak mau melihat wajah sinis pria itu. Baginya pemandangan Kota Panama jauh lebih mengesankan daripada melihat wajah dingin Aiden.

"Makan."

"Demi Tuhan, Aiden! aku juga tahu jika kita akan pergi makan." ucap Yoona gusar. Akhirnya pertahanannya runtuh, dan ia dengan terang-terangan menatap Aiden tajam dengan seluruh kekesalan yang telah menguar dari tubuhnya.

"Apa kau marah karena aku mengganggu acaramu dengan suamimu?"

"Kurasa kita tidak sedang membicarakan suamiku. Kenapa sejak tadi kau begitu sinis? Apa kau memiliki masalah dengan Laiv?"

"Sama sekali tidak."

"Lalu? Kau aneh semenjak aku mengatakan padamu jika aku terlambat karena menelpon Laiv terlebihdahulu." tandas Yoona berapi-api. Sejak dulu ia selalu risih dengan sesuatu yang berusaha ditutupi dan dihindari. Termasuk konflik dan kemarahan. Lebih baik baginya untuk menyelesaikan semua itu di depan daripada harus menahannya terlalu lama dengan perasaan dingin.

"Itu hanya perasaanmu. Aku sama sekali tidak berhak untuk marah padamu dan Laiv. Aku hanya sedikit kesal karena kau tidak mengabariku, itu saja." balas Aiden melunak. Matanya masih menatap lurus ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai. Malam ini terlalu indah untuk dilewatkan dengan kemarahan. Aiden sadar jika ia memang sudah terlalu berlebihan mengharapkan Yoona malam ini. Hanya karena ia kesepian, dan ia menemukan seorang wanita yang tidak terpikat dengan daya tariknya, ia jadi merasa ingin memonopoli Yoona. Padahal wanita itu jelas-jelas telah memiliki suami.

Yoona menghembuskan napas berat. Sepertinya bukan hanya Aiden yang emosi, ia pun juga emosi karena ia kecewa pada Laiv. Setelah mereka berbicara melalui telepon, Yoona harus menelan kekecawaan karena suaminya masih memiliki urusan di San Diego. Padahal waktu liburan mereka sangat singkat. Tentu saja perjalanan bulan madunya dan Laiv menjadi kacau karena pria itu tidak bisa pulang ke rumah pantai mereka di Balboa. Dan setelah itu orang yang membuat Yoona kesal adalah Aiden. Praktis hanya Aiden yang bisa menjadi sasaran emosinya yang tak berdasar itu. "Aku minta maaf karena terlambat dan juga emosi. Laiv pergi ketika kami seharusnya menghabiskan waktu untuk berlibur di sini. Dan aku justru melampiaskan kekesalanku padamu. Maafkan aku." ucap Yoona tulus. Kali ini ia tidak lagi membuang muka ke jendela. Yoona telah berpaling untuk menatap Aiden dan tersenyum manis ke arah pria itu saat Aiden juga ikut menatapnya sebentar.

"Sekarang waktunya kita melupakan kekesalan itu. Malam ini terlalu indah untuk dihabiskan dengan marah-marah. Kita sudah sampai."

Yoona tidak menyangka jika mereka telah sampai. Pasti kemarahan yang membuatnya tidak memperhatikan jalanan dan bangunan-bangunan yang telah mereka lewati untuk menuju restoran pilihan Aiden, Balboa Balcony Bar. Yoona mengamati bangunan restoran bernuansa bar yang terlihat begitu ramai dari dalam mobil. Bangunan bar didominasi oleh warna-warn kayu yang hangat dengan sentuhan khas Amerika Selatan. Di bagian atas terdapat lounge yang disediakan untuk makan sambil menikmati udara musim panas yang hangat khas Kota Panama. Sedangkan di lantai satu, bar itu menawarkan tempat terbuka dengan live music yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Sekilas bar itu terlihat asik di mata Yoona. Ia jadi sangat bersyukur karena Aiden tidak mengajaknya makan di restoran mewah yang terkesan ekslusif.

"Apa yang kau tunggu nona? Meja-meja akan terisi penuh jika kau terlalu lama melamun di dalam."

"Ah ya..." Yoona tersipu malu saat Aiden melongokan kepalanya melalui kaca samping di sebelahnya. "Aku akan turun." ucap Yoona lagi sambil melepaskan sabuk pengamannya.

-00-

"Mommy... mommy!"

Pria kecil itu berlari lincah dari ruang tamu dan langsung menubruk ibunya yang masih berkutat dengan barang-barang mereka yang banyak. Hari ini mereka baru tiba di LA setelah selama empat tahun mereka tinggal di Tacoma. Sedangkan sang wanita dulunya tinggal di Seattle selama hampir dua puluh tahun. Masa kecilnya dihabiskan di sana bersama seluruh keluarganya yang sangat menyayanginya. Namun bencana itu tiba-tiba datang dan memporak-porandakan kehidupan bahagianya. Kini setelah enam tahun ia hidup di Tacoma bersama putranya, ia kembali pindah untuk menetap di LA. Ia dengar kota ini adalah kota yang bagus untuk mengembangkan karirnya. Sebagai stylist, ia ingin memiliki pekerjaan dengan gaji yang lebih besar agar dapat menghidupi putra semata wayangnya, Hillary.

"Mommy, apa kita akan memasang foto ini di dinding?"

"Tentu. Bukankah kau suka?" tanya sang ibu sambil mengeluarkan beberapa barang lain dari dalam kardus. Hill menatap lama foto dirinya dan juga paman baik hati yang beberapa waktu lalu sering mengunjunginya dan juga ibunya di Tacoma.

"Kenapa paman Ace tidak pernah datang lagi, mom? Bahkan saat itu paman Ace berjanji akan membelikanku mainan baru saat ulang tahun."

Letha tersenyum getir melihat anaknya yang cemberut. Bukan salah Hill jika anak itu menjadi terlalu berharap pada Ace. Pria itu sendiri yang dulu tiba-tiba datang mengusik hidup tenangnya bersama Ace setelah badai dahsyat menghancurkan kehidupan indahnya. Semula ia marah ketika pria itu datang, mencoba mengambil hati anaknya yang dulu ia perjuangkan mati-matian hingga ia nyaris terbunuh. Tapi semakin lama ia semakin luluh dengan kepedulian pria itu. Selama satu tahun Ace sering mengunjunginya. Pria itu bermain bersama Hill, membelikan Hill mainan, dan mengajak Hill bersenang-senang dengan uangnya yang banyak. Bagaimanapun Letha sadar jika ia tidak bisa memisahkan ikatan diantara mereka sebagai ayah dan anak. Meskipun dulu Ace tidak mau bertanggungjawab atas perbuatannya, namun sekarang Letha telah memaafkan perilaku kejam Ace di masa lalu. Dulu Ace hanyalah anak muda yang kacau karena perceraian kedua orangtuanya. Dengan harta yang bergelimang dari ayahnya yang kaya, Ace jelas tumbuh menjadi pria tak beraturan dengan ritme hidup yang sama tak beraturannya. Tapi toh semuanya telah berlalu. Banyak pelajaran yang bisa diambil Ace maupun dirinya untuk mengubah masa depan mereka agar menjadi lebih baik lagi. Terutama untuk Hill. Ia tidak mau anak lelakinya menjadi brengsek seperti ayahnya. Suatu saat ia ingin Hill tumbuh menjadi pria tangguh yang penuh rasa tanggungjawab.

"Mom, berikan padaku fotonya!" seru anak itu tak sabaran. Letha segera memberikan foto sang anak bersama paman Ace-nya ketika sedang berkunjung ke Sea World enam bulan yang lalu. Di foto itu mereka saling tersenyum konyol ke arah kamera karena berhasil membuat Letha ngambek dengan sikap jahil Ace. Sengaja Letha mencetak foto itu besar-besar untuk dipajang di dinding apartemennya karena hanya foto itu yang menampilkan potret mereka betiga. Meskipun pose yang terabadikan sedikit aneh, namun Letha merasa jika hanya foto itulah yang akan terus mengingatkannya pada kebersamaan mereka bertiga.

"Nah sudah bagus." ucap Hill bangga. Ia berhasil memasang foto itu dengan benar, di dinding yang telah dipasangi paku oleh ibunya beberapa saat yang lalu.

"Mom, apa kita akan memberikan kejutan pada paman Ace jika sekarang kita telah pindah ke LA?"

Letha hanya diam mendengar pertanyaan dari putranya. Ia sendiri masih belum tahu apakah mereka berdua akan muncul dalam waktu dekat di depan Ace. Tapi mungkin saja hal itu akan terjadi karena alasan utamanya pindah ke LA adalah karena pria itu. Karena janji yang pernah dilayangkan pria itu sebelum pria itu menghilang tanpa kabar.

-00-

"Aku ingin fish and chips dan pink lemonade."

"Aku pesan raging bull dan off the vine." ucap Aiden sambil menutup buku menunya. Pelayan itu mencatat menu dari keduanya baik-baik dalam notes kecil lalu segera berbalik pergi setelah mengucapkan pesan singkat untuk menunggu.

"Tidak ada yang lebih baik dari makanan dengan nanas dan olive selama berlibur di pantai."

"Aku sudah memakan olahan nanas tadi pagi." gerutu Yoona sambil membayangkan burger berukuran raksasa yang untungnya berhasil ia jejalkan ke dalam perutnya meskipun untuk itu ia perlu waktu makan selama satu jam.

"Kau makan lambat sekali. Pantas kau menjadi model." Aiden berseru santai dan wajahnya terlihat lebih berseri-seri dari beberapa saat yang lalu. Suasana di Balboa Balcony membuat Aiden melupakan seluruh amarahnya pada Yoona atau apapun yang berhubungan dengan kehidupan wanita itu. Entah mengapa hatinya kesal saat wanita itu menyinggung-nyinggung mengenai suaminya yang saat ini keberadaanya entah berada dimana. Menurutnya Laiv masih belum terbiasa dengan kehadiran Yoona, sehingga pria itu sedikit seenaknya saat meninggalkan istri cantiknya untuk berlibur sendiri di tepi pantai Balboa. Hey, ini negara bebas, bung! Aiden terus menerus meneriakan hal itu di benaknya jika mengingat nasib Yoona yang ditinggalkan oleh suaminya. Pria itu sepertinya kurang bersyukur setelah berhasil memperistri Yoona. Bagaimanapun wanita secantik Yoona dapat diambil dengan mudah oleh pria lain jika tidak dijaga dengan ketat.

"Suasana di sini menyenangkan."

Yoona tersenyum pada Aiden, lalu menikmati pemandangan di bawahnya yang penuh dengan para pengunjung yang sedang menikmati live music dari grup music pemuda lokal.

"Rekan bisnisku yang merekomendasikan ini. Katanya Balboa Balcony adalah tempat makan yang enak di malam hari. Makanan di sini enak, tidak terlalu formal, dan kau dapat menikmati suasana khas panama di malam hari."

"Kalau begitu sampaikan ucapan terimakasihku pada rekan bisnismu karena aku sangat menyukai tempat ini. Jika Laiv pulang besok atau lusa, aku akan mengajaknya ke sini sebelum kami kembali ke LA."

Bodoh! Yoona langsung saja meruntuki bibirnya yang salah bicara. Bagaimana mungkin ia mengulangi kesalahan yang sama dengan menyeret nama Laiv saat sebelumnya ia dan Aiden bersitegang karena mereka membahas Laiv.

"Maaf, aku tidak bermaksud merusak suasana makan malam kita."

"Aku baik-baik saja. Laiv suamimu." balas Aiden acuh tak acuh. Sembari menunggu pesanan mereka datang, Aiden memilih untuk menenggelamkan dirinya pada laporan-laporan yang dikirimkan sekretarisnya melalui email. Selain itu ada juga email dari Stuart yang melaporkan hasil kerjasama agensinya dengan beberapa brand lokal minggu ini. Semua email itu akan dibaca oleh Aiden satu persatu sembari menunggu pesanannya datang. Lagipula ia juga tidak ingin mengganggu Yoona lebih jauh. Biarlah wanita itu bersenang-senang dengan imajinasinya sendiri. Membayangkan Laiv yang saat ini makan malam bersamanya, dan bukan Aiden si brengsek.

Yoona hanya menatap kesibukan yang dilakukan Aiden dalam diam. Setelah kebodohannya yang menyeret nama Laiv dalam pembicaraan mereka, Aiden tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Mungkin pria itu risih dengan sikapnya yang seolah-olah sedang memamerkan kehidupan pernikahannya. Padahal ia mengatakan hal itu semata-mata untuk menghibur dirinya yang dilanda kerisauan karena Laiv tidak memberikan waktu pasti kapan ia pulang. Bahkan kemungkinan terburuknya jika masalah di kantor San Diego tidak bisa diselesaikan dengan cepat, Yoona terpaksa pulang sendiri ke mansion Laiv tanpa pria itu. Bukankah ini acara bulan madu yang menyedihkan? Semua keromantisan yang akan ia lakukan bersama Laiv seketika buyar saat masalah sialan itu mengusik kegiatan bulan madunya. Terkadang jika ia sedang lelah dan dongkol, Yoona akan menyalahkan pimpinan cabang perusahaan retail Laiv di San Diego yang dinilai tidak bisa menyelesaikan sendiri masalah di kantor cabang sehingga harus melibatkan Laiv untuk turun tangan.

"Ada apa dengan wajahmu?"

"Ada apa?" tanya Yoona bingung. Pria itu sedang berbicara padanya, namun matanya sama sekali tidak melihat ke arahnya. Ditambah lagi pria itu baru saja menanyakan mengenai wajahnya. Tidakah pertanyaannya itu terasa aneh?

"Kau mengernyit, lalu menundukan wajahmu, kemudian menggeleng dan menggigit bibir bawahmu hingga memerah. Ada masalah?"

"Oh itu." jawab Yoona tanpa minat. Takut responnya membuat Aiden terganggu seperti tadi, Yoona memilih untuk bersikap acuh. "Bukan apa-apa. Hanya sedang memikirkan bagaimana jadwalku nanti setelah pulang dari sini. Walaupun aku sudah menyelesaikan pekerjaanku sebelum pesta pernikahanku, tapi tadi pagi aku mendapatkan email jika perusahaan HeYoongnly ingin mengontrakku selama satu tahun untuk brand kosmetiknya." ucap Yoona beralasan.

"HeYoongnly? Oh ya, aku yang merekomendasikanmu pada mereka."

"Terimakasih. Kau mengingatkanku pada Donghae." ucap Yoona muram. Dulu Donghae juga sering melakukan hal itu. Ia direkomendasikan pada berbagai macam perusahaan hingga karirnya melejit dan aku dimusuhi oleh teman-teman sesama model di agensi Donghae.

"Aku melakukannya karena kemampuanmu. Sayang jika bakatmu itu disia-siakan."

"Aku sedikit lega mendengarnya. Dulu kupikir aku sering direkomendasikan karena aku adalah kakak ipar Donghae. Yeah, kau tahu kan, hubungan keluarga seperti itu memang rawan untuk dijadikan ajang mencari uang. Tapi aku tidak seperti itu. Aku tidak pernah meminta Donghae untuk merekomendasikanku. Aku...."

"Aku percaya." potong Aiden cepat. "Kau bukan wanita seperti itu. Tapi orang lain menilaimu salah. Hal seperti itu sudah biasa, Yoong. Kau hanya perlu bertahan jika orang lain melayangkan tuduhan keji padamu karena cepat atau lambat orang itu pasti hancur dengan sendirinya."

Yoona tersenyum kecil menatap Aiden yang terlihat bijak. Ternyata pria itu tak selamanya menyebalkan. "Terimakasih. Sekali lagi terimakasih karena sudah percaya."

"Aku tahu Donghae tidak pernah salah."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro