Another Season With You
Aku tahu jika musim dingin ini bukan musim dingin terindah dalam hidupku. Tapi setidaknya aku masih bersyukur karena di musim yang dingin ini kita masih bersama, tentunya dengan berbagai badai yang datang silih berganti ke dalam kehidupan kita. Dan kuharap di musim-musim yang lainnya nanti, kita akan tetap terus bersama, seperti ini.
Terhitung sudah empat bulan sejak berita mengenai hubungan pernikahan kami terkuak dan kejadian mengerikan itu terjadi. Tak pernah kulupakan sedikitpun bagaimana hancurnya Donghae oppa ketika malam itu ia pulang ke rumahnya untuk menyelesaikan masalahnya dengan Jessica setelah ia menghadiri pemakaman ibunya di Mokpo, ia menemukan Jessica dalam keadaan yang mengerikan di dalam kamar mandi. Malam itu Donghae oppa menghubungiku dengan hati hancur dan sarat akan rasa bersalah karena ia telah menyebabkan dua orang yang sudah ia sakiti meninggal dalam keadaan yang bisa dikatakan tidak baik. Dan aku, sebagai orang yang turut andil dalam kematian dua orang itu, juga ikut merasa bersalah, sama seperti Donghae oppa karena selama ini aku tidak pernah menyangka jika hubunganku dengan Donghae oppa akan menyebabkan orang lain merenggang nyawa. Lalu tiga hari setelah pemakaman Jessica dilakukan, polisi memanggil Donghae oppa untuk melakukan penyelidikan terkait motif kematian Jessica yang tentunya sudah diketahui oleh banyak orang jika wanita itu bunuh diri karena suaminya berselingkuh. Yah, itulah berita sehari-hari yang selalu kulihat selama empat bulan ini di televisi, internet, atau bahkan di akun media sosialku. Namun kali ini aku memilih untuk tidak terlalu ambil pusing dan hanya fokus untuk memberi dukungan pada Donghae oppa, karena akibat dari berita yang menggemparkan itu, kini Donghae oppa harus mendekam di dalam penjara. Ia dihukum atas meninggalnya Jessica dan dinilai bersalah karena ia adalah alasan dibalik motif bunuh diri yang dilakukan oleh Jessica.
"Bagaimana kabarmu hari ini oppa? Kau masih betah tinggal di sini bukan?" Candaku siang ini ketika aku menjenguknya dan membawakan makan siang untuknya. Donghae oppa tersenyum kecil padaku sambil mengendikan bahunya ringan.
"Entahlah, tapi kurasa di sini tidak buruk juga."
Aku meletakan beberapa makanan kesukaan Donghae oppa yang masih mengepulkan asap tipis dan aroma yang sangat minggiurkan sambil menggodanya sesekali untuk sedikit menghiburnya dari semua masalah yang sedang kami alami.
"Bagaimana keadaan Yoojin, aku sangat merindukannya."
"Hmm, Yoojin sangat baik, ia juga merindukanmu oppa." Beritahuku sambil mengeluarkan ponsel pintarku untuk menunjukan pada Donghae video Yoojin yang baru kemarin kubuat.
"Lihat, ini adalah celotehan Yoojin untukmu oppa. Ia memanggilmu appa dan mengatakan saranghae."
Aku lalu menekan tombol play dan meletakan ponsel pintarku di depan Donghae oppa sembari Donghae oppa mengunyah makanannya. Di dalam video itu tampak Yoojin yang sedang berkutat dengan mainan-mainannya, lalu saat aku mengarahkan kameraku dan menyuruhnya untuk melambaikan tangannya kearah kamera, ia dengan antusias langsung melakukannya sambil berceloteh ria dengan bahasa bayinya yang sedikit-sedikit dapat kupahami.
"Aaappa... aappaa, sa-anghae."
Donghae oppa tertawa miris sambil mengusap air matanya cepat ketika mendengar Yoojin mengucapkan saranghae untuknya. Aku kemudian menepuk bahunya pelan dan memberinya selembar tisu agar ia tidak semakin sedih dengan keadaanya yang sangat menyedihkan ini.
"Dia sangat menggemaskan." Komentar Donghae oppa singkat dengan mata yang masih berkaca-kaca. Setelah itu tak ada lagi pembicaraan yang terjadi diantara kami. Aku membiarkan Donghae oppa fokus pada makannya sambil menatap wajahnya untuk menyelami setiap kesedihan yang ia rasakan. Andai aku bisa membantunya untuk keluar dari masalah ini, tapi sayangnya aku tidak bisa. Bahkan saat ini kondisiku sama terpuruknya dengannya. Semua tawaran untuk bermain drama dan juga iklan dibatalkan oleh pihak sponsor. Lalu satu persatu pihak sponsor yang telah mengontrakku dan juga Donghae oppa memecat kami tanpa belas kasihan setelah berita kami benar-benar membuat marah hampir seluruh rakyat Korea. Jika saja aku tidak memikirkan Yoojin, mungkin aku juga akan melakukan bunuh diri, sama seperti Jessica. Tapi dunia ini tidak sesempit itu. Hanya karena sebuah masalah kita tidak bisa mengambil langkah instan dan memilih untuk bunuh diri begitu saja. Ah.. atau mungkin jika aku memutuskan untuk bunuh diri, hal pertama yang ingin kulakukan adalah menuntut Jessica karena dia yang telah menyebabkan semua kekacauan ini terjadi. Seharusnya dia tidak perlu bunuh diri, dan membuat Donghae oppa berakhir dengan sangat menyedihkan seperti ini.
"Yoong, maafkan aku."
Aku mendongak heran sambil menatap wajahnya dalam. Namun pada akhirnya aku mengerti dan aku memutuskan untuk menggenggam tangannya dengan erat.
"Kau sudah mengatakannya lebih dari puluhan kali oppa, kau tidak perlu mengatakannya lagi. Karena apapun kesalahanmu, aku akan selalu memaafkanmu. Dan semua ini hanyalah sebuah ujian untuk menguji cinta kita, jadi jangan terlalu bersalah dengan apa yang terjadi. Justru disaat-saat seperti ini aku ingin berterimakasih pada Tuhan, karena Ia secara tidak langsung telah menunjukan padaku jika kau sangat mencintaiku oppa."
Donghae oppa tersenyum lembut dan mengacak rambutku pelan. Ia pasti sebentar lagi akan mengejekku sebagai ratu drama.
"Dasar ratu drama, kata-kata yang kau ucapkan benar-benar seperti sebuah skrip drama sayang."
Semenjak ia mendekam di penjara, aku memang sering memberinya kata-kata penyemangat yang terdengar romantis atau terdengar melankolis, jadi tak jarang ia mengjekku sebagai ratu drama karena menurutnya kata-kataku benar-benar konyol dan seperti drama picisan yang sering ia mainkan.
"Hidup tidak sekedar hanya drama sayang, lain kali kau harus memberikan kata-kata penyemangat yang lebih realistis agar aku tidak semakin tertohok dengan kata-katamu." Ucapnya dengan tawa miris yang tercetak jelas di wajahnya. Namun aku tidak mau menanggapinya terlalu serius jika ia sedang seperti itu, aku tidak suka melihat Donghae oppa yang terlihat lembek dan lemah!
"Ck, aku tidak suka jika kau mulai terlihat lemah seperti ini oppa. Kau harus kuat, jika kau lemah seperti ini, bagaimana dengan aku? Kau adalah sumber kekuatanku dan Yoojin, jadi berusahalah kuat untuk kami."
"Aku akan selalu kuat untuk kalian sayang, aku janji. Oya, hari ini Hyukjae akan datang untuk memberikan surat-surat warisan milik eomma, katanya meskipun aku bukan anak yang berbakti, tapi eomma tetap memberikan seluruh warisannya padaku. Jadi sebagai isteriku, untuk sementara tolong kau simpan dan kau terima surat-surat tanah milik eomma. Nanti setelah masalah ini selesai, aku akan mencoba mengurusnya bersama Hyukjae."
Aku mengangguk mengerti sambil mengingat-ingat kembali wajah Hyukjae yang merupakan sepupu Donghae oppa. Sebenarnya kami baru bertemu sekali, saat Donghae oppa pertama kali dibawa oleh polisi empat bulan yang lalu, jadi aku sedikit tidak ingat bagaimana wajah sepupu Donghae oppa itu. Lagipula saat itu pikiranku hanya tertuju pada Donghae oppa, jadi aku tidak terlalu memperhatikan orang-orang disekitarku yang ikut datang ketika Donghae oppa ditangkap polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Oppa, kapan kau akan melakukan sidang pembelaan lagi? Apa pengacara Shin masih belum memiliki bukti kuat untuk membelamu?"
"Sampai sejauh ini pengacara Shin masih mengusahakannya, tapi ia sepertinya masih terkendala dengan barang bukti yang bisa digunakan untuk membelaku, sayangnya hingga sejauh ini tidak ada bukti apapun yang bisa menolongku."
Aku melihat adanya kefrustasian dalam wajah Donghae oppa. Bahkan aku sendiri yang tidak dijebloskan ke dalam penjara ikut merasa frustasi dan juga stress dengan semua masalah yang menimpa kami. Belum lagi masalah haters yang kerap kali menerorku dan membicarakanku dengan terang-terangan ketika aku sedang berbelanja. Itu semua jika aku mau memikirkannya pasti akan membuatku semakin gila dan ingin tenggelam ke dasar bumi. Tapi sekali lagi tidak! Aku bukan wanita pengecut yang akan lari begitu saja dari masalahku. Justru sekarang aku sedang berusaha untuk membersihkan namaku dan juga nama Donghae oppa agar kami bisa kembali berkarya lagi seperti dulu. Namun aku tidak pernah mengatakan pada Donghae oppa jika diam-diam aku telah menghubungi semua kenalan Jessica dan orang-orang terdekatnya untuk mencari barang bukti yang bisa kugunakan untuk membebaskannya. Karena dulu pengacara Shin pernah mengatakan, jika aku bisa menemukan salah satu saja teman Jessica yang bisa digunakan sebagai saksi, maka Donghae oppa bisa langsung terbebas dari tuduhan palsu itu. Tapi sayangnya sebagian teman-teman Jessica memusuhiku dan menolakku. Beberapa kali aku mendatangi rumah mereka atau menelepon mereka, mereka justru menyalahkanku dan dengan terang-terangan tertawa di atas penderitaanku karena menurut mereka ini adalah karma untukku.
"Sayang, aku sudah selesai. Terimakasih atas makanannya, aku sangat menyukainya. Emm... satu minggu lagi adalah hari natal, mungkin kau bisa datang bersama Yoojin dan juga Hyukjae, jika ia masih di sini. Sesekali aku ingin merayakan natal bersama keluargaku."
Aku mengusap wajahnya lembut dan mengangguk mengiyakan padanya. Donghae oppa pasti merasa sedih karena selama ini ia hampir selalu menghabiskan malam natal bersama para fansnya. Justru kami jarang sekali menghabiskan malam natal bersama, karena ia selalu mendapatkan kado pesta natal yang sangat meriah dari fans-fans setianya yang sangat loyal itu.
"Jaga diri oppa baik-baik, besok aku akan datang lagi."
"Tidak usah Yoong, aku tidak ingin kau terlalu lelah. Kau harus selalu sehat untuk Yoojin, jadi jangan buat dirimu sakit atau lelah karena aku. Lagipula makanan di sini juga enak, tidak kalah dengan masakanmu."
Aku tahu jika Donghae oppa berbohong. Mana mungkin ia akan sekurus itu jika makanan di sini sangat enak. Bahkan aku sendiri merasa mual saat melihat menu makanan di penjara ini karena tampilannya yang terlihat tidak meyakinkan.
"Aku akan baik-baik saja oppa. Lagipula Tiffany tidak keberatan untuk menjaga Yoojin selama aku mengantarkan makanan untuk oppa. Kalau begitu sampai jumpa."
Sebelum aku pulang, kami menyempatkan diri untuk berpelukan satu sama lain dan ia juga mencium keningku lama dengan penuh perasaan hingga rasanya aku ingin menangis. Namun sebelum air mataku benar-benar tumpah, aku segera mengakhiri kontak fisik diantara kami dan dengan secepat kilat menghilang dari hadapannya. Aku tidak mau Donghae oppa semakin stress jika melihatku menangis di depannya. Tapi tentu saja sebagai seorang wanita, aku tetap saja cengeng. Bahkan hampir setiap hari saat tengah malam aku menangisinya sambil memohon pada Tuhan agar cobaan ini segera berakhir, karena aku sungguh tidak tega melihat Donghae oppa dalam keadaan seperti itu.
-00-
Srak srak
Aku menyelinap perlahan-lahan diantara semak belukar yang menutupi halaman depan rumah Donghae oppa dan Jessica. Pagi ini saat aku membuka mata, entah kenapa aku ingin datang ke rumah ini dan mencari bukti-bukti untuk membebaskan Donghae oppa. Walaupun aku tidak yakin akan benar-benar menemukannya, tapi setidaknya aku sudah berusaha. Sayangnya untuk masuk ke dalam rumah ini tidaklah mudah. Polisi telah memasang garis kuning disekitar rumah ini dan juga menggembok pagarnya. Tapi untung saja aku mempunyai kunci cadangan rumah ini, karena ternyata Donghae oppa menyimpan kunci cadangannya di dalam laci di apartemenku, jadi sekarang aku bisa masuk ke dalam rumah ini dengan mudah.
Krieet
Aku membuka pintu utama rumah ini lebar-lebar sambil sesekali terbatuk kecil karena butiran debu yang menyeruak masuk ke dalam paru-paruku. Dulu aku sangat ingin tinggal di sini dan menjadi ratu yang menguasai rumah ini. Tapi sekarang, melihatnya saja aku tidak mau. Rumah ini benar-benar terlihat seperti rumah angker yang sering kutonton di televisi. Bagian dalam rumah ini juga terlihat lebih gelap dan mencekam. Apalagi empat bulan yang lalu Jessica baru saja melakukan bunuh diri di sini. Memikirkan hal itu sukses membuat bulu kudukku berdiri. Oh Tuhan, ini benar-benar sangat menyeramkan. Namun dengan penuh tekad aku segera berjalan ke dalam untuk mencari bukti-bukti terkait kematian Jessica yang terlalu mendadak. Dengan sedikit meraba-raba tembok, aku mulai berjalan menuju lantai atas, tempat dimana kamar Donghae oppa dan Jessica berada.
"Huh, kenapa rumah ini sangat besar?"
Aku mendesah kesal sambil menatap jengkel foto pernikahan Donghae oppa dan Jessica yang terpajang begitu elegan di sepanjang dinding-dinding tangga. Dari ujung terbawah hingga ujung teratas aku bisa melihat setiap momen yang memang sengaja diabadikan selama prosesi pernikahan Donghae oppa. Mulai dari saat Jessica sedang dirias oleh salah satu makeup artis ternama, hingga mereka berdua melakukan janji suci di altar. Melihat hal itu, tiba-tiba hatiku terasa sakit dan seperti ada tangan-tangan tak kasat mata yang mencubitnya. Jujur, aku merasa sakit melihat ini semua. Aku bahkan tidak memiliki satupun foto pernikahan yang bisa kupajang di ruang tamu apartemenku, karena kami saat itu tidak melakukan foto pernikahan. Saat itu kami hanya mengucapkan janji suci di gereja dengan ditemani beberapa rekan-rekanku yang sudah mengetahui hubungan kami. Lalu setelah itu kami langsung pulang ke apartemen dan pergi bekerja seperti tidak pernah terjadi apapun diantara kami. Jika nanti masalah kami sudah selesai, aku akan meminta petugas rekor memasukan pernikahanku dan Donghae oppa sebagai pernikahan tersederhana sepanjang masa.
Brakk
Aku mendorong keras pintu kamar Donghae oppa dan seketika aku mendengar suara debuman keras yang berasal dari dalam kamar mereka. Sebuah balok kayu yang digunakan untuk menahan pintu kamar ini agar tidak terbuka sepertinya ikut terjatuh saat aku mendorong pintu ini dengan kuat. Mungkin polisi memang sengaja meletakan balok kayu ini agar tidak ada seorangpun yang masuk ke dalam TKP.
Dengan jantung berpacu dan keringat dingin yang menguncur deras dari keningku, aku segera membuka pintu itu untuk mencari bukti-bukti yang bisa menyelamatkan Donghae. Dan kali ini aku sangat berharap pada Tuhan jika aku bisa menemukannya.
"Hohhh..."
Aku tersentak terkejut sambil menatap ngeri keadaan kamar Donghae oppa dan Jessica yang hampir semua lantainya dipenuhi oleh kaca-kaca pecah yang berserakan kesana kemari. Pantas saja Jessica bisa melakukan bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya dengan pecahan kaca, keadaan kamarnya saja sangat kacau seperti ini.
Dengan mengabaikan rasa takutku, aku mulai menyusuri kamar yang luas itu dari sudut ke sudut. Lalu aku mulai membuka laci-laci kayu itu satu persatu, berharap jika aku bisa menemukan sesuatu yang berharga dari sana. Tapi sayangnya sudah lebih dari tiga puluh menit aku mengelilingi kamar ini, aku tidak menemukan satupun barang yang terlihat berguna untuk membebaskan Donghae oppa. Justru aku banyak menemukan barang-barang Jessica yang berhasil membuatku teriris karena mau tak mau aku harus mengingat bagaimana kebersamaan mereka dulu saat menjalankan peran sebagai seorang suami dan isteri. Aku lalu memutuskan untuk duduk di atas ranjang milik mereka yang kini terlihat sudah sangat kotor dan berdebu. Tapi sayangnya di kamar ini hanya ranjang inilah yang terlihat paling meyakinkan untuk kujadikan alas duduk. Dan dengan setengah hati aku mulai duduk di atas ranjang itu sambil menyingkap selimut tebal yang masih terhampar di atas ranjang. Tapi aku tidak bermaksud untuk melakukan apapun, aku hanya ingin menyingkirkan selimut berdebu itu dari atas ranjang agar aku bisa duduk di bagian yang setidaknya lebih bersih daripada selimut yang berdebu itu.
Brakk
Aku tibat-tiba dikejutkan dengan suara benda jatuh ketika aku sedang melemparkan selimut itu ke sisi kiri. Akupun segera mencari asal suara itu sambil berjalan berhati-hati ke sisi kiri ranjang karena di sana terdapat lebih banyak pecahan kaca yang berceceran.
"Ponsel?"
Aku bergumam tak yakin sambil memungut benda putih berlayar hitam yang terlihat seperti sudah rusak itu. Tapi aku kemudian berpikir jika mungkin saja aku bisa menemukan sesuatu melalui ponsel putih yang kuasumsikan adalah ponsel milik Jessica. Dan akhirnya aku memutuskan untuk membawa ponsel itu pulang untuk segera kuperiksa, mungkin saja Jessica sebelum bunuh diri sempat menghubungi salah satu teman dekatnya. Dan jika dugaanku benar, maka aku bisa meminta tolong orang itu untuk menjadi saksi dalam persidangan Donghae oppa yang akan dilakukan akhir bulan ini.
-00-
"Yoona.."
Aku mendongakan kepalaku bingung sambil menyipitkan mataku tak yakin ketika aku melihat seorang pria asing sedang berdiri di depan pintu apartemenku sambil tersenyum lebar kearahku.
"Ya, apa aku mengenalmu?"
Dengan wajah penuh senyuman, pria itu menghampiriku yang sedang menggendong Yoojin dan langsung memelukku dengan erat layaknya seorang teman lama yang tidak pernah bertemu. Lalu ia mencubit pipi Yoojin gemas sambil menatap putraku dengan tatapan ramah yang bersahabat. Sebenarnya siapa pria ini? Dia aneh.
"Kau siapa?" Tanyaku kaku. Semenjak kami terkena masalah, aku mengalami sedikit paranoid dengan orang-orang asing yang baru kukenal karena beberapa kali aku hampir celaka ketika membiarkan orang asing melakukan interaksi denganku.
"Kau lupa padaku? Ck, yang benar saja Lee Yoona ssi. Aku Lee Hyukjae, sepupu dari suamimu yang datang empat bulan lalu ketika suamimu di bawa ke kantor polisi, apa kau ingat?" Decaknya dengan wajah gusar. Aku meringis kecil dan meminta maaf di depannya dengan wajah bersalah karena aku memang tidak ingat bagaimana rupa wajahnya. Kala itu pikiranku terlalu kalut hanya untuk memikirkan orang-orang yang berada di sekitarku untuk memberikan dukungan padaku dan Donghae oppa.
"Maaf, tapi Donghae oppa sudah mengatakan padaku jika kau akan datang. Nah, masuklah Hyukjae ssi."
Aku membuka pintu apartemenku lebar-lebar dan menyuruh Lee Hyukjae untuk masuk. Namun hingga beberapa detik lamanya, pria aneh itu tak kunjung masuk ke dalam apartemen dan justru terus menatapku dengan tatapan anehnya yang berhasil membuatku gusar.
"Kau tidak ingin masuk? Aku harus segera membuatkan Yoojin susu dan menemaninya tidur siang."
"Apakah tidak apa-apa aku masuk ke dalam, bagaimana jika orang lain melihat dan berpikiran macam-macam tentang kita?"
Aku memutar bola mataku kesal dan langsung menarik tangannya agar segera masuk ke dalam apartemenku. Pria ini benar-benar seperti wanita!
"Memangnya siapa yang akan memikirkan kita, bahkan mereka saja muak denganku." Ucapku apa adanya. Dari kejauhan aku bisa melihat tatapan prihatin Lee Hyukjae yang diarahkan padaku, namun aku memilih untuk mengabaikannya karena aku tidak suka melihat orang lain terlihat sedih hanya untuk mengasihaniku.
"Jangan seperti itu, kau tetap masih memiliki orang-orang yang mendukungmu, meskipun itu hanya satu orang sekalipun."
Yah.. aku cukup menghargai ucapannya yang terdengar bijak itu. Tapi jika memang di luar sana masih ada orang-orang yang mendukungku, kupikir mereka juga tidak bisa berbuat banyak untuk masalah yang sedang kualami ini.
"Kau ingin minum sesuatu Hyukjae ssi?"
Aku berteriak dari arah dapur sambil menggendong Yoojin yang sedang minum dari botol susunya. Sejak berada di rumah Tiffany, putraku terus saja rewel karena ia menginginkan susu, sedangkan aku tidak membawakannya susu karena kupikir aku tidak akan lama meninggalkannya di apartemen Tiffany.
"Apa saja, asalkan itu bukan racun." Ucapnya dengan kekehan garing yang sama sekali tidak lucu.
"Baiklah, aku akan membuatkanmu secangkir teh. Yoojin-ah, kau tunggu di sini dulu bersama Hyukjae samchon ya."
Aku menurunkan Yoojin dan menyuruh pria kecilku untuk duduk di sebelah Hyukjae. Setelah itu aku segera berjalan ke dapur untuk membuatkan secangkir teh dan mengambilkan beberapa makanan kecil untuk sepupu Donghae oppa itu. Dan selama aku berada di dapur, samar-samar aku bisa mendengar suara tawa Lee Hyukjae dan juga Yoojin yang terdengar begitu lepas dan keras. Ini adalah tawa renyah Yoojin pertama setelah Donghae oppa mendekam di dalam penjara. Beberapa kali Yoojin memang menanyakan dimana keberadaan Donghae, tapi untung saja ia langsung mengerti ketika kujelaskan jika untuk sementara ia tidak bisa bermain bersama appanya itu.
"Silahkan diminum Hyukjae ssi."
Aku meletakan secangkir teh di depannya dan juga sedikit cemilan yang kupunya.
"Bagaimana dengan Donghae, apa masih belum ada bukti untuk membebaskannya?"
Aku menggelengkan kepalaku lesu sambil menjatuhkan tubuhku di atas kursi di depannya.
"Sejauh ini aku masih berusaha untuk mengumpulkan barang bukti yang bisa kugunakan untuk membebaskan Donghae oppa. Oya, natal tahun ini Donghae oppa memintamu untuk datang dan merayakannya bersama kami di kantor polisi."
"Huh tumben, terdengar seperti bukan Lee Donghae. Bukankah biasanya ia selalu menghabiskan natal bersama dengan fans-fansnya?" Cibir Hyukjae tepat sasaran.
"Hmm, kau pasti tahu kan bagaimana kejamnya dunia entertain? Disaat kau melambung, maka banyak orang yang mengelu-elukan namamu. Tapi disaat kau terpuruk, maka kau akan semakin terperosok ke dalam kubangan penderitaan karena mereka semua akan berpaling darimu. Yah.. seperti itulah kehidupan kami sekarang."
Hyukjae sekarang terlihat merasa bersalah sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dan aku justru merasa biasa saja karena hal itu benar adanya.
"Eomma.... habis."
Aku mengambil botol susu milik Yoojin sambil mengulurkan tanganku untuk menggandeng tangannya dan mengajaknya tidur siang.
"Kau mau kemana jagoan? Tidur siang bukan gaya seorang pria sejati."
"Lee Hyukjae ssi!"
Aku memberikannya peringatan keras agar ia tidak mempengaruhi Yoojin untuk tidak tidur siang. Lagipula jika Yoojin tidur, aku bisa melakukan banyak hal untuk membebaskan Donghae oppa dari penjara.
"Aku mengantuk samchon?"
"Tidur siang bisa membuatmu menjadi lebih kuat seperti iron man, jadi jangan dengarkan samchonmu."
"Baiklah baiklah, kau memang harus tidur siang jagoan. Berikan samchonmu yang tampan ini ciuman tidur siang." Ucap Lee Hyukjae sambil membungkukan tubuhnya di depan tubuh kecil Yoojin. Yoojinpun dengan senang hati memberikan Lee Hyukjae ciuman di pipi dan setelah itu ia melambaikan tangan pada pamannya sambil menguap lebar.
"Hyukjae ssi, kau tunggulah sebentar, aku tidak akan lama."
"Panggil saja aku Eunhyu oppa, kita saudara bukan?"
Aku tersenyum lebar padanya sambil mengangkat jari jempolku tanda setuju. Lalu aku kembali mendekap tubuh kecil Yoojin yang saat ini sedang menyandar denga nyaman di atas dadaku. Ughh... pria kecilku sepertinya benar-benar sudah mengantuk.
-00-
"Jagoan kecilmu sudah tidur?"
Aku menutup pintu kamar Yoojin pelan dan segera menghampiri Eunhyuk oppa yang sudah siap dengan berbagai map di atas meja. Kukira warisan yang dimaksudkan oleh Donghae oppa tidak akan sebanyak ini, tapi sepertinya aku salah. Selama ini aku hanya mengenal Donghae oppa sebagai aktor tampan yang kerap membintangi berbagai macam drama, tapi aku tidak terlalu mengenal baik keluarganya. Bahkan aku hanya pernah bertemu dengan ibu Donghae oppa sekali, namun saat itu tanggapan ibu Donghae oppa tidak terlalu baik, jadi kami tidak pernah lagi bertemu hingga akhirnya Donghae oppa menikah dengan Jessica dan ibu Donghae oppa meninggal.
"Berapa banyak warisan yang ditinggalkan ibu Donghae oppa? Kenapa banyak sekali map di atas meja?"
Aku melihat map itu satu persatu dan menemukan beberapa sertifikat tanah dan juga sertifikat toko milik keluarga Donghae oppa.
"Sebenarnya tanpa menjadi seorang aktorpun, kehidupan sepupuku itu sangat makmur. Keluarganya sejak dulu adalah keluarga yang terpandang di Mokpo karena mereka memiliki berhektar-hektar ladang dan juga perkebunan jeruk. Dan mereka juga memiliki toko beras terbesar di mokpo. Jadi semua ini adalah surat-surat tanah yang akan menjadi milik Lee Donghae."
Aku menganga tak percaya sambil membaca surat-surat itu satu persatu dengan dahi berkerut. Ternyata Donghae oppa adalah orang yang sangat kaya, pantas saja jika ibu Donghae oppa tidak ingin menikahkan putra semata wayangnya dengan wanita sembarangan karena ibu Donghae oppa pasti telah memiliki spesifikasi wanitanya sendiri yang cukup tinggi. Dan sejauh yang kutahu, Jessica adalah anak dari walikota Mokpo, jadi pantas saja jika ibu Donghae oppa lebih menyukai Jessica daripada aku yang merupakan anak dari seorang karyawan biasa.
"Lee Yoona, hey! Kau melamun."
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan meletakan map itu kembali ke atas meja.
"Maaf, aku sedang memikirkan banyak hal." Ucapku apa adanya. Eunhyuk oppa mengangguk maklum, lalu ia mulai menjajarkan surat-surat itu di atas meja, bersiap untuk menjelaskan padaku.
"Jadi karena beberapa hari yang lalu aku bertemu Donghae dan ia memintaku untuk memberikan surat-surat warisan ini padamu selama ia berada di dalam penjara, maka aku akan menyerahkan semua surat ini padamu."
"Berapa jumlah sertifikat yang akan kau serahkan?"
"Sekitar sepuluh sertifikat. Dan tujuh dari sepuluh sertifikat ini adalah seritifikat tanah perkebunan, lalu sisanya adalah sertifikat rumah dan toko."
Aku mengangguk-angguk mengerti dan mulai menata serifikat-sertifikat itu menjadi satu. Lalu tanpa sengaja ekor mataku menatap ponsel milik Jessica yang saat ini sedang ku charge di atas meja. Aku pun memutuskan untuk mengambil ponsel itu dan mencoba untuk melihat-lihat isinya untuk menemukan petunjuk mengenai kematian Jessica.
"Ponsel yang bagus."
"Ini bukan milikku, ini milik Jessica. Aku ingin mencari petunjuk tentang kematian Jessica melalui ponsel ini, siapa tahu sebelum memutuskan untuk bunuh diri ia sempat menghubungi salah satu teman dekatnya dan mengatakan sesuatu."
"Apa kau membutuhkan bantuan? Aku rasa sepupuku mulai merasa stress berada di dalam penjara. Saat aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu wajahnya tampak pucat dan juga tirus."
Aku mengangguk setuju dengan Eunhyuk oppa, karena memang Donghae oppa selama di penjara terlihat semakin kurus. Tapi aku sendiri tidak heran karena Donghae oppa pasti sedang memikirkan banyak hal pelik di dalam kepalanya. Belum lagi masalah karir kami yang entah bagaimana nasibnya, aku tidak tahu.
"Ia sangat tertekan. Sebenarnya aku ingin mengumpulkan fans-fans setianya untuk merayakan natal bersama, tapi aku masih tidak yakin apakah mereka bersedia atau tidak."
"Aku akan membantumu. Aku sudah menyewa apartemen di sebelahmu, jadi jika kau membutuhkan bantuanku, kau bisa memanggilku."
Aku melebarkan mataku tak percaya dengan pernyataannya yang mengejutkanku itu. Sejak kapan ia melakukannya? Oh Tuhan, Donghae oppa benar-benar memiliki seorang sepupu yang tak terduga.
"Ow, kau sungguh membuatku terkejut. Tapi baiklah, aku pasti akan selalu mengetuk pintu apartemenmu setiap aku membutuhkan sesuatu."
Aku lalu kembali berkutat dengan ponsel milik Jessica yang kini sudah menyala sepenuhnya. Hal pertama ketika aku membuka ponselnya, aku bisa melihat wallpaper ponsel Jessica yang berisi foto Jessica dan Donghae oppa ketika menikah. Di dalam foto itu aku bisa melihat Jessica tersenyum lebar dengan wajah penuh cinta yang mengarah pada Donghae oppa. Ia pasti sangat mencintai Donghae oppa hingga ia sehancur itu dan memutuskan untuk bunuh diri ketika mengetahui fakta yang sesungguhnya jika Donghae oppa sama sekali tidak mencintainya.
"Apa yang kau lihat?"
Aku menunjukan ponsel milik Jessica padanya dan kami mulai menjelajahi isi ponsel itu bersama-sama.
"Menurutmu bagaimana dengan Jessica?"
Eunhyuk oppa memberikan pertanyaan padaku setelah ia melihat isi ponsel Jessica yang hampir semua isinya mengenai dirinya dan juga Donghae oppa.
"Kau bertanya padaku bagaimana Jessica? Tentu saja menurutku Jessica adalah wanita kasar yang menyebalkan. Ia sering menjadikanku sasaran empuk para haters dengan menulis status-status sindiran yang sangat menyebalkan. Tapi terlepas dari itu semua, setelah aku melihat isi dari ponselnya, aku merasa jika Jessica sangat mencintai Donghae oppa."
Jujur saja saat melihat semua galeri milik Jessica yang berisi foto dirinya dengan Donghae oppa, aku merasa cemburu. Lagipula isteri mana yang tidak cemburu jika suaminya sedang bersama wanita lain. Dulu bahkan aku sering merasa takut dengan pikiranku sendiri karena aku selalu merasa jika Donghae oppa akan jatuh ke dalam pelukan Jessica. Tapi akhirnya aku merasa lega karena ternyata Donghae oppa masih memilihku dan Yoojin.
"Kau tidak cemburu padanya?"
Ya Tuhan, pria ini! Apakah aku perlu mengeluarkan seluruh isi hatiku padanya?
"Hmm, kau sepertinya sudah tahu jawabannya oppa tanpa perlu menanyakannya padaku."
Aku lalu mulai membuka kotak pesan milik Jessica dan melihat satu persatu pesan terakhirnya sebelum ia bunuh diri.
"Oppa lihatlah, Jessica mengirimkan satu pesan untuk Minji, asistennya!"
Aku langsung memekik heboh ketika aku mulai mendapatkan pencerahan tentang asistennya yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehku.
"Ya Tuhan bagaimana bisa aku melupakan asistennya yang selalu mengekori Jessica kemana-mana, ia pasti mengetahui semua rahasia Jessica."
"Lihat, panggilan terakhir Jessica juga pada asistennya. Mungkin kita bisa menemui mantan asisten Jessica untuk mencari bukti-bukti mengenai kematian Jessica dan untuk membebaskan Donghae dari penjara."
"Tapi sudah lama asisten Jessica menghilang."
Aku mendesah frustasi dengan sebuah fakta yang baru kusadari jika selama ini aku tidak pernah bertemu dengan asisten Jessica yang bernama Jung Minji itu. Padahal dulu aku sering bertemu dengannya di kantor agensi karena kebetulan aku, Donghae oppa dan Jessica berasal dan agensi yang sama.
"Asiten yang bernama Jung Minji itu benar-benar menghilang? Coba kau hubungi ponselnya dengan ponsel Jessica."
Aku menekan tombol hijau pada ponsel putih itu dengan perasaan cemas karena aku takut jika Minji tidak mau menjawab panggilanku.
"Halo?"
Oh My God!! Its real? Rasanya saat ini aku ingin menjerit-jerit girang karena Minji menjawab panggilanku. Semoga saja ini adalah pertanda yang baik.
"Halo? Aku akan menutup teleponnya jika..."
"Tttunggu! Halo, Jung Minji?"
Aku segera berseru cepat ketika ia hampir saja menutup teleponnya. Namun untuk beberapa saat ia tidak menjawab pertanyaanku. Dan sekarang aku merasa jantungku sedang berdetak cepat dengan bulir-bulir keringat dingin yang mulai mengalir turun dari pelipisku.
"Im Yoona ssi?"
Minji berseru sinis padaku disertai dengan decakan lidah diakhir kalimatnya.
"Ya, ini aku." Jawabku pelan dan sedikit tidak yakin. Di sebelahku Eunhyuk oppa terus mendekatkan telinganya untuk mencuri dengar pembicaraan kami.
"Untuk apa kau menggunakan ponsel milik Jessica untuk menghubungiku? Apa kau belum puas telah membuat Jessica bunuh diri karena kau merebut suaminya? Dan sekarang sepertinya kau telah berubah menjadi seorang pencuri."
Dia benar-benar wanita yang sangat menyebalkan, sama seperti Jessica! Tapi sayangnya saat ini aku membutuhkannya untuk membebaskan Donghae oppa. Jadi meskipun aku harus bersujud di kakinya dan mendapatkan penghinaan darinya, aku tidak peduli!
"Terserah apa yang ingin kau katakan tentangku, tapi yang jelas aku membutuhkanmu. Aku membutuhkanmu untuk menjadi saksi di persidangan Donghae oppa akhir bulan ini."
"Kau? Benarkah kau menginginkanku untuk menjadi saksi di persidangan Lee Donghae? Huh, benar-benar tak tahu malu! Apa kau ini jenis wanita murahan yang bermuka tebal dan juga jalang? Setelah kau membuat Jessica bunuh diri, sekarang kau ingin memintaku untuk menghadiri persidangan suamimu? Cuih, jangan harap aku mau melakukannya untukmu jalang!"
Aku hanya menghela nafas panjang sambil menatap Hyukjae frustasi karena satu-satunya orang yang bisa menolong Donghae oppa jelas tidak mau melakukannya untukku. Bahkan sebenarnya jika ia mau melakukannya, aku justru akan merasa aneh. Huh, aku ini memang bodoh! Meminta sesuatu pada orang yang jelas-jelas tidak akan melakukannya untukku.
"Aku tahu, tapi kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi Minji ssi. Aku dan Donghae oppa sudah menikah sebelum Donghae oppa menikahi Jessica karena kami saling mencintai."
"Omong kosong! Jika kalian memang saling mencintai, mengapa Lee Donghae bisa menikahi Jessica? Jika bukan kau yang menggoda Lee Donghae hingga menghasilkan anak haram, Jessica tidak akan mungkin bunuh diri dan mati! Kau merusak semua rencana Jessica untuk memiliki anak dan keluarga yang sempurna. Kau jalang Im Yoona!"
Enhyuk oppa terlihat sudah panas dengan segala makian Minji padaku. Hampir saja ia akan merebut ponsel milik Jessica dari tangaku, tapi aku segera mendorongnya untuk duduk tenang di atas sofa di belakangnya.
"Apa kau pikir aku mau membagi suamiku dengan wanita lain? Andai kau merasakan bagaimana berada di posisiku saat ini, kau pasti akan tahu bagaimana sakitnya diriku ketika melihat suamiku sendiri harus bersanding dengan wanita lain dan mendapatkan banyak pujian karena mereka terlihat serasi bersama. Asal kau tahu Minji ssi, aku dan Donghae oppa terpaksa melakukan hal ini karena ibu Donghae oppa sangat menginginkan Jessica untuk menjadi menantunya, selain itu ibu Donghae juga memiliki penyakit jantung yang sangat berbahaya jika kambuh, sehingga Donghae oppa tidak bisa berbuat apapun selain menerima permintaan ibunya untuk menikahi Jessica."
Aku berusaha membela diriku sendiri agar setidaknya Minji tahu mengapa aku dan Donghae oppa terpaksa menyembunyikan hubungan kami. Tapi harapanku menjadi benar-benar pupus ketika Minji justru tidak membalas ucapanku dan jugamematikan ponselnya secara sepihak.
"Ada apa? Dia mematikan teleponnya?"
Aku mengangguk lesu sambil melemparkan ponsel milik Jessica ke atas karpet. Sia-sia saja aku mengemis padanya dan merendahkan diriku sendiri agar ia bersedia menjadi saksi di persidangan Donghae oppa, ternyata ia bukan wanita yang mudah untuk dibujuk.
"Yoona, aku tidak tahu jika kehidupanmu benar-benar sangat berat. Maaf karena aku tidak bisa membantu banyak untukmu."
"Tidak apa-apa oppa, setidaknya hari ini kita sudah berusaha." Ucapku getir sambil menelungkupkan kepalaku di atas lutut. Ini adalah usaha terakhirku, mungkin aku memang lebih baik menunggu masa hukuman Donghae oppa selesai sebelum kami bisa bersatu menjadi keluarga utuh yang bahagia. Sekarang yang harus kulakukan adalah memberikan kado natal terbaik untuk Donghae oppa agar Donghae oppa setidaknya memiliki kekuatannya kembali untuk lebih bersemangat dalam menjalani saat-saat tersulitnya. Ya, aku akan mengumpulkan semua fans-fans setianya untuk merayakan natal bersama di kantor polisi. Meskipun nanti aku akan mendapat banyak hinaan, aku tak peduli! Asalkan aku bisa membuat Donghae oppa bahagia, apapun akan kulakukan.
-00-
Malam ini adalah malam yang sudah kami tunggu-tunggu. Ya, malam ini adalah malam natal. Sejak jauh-jauh hari aku sudah menyiapkan malam spesial ini untuk menyemangati Donghae oppa yang masih berkutat dengan masa hukumannya di penjara. Tapi kurasa hari ini Donghae oppa akan sangat senang karena aku berhasil mengumpulkan lima puluh delapan fansnya yang dengan penuh sukacita bersedia berpartisipasi untuk merayakan pesta natal bersama Donghae oppa di penjara. Sejak pagi, aku sudah sibuk kesana kemari untuk memesan makanan dan juga minuman kesukaan Donghae oppa agar pesta nanti berjalan sesuai harapan. Selain itu aku juga sudah menyiapkan sebuah projek untuk Donghae oppa yang nanti akan dilakukan oleh seluruh fansnya. Pokoknya hari ini aku ingin Donghae oppa bahagia dan percaya jika ia tidak sendiri. Masih banyak orang-orang yang mencintainya dan juga mendukungnya, terutama aku dan Yoojin.
"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?"
Aku bertanya pada Eunhyuk oppa yang merupakan koordinator acara pada malam hari ini. Wow, hari ini ia terlihat cukup aneh dengan dasi kupu-kupu di lehernya dan juga walkie talkie yang bertengger di telinganya.
"Kau tenang saja Yoong, semuanya aman terkendali."
"Oppa... ada apa dengan gayamu hari ini? Dasi kupu-kupu, walkie talkie, dan kemeja berwarna pink? Oh ayolah oppa, kau terlihat sangat aneh dengan itu semua."
"Benarkah? Tapi aku merasa sangat baik-baik saja dengan ini." Jawabnya dengan wajah polos yang membuatku semakin gemas dengannya. Akhirnya aku memutuskan untuk segera menemui Donghae oppa yang saat ini sedang bersama Yoojin di dalam ruang tunggu kantor polisi. Melihat Eunhyuk oppa lama-lama, justru membuatku semakin mual dengan gayanya yang aneh malam ini.
"Yoong! Aku akan siap di sini hingga kau memberiku aba-aba." Teriak Eunhyuk oppa yang benar-benar berisik di belakangku. Ckk, bagaimana bisa Donghae oppa memiliki sepupu aneh seperti itu. Bahkan selama seminggu ini aku dibuat terkejut dengan sikap tak terduga Eunhyuk oppa selama ia menjadi tetangga apartemenku. Tapi lebih dari itu, aku sangat senang ia ada di sini, karena ia selalu bisa menghiburku ketika aku sedang terpuruk dan frustasi.
"Yoona, darimana saja kau? Aku mencarimu di toilet, tapi kau tidak ada di sana? Dan Hyukjae, ia sejak tadi belum datang."
Begitu aku masuk ke dalam ruang tunggu, Donghae oppa langsung menyerbuku dengan berbagai macam pertanyaan yang membuatku menjadi sedikit gugup karena selama ini aku tidak pernah berbohong pada Donghae oppa.
"Eee.. aku tadi sedang mengambil sesuatu dari mobil. Dan soal Eunhyuk oppa, ia sedang memiliki urusan sebentar dengan temannya, jadi ia akan terlambat datang ke sini."
Donghae tampak percaya begitu saja dengan bualanku dan setelah itu ia kembali bermain bersama Yoojin yang terlihat begitu menempel dengan ayahnya semenjak kami menginjakan kaki di sini dua puluh menit yang lalu.
"Oppa, bagaimana jika kita pergi ke luar sambil memakan masakanku. Aku sudah menyiapkannya di mobil dan aku juga sudah meminta ijin pada petugas untuk sekedar makan malam di halaman parkir."
"Kau menyiapkan dinner untukku?"
Oh God! Jangan sampai Donghae oppa mengetahui rencanaku. Ini seharusnya akan jadi kejutan untuknya! Ahh.. kenapa dia terlalu pintar membaca situasi.
"Tidak, kau terlalu percaya diri sekali oppa. Lagipula aku tidak mau melakukan dinner di halaman parkir kantor polisi, sangat tidak romantis!" Ucapku sedikit sengit di depannya.
"Benarkah? Tapi Yoojin tadi mengatakan kue dan balon."
Apa? Aku lupa mengajari Yoojin untuk berbohong! Ya Tuhan, Yoojin!!! Kau membuat rencana eommamu hampir gagal nak.
"Eomma, Yoojin mau kue coklat. Yoojin suka coklat."
"Hmm, kau pasti sudah memasakan makanan spesial untukku? Ayolah mengaku saja, kau tidak pandai berbohong Yoong. Wajahmu saat berbohong akan berubah menjadi hijau seperti penyihir."
Apa? Penyihir! Dasar Donghae oppa menyebalkan.
"Baiklah-baiklah, aku memang membuat kue coklat di depan. Jadi ayo kita keluar dan makan semua hasil jerih payahku hari ini. Huh, Yoojin merusak semua kejutanku." Gerutuku sebal. Namun bocah kecil itu nyatanya tidak menyadari kesalahannya yang telah berhasil membuat sebagian rencanaku berantakan, ia justru sedang asik tertawa-tawa bersama ayahnya dengan menyebalkan. Seakan-akan ia sedang mengejek kebodohanku saat ini.
"Ayo eomma, kita makan kue! Hey.. senyumlah sedikit, kau membuat polisi-polisi itu semakin takut dengan wajahmu." Goda Donghae oppa menyebalkan sambil mencolek daguku. Aku menyingkirkan tangannya dari daguku dan segera berjalan cepat meninggalkannya yang sedang asik bersekongkol dengan Yoojin untuk menggodaku.
"Appa, eomma galak. Seperti monster."
"Eomma memang galak, tapi justru hal itulah yang membuat appa semakin mencintai eommamu."
Baiklah, Donghae oppa memang seorang aktor yang hebat. Ia berhasil membuat wajahku berubah warna karena skrip dramanya yang sialnya sangat manis itu.
"Apa kau masih marah padaku?"
"Apa kau sedang berlatih untuk dramamu tuan Lee?" Cibirku sinis padanya, namun hal itu tidak bisa membohongi reaksi wajahku yang menunjukan hal sebaliknya. Dan kamipun akhirnya berjalan beriringan menuju halaman parkir, dengan tangan Donghae yang secara paksa menggandeng tanganku erat.
"Jangan terlalu jauh nyonya Lee, polisi-polisi itu sedang menatapmu." Peringatnya dingin dengan wajah mengeras. Aw... suamiku yang tampan ini memang selalu terlihat menggemaskan saat cemburu, aku menyukainya.
-00-
"SURPRISE!!!"
Aku berteriak keras bersama para fans Donghae oppa yang saat ini telah siap dengan segala atribut pesta mereka. Donghae oppa terlihat begitu terkejut dengan kejutan pesta natal yang diterimanya. Genggaman tangannya di tanganku terasa mengetat dan refleks ia menoleh kearahku sambil menunjukan wajah bingungnya bercampur haru yang berhasil ia sembunyikan dengan baik dibalik wajah bingungnya yang menipu itu.
"Yoong, kau memberiku kejutan?" Tanyanya tak percaya.
"Hadiah natal untukmu oppa, semoga kau selalu kuat karena kami akan selalu berdiri di sampingmu."
Tanpa kuduga Donghae oppa langsung menarik pinggangku dan mencium bibirku tepat di depan semua fansnya. Kilatan blits saling bersahut-sahutan menimpa kami selama bibir kami saling bertautan satu sama lain. Dan setelah aku benar-benar akan kehabisan nafas, Donghae oppa langsung melepaskan ciumannya sambil menatapku penuh cinta.
"Kau menciumku di depan fansmu?" Tanyaku sedikit linglung dan seperti orang bodoh. Tapi ini benar-benar mengejutkanku, karena ini adalah pertama kalinya Donghae oppa melakukannya di depan semua fansnya tanpa harus merasa takut pada skandal yang akan menimpa kami.
"Hmm... tampaknya bintang utama kita sedang terhanyut dalam suasana kasmaran mereka. Permisi, Lee Donghae ssi apa yang ingin kau katakan pada para fansmu?"
Eunhyuk oppa terlihat menyebalkan ketika ia dengan seenaknya mengganggu momen-momen romantis diantara kami. Namun aku segera tersadar jika saat ini semua fans Donghae oppa sedang menunggu idola mereka untuk memberikan sedikit sambutan.
"Pertama-tama aku ingin berterimakasih pada kalian semua, terimakasih karena kalian telah bertahan untukku. Dan terimakasih juga karena kalian telah mempercayaiku. Aku tidak akan menjadi Lee Donghae seperti saat ini tanpa dukungan dari kalian. Namun perlu kalian ketahui juga, sekarang aku telah menemukan wanita yang akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya bersamaku dan sekarang aku juga telah memiliki seorang putra yang sangat menggemaskan, perkenalkan isteriku Lee Yoona dan putraku Lee Yoojin."
Hening untuk beberapa saat ketika Donghae oppa memperkenalkan aku dan Yoojin di depan semua fansnya. Namun sesaat kemudian aku mendengar suara riuh tepuk tangan dari para fans Donghae oppa dan mereka semua dengan serentak juga mengangkat kertas putih yang berisi tulisan "Kami disampingmu oppa" yang merupakan projek yang kurencanakan hari ini. Tanpa sadar air mataku menetes ketika melihat semua fans Donghae oppa yang masih setia mendukung Donghae oppa terlihat begitu antusias dan juga mulai menerima kehadiran kami sebagai bagian dari kehidupan Donghae oppa.
"Terimakasih.... terimakasih banyak atas kepercayaan kalian padaku, aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian lagi."
Donghae oppa membungkuk dalam di depan seluruh fansnya sambil mengusap air matanya yang perlahan-lahan mulai menetes membasahi pipinya.
"Kami mencintaimu oppa."
Aku menggenggam tangan Donghae oppa erat agar Donghae oppa tidak terus meneteskan air mata di depan fasnya. Hari ini aku hanya ingin melihat Donghae oppa tersenyum cerah bersama fansnya.
"Tetaplah di sisiku Yoong, aku mencintaimu."
Akhirnya acara kejutan malam ini berjalan sempurna sesuai rencanaku. Kami semua menikmati malam ini penuh sukacita dan juga kebahagiaan tanpa memikirkan beban mental yang mungkin akan kembali kami pikul keesokan harinya saat sidang pembelaan Donghae oppa kembali dilakukan. Tapi sekarang aku benar-benar sudah memasrahkannya pada Tuhan. Terserah apa yang akan diberikan oleh Tuhan pada kehidupan rumah tangga kami. Yang terpenting kami bisa menjalani semua badai ini dengan saling menguatkan satu sama lain. Karena aku yakin, asalkan kami bersama, kami tidak akan mudah diterjang oleh badai apapun. Selamanya kami akan terus bersama hingga maut yang akan memisahkan kami nantinya. Bagiku akhir yang bahagia tidak selalu kehidupan bahagia yang terlihat mulus tanpa cela, namun akhir bahagia yang sesungguhnya adalah saat kami mampu bertahan bersama-sama untuk menyongsong kebahagiaan kami di masa depan. Dan mungkin saat ini Tuhan belum menakdirkan kami untuk bersama-sama, tapi nanti, aku percaya Tuhan akan memberikan hal itu sebagai kado untuk kesabaran kami.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro