▶ Mas Kasir [Sansang]
San melangkahkan kaki keluar area kost-nya menuju indoapril untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-hari dan makanan yang sering disebut sebagai makanan wajib untuk para anak kost, iya, apalagi kalau bukan mie instan.
Oh sebenarnya bukan itu saja sih alasannya pergi ke indoapril pada siang terik seperti ini, ia juga punya niat terselubung untuk mengganggu shift kerja teman tiangnya bernama Yunho yang kebetulan merupakan kasir di sana.
Setelah sampai di depan pintu masuk, San mendorongnya dengan santai kemudian melangkahkan kaki masuk kedalam.
Seperti biasa, sebelum mengambil barang yang akan dibeli, ia selalu menyempatkan diri memberikan sapaan pada Yunho. Yah hitung-hitung silaturahmi.
"Hoi- eh?"
San sontak memundurkan langkahnya ketika menyadari sesuatu yang aneh.
Seseorang yang berdiri di balik meja kasir itu bukan Yunho, rambutnya bukan merah, tingginya tidak seberapa dan yang paling penting, wajahnya bukan wajah penuh pipi milik kawan kuliahnya itu.
Sebagai gantinya, yang berdiri disana adalah manusia super manis nan unyu berambut mullet warna silver dengan bibir tipis kissable dan manik coklat mengagumkan sedang memandang lugu kearahnya.
Sungguh pemandangan yang indah. San diam-diam menggigit bibir, menahan diri untuk tidak fanboying-an.
Duh, bidadara dari mana sih ini?
"Selamat datang di indoapril." si mas kasir itu menyapa dengan sebuah senyuman manis.
Senyumannya benar-benar menggetarkan jiwa, serius, San jadi mendadak kliyengan.
"Kasir baru ya mas?" San mendekati meja kasir dan memberanikan diri bertanya.
Si mas kasir tersenyum malu. "Iya, mas."
'Duh kalau yang manggil mas orang ini kenapa rasanya jadi ada manis-manisnya sih' batin San bergejolak.
Karena San adalah penganut motto tak kenal maka tak sayang, jadilah ia mengajak berkenalan si mas kasir. Karena, duh, sudah terlanjur sayang masa tidak kenalan, sih.
San mengulurkan tangan dengan senyum tampan. "Choi San, kamu?"
Padahal si kasir punya name tag yang terpasang rapi di dada sebelah kirinya--cih, memang dasar San saja yang modus.
Si mas kasir lagi-lagi tersenyum malu, kemudian dengan kalem menjabat tangan San. "Kang Yeosang."
Sesuai dugaan, tangannya memang selembut sutra, bruh. San jadi ingin memegangnya terus..
Untung suasananya sedang sepi, jadi ia bisa leluasa untuk berbasa-basi pada Yeosang.
San tersenyum-senyum. "Nama dan wajah berbanding lurus ya.."
"Uh?" Yeosang memandang San bingung.
"..sama-sama cantik." lanjut San sembari mengedipkan sebelah matanya.
Yeosang hanya mampu menampilkan senyum malu entah untuk yang ke-berapa kalinya. Dipuji terang-terangan seperti itu apalagi oleh laki-laki tampan seperti San, Yeosang tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersipu.
Ya Tuhan, San benar-benar ingin mengantungi Yeosang di dalam saku kemejanya.
"Terimakasih San, tapi.. uh- tangannya.." Yeosang berucap ragu sembari menatap ke bawah.
San menunduk, mengikuti arah pandang Yeosang dan mendapati bahwa sedari tadi ia sama sekali belum melepas jabatan tangannya pada Yeosang. Kemudian dengan sebuah cengiran, ia buru-buru melepasnya.
"Oh iya, hehe lupa. Habisnya tanganmu halus sekali sih, kan aku jadi tidak rela melepas."
Yeosang memalingkan wajahnya yang sudah memerah. Sesungguhnya Yeosang ingin San segera pergi dari hadapannya karena, sungguh, ia takut terbang jika dipuji terus-menerus.
"Ya sudah, aku mengambil belanjaan dulu ya.. bye cantik.." setidaknya itulah yang dikatakan San sebelum punggung tegap milik laki-laki tampan itu menghilang di balik rak barang.
Huh, akhirnya Yeosang bisa bernafas lega.
.
.
Setelah mengambil beberapa bungkus mie instan dan sekaleng cola dan beberapa kebutuhan sehari-hari seperti pasta gigi, sabun dan lain-lain, San kembali ke kasir untuk membayar belanjaannya.
Dengan cekatan Yeosang segera mengarahkan scanner pada barang-barang yang dibeli San, yah walaupun harus diwarnai dengan sedikit salah tingkah karena San tidak berhenti memandanginya.
Sembari memandang wajah manis Yeosang dengan tatapan memuja, San iseng-iseng bertanya. "Rumahmu dimana, sang?"
Yeosang menatap San sekilas, tidak berani terlalu lama karena ia sudah menyimpulkan bahwa bertatapan dengan San itu tidak baik untuk kesehatan jantung.
"Dekat kok, hanya berbeda dua blok dari sini." Jawab Yeosang.
"Kalau kapan-kapan aku ke rumahmu sekaligus membawa orang tua ku, boleh tidak?" goda San.
Oke, kali ini Yeosang yakin wajahnya benar-benar memerah sampai telinga. "Ugh.."
San tertawa melihat Yeosang yang memerah lucu. "Bercanda sang.." kemudian San sedikit menunduk seraya bergumam dengan suara yang kelewat lirih. "..tapi kalau boleh sih aku seratus persen siap datang ke rumahmu."
"Apa?" Yeosang yang tidak mendengar jelas gumaman San sontak bertanya bingung.
San mendongak dan menggeleng ribut. "Tidak apa-apa kok, sang, itu ada nyamuk lewat tadi."
Yeosang hanya mengangguk kemudian kembali pada pekerjaannya.
Sembari menunggu Yeosang selesai, San memutar otak mencari pick-up lines untuk merayu Yeosang supaya kunjungannya hari ini meninggalkan kesan yang tidak terlupakan oleh Yeosang.
Oh, ia tidak tahu saja bahwa kata-kata manis kelewat tidak tahu malu-nya dari awal masuk tadi sudah cukup meninggalkan kesan yang mendalam bagi Yeosang.
Tidak terasa Yeosang sudah selesai membungkus belanjaan San pada tas belanja plastik khusus indoapril. Kemudian laki-laki manis itu menyerahkannya pada San.
"Totalnya lima puluh ribu." Ujar Yeosang.
San menerimanya dengan senyuman lalu merogoh asal saku celananya dan langsung menyerahkan uang pada Yeosang tanpa melihat nominalnya.
Bertepatan dengan itu, muncul satu ide cemerlang dalam otak San.
"Yeosang, kamu suka makan indomie ya?" Tanya San tiba-tiba.
Yeosang mengerjap linglung. San meringis. "Coba jawab 'kok tahu?'"
Yeosang menurut. "Kok tahu?"
"Karena kamu benar-benar seleraku.." San mengedipkan sebelah matanya.
Selesai mengatakan itu, San langsung berbalik badan. Meninggalkan Yeosang yang menampilkan raut malu bercampur bingung.
"San!" Panggil Yeosang.
San menghentikan langkah dan menahan senyuman. Yeosang pasti saat ini tengah tersipu-sipu. Laki-laki manis itu pasti akan mengucapkan terimakasih atau mungkin malah akan membalas gombalannya.
San menoleh dengan senyum yang dibuat se-menawan mungkin, siap melihat wajah tersipu Yeosang.
Tapi di luar dugaan, daripada menunduk malu-malu dengan wajah tersipu, yang ada Yeosang malah mengacungkan uang dua puluh ribuan.
"--uangnya kurang."
Siapapun tolong sekarang juga uninstall San dari muka bumi ini.
_
Semenjak news feed hilang aku jadi merasa Wattpad makin sepi:"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro