▶ Cokelat dan Hari jadi [Woosang]
Halo haloo
______
Hari sudah menjelang sore, hawa panas perlahan tergantikan oleh udara sejuk sore hari. Yeosang melangkahkan kaki ke area lapangan dekat komplek perumahannya bersama meonji yang mengikutinya dari belakang.
Pandangannya menyebar ke berbagai arah, mencari sosok tetangga menyebalkan yang mengajaknya untuk bertemu disini. Namun nihil, ia tidak menemukan laki-laki berambut hitam dengan ombre abu-abu itu diantara banyaknya orang yang duduk-duduk santai disana.
Helaan nafas sebal keluar dari mulut Yeosang bersamaan dengan ia yang menjatuhkan pantatnya pada rerumputan hijau di bawahnya.
"Cih, belum datang juga ternyata," gerutu Yeosang. "Tahu begini lebih baik aku tidak usah datang sekalian. Huh kenapa juga aku menuruti kemauannya."
Padahal Yeosang sudah datang lebih lambat 10 menit dari perjanjian, tapi ternyata Wooyoung jauh lebih terlambat lagi. Rupanya kata menyebalkan memang sudah sah menjadi nama tengah Wooyoung.
"Jung Wooyoung itu menyebalkan sekali ya Meonji?" Keluh Yeosang yang dibalas oleh gonggongan kecil meonji, ia mengasumsikan meonji setuju dengan pendapatnya. "Padahal wajahnya seperti pangeran berkuda putih, sayang sekali kelakuannya seperti Lucifer."
Jika kalian bertanya mengapa mereka tidak berangkat bersama saja padahal mereka adalah tetangga beda dua rumah, maka jawabannya adalah Yeosang yang menolak mentah-mentah. Tidak, terimakasih. Ia tidak mau jadi bahan gosip ibu-ibu komplek.
"Ah sudahlah, lebih baik aku memakan cokelatku saja. Siapa tau moodku berubah lebih baik."
Yeosang mengeluarkan cokelat batangan dari sakunya yang tadi sempat dibelinya saat perjalanan menuju kesini. Ia membukanya dengan senyum mengembang.
Bukan tanpa alasan Yeosang memilih membeli cokelat daripada ayam goreng hari ini, selain karena ia suka makanan manis, hari ini juga merupakan hari valentine, hari yang identik dengan coklat.
Sebenarnya ia menerima banyak coklat dari beberapa orang yang mengaku sebagai 'penggemarnya' namun ia merasa tidak enak memakan coklat dari orang lain yang tidak ia kenal dekat, alhasil cokelat-cokelat itu berakhir di dalam perut anak-anak kecil tetangganya dan ia memilih membeli coklat untuk dirinya sendiri.
Bungkus coklat itu sudah terbuka, Yeosang menyempatkan diri untuk mengusak bulu lembut milik meonji.
"Selamat hari Valentine, meonji~"
Dengan semangat ia mengambil satu gigitan pada cokelat itu dan mengunyahnya dengan riang.
Saat Yeosang siap mengambil gigitan kedua, seseorang tiba-tiba merampas makanan manis itu dari tangannya.
"Hei, apa-apaan?!" Yeosang mendongak, giginya bergemeletuk sebal ketika melihat si oknum perampas yang ternyata adalah Wooyoung.
Sudah cukup, Jung Wooyoung harus diberi pelajaran.
Yeosang berdiri sembari menyingsing lengan bajunya, matanya menatap Wooyoung tajam, sudah sangat jengah dengan sikap Wooyoung yang selalu menjengkelkan.
"Kau ini memang suka mencari masalah denganku ya.." desisnya berbahaya.
Di depannya, Wooyoung memundurkan langkah, nyalinya menciut, ia pikir karena hari ini adalah hari yang manis maka Yeosang akan berlaku begitu juga padanya, tapi ternyata salah besar. Yeosang didepannya ini tak ubahnya macan betina yang siapa mencabik-cabik dagingnya kapan saja.
Padahal rencananya ingin kejar-kejaran romantis seperti film India, tapi sepertinya konsep kejar-kejarannya akan berbeda..
Wooyoung buru-buru menaruh tangannya di depan dada, bermaksud menghentikan serangan apapun yang akan dilakukan Yeosang.
"S-sang sebentar dengarkan aku dulu-"
Terlambat, Yeosang sudah keburu siap memberi aba-aba pada meonji.
Yeosang menyeringai, "Meonji, kejar dia!"
"Hei hei-"
Bak mengerti apa yang diperintahkan sang tuan, anjing kecil itu langsung lari mengejar Wooyoung sembari menyalak galak, di susul oleh Yeosang dibelakangnya.
Mereka benar-benar berkeliling lapangan dengan Yeosang dan meonji yang mengejar Wooyoung dengan semangat membara dan Wooyoung yang beruntungnya bisa menghindar dari jangkauan mereka.
"Wooyoung kubilang berhenti!" Teriak Yeosang dari belakang.
"Kalau begitu berhentilah mengejar!" Sahut Wooyoung tanpa sedikitpun memelankan langkahnya.
"Guk! guk! guk!" Meonji tidak mau kalah, anjing kecil nan lucu tersebut ikut bersuara dengan lantang.
Alih-alih terganggu, para pengunjung lain justru gemas dengan tingkah dua remaja yang saling 'memadu kasih' tersebut.
Sampai dua putaran akhirnya Yeosang menyerah, staminanya memang tidak pernah bisa diajak kompromi untuk berlari jauh. Berbeda dengan Wooyoung yang merupakan anggota berbagai club olahraga sehingga lari bukan lagi masalah besar baginya.
Yeosang mendudukkan diri ke rumput dan meluruskan kaki. Masa bodoh dengan Wooyoung, toh masih ada meonji yang mau membantunya.
"Meonji go! go!" Seru Yeosang dari kejauhan. "Jangan biarkan Wooyoung lolos!"
Wooyoung menengok ke belakang, perlahan-lahan mengecilkan diameter langkahnya ketika menyadari hanya ada meonji yang mengejar.
Berarti sudah cukup aman.
Paling-paling meonji hanya akan membuat suara bising dan melompat-lompat disekitarnya atau paling parah menggigitnya dengan gigi-gigi kecilnya, berbeda dengan Yeosang yang berpotensi besar menendang sekuat tenaga tulang keringnya, atau juga menggigit lengannya hingga membuat bekas yang tidak akan hilang sebelum tiga hari.
"Hei meonji jangan dengarkan kata mama mu, dengarkan papa saja, ok?"
masih berlari, Wooyoung mencoba merayu meonji yang sayangnya tidak dihiraukan oleh anjing kecil berbulu putih itu.
Tapi bukan Jung Wooyoung namanya jika pantang menyerah.
"Hei meonji cutie, berhenti, okay?"
"Papa bilang stop, cutie."
"Meonji jika kamu mau berhenti aku janji akan membelikanmu satu lusin tulang mainan."
"Guk! Guk! Guk!"
Ajaibnya setelah beberapa penawaran, meonji akhirnya berhenti berlari, sebagai gantinya ia hanya melompat-lompat sambil berputar. Wooyoung lantas ikut berhenti dan menghampiri meonji.
"Anak pintar.." Wooyoung mengelus-elus bulu lembut meonji, membuat anjing kecil itu menggonggong manja. "Tenang saja, besok satu lusin tulang mainan akan memenuhi kandangmu, meonji. Dan aku akan sering-sering membelikanmu royal canin karena sebentar lagi kita akan menjadi keluarga~"
Meonji menggonggong senang dan langsung melompat ke dalam gendongan Wooyoung saat pemuda itu merendahkan badan dan mengulurkan tangannya.
"Kalau begitu ayo kita hampiri mama mu."
Pemuda Jung itu berjalan mendekati Yeosang yang masih duduk di rerumputan dengan wajah kesal yang menurutnya menggemaskan.
"Sini kembalikan cokelatku." Pinta Yeosang galak.
Bukannya menyerahkan, Wooyoung malah menggigit cokelat itu di depan mata Yeosang. "Sudah kugigit, mau?"
"Hei-" Yeosang ingin protes, rasa kesalnya sudah berada di puncak ubun-ubun. tapi setelah dipikir-pikir tidak ada gunanya juga marah-marah pada manusia macam Wooyoung, tenaganya hanya akan terbuang sia-sia. "Tidak, untukmu saja. Aku bisa membeli lagi nanti."
Wooyoung tertawa sambil menahan gemas. percaya atau tidak, Yeosang yang sedang merajuk itu jauh dari kata seram. Alisnya akan menukik tajam, bibirnya mengerucut dan tangannya akan disilangkan di depan dada, persis anak 4 tahun yang merajuk tidak dibelikan permen. Maka dari itu Wooyoung tidak pernah bosan membuat Yeosang kesal.
Wooyoung merogoh saku celananya, mengeluarkan sebatang cokelat yang ukurannya sedikit lebih besar dari milik Yeosang. Ia lantas mendudukkan diri disamping Yeosang dan menyerahkan coklat itu padanya.
"Ini, makan punyaku saja."
Yeosang menerima cokelat itu dengan tatapan bingung.
"kamu punya cokelat sendiri tapi malah merampas milikku.." Gumamnya heran. "Bahkan coklatmu terlihat lebih enak."
Wooyoung kembali menggigit cokelat milik Yeosang, "Sengaja."
"Sengaja bagaimana?" Tanya Yeosang bingung.
Wooyoung menatap Yeosang dengan ekspresi bingung yang dibuat-buat. "Bukankah sebagai sepasang kekasih kita sebaiknya bertukar coklat di hari valentine, ya?"
Yeosang mengedip bingung, sepasang kekasih apanya?
"Kamu gila, ya?" seloroh Yeosang. "Sejak kapan kamu dan aku ini jadi sepasang kekasih?"
"Sejak detik ini." Wooyoung membalas dengan santai.
"Hah? Bagaimana?" Yeosang menatap Wooyoung dengan wajah clueless, yang ditatap tidak tahan untuk tidak tersenyum.
"Aku ini sedang berusaha menjadikanmu kekasihku, bodoh."
"Apa? Kamu mengataiku bodoh-"
Cup!
Sepasang mata cantik milik Yeosang membola sesaat setelah Wooyoung mengecup singkat pelipis kanannya.
Yeosang tersentak gugup. "K-kenapa-"
Dengan meonji yang masih bergelung dalam dekapannya, Wooyoung berdiri kemudian sedikit menepuk-nepuk celananya yang kotor.
Ia tersenyum pada Yeosang. "Sudahlah, intinya karena kita sudah bertukar coklat dan aku sudah memberimu sebuah kecupan. Maka mulai detik kamu adalah pacarku. Titik. Selengkapnya akan kujelaskan kalau kita sudah sampai ke rumahmu."
Wooyoung melangkahkan kaki pergi, namun berhenti lagi saat dirasa Yeosang tidak mengikutinya.
Ia menengok ke belakang dan tertawa kecil saat melihat Yeosang masih diam di tempatnya dengan wajah seperti kepiting rebus.
"Hei ayo pulang, tunggu apa lagi?"
Wooyoung mengambil langkah mundur dan meraih tangan Yeosang, menuntunnya untuk berdiri dan menggandengnya untuk berjalan beriringan.
Yeosang pasrah saja diperlakukan seperti itu oleh Wooyoung, tidak sanggup melakukan penolakan apapun karena terlalu malu oleh berpasang-pasang mata yang memperlihatkan mereka.
Dengan wajah masih memerah dan senyum tersipu yang perlahan menjalar di bibirnya, Yeosang menunduk dan bergumam lirih, "Kau itu.. benar-benar menyebalkan.."
Wooyoung tersenyum lebar, kemudian mencondongkan diri mengecup helaian rambut Yeosang dari samping. "Iya, aku juga mencintaimu, Yeosang."
_
Haloo aku mau curhat dikit hehe..
Hari-hari ini aku punya cukup banyak ide tapi rasanya susah banget mau menuangkannya ke dalam bentuk cerita😔 aku harap kalian nggak menjumpai kesulitan yang sama dan bisa lanjut terus menghibur pembaca / para penumpang kapal dengan fanfic buatan kalian, semangat!😃
Stay safe and have a nice day!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro