Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Orion

Dua hari kemudian mereka pulang.

Orion, nama yang ternyata telah dipersiapkan Sasuke sebelum bayinya lahir, akhirnya telah dikenakan dengan penuh kebanggan. Pertama kali melihat bayinya, entah kenapa Naruto langsung jatuh hati. Bayi yang super imut. Tampan karena jiplakan dari ayahnya. Membuat Naruto sangat menikmati hari-harinya memandangi wajah tampan nan kecil itu sambil memainkan pipinya yang empuk dan gembul.

Ia juga ingin menagis membayangkan bahwa bayi mungil ini sudah piatu sejak lahir. Bisa jadi Sakura pun tengah mengambil alih tubuh Naruto yang dulu? Namun bila seperti itu, harusnya wanita itu sudah menunjukan dirinya segera. Sedangkan hingga hari ini, tidak ada kabar sama sekali mengenai keberadaan Sakura yang asli.

Rasa simpati itu semakin tumbuh dari hari ke hari. Naruto mulai belajar memandikan Orion, memasangkan popok, memakaikan baju, juga hal-hal yang biasa dilakukan seorang mama muda yang ingin mengasuh anaknya sendiri. Hingga tidak sadar, bahwa dirinya kini bahkan lebih mahir dari pada pengasuh yang dibayar ibunya untuk merawat Orion.

Naruto tahu, kapan Orion merasa haus, tahu kapan Orion butuh ganti popok, bahkan mengerti kenapa Orion tiba-tiba menagis, seperti telepati seorang Ibu pada anaknya.

Naruto menikmati masa-masa menjawili pipi orion yang gemuk, atau menciumi kaki maupun tangan, juga mengelus rambut Orion yang masih jarang. Lama-lama ia meragukan dirinya sendiri. Anak ini bukan anaknya, tapi kenapa dia sangat menyayanginya. Mungkin juga karena Naruto memang mengimpikan punya adik lagi. Namun harus gagal karena sang ibu meninggal pada usia terlalu muda.

Naruto sedang menyusui Orion dalam kamar, karena ASI terus mengalir tanpa henti beberapa jam sekali. Orion pun menyambutnya dengan gembira. Naruto berpikir, bagaimana cara menghentikannya pemberian ASI setelah mereka bercerai?

Lalu tanpa ba-bi-bu, tiba-tiba pintu terbuka, sosok Sasuke muncul, dan langsung masuk tanpa permisi.

"Sudahkah aku bilang untuk ke 100 kali, bila kau ingin masuk kamar, ketuk pintu dulu. Atau lubang telingamu perlu aku perlebar dengan mengoreknya pakai Tokyo Tower?" teriak Naruto. Melempari Sasuke dengan bantal yang ada di sampingnya.

Sasuke menangkap bantalnya dengan tepat, dan menaruhnya lagi di samping Naruto yang masih menyusui. Karena malu buah dadanya terumbar, Naruto langsung menempatkan salayer yang memang telah ia siapkan sebelumnya, melihat Sasuke yang bebal setelah diberitahu berkali-kali untuk tidak menyelonong masuk ke kamar, saat ia menyusui.

"Kau yang dulu, bahkan mengumbar semuanya di depanku hanya untuk mendapat perhatian. Sama sekali aneh melihatmu malu-malu menunjukan dadamu seperti seorang perawan."

Naruto tidak dapat membantah. Setelah tidur di kamar Sakura, ia mendapati sebuah buku harian yang menjelaskan semua tidakan Sakura selama menjadi istri Sasuke. Termasuk strategi-starategi menjijikan yang Sakura lakukan demi mengambil hati Sasuke. Namun tiada satupun rencananya yang berhasil.

"Apa yang dia lakukan?" tanya Sasuke sambil memandangi wajah anaknya dengan wajah berseri-seri. Seperti tidak melihat, bahwa satu-satunya kegiatan yang Orion lakukan hanya menyusu.

"Kau datang ke kamar sepuluh kali dalam sehari, dan pertanyaanmu selalu sama. Kalau kau ingin menggendongnya, aku akan mengajarimu."

"Tidak-tidak. Aku tidak berani." Sasuke langsung menolak tawaran Naruto sambil tersenyum malu. Ia telah menjadi Ayah, tapi sama sekali tidak berani menyentuh buah hatinya, karena takut melukai si bayi merah.

"Mendekatlah. Bila kau tidak berani menggendongnya sambil berdiri, kau bisa menggendongnya sambil duduk. Kau harus belajar, sampai kapan kau takut? Kau mau Orion menganggapmu tidak menyayanginya?"

Seminggu Naruto bersama Sasuke, ia mulai paham bagaimana sikap laki-laki ini. Sok dingin di depan, sebenarnya sangat menjengkelkan di dalam.

Sasuke terpengaruh. Ia mulai mendekatkan dirinya, dan Naruto memberikan Orion dengan hati-hati. Sasuke memandangi anak laki-laki yang sudah ada di pangkuannya dengan perasaan hangat. Anak pertamanya, kebanggaannya.

"Dia sangat tampan bukan?" tanya Sasuke.

"Iya, dia sangat tampan." Naruto mengambil tisyu, untuk mengelap mulut Orion yang masih belepotan susu.

"Itu karena dia sangat mirip denganku," kata Sasuke, menyobongkan diri sendiri.

Naruto memberikan wajah jijik pada Sasuke yang selalu menyombongkan diri di depannya. Melihat ekspresi Naruto yang terkesan mengejek, Sasuke hanya tertawa senang.

"Kau yang dulu, mungkin akan melebih-lebihkan ucapanku, dan mengagungkanku dengan gaya memuja. Tapi sekarang, kau bahkan berani menunjukan bahwa kau jijik pada sikapku. Siapa sebenarnya kau?"

Naruto menggigit bibirnya takut. Apa penyamarannya terbongkar?

"Sakura, apa cucuku sudah tidur?" tanya Mikoto, Ibu dari Sasuke, yang memiliki sifat yang sama dengan Sasuke, suka menyelonong masuk ke kamar Naruto tanpa permisi. "Ah maaf, apa aku mengganggu kalian?"

Wajah Mikoto bersemu merah. Mendapati Naruto dan Sasuke duduk rukun di kasur yang sama, dengan anak di antara mereka. Mikoto sangat ingin Sasuke rujuk dengan Sakura karena kehadiran Orion dalam hidup mereka, tapi juga tidak dapat menentang kehendak Sasuke yang jelas-jelas telah menyatakan enggan rujuk lagi. Semoga pemandangan yang ia lihat saat ini akan memberikan kabar baik di masa depan. Itu adalah satu-satunya harapan yang ia panjatkan.

"Iya, dia sudah tidur, ibu," jawab Naruto.

"Aku ingin kau turun. Aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang. Dia akan menjadi pengasuh yang akan mengurusi anak kalian," ujar Mikoto.

"Bukan Ibu yang akan merawat Orion?" tanya Naruto tidak paham.

"Aha-ha-ha-ha, aku? Kau bercanda, Sayang. Kau tahu kita itu mirip. Tentu saja aku punya segudang kegiatan lain di luar rumah selain mengurus bayi. Aku akan melakukanya saat ku pulang. Kau tidak usah khawatir."

Itu benar sekali. Selama dua minggu ini, Naruto menyadari bahwa Mikoto bukan tipe ibu rumah tangga yang diam di rumah. Ia punya usahanya sendiri, dan lebih suka jalan-jalan di luar rumah dari pada mengawasi Naruto yang bergelut dengan latihan menjaga bayi. Kini ia dihadapkan dengan pilihan berat. Membiarkan Orion di rawat oleh ayahnya, yang berarati memberikannya pada orang asing, atau mengambil Orion untuk ia rawat sendiri. Padahal dirinya sesungguhnya tidak punya kewajiban untuk merawat si anak.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku akan menjaga Orion dengan baik," tambah Sasuke.

Kata-kata Sasuke sama sekali tidak menentramkan hatinya. Bahkan malah membebaninya dengan tanggung jawab sebagai seorang ibu. Walau Orion bukan anaknya secara pikiran, tetap saja anak itu adalah bayi yang lahir dari rahimnya saat ini. Darah daging dari tubuhnya saat ini. Membiarkannya hanya dirawat pengasuh bayi, dengan jelas menyatakan bahwa ia adalah ibu kandung yang menelantarkan anaknya hanya demi sebuah kebebasan. Apa dia bersedia?

Apa lagi ia banyak tahu dari berita-berita di internet, tetang babysiter yang memberikan susu murah dan tidak bernutrisi bagi bayi, demi mendapat uang lebih dari pada membeli susu mahal, atau kasus penyiksaan bayi oleh pengurus bayinya sendiri, atau pembunuhan!

Membayangkan Orion dalam bahaya saja, sudah membuat Naruto ingin menangis.

"Tidak perlu. Aku yang akan merawatnya," ujar Naruto. Akhirnya mengambil keputuasan.

"Hah?" tanya Mikoto dan Sasuke bersamaan.

"Aku akan mengambil hak asuh Orion sepenuhnya. Kau sudah tahu bukan, bahwa seorang Ibu memiliki kesempatan paling besar untuk mengklaim anaknya di pengadilan."

"Tanpa uang?" tanya Sasuke, tidak percaya dengan pemikiran asing yang dilakukan oeh mantan istrinya yang berubah drastis setelah kecelakaan.

"Cih, kau selalu saja meremehkanku. Aku membaca buku harianku kemarin. Mendapati bahwa aku masih memiliki beberapa juta untuk membiayai hidup kami. Bahkan bisa untuk menyewa pengacara agar memenangkan anak ini," ujar Naruto, berbohong untuk memenagkan argumentasi. Ia akan memikirkan cara untuk mendapat uang nanti, yang penting Orion harus aman di tangannya dulu.

Sasuke mengambil tantangan untuk dirinya. Ia tahu, Sakura sudah berubah. Wanita itu lebih penyayang semenjak hilang ingatan. Atau itu hanya pura-pura saja. Kalau pun ia hanya pura-pura, Sasuke yakin, itu tidak akan bertahan lebih dari dua hari. Wanita itu akan memohon dan berlutut untuk uang dan mengembalikan putra mereka segera. Maka, dari pada bersusah payah untuk mempertahankan hak asuh anak, lebih baik ia menunggu sambil mengawasi, jangan sampai Sakura menyakiti Orion selama mereka bersama. Dari sana, Sasuke mempunyai sebuah rencana.

"Baik, kau boleh membawanya. Tapi aku punya sayarat. Kau tidak punya pekerjaan. Dan uangmu mungkin akan habis suatu hari nanti. Aku tidak ingin melihat Orion kelaparan saat berada di tangamu. Aku ingin kau bekerja di perusahaanku. Menjadi pekerja kantoran biasa yang menitipkan bayinya di penitipan bayi yang sudah disediakan perusahaan. Kita akan mengasuhnya bersama-sama." Sasuke yakin rencana ini akan berjalan lancar.

"Ok. Aku akui itu ide yang sangat bagus." Naruto langsung setuju. Setidaknya ia tidak perlu mencari pekerjaan lagi. Dan dapat menjadi dirinya yang dulu, yaitu salah satu karyawan O-Ring milik Sasuke yang ingin hidup damai dengan adik tercintanya, yang sekarang ini berubah menjadi ingin hidup damai dengan anaknya.

"Tapi jangan pernah berharap dengan kita masih bersama. Jangan pernah berharap untuk dapat rujuk denganku," peringatan Sasuke.

"Sasuke, ingat dan pegang ucapanku. Saat surat cerai telah ditandatangani, saat itu pula hubugan kita hanya sekedar atasan dan bawahan. Maka jangan lagi memprotes saat aku memanggilmu Uchiha-sama."

"Aku pegang itu."

Akirnya, kehudupan aneh antara duda dan janda anak satu itu pun di mulai.

Bersambung ....

Jangan lupa ya. Vote dan Comment ....

Ada yang tahu novel ini terinspirasi dari Novel apa?

Ini adalah ide yang muncul setelah aku membaca Virgin Mom milik An_Jung (terima kasih atas ceritanya. Maaf karena seenaknya me-tag Mbak An_Jung tanpa pemberitahuan).

Karena tokoh Sakura di situ sangat menyebalkan dan dibenci. Eh, tapi mang kebanyakan tokoh Sakura pada cerita SasufemNaru itu jadi antagonis ya. Jadi aku pengin lah, bikin Naruto tahu bagimana rasanya, penderitaan bila dia menjadi tokoh antagonis seperti Sakura. 

Selalu menjadi ejekan, biang kesedihan, selalu menjadi yang kedua, tidak dicintai, dan diabaikan Sasuke.

Soo, bagaimana caranya Naruto keluar dari lubang antagonis yang sengaja aku ciptakan untuknya. Terus ikuti kisah ini.

Love

Ruru

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro