11. Ucapan
Naruto tengah duduk di atas kasur bersama Orion yang masih menyusu padanya. Namun pikiran sang ibu itu tengah melayang ke mana-mana. Setelah pernyataan tiba-tiba yang Naruko berikan, Naruto langsung melipir pergi dan meninggalkan dua sejoli itu untuk menghayati peran mereka sebagai sepasang kekasih.
Sasuke lagi-lagi menyelonong masuk dalam kamarnya. Menemukan Naruto yang sedang menyusui Orion.
Naruto meletakan bayinya di kasur, dan memandang Sasuke yang seolah menginginkan sesuatu darinya. Sasuke yang melihat Naruto telah bebas dari tugasnya, langsung menerjang dan memeluk Naruto dengan tidak sabar. Terpancar sejuta kebahagiaan dari matanya.
"Sakura, dia mau jadi pacarku. Naruto mau jadi pacarku," ujarnya antusias. Ekspresi bahagia jelas ia tunjukan dalam situasi berpelukan mereka.
Naruto yang bahkan belum sempat membenahi dua kancing teratas yang lepas dari kemeja putih yang dia gunakan, merasa tidak nyaman saat Sasuke tiba-tiba memeluknya tanpa peringatan.
'Orang ini sudah benar-benar tidak ingat bahwa aku wanita,' sambat Naruto dalam hati.
Untuk tidak mengurangi rasa bahagia yang Sasuke rasakan, Naruto mengalah sebentar, membiarkan mereka berpelukan satu menit, sebelum Naruto dengan perlahan-lahan melepaskannya.
"Kau bahagia sekali ya?"tanya Naruto, saat mereka telah duduk bersama di atas kasur besar tempat Orion tidur. Naruto langsung membenahi kancing bajunya yang terbuka.
"Tentu saja. Ini adalah impianku," jawab Sasuke masih dengan kebahagian yang terpancar dari suaranya.
Sudah berapa bulan ini Naruto mengenal Sasuke lebih dalam. Laki-laki sombong dan narsis yang membuatnya ingin menggigit wajah tampannya dalam-dalam, hingga meninggalkan bekas seumur hidup itu. Kini hampir bisa disamakan sebagai sahabatnya. Mereka sering bercanda, menjaili, bahkan menghina satu sama lain. Seperti sekarang ini. Naruto menyadari betapa lelaki di depannya sangat kekanakan bila bersamanya. Sikap sok gagah yang biasa ia perlihatkan di luar, seolah hanya tipu daya untuk mereka yang tidak tahu.
Tentu sebagai seorang sahabat bagi Sasuke, juga sebagai kakak dari Naruko, Naruto berharap yang terbaik bagi mereka. Maka untuk itu, ia hanya mampu mendukung dan mendoakan kelanacaran hubungan mereka sampai keduanya mendapat kebahagiaan.
"Kalau kau memang bersungguh-sungguh dengannya, aku tidak akan menghalangi. Satu pesanku, dia anak polos. Kebohongan yang dia lakukan saat ini mungkin adalah keterpaksaan. Maafkan dia. Jangan kau permainkan dia. Karena dia akan pecah saat itu juga. Jaga dia baik-baik, ok."
Naruto menepuk pungung Sasuke dua kali, lalu berdiri. Kemudian berjalan menuju pintu keluar.
"Janda aneh," ujar Sasuke. Merasa sedikit tidak nyaman dengan prubahan drastis yang terjadi pada Sakura. Bila ini Sakura yang dulu, mungkin dia akan langsung pergi ke Naruto, dan mencekiknya saat ini juga, karena berani berpacaran dengan Sasuke. Namun sifatnya saat ini benar-benar tidak menunjukan bahwa dia ingin melakukan tindakan nekat. Justru kata-katanya mencerminkan bahwa Sakura merestui.
Entah kenapa Sasuke, sedikit kecewa mendengarnya. Seolah telah kehilangan sesuatu yang berharaga.
***cupchocochip***
Hubungan mereka berjalan dengan sangat lancar. Sasuke akhirnya memberi tahu tentang siapa sebenarnya Sakura pada Naruko beberapa hari kemudian. Entah bagaimana caranya laki-laki itu meyakinkan Naruko agar percaya padanya dan tidak berpikir buruk karena tetap membiarkan mantan istrinya berkeliaran bebas di dekatnya. Yang pasti, Naruko ikhlas dan menyatakan akan menerima kondisi Sasuke apa adanya.
Naruto pun menikmati harinya yang damai, dengan suguhan kemesraan yang dilakukan bossnya secara terang-terangan. Terkadang Sasuke akan datang padanya. Bertanya bagaimana perasaan Naruto ketika melihat kemesraannya dengan Naruko.
Entah kenapa setiap kali Sasuke bertanya tentang pendapatnya, Naruto ingin mengambil palu dan mengetukannya pada batok keras kepala Sasuke. Dia pikir rasa cinta Naruto tidak ada batasnya? Dan akan selalu begitu bahkan setelah ia menikah lagi. Hah, kurang kerjaan apa?
Naruto hanya dapat mengelus dada saat melihat tingkah menjengkelkan duda beranak satu itu.
Mengawasi mereka memang sedikit menyakiti mata. Bagaimana caranya ia tidak sakit hati, ketika jomblo seperti dirinya harus mengawsai orang pacaran, iri pastinya. Apa lagi gaya pacaran mereka mirip-mirip gejala cabe-cabean level lima. Mati kutu dia.
Hingga lima bulan setelah itu. Seminggu yang lalu Sasuke dan Naruko telah mengadakan pesta pertunangan yang hanya mengundang kerabat dekat mereka.
Sakura sengaja tidak ikut dalam pesta mereka. Apa yang akan keluarga Sasuke katakan, bila mendapati si mantan istri hadir di pesta pertunangan mantan suaminya? Maka ia hanya bersembunyi dalam kamar ibu Sasuke, agar dapat membuat Orion tenang saat diperkenalkan pada keluarga besar di dalam acara pesta.
Pernikahan akan segera terselenggara sebulan lagi. Sepertinya Sasuke sama sekali tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Walau yang Naruto ketahui, sebelumnya Mikoto selalu curhat, bahwa Naruko terlalu pendiam dan ia merasa tidak nyaman dengan calon menantunya.
Naruto sebagai kakak hanya dapat memberiikan pengertian pada Ibu Sasuke, bahwa adiknya memang sedikit pendiam. Namun anak itu adalah seoarang yang baik dan perhatian. Juga akan dapat berbicara lebih leluasa bila mereka telah akrab.
Menerima saran dari Naruto, Mikoto sedikit lega. Ia mengharapkan menantu yang memiliki hobi dan sifat yang sama dengannya seperti Sakura. Ia mengira akan sangat tidak nyaman bila Naruko yang sangat polos bergabung dalam keluarganya. Namun ternyata saran Naruto sedikit benar. Mikoto mulai perlahan membuka diri pada Naruko, lalu akhirnya mereka menjadi lebih akrab pada akhirnya.
Naruto lega, setidaknya sang Ibu tidak akan menjadi ibu mertua kejam karena tidak setuju dengan pilian anaknya.
Kembali pada suasana kantor. Orion yang telah berusia enam bulan, mulai dapat merayap di sekitar kantor. Membersihkan lantai ruangan Sasuke saat sedang istirahat siang adalah hobi barunya. Berkeliling ke sana ke mari mencari hal-hal yang menarik baginya. Juga pastinya dapat mengatakan beberapa kata atau berceloteh tidak jelas sesuka hati. Namun suatu hari, sebuah kata-kata yang ditunggu Naruto akhirnya diucakan oleh si kecil, yang membuat seisi ruangan direktur geger dibuatnya.
"Sasuke! Sasuke! Coba dengar!" Naruto yang baru saja keluar dari kamar menyusui, berlari sambil membawa Orion di pelukannya. Sang bayi tertawa riang saat dibawa berlari menuju Ayahnya yang masih fokus bekerja.
"Kenapa kau lari-lari?" Sasuke menghentikan pekerjaan, untuk memadang dua orang menggemaskan di depannya.
"Ayo Orion, katakan sekali lagi," bujuk Naruto pada Anaknya.
"Mam-ma."
"YES! Dia bilang Mama." Naruto langsung beteriak bangga, seolah telah mendapat trofi juara lari tingakat profinsi.
"Tidak. Tidak mungkin. Aku sudah melatihnya berpuluh kali untuk menyebut Papa setiap siang. Kenapa dia menyebutmu terlebih dahulu?!" Sasuke yang merasa dicurangi. Ia telah meluangkan waktu selama istirahat saat Naruto selesai menyusuinya untuk dapat memanggil Papa. Namun apa yang dia terima sekarang. Naruto yang terlebih dahulu disebut Orion.
"Orion, panggil Papa!"
"Mam-ma," celoteh Orion.
"Papa!"
"Mam-ma."
"Ok fix. Orion tidak mengakuimu sebagai ayahnya. WKWKWKW!" Naruto dengan sadis menertawakan Sasuke yang kalah telak.
Jangan dipikir Naruto tidak tahu usaha Sasuke untuk mengajari anak mereka menyebut papa dengan gencar tiap istirahat siang. Dia tahu siasat Sasuke saat tahu anak mereka sudah mulai pandai berceloteh tidak jelas. Menginginkan lebih dengan cara melatih Orion terus-menerus menyebut dirinya Papa. Tentu harga dirinya tidak akan terima bila Orion yang merupakan bayi kesayangannya menyebut Ayahnya terlebih dahulu ketimbang dirinya. Ia sengaja meluangkan waktunya setiap hari saat menyusui agar anaknya menyebut Mama. Seratus kali lebih sehari. Mana mungkin Sasuke dapat mengalahkannya. Cih!
"Sini Orion. Ikut Papa. Kita akan melakukan latihan militer hari ini. Latihan menyebut Papa seratus kali. Tidak berhasil melakukannya, kau akan munum susu formula hari ini." Sasuke langsung merebut Orion dari gendongan Naruto, lalu membawanya menuju kamar pribadinya.
"Wakakakaka .... Seberapa keras pun kau mencoba. Kau tetap sudah kalah dariku. Wkwkwkw ...."
"Lihat sebentar lagi. Satu jam lagi, Orion akan melupakan Mama dan terus memanggilku Papa. Camkan itu Sakura!" Sasuke membanting pintunya keras-keras.
Naruto hanya mampu terpingkal melihat tindakan kekanakan yang ditunjukan mantan suaminya itu. Mereka sungguh benar-benar hiburan baginya. Tidak bayinya dan Papanya, sama-sama konyol. Dan membuat Naruto selalu bahagia di tiap hari-harinya kini. Sungguh anugerah terindah dalam hidup.
Ia ingin menjaganya, selama ia bisa.
Tanpa Naruto sadari, dari pojok ruangan, ada yang telah mengawasi tidakannya dengan tatapan benci.
Naruko selalu cemburu terhadap kedekatan Sasuke dan Sakura. Walau Sasuke telah meberikan pengertian padanya, bahwa Sakura adalah mantan istrinya yang tak akan pernah membuatnya jatuh cinta. Tetap saja, ini tidak bisa diterima. Bagiama bisa seorang mantan suami yang katanya tidak punya rasa cinta sedikit pun, masih mempertahankan mantan istrinya di sisinya. Naruko tidak bisa lagi hanya diam. Dia akan menyuarakan perasaannya. Segera.
****cupchocochip****
Sepulangnya dari kantor, mendapati wajah Naruko yang ditekuk, Sasuke berinisiatif membawa gadis itu jalan-jalan ke mall membeli baju. Walau sempat mendapat tanggapan baik dari Naruko pada awalnya, di tengah-tengah perjalanan mereka, tepatnya saat Naruko sudah memilih baju yang cocok, dan langsung ia kenakan untuk bersama Sasuke menuju restoran bintang lima. Sebuah video call menghancurkan mood-nya lagi. Telfon tersebut berasal dari Naruto yang memperlihatkan Orion yang tengah mengenakan baju tidur berbentuk beruang pemberian Sasuke.
Anak itu terlihat sangat menggemaskan dan segar karena habis mandi. Begitu pula dengan Naruto yang sudah berganti dengan baju santai. Mereka mengobrol banyak, sebelum Sasuke menyadari gelagat Naruko yang jelas-jelas menunjukan kejengkelan. Maka ia memilih mematikan telefone dan bertanya pada tunangannya, yang hanya dibalas Naruko dengan melengos dan menghindari tatapan Sasuke.
Sasuke yang tidak paham dengan jalan pikir si wanita, hanya mengamit tangannya, untuk menuntunnya menuju mobil. Perjalanan dari mall hingga restauran hanya ditemani keheningan yang mencekam. Sasuke tak habis pikir apa yang membuat kekasihnya begitu marah dan mutung padanya.
Setelah mereka duduk di bangku yang sudah dipesan sebelumnya oleh Sasuke, dan beberapa cemilan pembuka mulai datang. Sasuke memberanikan diri untuk bertannya lebih dalam.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Sasuke, tidak ingin susana dingin ini berlangsung terlalu lama. "Ada apa? Katakan padaku. Kalau kau tidak mengatakan hatimu, bagaimana aku bisa menyembuhkannya?"
Naruko menatap Sasuke dengan jengkel. Lalu menyatakan alasannya, "Aku tidak suka kau bersama Sakura."
Sasuke mendesah karena harus menghadapi masalah yang sama untuk kesekian kali. "Kau sudah tahu, Sakura mantan istriku, dan Orion adalah anak kandungku. Tidak mungkin bagiku untuk memisahkan diri dari mereka," kata Sasuke, tersenyum sabar menghadapi kekasihnya. Mengambil tangan Naruko untuk ia pegang dengan mesra.
"Kemudian pisahkan saja Sakura dari anakmu!"
Jawaban yang diberikan Naruko, benar-benar menghilangkan senyuman di wajah Sasuke seketika. Wajahnya berubah merah, dan napasnya menggebu. Cengkraman di tangan Naruko pun semkain mengencang dan mengencang.
"Sasuke, lepaskan. Ini sakit," teriak Naruko yang mendapati tangannya benar-benar menjadi sasaran kemarahan Sasuke. Ia merintih dan memohon agar Sasuke melepaskannya. Namun hanya dipandang Sasuke dengan tatapan kebencian yang semakin menjadi-jadi.
"Pikirkan baik-baik apa yang kau ucapkan. Memisahkan Orion dari Ibunya?"
BRAK
Sasuke menggebrak meja saat berdiri.
"Kau pikir kau siapa, berani merampas kebahagiaan anakku, HAH?" murka Sasuke, masih mengeratkan cengkramannya hingga membuat permukaan kulit tangan Naruko semakin memerah dan biru.
"Aku tidak sengaja mengatakannya. Aku tidak sengaja. Lepaskan tanganku, sakit. Sasuke, sakit."
Tidak tahan melihat Naruko yang menagis sambil memohon padanya, akhirnya Sasuke melepaskan cengkramannya, dan membuang tangan Naruko keras-keras.
"Kau sangat berubah Naruto. Aku tidak mengenalmu sama sekali. Sikapmu, gaya bicaramu, bahkan hatimu. Kau yatim piatu Naruto. Harusnya kau lebih tahu bagaimana rasanya terpisah dari orang tua."
Naruko hanya dapat menangis mendapat semua tuduhan yang Sasuke lontarkan. Ia tidak berani menanggapi amarah Sasuke yang masih meledak saat ini. Hanya mampu menagisi tindakannya yang kurang ajar dan tangannya yang bengkak kemerahan.
"Sebaiknya kita tidak bertemu beberapa hari ini. Aku ingin kau merenungkan apa yang kau katakan. Tiga hari saja, izinkan aku melupakan apa yang baru saja kau ucapkan. Aku akan segera menikahimu, yang berarti kau akan menjadi ibu dari Orion-ku. Pikirkan baik-baik posisimu. Aku ingin kau menjadi ibu yang baik baginya, dan mendukungku untuk membesarkannya hingga dewasa."
Sasuke berbalik, berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Naruko yang masih menagis tersedu di tempatnya.
"Sampai jumpa di kantor minggu depan," ujarnya sebelum menghilang di balik pintu.
Bersambung ....
Apakah dendam kalian pada Naruko sudah terlampiaskan? Yang belum puas, silahkan request di kolom komentar.
*curcol dikit*
Dulu ada sistim privat yang mengharuskan kalian Follow sebelum baca cerita. Tapi sekarang sudah dihapuskan.
Sebenarnya ini alasan utama kenapa aku mulai nulis lagi.
Sejak sistim privat dihapuskan, aku mulai menyadari, orang yang benar-benar menghargai karyamu, akan datang sendiri padamu, tanpa kamu harus meminta atau mengemis follow pada mereka.
Dan itu terjadi, ada beberapa orang yang memfollow akun ini tanpa paksaan. Walau tidak sebanyak saat aku menerbitkan cerita privat, tapi ketulusan para pembaca justru lebih mengharukan dari yang aku kira.
Dan aku yakin, orang-orang yang memfollow sekarang adalah orang-orang yang benar-benar menghargai karyaku sepenuhnya.
Maka itu aku sangat berterima kasih pada kalian semua. Atas dukungannya, yang mau comment + vote + follow akun ini. Karena kalau tidak ada koment dari kalian, aku merasa sedang bicara pada dinding kosong. Ngenes banget ...
Terima kasih ya semua.
Aku mau nulis lagi. Jangan lupa, koment ya say. Juga vote-nya.
Sampai jumpa...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro