Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Palsu

"Naruto, maukah kau menjadi pacarku?"

Naruko tidak dapat membendung rasa senang yang tercipta dari kalimat singkat itu. Yang ia mimpikan setiap malam akhirnya menjadi nyata. Matanya bersinar terang penuh harapan. Jangtungnya berpacu oleh buncahan kebahagiaan.

"Naruto?" panggil Sasuke, karena tidak kunjung mendapat jawaban.

Namun panggilan itu benar-benar mengembalikan Naruko ke dunia nyata. Naruko teringat siapa dirinya. Dia bukan kakaknya. Yang Sasuke cintai adalah Naruto, bukan Naruko. Pantaskah dia menyambut uluran tangan Sasuke saat dirinya adalah yang palsu?

"Bisakah Anda memberikan waktu bagi saya untuk memikirkannya?" Naruko tercekik oleh kebohongan yang ia ciptakan sendiri.

Sasuke terdiam lesu, menunjukan tatapan kekecewaan terhadap jawaban yang Naruko berikan.

"Besok, akan saya jawab. Besok setelah makan siang. Saya akan memastikan keputusan saya," kata Naruko mencoba menyemangati.

"Baiklah."

***cupchocochip***

Naruko masuk ke dalam aprtemen sempitnya yang berantakan. Banyak tumpukan dokumen dan kertas-kertas berserakan. Tumpukan cucian kotor yang belum ia bereskan. Hidupnya akhir-akhir ini sungguh berantakan. Belajar mati-matian demi menjadi kakaknya, bukan pekerjaan mudah.

Dirinya adalah lulusan keguruan Bahasa Jepang. Setiap malam bergadang untuk membaca buku akutansi dan manajemen milik kakaknya hanya demi sesuap nasi. Berusaha mati-matian belajar untuk menggeluti pekerjaan yang sama sekali di luar bidangnya. Bahakan seminggu pertama bekerja, ia sampai tidak tidur selama tiga hai untuk menyelesaikan laporan dari kantor yang sama sekali tidak ia mengerti.

Sejak lulus, Naruko telah mencari pekerjaan di sekolah-sekolah sekitar Tokyo. Sayangnya tidak mudah untuk mencari sekolah yang mau menerimanya bekerja. Saat wawancara ia sering gagal karena dirinya menjawab dengan kurang tegas, atau pengalamannya yang minim. Sifatnya yang pemalu dan tidak mudah bergaul menjadi salah satu alasan kenapa dirinya tidak kunjung diterima bekerja.

Sampai suatu kali ia menyerah menjadi guru, dan menerima pekerjaan sebagai marketing di sebuah perusahaan. Itu pun tidak berjalan dengan baik, karena dirinya terlalu pemalu dan tidak berhasil menjual produk sesuai target. Maka ia dipecat.

Naruko menyerah. Ia pulang dan menceritakan semua pada kakaknya. Naruto menerima kondisi Adiknya dan membimbing Naruko untuk mewujudkan impiannya sebagai penulis. Akhirnya Naruko tidak bekerja di luar ruangan. Dan memilih fokus untuk membuat Novel yang ingin ia jadikan matapencariannya.

Tidak sampai satu minggu setelah janji itu dibuat. Hingga suatu sore, sebuah kabar buruk datang. Sang kakak dikabarkan mengalami kecelakaan. Truk gas yang menyerobot lampu merah karena sopir yang ngantuk, mengalami kebocoran gas karena gesekan dengan tembok pembatas, dan meledak di lokasi.

Naruto yang melintas dan hendak pulang kerja, menjadi salah satu korannya. Jasad Naruto hangus dan tak dapat dikenali. Mati seketika ditempat kejadian.

Masa kelabu menyelimuti. Naruko benar-benar merasakan bahwa dirinya sendirian. Dulu ia sangat bergantung dari kakaknya untuk hidup. Naruto terlalu memanjakan Naruko, hingga saat ia pergi, kakaknya seolah membawa separuh nyawa Naruko bersamanya.

Dia dan kakaknya sudah sebatang kara sejak ibunya meninggal tujuh tahun yang lalu, sedangkan Ayahnya pun sudah meninggal sebelum mereka lahir. Kini ia merasa bahwa hidupnya benar-benar tidak berguna.

Telfon terus berdering menyatakan pada Naruko untuk segera menjemput jasat Naruto di rumah sakit. Namun tidak ia gubris sama sekali. Malam itu, Naruko berkali-kali mencoba bunuh diri. Entah menenggelamkan diri di bak mandi, atau ingin meminum racun. Namun selalu tidak berhasil karena ia takut mati.

Tiga hari lamanya Naruko tidak kunjung memberi balasan pada rumah sakit. Ia pergi ke ruang belajar kakaknya. Menemukan banyak tumpukan surat di atasnya. Dompet milik kakaknya tergeletak di atas meja. Naruko ingat, dompetnya mereka sama, dan sering tertukar beberapa kali. Mungkin terakhir kali Naruto pergi, ia membawa dompet Naruko. Namun itu semua sudah tidak ada gunanya. Karena pemilik sesungguhnya sudah meninggal dunia. Selain itu juga terdapat beberapa surat tagihan hutang, yang Naruko ketahui adalah hutang bank yang Naruto lakukan untuk membiayai kuliah Naruko dulu.

Kakaknya cerdas, maka sejak kuliah, ia selalu mendapat beasiswa. Sedangkan dirinya yang hanya punya otak tanggung, bergantung pada kakaknya untuk biaya kuliah juga hidupnya. Sekarang bagaimana caranya dia mampu melunasi hutang tersebut, sedangkan ia tidak bekerja. Belum lagi biaya sewa apartemen, air, gas, makan, dan lain-lain.

Apa yang bisa ia lakukan untuk hidup. Ia tidak berani mati. Maka Naruko harus hidup. Namun bagaimana caranya?

Lagi-lagi telfon berdering. Pasti dari rumah sakit lagi. Karena sudah merasa lebih tenang dari pada kemarin. Naruko memberanikan diri mengankat telefonenya.

"Hallo?"

"Hallo, kami dari Rumah Sakit Yamashita. Ingin berbicara pada Naruto-san."

"Iya, saya sendiri. Saya akan segera mengambil jasad Kakakku nanti. Dan melunasi tagihan rumah sakitnya."

"Baik. Saya akan menunggu Naruto-san, agar segera menjemput jasad Naruko-san untuk segera dimakamkan."

Tunggu, apa yang Suster itu katakan?

"Anda memanggil saya siapa?" tanya Naruko, heran.

"Naruto-san?"

"Saya ...." Sebelum sempat Naruko mengoreksi, ia mengambil dompet kakaknya, dan menyadari apa yang terjadi. Identitas mereka tertukar. Namun dari hal tersebut ia memiliki sebuah ide bagus untuk hidupnya.

Bagaimana kalau memulai hidup baru yang lebih baik dengan menjadi kakaknya? Bukankah ia selalu iri dengan apa yang dapat Naruto capai dalam hidup. Prestasinya, teman-temannya, pekerjaannya. Semua! Ia ingin menjadi kakaknya, dan ingin menjadi seperti dia. Akhirnya Naruko memantapkan diri, memulai hidupnya sekali lagi.

"Baik, Sus. Sore nanti, saya akan menjemput dan membawanya ke rumah duka. Saya akan menjemput Naruko di rumah sakit nanti. Terima kasih."

Saat itulah, Naruko memutuskan bahwa dirinya telah mati!

Lalu dengan semua pengorbanan yang dilakukan Naruto untuknya, apa ia tega berbohong lebih jauh hanya untuk mendapat cinta dari atasannya?

***cupchocochip***

Setelah acara malam berakhir, Sasuke mengantar Naruko menuju apartemennya. Kemudian pulang ke kediamannya sendiri.

Sasuke merasakan malam terpanjang selama hidupnya hari itu. Ia tidak sabar menunggu penuh harapan hingga tidak bisa tidur malam itu karena memikirkan jawaban yang akan ia terima.

Namun setelah penantian panjang, akhirnya siang pun terjadi.

"Kenapa kau melamun sejak pagi?" tanya Naruto menumpuk beberapa dukumen di meja Sasuke dengan gemas. Tingkah Sasuke dan Naruko sangat aneh hari ini. Mereka bahkan lebih banyak melamun dari pada bekerja. Hari apa ini? Sambat Naruto dalam hati.

"Ah sudahlah Sakura. Kau tidak akan mengerti deritaku."

"Yaks, kau terdengar seperti ABG yang menanti pernyataan cinta." Naruto berdecak seraya menggeleng-geleng tidak percaya dengan sifat kekanakan Bosnya.

Namun yang ditunjukan Sasuke malah wajah kagum dan terkejut seolah ia melihat Naruto sebagai artis kondang.

"Katakan padaku, Sakura. Apa kau punya kemampuan membaca pikiran? Atau kau bisa meliat masa depan?"

Naruto mundur satu langkah, menghindari Sasuke yang terlihat sedikit ganjil.

"Sasuke, apa kau baik-baik saja?" ujar Naruto, mengulurkan tangan dengan hati-hati, ingin menyentuh kening Sasuke, siapa tahu hangat.

"Seandainya kau punya indra keenam itu, aku akan menyembahmu agar kau mau memberitahuku jawabannya." Sasuke mengembuskan napas frustrasi.

"Apa kau keracunan bekal buatan Naru?"

"Mungkin iya. Dua minggu ini aku hanya makan salad sayur masakannya. Hidupku sungguh seperti kubis layu." Sasuke mendesah, lesu.

"Hahahaha, kau baru tahu kalau Naru itu vegetarian?" Naruto terpingkal, senang dengan penderitaan Sasuke.

"Dari mana aku tahu. Selama perjalananku menguntitnya, dia sering pergi ke yakiniku bersama yang lain. Kenapa tiba-tiba menjadi pecinta sayuran?"

'Karena yang kau lihat itu aku,' iner Naruto, lalu berpaling untuk menjukurkan lidah.

"Aku membawa karage hari ini. Kau ingin mencobanya? Aku akan membaginya denganmu," penawaran Naruto, tidak tega dengan kemalangan Sasuke.

"Boleh-boleh, cepat bawa."

Naruto membawa kotak bekalnya dan membuka di depan Sasuke.

"Woah, ini mewah sekali. Nyam .... Enak!" Sasuke antusias saat mencicipi satu ayam berbalut tepung itu.

"Kalau kau suka, aku akan membawa ekstra besok. Aku merasa tidak akan mendapat bagian kalau harus berbagi denganmu." Naruto melotot marah saat Sasuke tidak berhenti makan makannnya walau sudah hampir habis.

"Agamana kau bisa ciba-ciba menjadi ebat dalam memasak?" tanya Sasuke dengan mulut penuh.

"Issh, telan dulu! Jorok. Aku punya Orion sekarang. Kau mau aku memakan take out tiap hari?" kilah Naruto.

"Kau benar-benar ibu teladan." Sasuke lagi-lagi mengacak-ngacak rambut Naruto dengan gemas.

"Hentikan kebiasaanmu mengacak rambutku. Ini bukan bulu Cihua-hua pink!"

"Huahahahaha .... Bulu cihua-hua Pink! Julukan itu sangat pas untukmu! Hahahaha, Uhuk uhuk uhuk." Sasuke langsung mengambil air karena tersedak setelah menertawakan Naruto.

"Rasakan itu! Raja tiaran!" desis Naruto.

"Apa kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak, lain kali aku akan memasakanmu tiram," kilah Naruto.

"Besok ya. Aku tunggu," balas Sasuke singkat.

'Orang iniiiiiii!' iner Naruto menggeram marah.

Mereka tidak sadar, bahwa di ujung ruangan, ada sosok wanita yang menatap keakraban Naruto dan Sasuke dengan kemarahan.

Naruko merasa cemburu. Ia telah menetapkan hati untuk menolak Sasuke hari ini. Namun setelah melihat keakraban Sakura dan Sasuke ia merasa tidak terima. Kakaknya telah meninggal. Tidak mungkin bagi Kakaknya untuk membongkar kebohongannya bukan? Juga rasa cintanya dan cinta Sasuke benar-benar nyata. Lalu apa salahnya untuk memulai sebuah hubungan?

Maka dari itu, dengan langkah tegap dan menggebu. Naruko menyelip di antara obrolan seru mereka, berdiri di tengah-tengah Naruto dan Sasuke yang kini tengah menatapnya penuh tanda tanya, pada maksud kedatangan tiba-tiba Naruko di hadapan mereka.

"Saya bersedia. Saya bersedia menjadi pacar Anda ...." ujar Naruko tiba-tiba.

Bersambung ....

Doakan leptopku sehat selalu ya. Soalnya dia baru pulang dari ICU.

Jangan lupa vote  + komen sebanyak-banyaknya ya supaya cepet up nya. Aku tunggu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro