Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. BABY² (PART 2) ♥

Sequel FROSTY
PART 2
.

Guys hati2 ini cerita panjang dan garing membosankan. Percayalah!
一一

.
OH SEHUN
LALISA MANOBAN as OH LISA

and Introducing

Little Jenna Jirida Moran

As

OH SESA

.
.

🍒🌺🍒

🌹🌺🌹

Lisa memejamkan mata, bersandar dibahu suaminya. Hari ini terasa begitu melelahkan bagi nya.

Tangan besar Sehun mengusap pelan puncak kepala Lisa, sambil tangan yang lainnya fokus pada stir mobil.

"Tidurlah, kalau sudah sampai aku akan membangunkan mu" ujar Sehun lembut.

"Hmm" Lisa hanya bisa bergumam dan tetap memejamkan matanya.

Bersandar pada bahu suaminya yang sedang sibuk menyetir, adalah pilihan terbaik dan ternyaman bagi Lisa. Menghadiri upacara kelulusan nya sejak pagi, lalu setelah itu merealisasikan rencana mereka yang lainnya.

Photoshoot ulang, memperbaharui album pernikahan mereka, begitu kata Sehun. Bukannya sibuk dengan foto kelulusan, keduanya justru sibuk dengan foto pernikahan.

Tapi rasa lelah Lisa tidak ada apa-apa nya, jika dibandingkan dengan kebahagiaan berlipat kali ganda yang ia rasakan sekarang. Hari kelulusan nya dari Universitas secara resmi, ditemani oleh orang yang sangat ia cintai.

Lisa tidak pernah menyangka sebelum nya, kalau Sehun lah yang akan menjadi pendamping kelulusan nya bersama dengan kedua orang tua dan juga mertua nya.

Hari yang sangat bahagia bukan?

Ditambah photoshoot ulang pernikahan keduanya, sebagai bentuk komitmen ulang dalam pernikahan yang awalnya mereka tolak.

Gadis itu akhirnya benar terlelap dalam perjalanan pulang, Sehun melirik nya sebentar dan tersenyum lembut.

"Chukae istriku.." bisiknya, sebelum akhirnya ia melajukan mobil yang mereka tumpangi dengan cepat menuju kediaman keduanya.

:

Sehun menatap lama Lisa yang masih terlelap, tampaknya gadis itu benar-benar pulas. Bahkan mobil mereka sudah berhenti dan terparkir dengan rapi di halaman rumah, namun ia tidak terganggu sedikit pun.

"Hey, kita sudah sampai" Sehun berbisik ditelinganya.

Tidak ada tanda-tanda Lisa mendengar bisikan Sehun.

"Sayang.." tangannya memainkan poni gadis itu.

Namun itu tidak membuat Lisa terjaga, pemuda itu terkekeh pelan. Dengan inisiatif yang cepat ia keluar, dan membuka pintu dimana Lisa duduk. Meraih gadisnya pelan, kemudian menggendong membawa nya masuk kedalam rumah.

Sehun meletakkan Lisa dengan pelan diatas kasur, kemudian beralih melepas jas nya sendiri. Setelah itu ia kembali terfokus pada gadisnya, yang terbaring nyaman diatas tempat tidur.

"Nona Oh.. Ayo bangun" ia mengusap pelan lengan Lisa, justru semakin membuat gadis itu enggan untuk bangun. "Kau harus membersihkan wajahmu"

Lisa menggeliat pelan, dan menyembunyikan diri nya dibalik selimut.

"Sayang, aku tidak bertanggung jawab kalau nanti ada beberapa biji jerawat yang muncul diwajahmu karena kau tidak membersihkan nya" ujar Sehun setengah mengancam.

Gadis itu langsung membuka mata dengan malas, menekuk wajahnya.

"Bersihkan dulu, setelah itu makan dan kau boleh tidur sepuasnya" saran Sehun.

Wajah gadis itu semakin merengut, menahan kantuknya dan juga rasa pegal dikaki nya.

"Gendong" rengeknya.

Sehun tertawa, ia langsung bergerak cepat kearah istrinya, menggendong nya sesuai permintaan Lisa. Membawa mereka masuk kedalam kamar mandi, menurunkan Lisa didepan wastafel dengan kaca lumayan besar dihadapan nya.

"Oppa, badanku benar-benar terasa letih, aku bahkan tidak bisa berkedip saking lelah nya" ia mengeluh sekaligus beralasan.

Lagi, Sehun kembali tertawa geli. Ia tahu maksud gadis itu, lalu dengan cepat tangan panjang nya meraih Lisa.

"Bilang saja kalau kau ingin aku yang membersihkan nya untukmu Nona" kekeh Sehun, ia mencubit gemas pipi Lisa.

"Oppa tahu itu dengan baik" jawab Lisa sambil mengerucut kan bibirnya.

Pemuda itu membalas Lisa dengan senyuman khasnya, lalu meraih rambut panjang gadisnya dengan perlahan, menggulung ke atas dan mengikatnya.

"Pencuci wajah Tuan Putri..." Sehun bergumam sambil membongkar peralatan pembersih wajah Lisa diatas meja wastafel. "Ah, ini dia.." ujar Sehun dengan antusias.

Mata Lisa hanya bisa mengerjap-ngerjap, mengekori tangan Sehun yang menbongkar peralatan wajahnya.

"Pejamkan matamu Nona" titah Sehun.

Lisa menurut saja, ia bisa merasakan Sehun mengangkat dan menjepit poni nya, diam-diam ia tersenyum kecil.

Tangan Sehun bergerak pelan, mengoles-ngoles wajah Lisa. Lalu dengan hati-hati membersihkan nya, sementara Lisa mengatupkan mata juga mulutnya dengan rapat.

Setelah itu langkah terakhir, Sehun membasuh wajah Lisa dengan air mengalir dari keran wastafel, lalu mengelap dengan handuk dan menepuk-nepuk lembut pipi gadisnya.

"Cha! Sudah selesai sayang, kau bisa membuka matamu" ujar Sehun.

"Gomawo Oppa~" sahut Lisa begitu matanya terbuka, dan ia langsung berjinjit memeluk leher Sehun.

"Masih ingin digendong?" tanya Sehun terkekeh, memeluk tubuh Lisa.

Gadis itu mendongak menatap wajah Sehun dengan sumringah, lalu mengangguk antusias.

Satu kali gerakan, Sehun mengangkat tubuh Lisa dengan mudah, menggendong nya ala bridal style.

"Aigoo... Gadis kecilku ini" kekeh Sehun seraya meletakkan Lisa kembali ke atas kasur.

"Oppa aku tidak mau makan, aku ingin tidur saja ya?"

"Kau bisa sakit kalau begitu" jawab Sehun sambil mengganti kemejanya.

"Lagi pula tadi Eommoni sudah memberiku makan banyak sekali, aku masih kenyang sampai sekarang" Lisa menyusup kembali masuk kedalam selimut tebalnya.

"Arraseo" Sehun mengalah.

Ia melirik ke arah kasur, gadis itu sudah memejamkan mata kembali menjelajahi dunia tidurnya yang sempat tertunda.

Sehun menyungginggkan senyuman nya, lalu melangkah menuju meja kerja nya didalam kamar tersebut. Mengerjakan beberapa hal untuk hari besok, kemudian segera menyusul Lisa yang sudah tidur dengan nyenyak.

Hari ini memang melelahkan, dan tampak nya mereka akan tidur sampai besok dengan melewatkan makan malam mereka.

.
.

🌺

♡BABY²♡

🌺

.
.

"Jadi kau tidak akan bekerja seperti rencana mu diawal?" tanya Seulgi sambil mengunyah kentang goreng pesanan nya dan Lisa, juga Jennie.

"Tidak. Aish, dia tidak akan mengijinkan nya" jawab Lisa.

"Dia? Dia siapa? Oh Sehun? Suami mu?" Jennie menggoda Lisa dengan nada mengejek.

"Hentikan Eonn" sungut Lisa.

Jennie tertawa renyah, ia suka sekali menggoda Lisa mengenai pernikahan yang ia tolak mati-matian diawal, namun justru sekarang ia benar-benar jatuh cinta pada suaminya.

"Ah, aku masih ingat bagaimana tatapan suami mu di hari kelulusan mu, Lice.." sambung Seulgi tidak mau kalah. "Ckck, overprotective sekali, apa hidup memang semudah itu berbalik ya?"

"Hm, sangat bertolak belakang dengan ekspresinya saat kalian menikah" Jennie kembali menambah.

Lisa mendengus pelan.

"Jadi bagaimana cerita nya kalian bisa saling jatuh cinta?" Seulgi penasaran.

"Entah lah.. Terlalu panjang cerita nya" elak Lisa.

"Lice.." Jennie menatap Lisa lama. "Ini kan sudah sebulan sejak kau bilang kalian saling jatuh cinta?"

Kepala Lisa terangguk mengiyakan, ia menatap Jennie meneliti.

"Kenapa?" Lisa terdengar curiga.

"Kau pasti sudah tidak perawan kan? Iya kan? Apa aku benar?" tanya Jennie terus terang.

Wajah Lisa langsung memanas, pertanyaan Jennie ada-ada saja, pikir nya.

"Jadi, bagaimana rasanya Lice?" Seulgi menyambung dengan mata penuh harap kalau Lisa akan menjawab.

"Apa sakit?" Jennie terus saja bertanya.

"Mwoya! Hentikan itu!" jerit Lisa tertahan. "Pertanyaan macam apa yang kalian ucap kan?"

Jennie dan Seulgi saling bertatapan, kemudian tertawa.

"Kami hanya penasaran, kalian menolak pernikahan ini pada awalnya. Tapi tiba-tiba saling jatuh cinta, bagaimana bisa sih?" heran Jennie.

"Ck, jangan tanya padaku. Namanya perasaan siapa yang bisa menebaknya? Lagi pula kami tinggal bersama, tentu saja kemungkinan untuk saling jatuh cinta itu besar" jawab Lisa asal.

"Eoh, jadi teori nya seperti itu?" Seulgi memanggut-manggut mendengar jawaban Lisa. "Jadi kapan kau berencana hamil, atau sekarang kau sedang isi?" gadis itu mengulurkan tangan menyentuh perut Lisa.

Lisa merotasikan matanya, sementara Jennie terkikik geli.

"Kau masih belum menjawab Lice, bagaimana rasanya? Apakah suami mu...ekhm..itu...ekhm.. Ya kau tahu lah maksud ku" Jennie menahan tawa.

"Kalian sering melakukan nya?" Seulgi mengerjap penasaran.

"Yak! hentikan pembicaraan pribadi pernikahan, arraseo? Kalian akan merasakan nya kalau sudah menikah!" seru Lisa gemas. "Aku tidak akan menceritakan nya, akan menjadi tidak menarik lagi kalau kalian mendengar nya dari cerita ku. Lebih baik ini menjadi rahasia dan alami saja sendiri" ia menjulurkan lidahnya mengejek.

"Yahhhh..."

Desahan protes langsung terdengar dari arah Jennie dan Seulgi, dengan Lisa yang kini menyengir sambil tersenyum menang.

"Arraseo" Jennie memajukan bibir nya. "Siapa yang mau menikahi gadis seperti ku yah?" ia mengawang.

"Peniel Sunbae yang sudah lulus itu, kenapa Eonni tidak melihat nya? Bukan kah ia bekerja di perusahaan pengusung entertainment juga?" jawab Lisa.

"Selesaikan dulu urusan kuliah mu, setelah itu baru kau boleh berpikir untuk menikah" sindir Seulgi.

Jennie langsung menatap Seulgi kesal.

"Lisa saja menikah saat masih menyusun tugas akhir" Jennie membela diri.

"Beda ceritanya, dia dijodoh kan saat ia sudah pasti akan lulus" Seulgi tidak mau kalah. "Lagi pula suaminya mapan, tampan dan ekhm... Hot.." ia menyengir lebar.

Lisa langsung mendelik menatap Seulgi, sama hal nya dengan Jennie.

"Apa hubungan nya dengan tampan dan hot Nona Kang?" protes Jennie.

"Ya seperti itu.." Seulgi menjawab cuek, setelah itu tertawa geli. "Intinya, Lisa memang sudah siap untuk di nikahkan. Sementara kau? Ckck tidak siap untuk apapun"

"YA!" Jennie memekik tertahan.

"Bwoya? Memang benar seperti itu, kuliah mu saja kau telantarkan, padahal pintar. Apalagi nanti suami dan juga rumah tangga mu" Seulgi semakin menjadi-jadi.

Kepala Lisa menggeleng-geleng pelan melihat perdebatan kedua sahabat nya, selalu begitu setiap membahas masalah kesibukan Jennie.

"Tidak usah berdebat, semua ada waktunya, yang penting sekarang, kalian berdua selesai kan studi kalian" lerai Lisa. "Seulgi sebentar lagi, Eonni harus mengejarnya"

Wajah Jennie merengut, menatap Lisa dan Seulgi bergantian.

"Arraseo, padahal kalian tahu kuliah di jurusan ini adalah paksaan" gerutu nya.

"Tapi Eonni harus menyelesaikan apa yang sudah Eonni mulai, meski Eonni tidak menyukai nya" balas Lisa.

"Yups, seperti Lisa, iyakan Lice? Diawal dia menolak pernikahan nya, tapi ia tetap menjalani nya. Lihat sekarang? Jadi cinta bukan?" sambar Seulgi menggoda Lisa.

"Berhenti menggodaku Seulgi~ya" protes Lisa.

Tawa Seulgi terdengar, diikuti oleh kekehan Jennie. Lalu ketiganya terlarut dalam perbincangan ringan, sesekali menggosipkan Adam Levine.

Tapi lebih banyak menggoda Lisa,dengan kehidupan berumah tangga nya yang tidak terduga.

.
.

Sore itu seperti biasa sambil menunggu Sehun pulang, Lisa duduk di depan TV menonton acara yang ditayangkan secara acak. Ia menoleh antusias kearah pintu rumah, begitu mendengar pintu terbuka kemudian tertutup lagi.

"Hai Oppa!" serunya ceria ke arah muncul nya Sehun.

Pemuda itu hanya tersenyum tipis membalas sapaan Lisa, wajahnya nampak lesu sekaligus kelelahan. Gadis itu otomatis mengekori Sehun yang langsung masuk kedalam kamar, tanpa menghampiri Lisa di sofa.

"Oppa akan langsung tidur?" tanya Lisa begitu melihat Sehun langsung berbaring tanpa mengganti kemeja nya.

"Aku ingin beristirahat sebentar" jawab pemuda itu seraya menutup mata dengan lengan nya.

"Apa perasaan Oppa sedang tidak enak?"

"Hanya butuh istirahat" sahut nya singkat.

Lisa terdiam, mengamati suaminya. Ia pasti sangat kelelahan, dan Lisa bisa menebak pasti terjadi sesuatu dikantor.

Ia menghampiri Sehun yang berbaring, duduk disamping pemuda itu, menyentuhnya.

Hangat.

"Oppa sakit?" khawatir Lisa.

"Tidak" suara berat namun letih Sehun terdengar.

"Tapi suhu badan Oppa hangat, tidak normal" ucap Lisa sambil membandingkan suhu tubuh mereka.

"Aku sudah bilang, hanya butuh istirahat" jawab Sehun.

Gadis itu kembali terdiam, ia menatap Sehun dengan seksama, tidak yakin dengan jawaban pemuda itu.

Setelah itu ia lebih memilih mengalah, biasanya dalam kondisi seperti ini Sehun paling tidak suka diganggu. Gadis itu beranjak keluar dari kamar, melanjutkan tontonannya meski tayangan menjadi sedikit membosankan bagi Lisa.

Berkali-kali ia tampak menguap, namun ia tidak berniat untuk segera masuk ke kamar dan tidur. Sampai ia tertidur lelap dengan tidak sadar diatas sofa.

Hari semakin gelap, tidak ada tanda-tanda kehidupan dirumah tersebut, hanya ada suara TV yang terdengar memecah keheningan malam.

Sehub terjaga menjelang larut malam, dan seolah baru tersadar kalau sang istri tidak bersama nya di kamar.

"Lice.." panggil nya serak.

Tidak biasanya Lisa menghilang dari kamar dijam-jam seperti ini, biasanya ia sudah mendengkur halus disamping Sehun.

Karena tidak ada jawaban dari Lisa, akhirnya Sehun bergerak meninggalkan kamar. Lalu, ia mendapati Lisa tertidur pulas di sofa sambil meringkuk.

"Astaga" gumam Sehun pelan.

Ia menghampiri Lisa yang sedang pulas-pulasnya.

"Sayang, kenapa tidur diluar?" ia mengelus punggung Lisa.

Gadis itu tidak merespon sama sekali, Sehun tersenyum geli. Kebiasaan Lisa saat tidur, ia tidak akan terganggu dengan apapun, berbeda dengan Sehun yang mudah terganggu meski hanya oleh suara kecil.

Matanya melirik TV yang masih menyala menonton Lisa yang tengah tertidur, tangan panjang Sehun meraih remote TV kemudian meng-off kan nya.

Sehun meraih pelan tubuh Lisa, mengangkat nya menuju kamar. Itupun tidak membuat gadis itu terjaga, ia justru semakin terlihat nyaman. Tawa pelan Sehun terdengar sembari meletakkan Lisa diatas tempat tidur, mengusap lembut rambut gadisnya.

"Sayang.." bisiknya. "Kau melewatkan makan malam mu"

Tentu saja tidak ada jawaban, Lisa justru mendengkur halus. Sehun kembali terkikik.

"Kelelahan, hm? Bertualang kemana saja hari ini?" Sehun mendekatkan wajahnya pada gadis itu kemudian mengecup nya berkali-kali.

Trik membangunkan Lisa yang biasa Sehun gunakan, dan selalu berhasil. Buktinya gadis itu menggeliat risih, sambil bergumam tidak jelas.

Sehun tidak berhenti mengecup wajah Lisa, sampai gadis itu membuka matanya dengan malas dan merengut karena tidurnya terganggu. Padahal ia baru saja bermimpi Adam Levine akan memberi nya tanda tangan di kaos kesayangan nya.

"Bangun Putri Tidur" kekeh Sehun. "Kau melewatkan makan malam kan?"

Lisa memajukan bibirnya kesal.

"Oppa mengganggu mimpi ku dan Adam Levine" sungutnya.

"Mwo?" Sehun langsung tidak terima.

"Iya, aku bermimpi Adam Levine sudah siap membubuhi tanda tangan pada kaos ku, Oppa justru membangun kan ku" bibir Lisa semakin maju.

"Tidak bisa begitu, kau tidak boleh memimpikan nya!" protes Sehun. Tiba-tiba saja ia merasa tidak suka pada pentolan grup Maroon Five itu.

Lisa bergerak bangun, menatap Sehun heran.

"Wae? Lagi pula siapa yang bisa mengatur mimpi?"

"Ya, itu kenapa kau tidak boleh terus-menerus memikirkan nya, agar tidak terbawa mimpi" sahut Sehun kesal.

"Aku bahkan tidak memikirkan nya sama sekali!" Lisa tidak mau kalah.

"Kalau begitu sebelum tidur kau harus berdoa, agar tidak memimpikan nya"

"Oppa pikir Adam Levine itu mimpi buruk?" Lisa tidak terima.

Sehun mendengus.

"Iya, dia mimpi buruk untukku"

"Mwoya? Ish, Oppa ini aneh sekali! Sudah mengganggu tidurku, sekarang justru menyalahkan ku karena memimpikan Adam Levine, kapan sih aku bisa benar dimata Oppa? Huh!" nada gadis itu meninggi. "Lebih baik aku kembali tidur, aku malas bicara dengan Oppa!"

Lisa langsung masuk kedalam selimut, menutupi sampai seluruh tubuhnya. Sedangkan Sehun melongo, menatap Lisa yang sudah membungkus seluruh tubuhnya.

"Sayang, maaf.." ujar Sehun pelan dengan nada bersalah. "Aku tahu aku berlebihan, tapi entah kenapa tiba-tiba aku tidak suka padanya.." ucapnya jujur.

Gadis itu diam saja, hanya helaan nafasnya yang terdengar dari balik selimut tebal yang menutupi nya.

"Oh Lisa? Mianhae ne?" bujuk Sehun sambil menarik pelan selimut yang membungkus Lisa.

Sehun kaget mendapati Lisa dengan wajah merah, dan mata berair. Dengan cepat ia menarik gadisnya memeluk sambil menepuk-nepuk lembut punggung gadis itu.

"Mianhae, jeongmal mianhae.. Aku membuat mu menangis lagi" Sehun mengecup puncak hidung Lisa. "Benar-benar minta maaf" bisiknya.

Lisa terisak pelan dibahu Sehun, ia tidak menjawab pemuda itu sama sekali hanya suara tarikan cairan hidung nya juga isakan nya terdengar.

Tangan Sehun mengelus lembut puncak kepala Lisa, kemudian mengeratkam pelukan nya sambik terus berbisik menenangkan gadisnya.

"Oppa.." panggil nya disela isakan nya dengan parau.

"Iya sayang"

"Lapar~" rengeknya.

Sehun tertawa, lalu mengecup puncak kepala Lisa dengan sayang.

“Ayo makan” ajaknya.

“Tapi aku tidak ingin makan”

Pemuda itu langsung menggaruk kepalanya bingung.

“Kau bilang lapar?”

“Iya, tetapi tidak ingin makanan yang didapur” jawab Lisa. “Aku ingin Bibimbab yang di sekitaran gedung Alive Dance Academy milik Oppa di Hongdae, yah yah?” pinta nya memelas tidak ketinggalan puppy eyes andalannya.

Dahi Sehun mengerut keheranan dengan keinginan Lisa, tidak biasanya. Ia melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 22.47 KST.

“Sekarang?”

“Ya sekarang Oppa, aku lapar nya sekarang bukan besok atau lusa!” sungut Lisa.

A-arraseo..” Sehun meluluskan permintaan Lisa dengan cepat, tampak nya istrinya sedang dalam kondisi darurat. “Apakah tempat nya masih buka selarut ini?”

Lisa mengangguk dengan tersenyum lebar, dan wajah bersinar.

Kajjah!” Sehun mengulurkan tangannya pada Lisa.

Kajjah!” Lisa menyambut nya dengan bersemangat.

Ada apa dengan Nona Oh malam ini, kenapa dia sedikit aneh? :")

Celotehan Lisa terus terdengar sepanjang perjalanan mereka menuju tempat yang Lisa maksud kan, ia terdengar begitu antusias dan sangat bersemangat.

“Oppa aku ingin jamurnya yang banyak, dan pedas!” pinta Lisa saat Sehun membuka buku menu.

“Malam-malam begini makan pedas?” tanya Sehun.

“Neh, biasanya juga begitu kan?”

“Baiklah. Itu saja? Kau ingin apalagi?” Sehun kembali menuruti permintaan gadis itu.

“Soju!” sahut Lisa cepat.

Lagi-lagi Sehun mengerut bingung, menatap Lisa tidak yakin.

“Ini sudah malam” nada Sehun terdengar keberatan. “Pesan yang lain saja ya?”

“Aku ingin es teh saja” sahut Lisa kemudian. “Oppa tapi aku ingin Nakji Bokkeum juga, pasta sambal nya yang banyak” pintanya.

Arra, asal jangan Soju” Sehun menulis pesanan mereka.

“Hm..” gadis itu bergumam.

Setelah itu Sehun sibuk memesan makanan mereka, sementara Lisa dengan wajah ceria meneliti tempat makan tersebut, meski sudah larut namun tetap ramai.

Pemuda itu kembali duduk setelah membayar pesanan mereka langsung, menatap Lisa seksama, sedikit aneh dengan tingkah nya malam ini.

“Kau sering makan disini?” tanya Sehun.

Ne, dengan Soojung dan Taeng Eonni setiap selesai mengajar” jawab gadis itu senang tapi wajahnya kemudian meredup.

“Merindukan kelas tari mu, hm?”

Lisa mengangguk dengan memasang wajah sedih, berharap Sehun melakukan sesuatu untuknya bisa kembali ke kelas mengajar tari nya.

Arraseo, kau boleh kesana kapanpun kau ingin..” usul Sehun.

Jinjja?”

“Tentu saja, kenapa tidak? Kau istriku, dan aku pemilik akademi itu jadi kau berhak kesana” ujar Sehun.

Lisa langsung bertepuk tangan kecil, dengan wajah cerianya. Ia memeluk lengan Sehun, lalu bersandar pada bahu suaminya.

Gomawo Oppaku~”

Padahal Sehun merasa baru saja Lisa bersandar pada bahunya, namun saat pemuda itu menoleh ia sudah mendapati Lisa yang mulai terlelap lagi, bahkan pesanan mereka belum datang.

Aigoo” Sehun terkekeh. “Kau tidak seperti biasanya malam ini sayang” bisiknya halus, sambil menarik lembut gadis itu, menyamankan posisi nya dengan bersandar di lehernya.

Sehun tersenyum pada pengantar pesanan mereka, saat orang tersebut menatap bingung Lisa yang terlelap didalam dekapan Sehun.

“Ah, jeoseonghamnida Tuan, apakah kami terlalu lama mengantar makanan nya?” pelayan tersebut merasa bersalah.

Aniya, istri saya memang sudah mengantuk sejak dari rumah, hanya saja ia ingin sekali makan di sini” jawab Sehun.

“Ah, maafkan kalau sedikit terlambat, pesanan sangat ramai didapur” ujar pelayan tersebut.

“Tidak apa-apa, kami memaklumi nya” Sehun menyahut ramah.

“Kalau begitu selamat menikmati Tuan” pelayan itu membungkuk kemudian meninggalkan meja Sehun dan Lisa.

Pemuda itu menunduk, menatap wajah lelap istrinya, ia kembali terkekeh geli. Ia belum berniat membangun kan Lisa, dan beberapa mata dari beberapa meja menatap keduanya dengan sedikit heran. Tapi Sehun tidak perduli, ia hanya fokus pada wajah polos istri nya yang terlelap.

Selang beberapa lama, tiba-tiba telinga Sehun mendengar bisikan-bisikan tidak asing.

“Bukankah itu uri sajangnim? Bersama istrinya?”

“Ini kali pertama aku bertemu sajangnim diluar kantor selama bekerja dengannya” suara yang lain menyahut.

Sehun mendesah pelan, kenapa ia harus bertemu dengan orang-orang tersebut ditempat ini batin nya.

“Jadi mereka sungguh-sungguh menerima pernikahan karena perjodohan itu ya?”

“Kurasa iya, buktinya sudah cukup kuat..” mereka terus saja bicara. “Berarti Miss Park benar-benar habis sekarang” orang tersebut kemudian tertawa.

“Lagi pula kabar terakhir yang aku dengar Miss Park di pindahkan ke bagian iklan bukan?”

“Hm, kurasa sajangnim sudah sangat jengah padanya, sudah tahu orang beristri tapi ia tetap saja mencoba menggoda”

“Melihat bagaimana sikap sajangnim pada istrinya, aku yakin sekali sajangnim lah yang menyingkir kan Miss Park sejauh mungkin”

“Nona Oh hebat sekali, hanya dalam hitungan waktu yang singkat bisa mendapatkan hati sajangnim

Sehun mendengus kasar mendengar nya, membuat Lisa bergerak sedikit terganggu. Gadis itu membuka mata pelan, mengerjap-ngerjap lalu mendongak menatap Sehun.

“Oppa..”

“Oh, hey sayang.. Apa aku mengganggu tidurmu? Makanannya sudah datang” ujar Sehun.

Lisa menggeleng pelan, lalu menegak kan badan melepaskan diri dari dekapan Sehun.

“Apa aku tertidur lama? Aku mengantuk sekali tadi” wajah gadis itu terlihat masih begitu mengantuk.

“Tidak lama, hanya beberapa saat” jawab Sehun. “Masih lapar kan?”

Gadis itu mengangguk dengan cepat, sambil mengendus-ngendus aroma makanan yang masih mengepul diatas meja.

“Woah, seperti nya ini lezat” Lisa menelan ludah berkali-kali. “Hmmm, bau pedasnya enak sekali...”

Sehun terkekeh pelan mendengar celotehan Lisa, ditambah melihat pipi penuh gadis itu, tawa Sehun menjadi-jadi. Menggemaskan!

“Uhh, Opwa raswanywa akwu sepwertwi bwelwum mwakwan swelwamwa bwerhwarwi-hwarwi (Uhh, Oppa rasanya aku seperti belum makan selama berhari-hari)” oceh nya lagi dengan pipi gembung karena makanan. “Ini benar-benar enak, sampai ingin menangis rasanya”

“Makan dengan pelan sayang, kau bisa tersedak. Makanan mu tidak akan kemana-mana jadi tidak usah terburu seperti itu” ujar Sehun sambil menepuk-nepuk pelan punggung Lisa yang terbatuk kecil.

Gadis itu menyengir sambil meraih cepat gelas minuman nya yang Sehun sodorkan.

“Aku sangat lapar Oppa, tidak pernah merasa selapar ini. Dan makanan disini kenapa bertambah enak ya?”

Pemuda itu menggelengkan kepala, kemudian tertawa kecil sambil menatap Lisa takjub.

“Kau memang selalu lapar tengah malam kan?” ralat Sehun menahan tawa.

“Ehee, ya begitu..” gadis itu langsung memamerkan deretan gigi rapinya.

Arraseo, habiskan makanan nya kalau begitu”

Lisa langsung mengangguk antusias, sambil kembali melahap makanan nya. Namun, tiba-tiba ia berhenti dan terdiam selama beberapa saat.

Wae?” khawatir Sehun.

“Seperti nya aku mual” jawab Lisa. “Oppa aku kebelakang sebentar ya” ia beranjak dari kursi nya.

“Kau baik saja?”

“Hm, aku akan segera kembali” sahut Lisa.

Dengan langkah terburu-buru ia menuju arah kamar mandi rumah makan tersebut, lalu menghilang dari pandangan Sehun.

Hoek!

Lisa menutup mulut nya dengan kedua tangan, menghadap wastafel. Matanya berair karena menahan mual dan juga kepala nya yang terasa berputar sejak tadi.

Hoekk!

Ia memuntahkan seluruh makanan yang ia makan tadi, dan tiba-tiba ia jadi membenci semua pesanan nya saat ia mengingat makanan nya masih tersisa dimeja nya dengan Sehun.

“Apa ada yang salah dengan makanan nya?” gumam Lisa lemah. “Biasanya tidak begini, apa bahannya kadaluarsa dan sebagainya? atau jamurnya beracun?”

Lama Lisa berdiri didepan wastafel, menatap pantulan dirinya di kaca. Pucat?

Jangan-jangan aku benar-benar keracunan makanan :") eotokhe? :(

Begitu ia keluar dari kamar mandi, matanya menangkap sosok Sehun yang bersandar pada lorong memisahkan kamar mandi dan pintu utama rumah makan, pemuda itu menunggu Lisa.

Gwenchana?” suara Sehun sarat akan kekhawatiran saat melihat Lisa muncul.

“Oppa aku ingin pulang” rengeknya.

Arraseo, ayo pulang” pemuda itu mengulurkan tangan pada Lisa. “Kau sakit?” curiga Sehun menatap gadis itu.

Kepala Lisa bergerak menggeleng, ia memeluk Sehun menyandarkan kepala nya sejenak pada dada pemuda itu.

“Tidak apa kalau kita pulang? Kau sudah kenyang?” Sehun memastikan.

“Aku tidak suka makanan nya, seperti nya beracun Oppa” bisik Lisa.

Sehun langsung membungkam Lisa dengan tangannya.

Shhh, jangan bicara seperti itu sayang” pemuda itu balas berbisik. “Buktinya aku tidak keracunan, mungkin kau yang sedang dalam kondisi tidak baik”

Lisa langsung merengut.

“Tapi Oppa, lambung ku seperti dihantam benda keras tadi” ia bersikeras.

Pemuda itu tergelak geli, mengacak poni istrinya gemas.

“Kau yang sedang dalam kondisi lemah Nona Oh” jawabnya. “Ayo pulang” Sehun menariknya lembut meninggalkan tempat tersebut.

Sepanjang perjalanan pulang, Lisa terus saja berisik mengatakan kalau makanan yang ia makan 100% beracunlah, kadaluarsa lah, mengandung bahan makanan yang tidak baik dan sebagainya.

Sehun hanya menjadi pendengar setia istrinya sambil sesekali terkekeh, setiap kali celotehan Lisa yang terdengar tidak masuk akal, ia lontarkan.

“Oppa aku ingin mendengar Oppa bernyanyi” pinta Lisa penuh harap saat ia sudah terbungkus selimut tebal.

Mata Sehun langsung melebar sempurna, gadis itu kenapa aneh sekali, batin Sehun.

“Aku tidak akan bisa tidur kalau Oppa belum bernyanyi untukku” lanjut Lisa lagi begitu melihat raut wajah Sehun yang terlihat ragu.

Arraseo, arraseo.. Kemarilah” Sehun mendekap tubuh Lisa, gadis itu langsung melonjak senang.

Lisa langsung memejamkan mata bersiap tidur.

~When you smile, sun shines.. Eoneoran teuren chae mot dameul challan. On mame pado chyeo. Buseojyeo naerijanha oh.. Baby don’t cry tonight.. eodumi geochigo namyeon, Baby don’t cry tonight.. eobseotdeon iri doel geoya. Mulgeopumi doeneun geoseun nega aniya kkeutnae mollaya haetdeon. So baby don’t cry, cry, nae sarangi neol jikil teni..~” - Baby Don't Cry (EXO)

Suara Sehun mengalun lembut ditelinga Lisa, dengan mudah mengantar gadis itu kealam mimpi dengan cepat.

.
.
.

Satu sosok masih tampak menggelung nyaman didalam selimut, padahal matahari sudah menampakkan diri dan mulai naik bersinar dengan gagah nya.

Gadis itu justru masuk bersembunyi didalam selimut, saat jendela kamar terbuka dan cahaya matahari masuk menerangi ruangan tidur tersebut.

Morning sunshine..” suara berat khas milik Sehun menghiasi pendengaran Lisa.

Namun, Lisa justru bergumam tidak jelas dibalik selimut nya. Tampak nya ia merasa terganggu oleh suara berat tersebut.

“Bagaimana perasaan mu pagi ini Nona Oh, apakah masih mual?”

“Mendengar suara Oppa, aku tiba-tiba menjadi mual” sungut Lisa dari bawah selimut.

“Bagaimana bisa?” Sehun keheranan.

“Entahlah, tapi tolong Oppa jangan bicara dulu, aku benar-benar mual dan terasa akan muntah sekarang!” seru Lisa tertahan.

Sehun langsung bungkam dengan dahi mengerut, menatap Lisa yang muncul dari dalam selimut dengan wajah mengantuk.

Setelah nya, pemuda itu menatap melongo Lisa yang melompat turun dari tempat tidur, kemudian berlari ke kamar mandi meninggalkan suara berisik pintu kamar mandi yang tertutup juga suara aliran air keran didalam kamar mandi.

“Lice..” Sehun berdiri didepan pintu kamar mandi, mendengar suara berisik Lisa didalam sana. “Gwenchanayo?”

“Aku bilang jangan bicara!” teriak Lisa dari dalam.

Pemuda itu kembali terdiam dengan wajah penuh kebingungan.

Kriet..

Brak!

Lisa keluar dari kamar mandi dengan nafas terengah dan mata merah berair, ia menatap Sehun yang terlihat ragu antara ingin bicara atau tidak.

“Oppa, hiks....” tiba-tiba ia terisak tanpa sebab.

W-wae? Ada yang sakit?” panik Sehun.

“Kenapa Oppa memakai dasi garis-garis itu? Jelek sekali, huwaaaa~” tunjuk Lisa disela isakan nya.

“Biasanya memang pakai ini kan?” Sehun kebingungan setengah mati.

“Tidak suka...hiks..hiks.. Oppa ganti, jebal~” rengeknya, dan isakannya menjadi-jadi.

“Eh?”

“Ganti Oppa, ganti..ganti.. Aku tidak suka” Lisa bersikeras.

Sehun benar-benar dibuat melongo oleh Lisa pagi itu, ia terpaksa mengganti dasinya menjadi senada dengan warna jas nya. Namun di perjalanan menuju kantor, diam-diam Sehun mengganti dasinya lagi kembali seperti semula.

“Ya Tuhan, ada apa dengan Lisa? Kenapa sejak semalam dia aneh sekali” Sehun mengusap wajah nya kasar dan frustasi. “Apa ia sedang dalam masa period nya?”

Pemuda itu menghela nafas kasar didalam ruangan nya, pikiran nya kini tertuju pada Lisa dirumah. Apakah ia baik saja sekarang?

Tangan panjang Sehun meraih ponsel nya, menekan nama Lisa di panggilan cepat, menghubungi gadis itu.

Tidak ada jawaban.

Sementara itu di rumah mereka, Lisa sedang duduk manis menatap layar TV tanpa berkedip, mulutnya menganga siap melontarkan isi hati dan pikirannya.

“Ya! Geum Jan Di jangan lemah seperti itu, kau harus melawan, kau tahu?! Hajar saja Gu Jun Pyo, patahkan lehernya!” seru Lisa gemas pada layar TV. “Dia akan semakin seenaknya kalau kau bersikap lemah!”

Decakan kesal Lisa terdengar kemudian, ia meluruskan pandangan nya pada layar TV, bergumam pelan tanpa di ketahui apa yang ia gumam kan.

“Lebih baik kau dengan Yoon Ji Ho saja Geum Jan Di! Pria seperti Gu Jun Pyo tidak baik untukmu, jangan menjadi wanita bodoh!” omelnya gemas karena drama lawas yang ia tonton.

Entah kenapa, tiba-tiba sekali Lisa ingin menonton drama tersebut. Padahal sejak awal ia tidak begitu suka dengan drama Boys Over Flowers.

“Hish! Benar-benar, kenapa di semua drama tidak ada gadis pintar? Kenapa mereka menurut dan mau saja di perlakukan seenaknya?” celoteh Lisa. “Kenapa mereka tidak seperti ku yang bisa melawan Sehun Oppa dulu? Kalau macam-macam, patah kan saja lehernya!” seru nya bersemangat.

Seharian itu hanya Lisa gunakan untuk menonton, mengomentari apa yang ia lihat dengan komentar pedas. Lisa sendiri tidak mengerti, mengapa ia menjadi sedikit merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Seperti sesuatu yang tidak bisa ia tahan dan hindari.

Sore harinya Lisa masih ditempat yang sama, dengan memangku sekotak French Fries yang ia pesan beberapa puluh menit yang lalu.

Mulut gadis itu tidak berhenti mengunyah dan juga berkomentar, apapun yang terlihat tidak cocoo dimata nya akan ia komentari.

“Hahahahaha! Apa? Teman macam apa yang Han Ji Eun miliki? Dasar tidak tahu diri! Kenapa menjual rumah nya? Itu satu-satu nya harta yang Ji Eun miliki!” jeritnya pelan.

Yups, Lisa sedang menonton drama lawas lainnya, Full House.

Sehun yang baru memasuki pintu rumah, menaikkan kedua alisnya mendengar celotehan istrinya yang bergema seisi ruang tengah.

“Kalau aku jadi kau Han Ji Eun, aku sudah mengejar kedua temanmu itu, dan mematahkan leher mereka!” serunya tidak tahan.

Otomatis saja Sehun meledakkan tawanya dari arah pintu, pemuda itu berjalan menuju tempat Lisa sedang memangku kotak besar berisi kentang goreng.

“Oppa!” serunya girang begitu melihat Sehun. Entah kenapa ia senang saja bisa bertemu lebih cepat dengan suaminya. “Oppa pulang cepat hari ini?”

“Hm, itu karena aku khawatir padamu, aku menghubungi mu Nona Oh, tapi kau tidak nerespon sama sekali” pemuda itu menyentil ujung hidung Lisa.

Jinjja? Padahal tadi aku memesan kentang goreng banyak, tapi kenapa tidak melihat panggilan tidak terjawab Oppa ya?” Lisa langsung merayap naik keatas pangkuan Sehun.

“Cih, dasar!” Sehun menarik pelan pipi gadis itu.

“Maafkan ya.. Aku tidak apa-apa sekarang” Lisa menyengir tanpa dosa. “Oppa, aku tidak memasak apapun hari ini, tiba-tiba saja aku mejadi malas dan hanya menonton seharian” lanjut nya polos.

Sehun terkikik geli.

“Dan lagi, aku merasa lelah sekali padahal aku tidak melakukan apapun” adu nya.

“Apa kau masih merasa tidak baik? Apa sebaiknya kita ke dokter saja?” usul Sehun.

Lisa langsung menggeleng cepat, menolak usulan Sehun.

“Aku baik saja, hanya butuh sedikit pijatan disini...” Lisa menunjuk kaki nya. “Dan disini..” ia menepuk-nepuk bahu dan punggung nya sendiri.

Pemuda itu menggelengkan kepala, lalu tergelak.

Sebenarnya, gadis ini kenapa sih?

“Seperti ini?” Sehun memijit pelan punggung gadis itu.

Lisa tertawa mengiyakan pemuda itu, ia benar-benar merasa lelah sekali tanpa melakukan apapun, kenapa bisa ya?

Ah, mungkin Lisa kurang olah raga seperti lari pagi atau sore, badminton atau basket. Ah ya, Lisa sudah jarang menari sekarang.

“Jauh lebih baik sekarang?” tanya Sehun saat Lisa diam saja.

Gadis itu hampir tertidur lagi diatas pangkuan Sehun, sambil masih memeluk kotak kentangnya. Dan lagi-lagi, entah kenapa pembawaan Lisa sekarang selalu mengantuk, ia menjadi gampang sekali terlelap dimana saja asal merasa nyaman.

“Oppa, aku mengantuk sekarang” rengeknya.

“Tidak baik tidur sore sayang, lebih baik menonton saja ya? Kau ingin apa untuk makan malam?” Sehun melepas dasi dan jas nya.

Bibir Lisa mengerucut tidak puas.

“Tidur~” manja nya.

“Nanti, setelah makan malam arraseo?” bujuk Sehun sabar.

Gadis itu mau tidak mau mengangguk dengan patuh, lalu ia kembali sibuk dengan kotak kentang goreng nya sambil sesekali menyuapkan kentang tersebut pada Sehun.

Ada hal yang ganjil pada istri ku, terkadang seperti bukan dirinya :")

Sehun masuk kedalam kamar setelah selesai membereskan sisa makan malam mereka, pemuda itu yang mengambil alih semuanya karena tiba-tiba istrinya menjadi sangat pemalas sejak pagi.

Ia mendapati Lisa sedang bermain dengan laptop nya, tampaknya gadis itu sedang memainkan permainan yang biasa Sehun mainkan kala suntuk dikantor.

Sehun tersenyum kecil, mendekati Lisa yang sedang asik bermain. Lalu dahi Sehun mengerut, seperti mengingat sesuatu.

“Lice?” panggil nya.

“Ya?” gadis itu sambil fokus pada permainan nya.

“Sebentar, bisa hentikan permainan nya dulu? ada yang ingin aku cek disini” Sehun meraih mouse dari tangan Lisa.

Gadis itu hanya mengangguk mengiyakan, meski dalam hati ia tidak rela permainan nya di pause oleh Sehun.

“Kau melihat file yang disini?” tanya Sehun dengan raut wajah tidak terbaca oleh Lisa.

Kepala Lisa kembali terangguk takut-takut, ia menggigit-gigit bibirnya.

“Ta-tapi sudah aku hapus” jawab Lisa bergetar.

What?!” Sehun setengah berseru.

Lisa terlonjak kaget, ia melihat wajah Sehun berubah menjadi begitu mengerikan sekarang. Pemuda itu kini tampak sibuk mengutak-atik laptop nya, membuka satu persatu isi benda persegi lebar tersebut.

“A-aku pikir itu f-folder kosong, biasanya kan Oppa suka menyimpan folder ko-kosong...” lanjut Lisa terbata, ia takut.

Oh shit!” umpat Sehun tertahan Lisa masih bisa mendengar nya.

Tangan Sehun langsung membuka folder lain di desktop laptop nya, recycle bin.

“A-aku sudah membersihkan recycle bin nya, Oppa selalu mengajarku untuk menghapus recycle bin setiap selesai membersihkan sesuatuㅡ”

Shit! Shit! Shit!” umpatan Sehun memotong pengakuan takut-takut Lisa.

Gadis itu berjengit takut, ia mengepalkan kuat tangannya yang berkeringat dingin, Lisa tidak pernah setakut ini.

Mi-mianhae Oppa...” sudut mata dan bibir gadis itu bergetar menahan tangis. “File penting ya?”

Mata tajam Sehun langsung menghujam manik Lisa, membuat gadis itu otomatis tertunduk takut.

ARGH!!” jerit Sehun frustrasi sambil mengacak rambutnya.

Bahu Sehun tampak bergerak naik-turun menahan emosi nya agar tidak meledak.

“O-Oppa..” Lisa meraih lengan Sehun yang menjambak rambutnya dengan was-was.

Pemuda itu menepis tangan Lisa, menatap nya dengan raut wajah menakutkan. Wajah yang paling Lisa benci, beberapa bulan yang lalu sebelum mereka menyatakan perasaan masing-masing.

Gadis itu mengatupkan bibirnya rapat, hampir menangis tapi ia menahan nya.

“Kau.....” Sehun tidak melanjutkan kalimat nya. “Tolong jangan bicara padaku dulu” lanjut nya dengan datar.

“Oppa akuㅡ”

“AKU BILANG DIAM DAN JANGAN BICARA DULU OH LISA!!” bentak Sehun. Dia tidak sengaja.

Lisa mundur beberapa langkah, menatap Sehun shock.

“Kau tahu itu apa? Isi nya kesepakatan dengan Lee Shau Kee pioner industri properti dari Hongkong yang sudah lama kita incar sebelum nya Lalisa! Kenapa kau tidak bertanya terlebih dahulu?” geram Sehun. “Appa bisa membunuhku kau tahu?! Lalu bagaimana nasib pertemuan besok?”

Sebenarnya gadis itu ingin bicara, melontarkan mata maaf. Tapi mengingat kemarahan Sehun, ia mengurungkan niatnya.

Lisa memilih diam, meski ia tidak tega melihat Sehun yang terus membongkar isi laptopnya dan beberapa kali Sehun tampak bicara melalui ponsel nya.

“Kenapa kau tidak menyimpan nya juga Ahra! Bukan kah aku sudah bilang, apapun isi pertemuan kau harus punya salinan nya yang lain, jika perlu seratus salinan! Aku heran kenapa kalian semua tidak becus!!” marah Sehun melalui ponselnya.

Mata Lisa memanas mendengar kemarahan Sehun pada sekretaris nya itu, perasaan bersalah menggerogoti hatinya. Dia sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal, menghilang kan file penting.

Kepalanya berdenyut pelan setiap kali ia berpikir keras. Didalam keputus-asaan perasaan nya, Lisa menghubungi Seulgi.

💬Lisa
Seulgi~ya, apa kau sudah menemukan tempat yang bisa mengembalikan file yang hilang? Seperti milikku dulu?

💬Seulgi
Belum, wae?
Kau kehilangan file lagi?
Hobby sekali :(

Lisa menghela nafas kasar, bagaimana cara mengembalikan file tersebut sebelum besok? pikir nya.

Mata bulatnya melirik Sehun yang mendesah frustrasi di meja kerja, sambil memijit keningnya.

Ia pasti sangat tertekan sekarang :(

Malam itu Lisa tidak bisa tidur dengan nyenyak, ia gelisah. Ia baru bisa benar-benar terlelap menjelang pagi, begitu terbangun keesokan nya dia tidak mendapati Sehun lagi.

Pemuda itu sudah tidak terlihat dirumah, dan bisa Lisa tebak Sehun tidak tidur semalaman suntuk.

Pagi itu Lisa memulai harinya dengan menangis, sudah lama ia tidak menangis karena sedih seperti ini. Ia benar-benar merasa bersalah pada Sehun, ia menghancurkan semuanya.

Bagaimana nasibnya hari ini dikantor? Apa Aboenim akan memarahi nya habis-habisan? :(

Ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian memasak apapun yang bisa ia masak untuk dimakan pagi itu. Pikiran nya tertuju pada Sehun, pemuda itu berangkat tanpa sarapan nya. Apakah ia sarapan diluar? Apakah ia sempat sarapan? Bagaimana kalau ia sakit?

Hanya itu yang berputar-putar dikepala Lisa selama ia memakan sarapan nya, ia beranjak berdiri dari kursi makan ketika sudah selesai.

Sekelilingnya terasa berputar-putar, Lisa kembali mendudukkan tubuhnya, menunggu semuanya menjadi normal.

“Pasti karena aku kurang tidur, jadi seperti ini” gumam nya pelan.

Sebersit kesedihan dan juga rindu berdesir dihati Lisa, ia tidak pernah ditinggal kan Sehun tanpa sepatah kata. Pernah sih, masa dimana keduanya belum berdamai, tapi sekarang kan berbeda.

Lisa sudah terbiasa dengan semua perlakuan dan kebiasaan Sehun, sebelum pemuda itu meninggalkan nya dirumah.

“Aku akan memasak makan siang saja untuk Oppa kalau begitu” sebuah ide terlintas di kepala Lisa.

Ia tersenyum senang, lalu meraih ponsel yang tergeletak tidak jauh dari nya.

💬Lisa
Oppa, mianhae..
Tapi semangat untuk hari ini ne?
Apapun nanti yang terjadi, aku siap bertanggung jawab karena kesalahan ku.
Aku akan bicara pada Aboenim.
Aku mencintai Oppa

Lisa kembali tersenyum sendiri membaca pesan yang ia kirim kan untuk Sehun, namun sampai menjelang siang saat Lisa selesai memasak untuk makan siang, pemuda itu tidak membalas nya sama sekali.

“Ah, mungkin Oppa sedang sangat sibuk sekarang. Apalagi aku sudah membuat nya mengalami kesusahan sejak semalam” lirihnya.

Gadis itu memutuskan memasukan makan siang yang ia rencanakan untuk Sehun kedalam box, lalu membungkusnya dengan bangga.

“Oppa pasti senang!” girang nya.

.
.

Dengan langkah riang, Lisa membawa kaki nya menuju lantai 9 dimana ruangan suami nya berada. Ia sudah tidak merasa aneh ataupun risih lagi apabila semua mata tertuju pada nya, ia sudah biasa.

Kakinya berjalan menuju meja Ahra seperti biasa, begitu gadis Cho itu melihat Lisa, ia langsung sigap berdiri dan membungkuk. Tapi kali ini raut wajah Ahra terlihat lain.

“Ahra~ssi..” panggil Lisa.

Annyeonghaseyo Nona..” sambut Ahra. “Nona ingin bertemu sajangnim?”

Ne, apakah sajangnim sedang sibuk?” tanya Lisa memastikan.

Wajah Ahra tampak ragu, ia tersenyum canggung dan juga segan.

“Mm, Maaf Nona. Tapi tadi sajangnim berpesan, kalau ia tidak bisa ditemui oleh siapapun hari ini, termasuk Nona” jawab Ahra dengan menyesal.

Lisa terdiam, tiba-tiba ia merasa sangat sedih. Seperti ada sebuah benda berat yang menekan dada nya, sesak.

“Ah, begitu ya...” Lisa tersenyum. “Apakah sajangnim baik-baik saja? Maksud ku, apa ia di hukum atau dimarahi oleh Tuan Oh?”

Ahra menggeleng kaku.

“Saya tidak tahu Nona, sejak pagi saya tidak bersama sajangnim, saya hanya diberikan pesan seperti itu”

Kepala Lisa terangguk mengerti.

“Baiklah kalau begitu Ahra~ssi.. Tapi aku boleh menitipkan ini untuk sajangnim kan?” ucap Lisa sambil menyodorkan box makanan yang ia bawa. “Kalau sajangnim meminta mu untuk membuang nya, jangan dituruti.. Kalau ia tidak mau, Ahra~ssi bisa mengambil nya, asal jangan dibuang”

Gadis Cho itu menatap Lisa ragu.

“Nona Oh...” panggil nya saat Lisa berbalik. “Maaf kalau saya lancang, tapi apakah Nona dan Sajangnim sedang bertengkar? Sajangnim begitu kacau hari ini..” ujarnya.

Lisa menggeleng sambil tersenyum.

Aniya, hanya saja ada beberapa kendala” jawab Lisa. “Kalau begitu aku permisi Ahra~ssi, kamsahamnida~”

Ia membungkuk, berpamitan pada Ahra. Lalu meninggalkan tempat itu dengan perasaan sedih, rasanya ingin menangis saja.

Biasanya kalau seseorang dalam kondisi buruk, ia memang tidak ingin menemui siapapun. Tapikan Lisa adalah istri Sehun, semarah itukah dia sehingga tidak ingin menemui Lisa juga?

Pertanyaan itu terus berputar-putar didalam kepala Lisa, begitu ia hendak masuk kedalam lift ia menyempatkan menoleh, dan mata nya mendapati Sehun datang dari arah lain.

Pemuda itu melihat Lisa, namun kembali terfokus bicara serius dengan orang yang bersama nya.

Senyuman kecut mengukir di bibir Lisa.

Tling!

Pintu lift terbuka, gadis itu memilih langsung masuk sambil tersenyum getir. Bahkan sekarang mereka seperti orang yang tidak saling mengenal.

“Mungkin aku memang selalu merepotkan nya” lirih Lisa pelan, sangat pelan.

Ia menggigit bibirnya, menahan tangis yang siap meledak kapan saja.

.
.

Entah apa yang ada didalam pikiran Lisa, begitu ia tiba dirumah, hal pertama yang ia lakukan adalah membongkar lemari pakaian nya.

Menurunkan koper besarnya, dan memasukkan semua pakaian nya kedalam koper tersebut. Gadis itu bertindak sesuai dengan dorongan perasaan, dan juga pikiran nya yang sekarang.

Dengan sedikit tergesa ia menyeret kopernya keluar rumah, menghentikan taksi. Lalu meninggalkan rumah, yang beberapa bulan sudah ia tinggali bersama Sehun.

Lisa menangis dalam diam, ia bahkan tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang. Sudah pernah ia katakan, ini adalah perasaan yang tidak dapat dibendung dan tidak dapat di kendalikan sama sekali.

Setelah perjalanan dalam beberapa lama, taksi tersebut berhenti di depan rumah dengan pagar tinggi menjulang. Lisa menarik nafas panjang sebelum menyeret kopernya masuk melalui pagar yang terbuka sedikit itu.

“Nona?” sebuah suara yang sangat Lisa kenal sejak lama. “Nona disini? Hanya sendiri?”

Lisa tersenyum paksa.

“Ne Ahjussi Lee, lama tidak bertemu..” tawa Lisa menguar. “Aku hanya sendiri” jawabnya kemudian.

“Ah, masuk lah kalau begitu Nona, Tuan dan Nyonya didalam” Pria paruh baya yang bekerja pada keluarga itu sudah sejak Lisa masih kecil itu mempersilakan.

Kamsahamnida Ahjussi”

“Biar saya bawa kopernya Nona” Pria itu menawarkan diri.

Aniya, ini tidak berat. Aku bisa membawa nya” tolak Lisa halus.

Pria itu mengangguk mengerti, kembali menutup pagar tinggi tersebut begitu Lisa menyeret kopernya menuju pintu utama rumah.

Lisa masuk begitu saja tanpa menekan bel atau mengetuk pintu, Nichkhun yang memang sedang di rumah terkejut melihat kedatangan Lisa dengan koper besarnya.

“Nona Oh Manoban” ujar Nichkhun dengan suara khasnya. “Ada apa dengan mu dan mengapa membawa koper sebesar itu?”

“Aku ingin tinggal disini, boleh yah?” jawab Lisa dengan nada memelas.

“Ada apa? Kau bertengkar dengan suami mu? Bukankah kalian baik-baik saja sebelum nya?” Pria itu menghujani Lisa dengan pertanyaan.

“Daddy tidak mempersilahkanku untuk duduk, atau beristirahat? Aku lelah sekali hari ini” sahut Lisa.

Nichkhun menghela nafas kasar, menatap tajam Lisa yang berdiri disamping koper nya.

“Kau tidak bisa kembali ke rumah ini kalau ini hanya pertengkaran kecil, jangan kekanakan Lisa..”

“Daddy tega sekali” balas Lisa kecewa. “Ijinkan aku tinggal disini dalam beberapa hari, setelah itu aku akan mencari tempat lain kalau Daddy memang tidak menginginkan ku disini” lanjut nya kemudian.

“Pertengkaran apa yang membuat mu kabur dari rumah?” Nichkhun masih berkeras dengan pertanyaan nya.

Lisa merotasikan matanya, sungguh Ayahnya ini begitu keras untuk urusan pernikahan nya, bahkan sejak perjodohan nya. Padahal sekarang Lisa merasa pandangan nya mulai berkunang-kunang, ingin beristirahat.

“Lice?” suara lembut favorit Lisa.

Penyelamat! batinnya.

“Mommy...” rengek Lisa kemudian.

“Berhenti memanjakan nya Tiffany Manoban!” larang Nichkhun. “Ia sudah berumah tangga sekarang, sudah seharusnya dia bersikap dewasa dan tidak manja!”

Bibir Lisa mengerucut mendengar nya.

“Ya! Apa yang kau bicarakan Yeobo? Lisa anakku, bahkan sampai dia tua kalau aku masih hidup aku tetap akan memanjakan nya” bela Tiffany. Kemudian beralih pada gadis jangkung yang berada didalam dekapan nya sekarang. “Apa yang terjadi, hm? Bertengkar? karena apa?”

Lisa membuang nafas kasar, lalu menggeleng pelan.

“Aku merasa tidak berguna dan tidak di inginkan lagi Mom” jawab Lisa.

“Pasti ada alasannya!” sambar Nichkhun.

Mata Lisa terpejam, menetralkan kepala nya yang terasa pusing.

“Aku tidak sengaja menghapus file berisi kesepakatan perusahaan dengan Lee Shau Kee dari Hongkongㅡ”

“Nah, kalau begitu murni kesalahan mu!” potong Nichkhun cepat.

“Yeobo!” protes Tiffany.

Nichkhun seperti tidak mendengar Tiffany, ia justru melanjutkan ucapan nya.

“Kau tahu betapa penting nya isi file itu? Kau membuat suami mu di marahi habis-habisan dan kerjasama perusahaan terancam batal!” seru Nichkhun. “Ternyata kau penyebabnya? Tadi pagi Ayah mertua mu mengatakan kalau suami mu itu tidak becus dalam bekerja!”

Lisa langsung menunduk, menahan nafas. Dadanya berdenyut nyeri mendengar ucapan Nichkhun, jadi separah itu? batin nya.

Rasanya Lisa benar-benar ingin menangis sekarang, tujuan awalnya pulang ke rumah adalah untuk mendapat nasehat atau masukan yang menguatkan, tapi justru semakin membuat Lisa merasa lemah.

“Hhh, jadi Daddy juga menyalahkan ku ya? Ah, tapi itu memang salahku” jawab Lisa lemah. “Tujuanku kemari adalah biar bisa mendapatkan masukan dari Daddy dan Mommy, ah ya tidak apa-apa.. Terimakasih nasihatnya Dad..”

Tangan Lisa bergetar menarik kopernya, namun tubuhnya terhuyung kebelakang karena oleng.

“Lisa, nan gwenchana?” Tiffany langsung panik. “Kau pucat, apa kau sedang sakit?”

Lisa menggeleng lemah, sambil berusaha tersenyum.

“Semalam aku kurang tidur”

“Mommy akan mengantar mu ke kamar, kau beristirahat lah, arraseo?” bujuk Tiffany sambil menarik Lisa pelan menuju kamarnya dilantai atas.

Wanita itu melirik Nichkhun tajam dan mengancam, pria itu langsung menarik koper Lisa mengekori kedua gadisnya itu.

“Mom, aku baik saja. Tidak usah khawatir” ujar Lisa saat Tiffany bersikeras membawanya ke rumah sakit. “Aku hanya butuh istirahat saja”

“Kau yakin?” selidik Tiffany tidak yakin diambang pintu kamar Lisa.

“Hm..” gumamnya sambil menarik kopernya dari tangan Nichkhun.

Baru dua langkah Lisa menyeret kopernya dari Nichkhun, tiba-tiba..

Brughh!

Ia terjatuh bersama kopernya, gadis itu meringis sambil tertawa jenaka.

“Lice!” seru Tiffany dan Nichkhun bersamaan.

Nichkhun terlebih dahulu meraih tubuh putri nya, mengangkat gadis itu kembali tegak. Dengan pelan menuntun Lisa menuju tempat tidurnya, membiarkan ia beristirahat.

“Kau benar tidak apa?” tanya Nichkhun bersalah. “Maafkan Daddy, sebenarnya Daddy tidak bermaksud menyalahkan mu sepenuhnya, Daddy hanya jengah melihat mu pergi dari rumah begitu saja, bagaimana kalau suami mu mencari, itu yang Dad pikir kan”

Lisa tersenyum lemah, bersandar pada headboard tempat tidur nya.

Gwenchana...” sahut nya pelan sekali. “Aku benar-benar kurang tidur, kurasa ini dampaknya”

“Kau sudah makan?” tanya Tiffany.

“Tadi pagi sudah, tapi siang ini belum sempat” jawab Lisa.

Wanita itu langsung bergegas meninggalkan kamar Lisa. Selama Tiffany pergi kedapur, Lisa menceritakan pada Nichkhun kalau dirinya sudah mendatangi Sehun dikantor.

“Ah, masalah rumah tangga pasangan muda” Nichkhun tertawa.

“Aish, jangan tertawa Dad” protes Lisa.

“Karena itu kau sampai kabur?”

Lisa mendengus, namun kemudian tertawa.

Aniya, aku rindu kamar ku” jawab Lisa. “Ini sudah lama sekali sejak kalian menendangku keluar dari rumah”

Mwoya? Kami tidak menendangmu, kami hanya memberimu masa depan yang baik” Nichkhun membela diri. “Buktinya kau bahagia dengannya kan? Meski sekarang kalian sedang bertengkar. Kau harus tahu nak, namanya rumah tangga tidak ada yang berjalan mulus, pasti ada pertengkaran..”

Arraseo, aku mengerti” sahut Lisa.

Keduanya tertawa bersama, Nichkhun mengacak puncak kepala putri nya, walau bagaimana pun bagi Nichkhun Lisa tetap gadis kecil nya.

“Wahh, seperti nya seru sekali yah” Tiffany muncul dengan nampan berisi makanan dan juga minuman. “Lice, habiskan arra.. Itu makanan kesukaan mu”

Thank you Mom! Huwaa” seru Lisa antusias. Ia sedikit melupakan kesedihannya karena Sehun mengabaikan nya.

“Makanlah dengan baik, setelah itu beristirahat” ujar Nichkhun.

Tiffany ikut mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur Lisa bersama suaminya, mengamati putri mereka yang tengah menikmati makanan nya.

“Kenapa menatap ku seperti itu? Kalian pasti merindukan ku kan? Makanya jangan membuang anak sendiri” canda Lisa.

Sontak Nichkhun dan Tiffany tertawa, kemudian Lisa menyusul dengan tawa tertahan karena ia tengah mengunyah makanannya.

Tiba-tiba Lisa terdiam sejenak, ia menahan luapan didalam perutnya yang seolah ingin naik keluar melalui kerongkongan nya.

Hmpp..” Lisa membungkam mulut dengan kedua tangannya.

“Ada apa?” Tiffany langsung bergerak panik.

Lisa menggeleng, meletakkan piring makanan nya lalu berlari terbirit-birit menuju kamar mandi didalam kamarnya.

Brak!

Gadis itu membanting pintu kamar mandi, tidak lama aliran deras air keran terdengar.

Hoek!

Lisa memuntahkan seluruh isi perut nya, termasuk makanan yang baru saja ia makan.

HOEKK!

Nichkhun dan Tiffany langsung berpandangan bingung, dan bertanya-tanya.

Dengan nafas terengah Lisa bersandar pada tembok kamar mandi, ia sudah memuntahkan seluruh isi perut nya sampai tidak ada lagi yang bisa dimuntahkan.

“Mommm..” panggil Lisa sambil keluar dari kamar mandi.

Ommoya!” panik Tiffany.

“Kurasa asam lambungku sedang naik, seluruh makanan tidak ada yang bersisa didalam perut ku” adu Lisa. “Mom masih punya persediaan obat?” tanya nya.

“Kau pucat sekali sekarang!” Tiffany menarik Lisa pelan dan membaringkan nya ditempat tidur. “Mom akan ambil kan obatnya”

Wanita itu kembali keluar dari kamar putri nya, mengambil obat seperti yang Lisa minta.

“Kau sering melewatkan makan mu ya?” selidik Nichkhun.

Lisa menyengir, meski ia terlihat begitu lemah.

“Aku sering makan junk food kalau Oppa tidak  dirumah” jawab Lisa jujur.

“Ck! Bukankah Daddy sering mengatakan padamu, bahkan sejak kau masih kecil?” omel Nichkhun. “Junk Food itu tidak baik untuk kesehatan”

“Iya Dad, aku mengingat nya..” sahut Lisa.

“Berhenti mengkonsumsi junk food kalau tidak sedang dalam keadaan darurat atau terjepit” Nichkhun bertitah, raut khawatir terpancar jelas dari wajahnya melihat kondisi Lisa yang semakin terlihat lemah. “Kalau kalian terus mengkonsumsi junk food, kalian akan terlihat cepat tua, tidak awet muda seperti kami” sambungnya.

Gadis itu langsung berdecih, ia paham sekali kalau Ayahnya itu terlalu percaya diri sama dengan Ayah mertuanya.

Tidak lama Tiffany kembali masuk membawa kotak obat, dengan gelas berisi air hangat.

“Minum obatnya dan beristirahat lah” perintah Tiffany.

Thank you Mom..” ujar Lisa meraih obat dan gelas air hangat nya.

Lisa kemudian membaringkan tubuhnya, rasa pusing nya sedikit berkurang, sementara rasa mualnya masih timbul tenggelam.

“Beristirahat lah sayang” Tiffany mengecup kening putri satu-satu nya tersebut.

“Putri Daddy harus tetap sehat, arraseo?” ujar Nichkhun sambil menarik selimut menutupi tubuh Lisa.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk lemah, kalau di ingat-ingat sudah lama sekali kedua orang tua nya tidak memanjakan nya seperti sekarang. Justru Sehun lah yang sering memanjakan nya, ah bicara tentang Sehun, Lisa merindukan suaminya itu.

Ada sedikit penyesalan didalam hatinya karena meninggalkan rumah begitu saja, menuruti kata hatinya yang sedang emosi karena Sehun tidak memperdulikan nya.

Mengingat sikap Sehun dikantor tadi siang, hati Lisa kembali sedih dan berdenyut sakit. Tapi Lisa merindukan nya, mau bagaimana?

Lisa perlahan terlelap setelah melupakan rasa mual dan pusing nya, mungkin efek obatnya mulai bereaksi, ditambah tangan Tiffany yang terus mengusap pucuk kepala nya lembut.

Matahari sudah turun, menyembunyikan diri, berganti dengan gelapnya malam. Lisa tidak banyak bergerak ia hanya makan malam ditempat tidur seperti siang tadi.

Lalu kembali melanjutkan tidurnya, tampak nya tubuh Lisa memang sedang lemah. Sebenarnya Lisa tidak terbiasa tidur tanpa Sehun sekarang. Ia sudah biasa berada dalam pelukan Sehun, atau dengan Sehun di sekitar nya.

Tapi apalah daya Lisa sekarang, ia harus memaksa tidur tanpa ditemani oleh suaminya.

Larutnya malam, akhirnya berhasil membawa Lisa terlelap dengan sangat nyaman seolah memeluknya agar ia pulas sampai keesokan harinya.

Aku merindukan nya :( hoaam..

.
.
.

Suara khas pagi hari menghiasi telinga Lisa, kicauan burung dari luar kamar, suara siraman air Ahjussi Lee yang merawat rumput halaman rumah keluarga Manoban. Tidak ketinggalan suara Ayahnya, Nichkhun yang pasti nya sedang memanaskan mesin mobil nya dan juga milik Ibunya.

Lisa bergerak pelan, ingin meregangkan tubuhnya namun ia kesusahan untuk bergerak. Gadis itu mengerut bingung, sebuah tangan kekar memeluk erat tubuhnya dari belakang dan juga ia baru menyadari hembusan nafas hangat menyapu kulit leher dan juga bagian belakang telinga nya.

Tubuh Lisa langsung menegang, jantung nya otomatis memompa dengan cepat. Ia bergerak gelisah ingin melepas kan diri, namun pelukan tersebut justru semakin mengerat.

Good Morning Sunshine..” suara serak khas yang sangat Lisa rindukan sejak kemarin mengalun. “Bagaimana tidur mu? nyenyak sayang? Kau merasa jauh lebih baik sekarang?”

Rentetan pertanyaan menghujani Lisa, gadis itu merasakan tubuhnya ditarik dan dibalik kan dengan pelan menghadap sang pelaku.

“Aku merindukan mu” lirihnya masih dengan suara serak.

Mata Lisa langsung memanas melihat wajah yang terpampang dihadapan nya, wajah letih dan lelah, dengan kantung mata yang besar. Ia mulai terisak kecil.

“Hey...” Sehun mendekapnya sayang. “Jangan menangis, ini masih terlalu pagi” ia terkekeh.

Lisa menenggelamkan dirinya kedalam dekapan pemuda itu, menikmati aroma khas tubuh Sehun. Ah, mulai sekarang Lisa menjadikan aroma tubuh suaminya sebagai aroma favorit nya.

Sebuah kecupan lembut mendarat di puncak kepala Lisa, lalu ia memejamkan mata menikmati dekapan suaminya.

“Aku mencarimu kemana-mana” Sehun kembali bersuara sambil mengusap rambut kemudian punggung gadisnya. “Maafkan aku sayang..”

Gadis itu diam saja, menunggu Sehun melanjutkan kalimat nya sampai selesai.

“Aku pulang terlambat dari kantor, begitu sampai dirumah aku heran melihat nya gelap” lanjut Sehun lagi. “Aku pikir kau pergi dengan teman-teman mu, dan akan pulang malam. Tapi sampai menjelang larut kau tidak muncul-muncul, aku jadi takut..”

Lisa masih betah diam, menanti lanjutan dari ucapan Sehun.

“Lalu aku baru sadar saat masuk kekamar, koper besar mu tidak terlihat diatas lemari. Dan begitu aku membuka lemari, pakaian mu tidak ada semua. Itu benar-benar membuat ku ketakutan setengah mati” lirih Sehun. “Lalu aku menghubungi Aboenim, dan ia mengatakan kau disini, dan sudah tertidur. Ia juga bilang kau sedang dalam kondisi tidak baik, jadi aku langsung menyusulmu kemari”

Tubuh Lisa bergerak, mengendorkan dekapan Sehun dari nya, ia mendongak menatap wajah sayu suaminya.

“Kau tidur dengan gelisah saat aku tiba disini. Aku tahu kau tidak akan bisa tidur dengan baik kalau aku tidak ada kan? Jadi aku memeluk mu sampai kau tidak lagi bergerak gelisah” sambung Sehun sambil terkekeh pelan. “Kenapa meninggalkan ku Nona Oh? Kau tahu aku akan kacau kalau kau tidak ada”

“Oppa terlihat tidak menginginkan kehadiran ku, jadi aku memutuskan untuk pergi saja” jawab Lisa jujur.

“Astaga, bagaimana mungkin kau berpikir kalau aku tidak menginginkan mu?” pemuda itu menarik kembali tubuh Lisa memeluknya. “Aku selalu membutuhkan mu, dan aku bisa gila kalau kau tidak ada bersamaku. Jadi jangan pernah meninggalkan ku Oh Lisa..”

Pelukan Sehun semakin mengerat, seolah tidak ingin melepaskan Lisa.

“Tapi aku melakukan kesalahan fatal, aku membuat Oppa dimarahi dan di katai tidak becus..” jawab Lisa hampir menangis lagi. “Aku menghancurkan semuanya, maafkan aku..maafkan aku..” ia akhirnya kembali terisak.

“Hey, aku tahu kau tidak sengaja sama sekali..” Sehun mengusap lembut wajah basah istrinya. “Gwenchana, maafkan aku sayang.. Aku lebih memilih di hukum atau dimarahi bahkan dipecat oleh Pak Tua itu daripada harus berpisah dari istri ku”

“Oppa...” protes Lisa langsung, begitu mendengar Sehun menyebut Siwon dengan sebutan Pak Tua lagi.

Sehun tertawa serak, lalu mencuri kecupan dari istri nya.

“Kau akhir-akhir ini terlihat tidak sehat, apa aku tidak baik dalam mengurusmu?” tanya Sehun menatap wajah Lisa serius.

Lisa menggeleng pelan, sambil tersenyum lemah.

“Seperti nya kemarin aku kurang tidur, jadi sedikit pusing. Lagi pula kurasa asam lambung ku naik, itu kenapa aku sering mual” jelas Lisa.

Pemuda itu menatap Lisa seksama, ada yang janggal dari Lisa pikir pemuda itu. Kalau hanya kurang tidur dan asam lambung nya sedang naik, kenapa ia terlihat begitu pucat dan lemah, batin Sehun.

“Kau yakin? Tapi aku khawatir” ujar Sehun.

“Aku tidak apa-apa, Oppa tenang saja” jawab Lisa cepat dan mantap. “Aku justru khawatir pada Oppa. Apa Oppa makan dengan baik kemarin?”

Tangan Sehun terulur menyentuh wajah Lisa, mengusap pipi chubby gadis itu. Ia tersenyum hangat.

“Aku makan dengan sangat baik, apalagi makan siangnya istri ku yang memasaknya langsung. Tentu saja aku menghabiskan nya tanpa sisa” sahut Sehun terus terang.

Jinjja? Oppa tidak bohong kan? Oppa tidak membuangnya?” curiga gadis itu.

“Apa aku pernah berbohong padamu?”

Lisa menggeleng, Sehun memang tidak pernah berbohong padanya. Pemuda itu selalu mengucap kan apa yang benar-benar ia pikir kan, itu kenapa terkadang ia selalu mengucap kan kata-kata pedas yang menusuk hati.

“Oppa..” panggil Lisa lagi, bibirnya mengerucut lucu. “Bagaimana file nya? Apakah semuanya batal? Aku benar-benar minta maaf, aku akan bicara pada Aboenim..”

Sehun terkikik geli, mencubit gemas pipi gadis itu.

“Tidak sayang, kau tidak perlu memikirkan nya, biar Orang Tua ituㅡ”

“Ya!” gadis itu meninju bahu Sehun.

Gelak tawa Sehun semakin menjadi-jadi.

“Aku sudah mengurusnya, ada yang mengurusnya, jadi kau tidak perlu memikirkan nya, arraseo?” ujar Sehun kemudian. “Sekarang, ayo bangun dan pulang ke rumah kita ya?”

Kepala Lisa langsung terangguk patuh, ia meraih uluran tangan Sehun yang mengajak nya bangun dari tempat mereka berbaring.

Dengan cepat Sehun menarik tubuh Lisa merapat, mencium kemudian memeluk nya.

“Maafkan aku, maaf sudah membentakmu. Sungguh aku tidak sengaja, maaf karena sudah mengabaikan dan membuatmu sedih.. Aku mohon jangan pernah mencoba meninggalkan ku seperti ini lagi” bisik Sehun. “Bukan kah aku sudah pernah bilang? Aku akan menjaga mu sampai kita sudah tidak bernafas lagi”

Gadis itu mengangguk didalam pelukan Sehun, dan semakin menenggelamkan dirinya disana.

Saranghae, jeongmal saranghae..” bisik Sehun lagi.

Nado..” Lisa mendusel nyaman didalam pelukan Sehun.

Hal yang paling Lisa sukai, berada didalam dekapan erat Sehun. Karena ia merasa aman disana, seolah tangan kokoh pemuda itu bisa melindungi Lisa dari apapun.

“Kita pulang sekarang?” Sehun tergelak kemudian.

Lisa ikut tergelak, lalu mengangguk antusias sekali.

“Ayo pulang~” manjanya kemudian.

Sehun tersenyum hangat, lalu menggeram gemas melihat ekspresi istrinya. Ia menarik Lisa dengan lembut untuk berdiri, lalu mengarahkan tubuh gadisnya ke kamar mandi.

Lisa menatap Sehun bingung.

“Tidak mungkin kita pergi begitu saja dengan wajah bangun tidur sayang, kita harus membersihkan wajah terlebih dahulu” ujar Sehun menahan tawa nya karena reaksi Lisa.

Mulut Lisa langsung membulat, lalu ber-oh-ria mendengar jawaban Sehun, pada akhirnya ia menurut juga.

“Kalian akan langsung pulang?” tanya Tiffany begitu melihat Sehun dan Lisa muncul bergandengan, dengan koper besar Lisa ditangan kiri Sehun.

“Iya Mom, Oppa harus kekantor” jawab Lisa. “Kami akan sarapan diluar saja, nanti Oppa bisa terlambat” sambung nya lagi seolah tahu maksud Tiffany.

“Ne Eommoni, aku tidak membawa seragam ganti untuk langsung berangkat ke kantor” tambah Sehun tertawa.

Arraseo kalau begitu, sering-seringlah bermain kemari” sahut Tiffany akhirnya. “Hati-hati dijalan..”

Pasangan muda itu mengangguk bersama, lalu melangkah beriringan menuju pintu rumah dengan Tiffany mengekori keduanya.

.
.

🍒♡BABY²♡🍒

.
.

Sehun mengetuk-ngetuk pinggiran meja, tangannya yang lain menyangga kening. Pemuda itu terus saja menatap kearah pintu ruangan nya, bukan tanpa alasan tapi ia sedang memikirkan istrinya.

Lisa terkadang bersikap aneh, dan sekarang Sehun merasa ia memiliki perasaan yang aneh juga. Misalnya, ia tidak bisa jauh dari Lisa, dan apabila gadis itu menghilang dari pandangan nya, Sehun akan bertingkah seperti sekarang ini.

Tiga puluh menit yang lalu Lisa berpamitan pada Sehun, ingin keluar duduk di meja Ahra dengan tiba-tiba. Dan sekarang Sehun gelisah sendiri karena Lisa tidak ada bersama nya, bukan kah aneh?

Pemuda itu berusaha fokus pada pekerjaan nya, namun didalam otak nya hanya ada nama Lisa. Kemana gadis itu, apa yang sedang ia lakukan?

Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari ruangan nya, dan Sehun melihat Lisa tengah mengobrol dengan Ahra, ia tampak asik sekali sambil sesekali kikikan khas gadis itu terdengar.

“Nona Oh” panggil nya.

Lisa dan Ahra menoleh bersamaan, gadis berdarah Thailand itu langsung tersenyum lebar.

“Oppa? Ada apa?”

“Kemarilah” pinta Sehun.

Ahra tampak menahan senyuman gelinya, melihat pasangan tersebut.

“Oh, baiklah..” Lisa menyanggupi, ia langsung pamit meninggalkan Ahra. “Ahra~ssi, terima kasih sudah menemani ku”

Lisa langsung menghampiri Sehun, lalu mengekori pemuda itu masuk kembali kedalam ruangan nya.

“Apa Oppa perlu bantuanku” tanya gadis itu.

Sebenarnya ia tidak yakin kalau Sehun butuh bantuan nya, memang nya apa yang bisa ia bantu? Ia tidak mengerti sama sekali apa yang suami kerjakan.

Aniya, tetaplah disini, jangan kemana-mana” pinta Sehun.

Lisa menautkan alisnya, permintaan Sehun terdengar aneh bagi nya.

Okay” gadis itu menurut saja.

Ia mendudukkan diri di mini sofa ruangan tersebut, sambil mengamati wajah serius Sehun yang kini menatap fokus layar laptop nya.

Tidak lama Lisa terlarut dalam kesibukan nya sendiri, bermain dengan ponsel nya atau sesekali menghambur beberapa majalah properti diatas meja didepan sofa tempat ia sedang duduk.

Yeoboseyo, ye Eommoni?” suara Lisa terdengar menyambut panggilan dari Ibu Mertuanya.

“...”

“Sedang bersama Oppa dikantor, Eommoni ingin ku temani?”

Sehun langsung menoleh cepat kearah Lisa, kemudian menghampiri gadis itu. Tangan panjang nya terulur mengambil ponsel Lisa,  hampir saja gadis itu menjerit karena kaget akan pergerakan tiba-tiba Sehun.

“Eomma ingin mengajak Lisa kemana?” tanya Sehun langsung.

Ke acara Amal bulanan, waeyo? Bukankah kau sedang sibuk bekerja juga? Biarkan Lisa pergi bersama Eomma, setidaknya ia tidak bosan” jawab Yoona diseberang sana.

“Tidak” tolak Sehun.

Mwoya? Kau ini kenapa?” protes Yoona.

“Lisa tidak bisa pergi jauh dariku, jadi Eomma tidak bisa mengajak nya pergi, sebaiknya Eomma mengajak Hani Noona saja” saran Sehun menyuruh Yoona mengajak sepupu nya.

Kau terdengar sangat aneh Oh Sehun, apa salahnya Eomma mengajak menantu Eomma sendiri?

“Lisa harus disini bersamaku Eomma” Sehun bersikeras.

Terdengar dengusan kesal Yoona diseberang sana, kalau saja Sehun dekat dengannya, mungkin Yoona sudah menjitaknya.

Babbo! Tidak mau tahu, Eomma tetap akan menjemput Lisa dikantor mu!” Yoona tidak ingin kalah.

“Eomma mengertilah, aku tidak bisa jauh dari Lisa sekarang” pemuda itu memasang nada memelas.

Kau ini kenapa sih?!” heran Yoona.

“Tidak tahu, tapi mengerti lah Eomma, arraseo?” jawab Sehun. “Aku tutup ya, Eomma ajak Hani Noona saja, annyeong..”

Tut!

Tanpa persetujuan Yoona, Sehun sudah menutup telepon nya. Sementara Lisa menatap nya bingung.

“Kenapa aku tidak boleh pergi dengan Eommoni?” heran Lisa.

“Jangan pergi jauh-jauh, aku tidak akan sanggup” jawab Sehun, ia menarik tubuh istrinya dan memeluknya erat. Menyembunyikan wajah disela leher gadis itu. “Aku ingin terus melihat mu..” bisiknya.

Aneh, memang aneh. Bahkan Sehun pun merasa ini sangat aneh, biasanya ia santai saja apabila Lisa pergi menemani Ibu nya. Tapi kali ini perasaan nya berbeda, ia ingin Lisa terus bersama nya.

Lisa mengangguk, seolah mengerti perasaan Sehun.

Arraseo, Oppa kembali lah bekerja. Aku akan menemani Oppa sampai selesai” ucap nya mengelus lembut rambut suaminya.

Pemuda itu langsung tersenyum cerah, mengeratkan pelukan nya sebelum melepasnya kemudian mengacak puncak kepala gadis itu, lalu kembali ke meja nya.

Kenapa semua terasa aneh akhir-akhir ini?

.
.

Brakkk!

Prangg!!

Suara berisik datang dari arah dapur, membuat Sehun berlari tergesa keluar kamar.

Ia melihat Lisa tengah berjongkok menyembunyikan wajahnya di lutut.

Gwenchanayo?!” seru Sehun panik.

Ia menghampiri Lisa, memeriksa gadis itu apakah ia terluka atau tidak. Pasalnya piring dan gelas berhamburan pecah di sekitar Lisa.

“Dimana yang terluka?” khawatir nya sambil masih mencari-cari. “Sayang, katakan dimana yang sakit?”

Lisa mengangkat wajahnya, lalu menggeleng lemah.

Aniya, aku tidak apa-apa” jawabnya. “Oppa~ gendong...” pintanya memelas.

Sehun diantara panik, khawatir dan juga kebingungan dengan sikap Lisa. Namun ia menarik gadisnya, dan langsung menggendong nya.

“Kau ingin kemana, hm?” tanya Sehun.

“TV” tunjuk Lisa.

Pemuda itu menurut saja, ia menurunkan Lisa di sofa lalu masih menatap gadis itu khawatir.

“Apa yang terjadi?” penasaran Sehun. “Kenapa tiba-tiba piring dan gelas pecah semua?”

“Aku ingin mencuci piring, tapi tiba-tiba ada gempa jadi semuanya jatuh” jawab Lisa.

“Gempa bagaimana?” heran pemuda itu.

“Oppa tidak merasakan gempa nya?” Lisa balik bertanya dengan heran.

Dahi Sehun mengerut bingung.

“Tidak ada gempa sayang”

“Tapi tadi seluruh ruangan bergoyang Oppa” Lisa meyakinkan.

“Lalu kenapa barang tidak ada yang jatuh, tapi hanya kau dan piring yang kau bawa?”

Lisa merenung sebentar, mencerna ucapan Sehun.

“Iya juga sih” ia menggaruk kepalanya sambil menyengir. “Tapi kepala ku pusing Oppa” lanjut nya.

“Masih sakit?” Sehun menyentuh kepala Lisa, mengusap nya lembut.

Gadis itu mengangguk mengiyakan, lalu bersandar pada bahu suaminya.

“Aku merasa lemas sekali” ujarnya sambil memejamkan mata. “Rasanya makanan yang aku makan tadi ingin keluar semua”

“Kita ke rumah sakit saja ya?” usul Sehun kemudian. “Ini sudah beberapa hari berturut, kau tidak juga membaik”

Bibir Lisa mengerucut.

“Kalau nanti aku di suntik atau di infus bagaimana? Aku tidak ingin..” rengeknya.

“Tidak akan” bujuk Sehun sabar.

“Aku tidak mau, aku ingin dengan Oppa saja” tolak Lisa.

“Tentu saja kau bersama ku, aku akan menemani mu saat di periksa” jelas pemuda itu.

Lisa menggeleng cepat dan berulang-ulang.

“Aku tidak mau, aku ingin tidur saja ya?” pinta nya.

“Tapi kau terlihat sangat tidak baik, lihat wajah mu di cermin”

Gadis itu menoleh dan melihat pantulan wajah nya di kaca lemari.

“Cantik..” jawabnya membuat Sehun tertawa.

“Tentu saja kau cantik sayang, semua tahu itu” Sehun menarik kepala Lisa pelan, lalu memeluknya. “Maksud ku, lihat baik-baik. Kau terlihat seperti vampire dari Beijing”

Bugh!

Gadis itu melayangkan pukulannya pada Sehun, pemuda itu tertawa puas.

“Aku ingin tidur, ayo temani~” rengek Lisa.

Kajjah” pemuda itu langsung beranjak.

Lisa langsung mengekori Sehun menuju kamar.

Dug!

Sehun merasakan tubuhnya dihantam dari belakang, ia otomatis menoleh.

“Huwaaaa”

Itu suara Lisa yang sedang duduk dilantai sambil meringis.

“Kenapa lagi?” Sehun berjongkok didepan gadis itu.

Appo” keluhnya sambil mengelus pinggang nya sendiri.

Sehun meraih lengan gadis itu, lalu menatap nya seksama.

“Kenapa tangan mu dingin sekali?”

“Lihat” Lisa mengulurkan kedua tangannya, terlihat bergetar. “Oppa aku pusing..” adunya.

Pemuda itu menarik tubuh Lisa, mengangkat nya menuju kamar.

“Kau harus diperiksa!” ujar Sehun.

Gadis itu diam saja sambil mata bulatnya mengikuti Sehun yang terlihat bolak-balik membongkar lemari, mengenakan jaket. Lalu memasang untuk Lisa juga, ia menurut saja saat Sehun kembali menggendong nya keluar menuju mobil.

Pasrah saja sudah :(

Lisa bergerak gelisah di jok mobil selama perjalanan, merasakan perut nya yang kembali bergolak.

“Oppa, tidak bisakah kita lebih cepat sampai dirumah sakit? Aku sudah hampir pingsan rasanya” keluh Lisa sambil memejamkan mata.

Sehun menginjak pedal gas, mempercepat laju kendaraan mereka, tangan kanannya terulur mengusap kepala Lisa, dan sesekali memijit pelan tengkuk gadis itu, berusaha mengurangi rasa tidak nyaman istrinya.

Gadis itu tertidur saat mereka tiba dirumah sakit, Sehun memarkirkan mobil yang mereka tumpangi lalu meraih tubuh Lisa pelan membangun kan nya.

“Oppa, aku tidak mau disuntik” racau Lisa.

“Tidak sayang”

“Tapi bagaimana kalau iya?” ia membuka mata perlahan.

“Kita akan meminta mereka memberi obat saja sebagai pengganti suntiknya” bujuk Sehun.

Lisa langsung tampak bersemangat, meski dalam hati ia berjanji tidak akan meminum obatnya. Karena bagi Lisa, obat itu bau nya tidak enak.

Kajjah” Sehun keluar dari mobil, dan Lisa langsung mengekori nya.

Sehun menggenggam erat tangan dingin Lisa, sesekali ia mengusap telapak tangan mereka hanya sekedar menghangatkan gadis itu.

Gadis itu melirik takut-takut, ke arah ruang periksa saat kedua nya menunggu antrian setelah mendaftar. Dalam hatinya ia takut, bagaimana kalau ia harus di rawat inap?

“Nona Oh?”

Lisa langsung menggenggam lengan Sehun kuat, begitu namanya di panggil. Ia menatap Sehun dengan raut ingin menangis, Lisa benar-benar takut kalau ia harus di rawat inap.

Gwenchana..” hibur Sehun.

Pemuda itu menarik Lisa lembut ke arah ruang periksa, menepati janji nya kalau ia akan menemani istri nya.

Mata Lisa mengerjap-ngerjap menatap wanita berumur yang tengah bicara dihadapan nya, ia melihat name tag yang menempel di jas putih khas milik wanita tersebut.

dr. Lee Sung Kyung.

Tampaknya tidak mengerikan seperti yang Lisa bayangkan sebelum nya.

“Keluhan nya?” tanya wanita itu.

Sehun dan Lisa saling berpandangan, sebelum akhirnya Lisa menceritakan apa yang ia rasakan dan juga kronologi kejadian-kejadian yang ia alami.

Wanita bermarga Lee itu memanggut-manggut, kemudian meminta waktu untuk memeriksa Lisa.

Sementara Sehun duduk menunggu didepan meja seraya mengetuk-ngetuk kan jemari nya disana, sambil berharap tidak ada hal buruk atau serius yang terjadi pada istrinya.

Pemuda itu terlarut dalam lamunan dan pikirannya, saat ia mengangkat wajah ia mendapati Lisa sudah berdiri di hadapannya dengan raut tidak terbaca. Terlihat takut-takut dengan mata menggenang.

Sehun menatap Lisa bingung, ia meraih tangan Lisa menariknya mendekat.

Wae? Apa ada yang parah?” curiga Sehun.

Gadis itu menggeleng, lalu tatapan pasang tersebut terfokus pada dokter Lee yang muncul dengan membawa sebuah amplop besar berwarna putih.

“Ini..” wanita itu mengulurkan amplop tersebut kepada Lisa dan Sehun.

“Istri saya baik saja kan?” penasaran Sehun.

Wanita itu tersenyum penuh arti, membuat Sehun semakin penasaran.

“Sangat baik” jawab Dokter Lee masih sambil tersenyum. “Benar kan Nona Oh?”

Lisa mengangguk sambil menatap Sehun was-was.

“Tapi sudah beberapa hari berturut-turut dia dalam kondisi yang mengkhawatirkan” sahut Sehun tidak percaya, ia menatap Lisa.

Dokter Lee tertawa mendengar ucapan Sehun, lalu ia beralih pada Lisa yang masih berdiri dengan raut takut-takut.

“Nona Oh?” Dokter Lee tampak meminta persetujuan gadis itu.

Lisa tampak menelan ludah sebelum membuka amplop putih yang ia pegang, lalu menyerahkan isi nya pada Dokter Lee.

“Tunggu sebentar..” Dokter masuk ketempat ia memeriksa Lisa tadi.

Sementara Dokter Lee pergi, Sehun menatap Lisa cemas dan juga bertanya-tanya. Gadis itu tahu Sehun tengah menatap nya, namun ia sengaja tidak membalas tatapan Sehun.

Ia justru mengalihkan pandangan nya sambil berpura-pura memperhatikan gambar organ-organ tubuh yang menempel di tembok.

Dokter Lee kembali muncul, lalu mengisyratkan Lisa dan Sehun mendekat kearah meja nya. Wanita itu menunjukan sebuah kertas, dan sebuah gambar hitam putih yang tidak Sehun mengerti.

“Lihat...” Dokter Lee menunjuk gambar tersebut. “Saya sudah memeriksa Nona Oh, dia sangat baik dan sehat. Hanya ada gangguan kecil” ujarnya tersenyum.

Jinjja?” Sehun masih tidak yakin, dahinya mengerut melihat gambar yang ditunjuk oleh Dokter Lee.

“Anda melihat titik kecil ini kan Tuan Oh?” tanya wanita itu memastikan.

Sehun mengangguk pasti.

“Ini dia gangguan kecilnya.. Pada usia ini panjang nya sudah 1,28 mm” ucap Dokter Lee to the point. “Itu kenapa Eomma nya selalu mengalami yang namanya mual dan rasa tidak nyaman diperutnya. Biasanya dipagi hari bukan? Bahkan seharian sampai malam hari, itu hal yang wajar..”

Pemuda itu melongo, ia mengerti maksud Dokter Lee, tapi seperti nya Sehun masih dalam suasana antara takjub dan juga terkejut.

“Istri anda hamil Tuan Oh, sudah berusia lima minggu. Dan ini hasil tesnya” lanjut Dokter Lee, setelah itu ia tertawa pelan melihat reaksi Sehun. “Selamat untuk kalian berdua”

Keduanya otomatis mengangguk, dan mengucap kan terima kasih. Lisa menatap Sehun ragu, gadis itu menggigit bibirnya melihat reaksi suami yang sedikit terlihat blank. Jujur, Lisa saja tidak berpikir kalau dirinya hamil.

Ia tidak bisa mengingat kapan terakhir ia mengalami masa period nya.

“Ahh, yaa... Hamil?” Sehun mengulang ucapan dokter Lee. “Pantas dia terlihat sedikit aneh” gumamnya.

“Bukan sedikit Tuan Oh, ini baru awal. Anda akan menemukan banyak hal baru diawal kehamilan istri anda, bahkan sampai ia melahirkan nanti” Dokter Lee tertawa.

Sehun memanggut-manggut, masih dengan wajah melongonya.

“Eoh, ya saya pernah mendengarnya” balas Sehun, ia memang benar pernah mendengar dari Yoona dan juga pelajaran semasa sekolah yang pernah menyinggung sedikit tentang hal tersebut. “Kalau begitu terima kasih banyak Uisanim, kami permisi sekarang..” Sehun mengangkat nota yang ia pegang, mengisyaratkan kalau mereka harus mengantri obat.

Keduanya keluar dari ruangan Dokter Lee, mereka tidak bicara apapun dan hanya saling diam. Bahkan saat mengantri obat, Lisa takut untuk bersuara sementara Sehun sibuk mengutak atik ponsel nya.

Sesekali Lisa melirik Sehun, tapi pemuda itu tetap asik menyentuh layar benda persegi yang ia pegang.

Tampaknya dia tidak suka :(

Derap langkah kaki keduanya beriringan meninggalkan gedung rumah sakit, menuju dimana kendaran mereka terparkir. Lisa berjalan pelan dibelakang Sehun, dengan langkah kecil-kecil.

Langkah Sehun terhenti, ia menoleh menatap Lisa yang berjalan sangat pelan sambil menunduk lima langkah dibelakang nya.

“Ayo, semakin malam udara diluar semakin dingin” ujar Sehun.

Lisa otomatis mempercepat langkah kaki nya, mengekori Sehun yang kini masuk kedalam mobil. Gadis itu baru akan memasang seat belt nya, tubuhnya tiba-tiba tertarik ke samping dan berakhir didalam sebuah dekapan hangat.

Gomawo sayang, aku sangat mencintai mu. Akhirnya aku bisa merasakan kebahagiaan di level ini, dimana kita sedang dalam perjalanan menjadi orang tua” bisik Sehun. “Kau tahu aku terlalu terkejut, sampai aku tidak bisa mengekspresikan kebahagiaan ku seperti orang-orang didalam drama.. Karena kebahagiaan ku bukan sebuah drama tapi kenyataan”

Wajah Lisa menghangat, bahkan mata nya pun ikut menghangat setelah itu ia terisak pelan.

“Hiks... Aku pikir Oppa tidak suka” lirihnya. “Padahal aku sangat bahagia saat Dokter Lee mengatakan Baby Oh sedang dalam perjalanan” Lisa membenamkan wajahnya pada dada Sehun.

Mwoya, bagaimana mungkin aku tidak suka sayang?” sela Sehun kemudian ia tertawa. “Ini anak ku, anakmu, anak kita.. Tidak ada yang lebih membanggakan daripada saat mendengar kabar kalau kau akan menjadi orang tua” ia meninggalkan kecupan di puncak kepala istrinya.

Lisa tertawa serak, lalu mengangkat wajahnya bertemu dengan manik Sehun.

Gomawo Oppa.. Aku mencintai Oppa, Baby Oh juga” kekehnya. “Ini hadiah kelulusan ku” Lisa menyentuh perutnya.

“Aku yang berterima kasih, ini hadiah pernikahan kita, hadiah kelulusan mu, hadiah untuk Appadeul dan Eommadeul.. Dan kalian berdua adalah hadiah untuk hidupku” ralat Sehun kembali mengeratkan pelukan nya pada Lisa. “Jadi..... Dia hanya satu saja didalam, tidak dua?” candanya sambil mengusap perut Lisa.

Keduanya lalu tertawa disela pelukan mereka.

Halo yang didalam sana, selamat datang sayang..” lanjut Sehun masih mengelus pelan perut Lisa. “Baik-baik dan sehat-sehat didalam sana arraseo?”

Yes, Daddy!” sahut Lisa dengan menggunakan nada anak kecil.

Momma nya juga harus sehat” sambung Sehun mengacak poni Lisa gemas dan gadis itu terkikik. “Ayo pulang? atau dua kesayangan ku ingin ke suatu tempat?”

Lisa menggeleng mantap.

Aniya, Ayo pulang.. Aku ingin dengan Oppa saja” manja nya sambil memeluk lengan Sehun.

Kajjah, kita pulang!” balas Sehun semangat.

Semoga nanti tidak ada permintaan aneh yang tidak masuk akal :")

.
.
.

“Oppa... Ireona!”

Suara Lisa melengking dari dapur, tangannya sibuk menata sarapan yang ia buat pagi-pagi sekali.

Sejak tahu dirinya tengah hamil, Lisa lebih sering bangun begitu awal mencari sesuatu yang bisa ia lakukan. Kadang-kadang ia berjalan bertelanjang kaki di luar halaman rumah mereka, atau berjalan ke arah pasar mencari sesuatu yang bisa ia olah menjadi makanan.

“Oppa??” Lisa menampakkan dirinya diambang pintu kamar, ia mendesah pelan melihat Sehun justru merapatkan kembali selimut yang sudah Lisa tarik sejak tadi.

Gadis itu mendekat kearah tempat tidur, lalu menindih pemuda itu.

“Oppa ireona...” ia menjepit hidung Sehun dengan jarinya. “Lihat, ayam saja sudah bangun, masa Oppa belum? Aboenim pasti akan marah kalau Oppa terlambat lagi”

Sehun sudah beberapa kali terlambat berangkat ke kantor, akibatnya ia harus menerima omelan dari Siwon. Apa yang membuat nya terlambat? Entahlah, ia sering kesiangan akhir-akhir ini meski ia tidur lebih awal.

Malas. Itu alasan Sehun.

“Yak, Oh Sehun!” seru Lisa didepan wajah pemuda itu.

Mata Sehun terbuka pelan, namun tidak juga segera beranjak melainkan justru memeluk erat Lisa yang tengah menindih nya.

“Berisik sekali Nona ini pagi-pagi” ujarnya parau khas bangun tidur.

“Ck, cepat lah bangun atau aku akan menyeret Oppa kekamar mandi dan menyiram Oppa di kloset!” ancamnya.

“Ish, mengerikan..” sahut Sehun tapi dengan nada mengejek.

“Cepaaat..” Lisa mencubit perut Sehun dengan keras.

Argh! Arraseo... Hih, galak sekali!” ringis Sehun sambil beranjak berdiri setelah Lisa pindah dari atas tubuhnya.

Pemuda itu meraih handuk dan piyaman mandinya, lalu segera menghilang dari balik pintu kamar mandi. Tidak lama suara guyuran dan juga aliran air terdengar.

Lisa menepuk-nepuk tangannya, sambil, tersenyum bangga sekaligus puas berhasil membangun Sehun lebih awal hari ini.

Sehun muncul didapur dengan rambut setengah basah, sudah rapi mengenakan setelan kerjanya. Lisa langsung melebarkan senyuman khas menyambut suami nya.

“Ini...” Lisa langsung menyodorkan sebuah sandwich isi daging bercampur keju kepada Sehun, seperti biasa.

Mata Sehun mendelik saat menerimanya, ia mengendusi piring beserta isinya tersebut.

Wae?” Lisa menatap Sehun tajam.

“Keju?” pemuda itu menjauhkan piring nya.

“Tentu saja, seperti biasa kan?” Lisa meraih sandwich yang sudah di potong tersebut, lalu mengarahkannya ke arah Sehun. “Aaaaa....” ia hendak menyuapi suaminya.

Sehun menggeleng cepat.

Waeyo?” gadis itu merengut. “Oppa sudah tidak suka sarapan buatanku? Arraseo, cari makanan yang lebih baik diluar sana!”

Lisa membanting sendok dan garpu yang ia pegang.

“Lice!” Sehun menahan Lisa yang hendak meninggalkan nya di meja. “Bukan begituㅡ”

“Lalu apa? Oppa menolak nya, artinya Oppa tidak suka! Ya sudah aku mengerti, aku memang tidak bisa melakukan tugas sebagai istri!” serunya emosi.

“B-Bukan... Arraseo...” akhirnya Sehun meraih potongan sandwich di piring nya kemudian melahapnya.

Gadis itu memperhatikan Sehun dengan sinis, pemuda itu tampak mengunyah sarapan nya dengan susah payah dan menelan nya paksa.

Namun tiba-tiba ia berdiri dengan cepat dari kursi nya, berlari terbirit-birit ke arah kamar mandi. Lisa membuka mulut nya hendak protes, tetapi tidak jadi.

HOEK!

Alis Lisa bertaut heran, dan segera menyusul Sehun ke kamar mandi.

Pemuda itu muntah?

HOEKK!

“Oppa, gwenchana?” nada gadis itu berubah khawatir.

“Baik-baik saja” balas Sehun terengah.

Ani...” Lisa menyentuh pundak Sehun, memijatnya pelan. “Oppa tidak enak badan?”

Sehun menggeleng pelan, menatap Lisa sayu.

“Aku tidak suka bau keju dan rasanya..” jawabnya lemah.

Mulut Lisa langsung berbentuk O, melongo mendengar ucapan Sehun.

“Tapi kemarin kita masih makan keju....” ujar Lisa sambil berpikir.

Tidak lama setelah itu ia tertawa terbahak-bahak, seperti mengingat sesuatu.

Wae?” Sehun kebingungan.

Aniya...ani...” Lisa berusaha bicara disela tawanya.

Tawanya makin menjadi-jadi, ia menarik lengan Sehun pelan membawa pemuda itu kembali ke meja makan.

Ia memeluk Sehun sebentar, lalu melepas nya.

“Aku akan bertanggung jawab” ucapnya.

“Sayang~” panggil Sehun. “No more Keju.. No garlic..” lanjut nya dengan memelas.

Tentu saja Lisa kembali tertawa terbahak. Namun kemudian ia mengangguk cepat, menyanggupi permintaan Sehun.

“Coba ini..” Lisa menyodorkan roti isi daging dan telur ke mulut Sehun.

Pemuda itu membuka mulut, menuruti titah istrinya. Sehun kemudian tampak mengunyah makanannya, kali ini ia terlihat menikmati nya.

“Ini enak” komentar Sehun.

Tawa Lisa kembali terdengar.

Aigoo.. Aku yang hamil kenapa Oppa yang jadi begini?” ucapnya geli.

Sehun hanya mengedikkan bahu, terus fokus memakan sarapannya dari tangan Lisa. Tiba-tiba ia merasa seperti kelaparan pagi ini, ia memakan sarapan nya dengan lahap bahkan meminta tambah lagi pada istri nya.

Itu adalah awal dimana Sehun mulai memasuki masa yang 'sedikit merepotkan' sebagai Daddy to be. Terkadang ia baik-baik saja, tapi Lisa yang 'cerewet' dan begitu juga sebaliknya.

Nikmati saja bukan?

.
.
⭐☆~BABY²~☆⭐
.
.

Sehun dan Lisa tampak begitu sibuk menyiapkan sesuatu didalam rumah mereka, sesekali terdengar seruan Lisa yang mendominan.

“Oppa sudah menata nya dengan baik kan?” Lisa memastikan. “Pastikan mereka belum melihat nya saat mereka masuk”

“Sudah sayang, seperti yang kita rencana kan sejak awal. Jangan khawatir.. ” jawab Sehun.

Arraseo...” Lisa membenarkan poni nya. “Sebentar lagi mereka sampai, jadi ayo bersiap Oppa..”

Gadis itu menarik lengan Sehun menuju arah pintu rumah mereka, dan menunggu disana.

Lengan Sehun digenggam erat oleh Lisa, gadis itu sedikit gugup, entah kenapa. Hari ini rencana nya mereka ingin memberi kejutan kepada orangtua mereka tentang kehamilan Lisa, yahhh sedikit terlambat sih. Tapi tidak apa-apa.

“Oppa kenapa mereka lama sekali sampai nya?”

Aigoo, ada yang tidak sabaran, hm?” kekeh Sehun mengacak lembut puncak kepala istrinya.

Aniya, aku hanya lelah berdiri disini menunggu, hehe” alasan nya.

“Sabar ya sayang, ingin duduk dulu?” tawar pemuda itu.

Kepala Lisa segera menggeleng dengan cepat, lalu memeluk lengan Sehun erat sambil menyandarkan kepala nya pada bahu suaminya itu.

Sekitar beberapa menit kemudian, deru mobil masuk melalui pagar yang memang sengaja mereka buka berhenti dihalaman rumah keduanya.

Lalu terlihat dua wanita berjalan setengah berlari kecil dengan tergopoh-gopoh, menghampiri Sehun dan Lisa. Tawa khas Yoona dan Tiffany terdengar, mereka langsung menyerbu Lisa memeluk gadis itu.

“Kenapa Mommy begitu merindukan putri Mommy ini, huh?” ujar Tiffany mengacak poni Lisa.

“Ne, Eomma berusaha menemui mu, tapi laki-laki ini terus saja menghalangi” sambung Yoona sambil melirik Sehun sinis. “Dasar anak nakal!” Yoona mencubit lengan Sehun sehingga ia mengaduh.

Lisa tertawa lalu menuntun Ibu dan Mertuanya masuk, sementara Sehun mengekori dari belakang bersama Nichkhun dan Siwon.

“Tumben sekali kalian mengundang kami makan malam, memang nya ini Anniversary kalian? Seperti nya bukan, kalian kan belum sampai satu tahun menikah” ujar Siwon.

“Memang nya hanya pada saat Anniversary saja kita bisa berkumpul begini?” jawab Sehun. “Sudah lama kita tidak makan bersama, jadi kami membuatnya seperti ini”

Arraseo, ayo segera makan, pasti Eommadeul dan Appadeul sudah lapar kan?” lerai Lisa.

Mereka langsung duduk di kursi masing-masing, Sehun dan Lisa duduk bersebelahan.

“Ah, Sehun~ah Eomma membawa ini untuk kalian” Yoona tampak membongkar sesuatu dari box makanan yang ia bawa.

“Aa.. Kesukaan Oppa..” ujar Lisa begitu melihat makanan yang dibawa oleh Yoona.

Wajah Sehun terlihat was-was saat Yoona menyodorkan sebuah piring berisi makanan yang ia bawa untuk Sehun dan Lisa, masih mengepul hangat.

Beberapa saat kemudian wajah Sehun berubah pucat, dan menghindari piring yang Yoona sodorkan. Sementara Lisa sibuk menahan tawa nya, sambil mengambil alih piring tersebut.

“Aku ingin mencobanya, apakah boleh?” Lisa menatap takjub isi piring tersebut.

“Tentu saja” sahut Yoona cepat. “Eomma membuat nya untuk kalian berdua”

Gadis itu menyeruput kuah Seolleongtang tersebut dengan cepat, ia tampak mengecapkan lidahnya, kemudian tersenyum lebar.

“Woah, ini enak Eommoni..”

“Ah, senang sekali kalau kau menyukainya, habis kan kalau begitu” semangat Yoona setelah Lisa memuji nya.

Sehun menghela nafas lega, seketika wajah tegangnya lenyap. Ia langsung meraih gelas minuman nya, dan meneguk nya perlahan.

“Jangan lupakan suami mu, Lisa~ya” Tiffany mengingat kan. “Kalian harus berbagi, bukankah Eommoni membuat itu untuk kalian?”

UHUK!

Suara tersedak datang dari arah Sehun, pemuda itu menutup mulutnya sambil terbatuk, Lisa menepuk-nepuk punggung Sehun pelan sambil menahan tawa.

Gwenchanayo?” Lisa memastikan.

Pemuda itu hanya mengangguk, sementara tawa berderai datang dari keempat orang tua mereka.

“Sayang.. Tolong jauhkan Seolleongtang itu dariku, please..” bisik Sehun pelan sekali di telinga Lisa. “Bau bawang putihnya menyengat sekali, aku tidak suka”

“Sehun tidak memakan Seolleongtang nya? Bukan kah itu makanan kesukaanmu? Kalau kau tidak segera memakannya, Lisa akan menyikatnya habis” ucap Nichkhun setelah itu mereka tertawa.

“Oppa sedikit sedang tidak enak badan, ia tidak bisa makan banyak, jadi aku yang akan menghabiskan nya” jawab Lisa mantap.

Tiffany langsung melongo.

“Sebanyak itu kau bisa habiskan?” takjub nya.

“Tentu saja Eommoni, Lisa bisa menghabiskan nya” Sehun menjawab dengan cepat. Lisa langsung menyengir.

Keempat orangtua tersebut saling berpandangan, kemudian memilih cuek dan melanjutkan makan mereka.

Setelah Lisa, Tiffany dan Yoona membersihkan meja dan juga piring sehabis mereka makan malam, ketiganya langsung menyusul para lelaki di ruang tengah.

Mata Lisa dan Sehun saling bertemu, dan bergerak menggunakan bahasa isyarat.

“Mmm... Eommadeul, Appadeul..” suara Lisa menyela keseruan antara Siwon dan Nichkhun yang sedang membahas pergerakan saham, lalu Yoona dan Tiffany yang entah sibuk membicarakan apa. “Kami memiliki permainan.. Bisakah Eommadeul dan Appadeul memainkannya untuk kami?” pinta Lisa.

“Permainan apa?” heran Nichkhun ia merasa aneh.

“Di sudut sana..” Sehun menunjuk arah dinding rumah mereka, tertempel tanda panah. “Ikuti tanda itu..”

Kedua pasangan senior itu tampak kebingungan, namun Tiffany terlebih dahulu mengikuti arah tanda panah tersebut.

“Woah, kalian membuat teka-teki?” seru Tiffany sambil membuka sebuah kotak dengan penutup pink. “Ah, ini bukan teka-teki tampaknya.. Ini semacam misi?”

Yoona yang mendengar Tiffany langsung mengekori wanita itu, sementara kedua pria paruh baya itu masih termangu kebingungan.

“Apa Eomma harus membuka kotak ini” tanya Yoona sambil menyentuh kotak lain yang memiliki tanda panah.

“Kalian sedang mengadakan survey kepeminatan tentang usia baya yang masih tertarik dengan permainan seperti ini ya?” Siwon tampak curiga. “Kalau begitu, Appadeul tidak termasuk, hanya Eommadeul yang bisa kalian wawancarai..”

Sehun dan Lisa berpandangan, kemudian tertawa mendengar penuturan Siwon. Namun, tawa mereka terhenti begitu pekikan Tiffany terdengar.

IGE BWOYA?!? JINJJAYO? OMMOYA! I CAN'T BELIEVE IT!!!!” wanita itu melompat-lompat kecil kegirangan.

Kedua pria senior itu semakin tampak keheranan. Tidak lama pekikan Yoona yang terdengar, membuat Siwon menghampiri nya dengan cepat.

OMMOOO... OMOOOO... OMOOO!!” seru Yoona mengibarkan sebuah kain putih.

“Ada apa sih?” penasaran Siwon pada Yoona.

Wanita itu menunjukan kain mungil yang ia kembali kan ke tempatnya. Mata Siwon langsung melebar, setelah itu tawa girang khas nya terdengar.

Pekikan gemas Tiffany masih berkumandang, sambil terus menciumi kain mungil yang ia pegang. Nichkhun yang penasaran segera menghampiri Tiffany yang terbuai dengan isi kotak, yang ia pegang.

“Kenapa kalian jadi begitu aneh sih? Ada apa?” penasaran Nichkhun, lalu matanya terfokus membaca sesuatu di samping kotak yang sedang Tiffany kagumi.

Nichkhun langsung menoleh ke arah Sehun yang tengah merangkul Lisa, sambil tertawa dari samping sofa.

“Ya, kalian berdua!” serunya.

Pria berdarah Thailand itu menghampiri keduanya, dialah yang pertama kali memeluk Sehun dan Lisa.

Gelak tawa Sehun dan Lisa kini berkumandang, menertawai reaksi keempat orangtua mereka.

I knew it, i knew it!” girang Tiffany memeluk Lisa. “Mommy sudah curiga sejak kau datang ke rumah, kau tampak berbeda!” ia mencubit ujung hidung putrinya.

“Waktu itu aku bahkan belum sadar” jawab Lisa terkekeh.

“Kami baru tahu setelah ke rumah sakit, karena kondisi nya semakin mengkhawatirkan” sambung Sehun.

“Jadi Eomma akan segera jadi Halmoni?” Yoona tampak fokus membaca hasil tes Lisa. “Eoh, jinjja! tidak sabar...”

Wanita jangkung itu menghampiri Lisa kemudian memeluk nya, lalu tangan nya turun mengelus perut menantu nya.

Aegi~ya... Jadilah seperti Eomma arraseo? Jangan seperti Appa, Appa mu itu kaku dan menyeramkan” ujar Yoona, sontak membuat semua yang disana tertawa kecuali Sehun yang mendengus kesal. “Dia sama seperti Harabojimu” lanjut Yoona.

Mwoya?” Siwon langsung tidak terima.

Tiffany terkikik, dan ikut bicara.

Aniya, Appa nya sekarang jauh sekali perubahan nya semenjak menikah bukan?” bela Tiffany. “Buktinya hanya dia yang sanggup membujuk Eomma nya Baby Oh..”

Sehun langsung tersenyum lalu melempar kan finger heart pada Tiffany.

“Ekhm, itu kenapa Oppa tidak memakan Seolleongtang nya tadi” ungkit Lisa.

Keempat orangtua itu langsung fokus menatap Lisa dengan pandangan bertanya.

Wae?” penasaran Yoona dan Tiffany bersamaan.

“Oppa tidak suka aroma bawang putih dan juga keju” setelah itu Lisa tergelak geli.

Mwo?” keempat nya melongo.

Lalu tawa Siwon paling kencang terdengar, ia menepuk-nepuk bahu Sehun sambil terus tertawa.

Aigoo, Sehun~ah sabar ne? Kau akan sangat menikmatinya” kekehnya. “Tolong jaga uri Lisa baik-baik, juga si kecil..”

Sehun hanya mengangguk, tumben ia tidak melawah Siwon kali ini, biasanya Ayah dan anak itu selalu berdebat.

Malam itu mereka terlarut dalam obrolan yang panjang. Terutama Sehun, Siwon dan Nichkhun. Sementara Lisa sudah menghilang masuk ke kamar karena mengantuk berat.

Menjelang larut malam barulah para orangtua itu pulang, meski sebelum nya Sehun dan Lisa sempat meminta mereka untuk menginap. Namun karena beberapa alasan, akhirnya mereka harus tetap pulang ke rumah masing-masing.

Misi memberi kejutan kepada orangtua mereka berhasil.

.
.
🌺~BABY²~🌺
.
.

Sehun masih membenci aroma bawang, ia masih membenci keju dan segala jenis makanan yang asalnya dari dunia barat. 

Ia hanya memakan makanan khas korea, tanpa campuran bawang putih dan sejenisnya, tapi anehnya Sehun menyukai aroma jahe.

Pemuda itu bahkan membenci Pizza, padahal saat Seulgi dan Jennie tahu kalau Lisa hamil, kedua gadis bermata kucing itu membuat pesta kecil di rumah Lisa dan Sehun, yaitu dengan memesan Pizza sebanyak mungkin dan berbagai varian.

Alhasil, Sehun tidak keluar dari kamar sampai aroma Pizza itu benar-benar menghilang dari rumah mereka.

Lalu bagaimana dengan Lisa? Sejauh yang Sehun tahu sampai usia kandungannya berusia 13 minggu, ia justru tidak meminta yang aneh-aneh. Ia hanya sering mengeluh karena pinggang nya sakit atau seperti keram, terkadang ia susah tidur.

Jadi setiap malam saat ia susah tidur, Sehun harus membawa gadis itu mengelilingi kota Seoul, sampai ia terlelap. Itu  menjadi kegiatan rutin Sehun, setiap kali Lisa bermasalah dengan tidurnya.

Siang itu, di minggu keempat belas kehamilan nya, tiba-tiba Lisa merasa ingin sekali mengunjungi rumah makan bibimbab yang pernah ia dan Sehun kunjungi saat ia pertama kali merasakan mual karena penghuni perutnya.

Mengunjungi rumah makan itu bukan untuk makan bibimbab lagi, tapi Lisa hanya ingin es teh nya.

Langkah panjang khasnya berjalan menuju ruangan Sehun, tidak ada lagi bisikan-bisikan gosip seperti awal-awal Lisa sering mengunjungi tempat tersebut. Apalagi sejak kabar kehamilan Lisa menyebar luas dengan sangat cepat, tidak ada lagi yang mengira-ngira tentang pernikahan mereka.

Annyeonghaseyo Nona Oh, bagaimana kabar anda hari ini?” sapa beberapa orang yang ia jumpai dalam perjalanan nya.

Annyeong, saya sangat baik..” jawabnya sambil membalas bungkukan salam mereka.

“Sehat terus ya Eomma dan bayinya..” sambung yang lain.

Kamsahamnida..” balas Lisa lagi.

Bisikan-bisikan gosip yang dulu kini berubah menjadi sapaan pada Lisa, mereka sudah berhenti bicara tentang pernikahan paksa Sehun dan Lisa. Namun kini berubah tentang, bagaimana nanti rupa Baby Oh? Apakah ia akan terlihat seperti Ibu atau Ayah nya? atau campuran keduanya?

“Ahra~ssi..” panggil Lisa sambil menghampiri meja gadis itu.

Rutinitas Lisa, sebelum ia masuk ke ruangan Sehun. Ia wajib berhenti di meja Ahra hanya untuk mengobrol dengan gadis Cho itu.

Sajangnim sedang tidak ada tamu Nona” ujar Ahra.

“Aku ingin menyapa Ahra~ssi dulu” jawab Lisa riang.

Gadis itu Cho itu tertawa.

“Aku ingin memanggil Ahra~ssi, Eonni. boleh ya?” sambung Lisa lagi.

“Tapikan Nonaㅡ”

“Ish, berhenti memanggilku Nona, aku bukan bos atau siapapun disini” potong Lisa cepat.

“Saya tidak enak pada Sajangnim dan yang lainnya” balas Ahra tidak enak hati.

“Itu masalah gampang, dan lagi jangan bicara formal denganku” jawab Lisa enteng.

Ahra hanya mengangguk-angguk mengiyakan Lisa. Pembicaraan mereka sempat tersendat saat seorang pemuda dengan perawakan tinggi, namun lebih rendah dari Sehun hendak masuk ke ruangan Sehun. Berkulit tan dengan tampilan lebih santai dari Sehun, pemuda itu berhenti sejenak membungkuk memberi salam kepada Lisa dan Ahra.

Setelah itu ia masuk keruangan Sehun dengan senyuman penuh arti, Lisa langsung menatap Ahra.

Nugu?” tanya nya.

“Teman sajangnim, bukan kah saat pernikahan kalian ia datang?” jelas Ahra.

“Eoh, pantas aku tidak merasa asing melihat nya” ujar Lisa.

Sementara itu didalam ruangan Sehun, kebisingan terjadi karena suara pemuda tan yang masuk tadi.

“Sehun~ah! Kenapa tidak bilang kau punya sekretaris cantik? Baru ya?” ujar pemuda itu.

“Itu bukan sekretaris baru, dia sudah lama” balas Sehun cuek. “Ada apa kemari?”

Jinjja? Cantik sekali, senyuman nya bisa membuat gila. Kau tahu? Dengan mengenakan pakaian santai saja ia terlihat begitu menarik bagai magnet!” jawab pemuda itu bersemangat. “Aku ingin mengajak mu minum kopi, ayolah jangan terlalu serius dan kaku dengan pekerjaan mu”

Dahi Sehun berkerut, menatap pemuda itu bingung.

“Siapa yang kau cerita kan Kim Jongin? Sekretaris ku tidak punya ciri-ciri seperti yang kau sebutkan, apalagi berpakaian santai..” heran Sehun.

Mwoya, jangan bercanda Sehun~ah! Gadis berambut cokelat dengan poni diluar bersama temannya itu?”

Badan Sehun langsung menegang, ia menatap Jongin dengan tajam. Pemuda itu berdiri dari kursi nya, langsung melangkah keluar pintu ruangan.

Lalu mata Sehun di suguhi dengan pemandangan, istrinya sedang memonopoli Ahra dari pekerjaan nya. Ia menoleh kan kepala kepada Jongin di dalam ruangan, lalu melambai meminta Jongin bergabung dengan nya.

“Gadis itu yang kau maksud?” tunjuk Sehun pada Lisa.

“Nah! Benar sekali, jadi bisa aku mendapat kan kontaknya?” Jongin menjawab dengan sumringah.

Tak!

Sehun menjitak pemuda itu dengan keras, sehingga Jongin mengadu kesakitan.

Waeyo?! Pelit sekali!” protes Jongin.

“Kalau kau mau, gadis yang disamping nya saja!” geram Sehun.

“Kenapa sih? Kau suka padanya juga? Lagi pula kau sudah beristri, jaga perasaan istri mu!” Jongin bersikeras.

Pabbo! Gadis itu istriku Kim Jongin! Dan dia sekarang sedang mengandung anakku!” balas Sehun sengit bercampur jengkel.

Jongin melongo mendengar seruan gemas Sehun, ia lalu menatap Lisa lama.

“Jadi dia istrimu? Ahh, ya pantas wajahnya begitu familiar dan poni nya juga” ujar Jongin kemudian menyengir tanpa dosa. “Apa kau bilang? Dia tengah mengandung anakmu? Ya! Oh Sehun! Kenapa kau tidak pernah bercerita tentang itu?!” seru Jongin tidak terima.

Pemuda Oh itu hanya mendelik, menanggapi seruan kesal Jongin karena ia tidak menceritakan apapun tentang kehamilan Lisa.

“Ngomong-ngomong kau hebat juga, sekali menendang langsung gol” goda Jongin kemudian.

“Ck, kau bicara apa sih?” dengus Sehun.

Jongin tertawa menanggapi Sehun.

“Ayo minum kopi” ajak Jongin lagi.

“Tidak. Kau tidak lihat istri ku disini? Kalau dia kemari itu artinya dia membutuhkan ku” tolak Sehun.

Baru Jongin membuka mulut hendak bicara, Sehun sudah melangkah kan kakinya menghampiri Lisa di meja Ahra.

“Sayang..” panggil nya. “Kau mengganggu Ahra lagi, hm?”

Gadis berponi itu langsung menoleh dan memamerkan deretan gigi rapinya.

“Oppa!” girang nya. “Ayo ke Hongdae”

Ahra langsung menahan senyuman, sementara Sehun menautkan alisnya mendengar ajakan Lisa.

“Kau ingin kesana? Sekarang?”

Lisa mengangguk antusias dengan mata berbinar-binar, mata tahan Sehun melihat nya.

Arraseo, kemarilah..” Sehun mengulurkan tangannya. “Kau terus saja menganggu Ahra, ia pasti kerepotan.. Jeoseonghamnida Ahra~ssi

Ahra langsung membungkuk, kemudian menggeleng.

Animnida.. Nona tidak mengganggu sama sekali, saya masih bisa mengerjakan tugas saya sambil menemani Nona” jawab Ahra.

Kepala Sehun terangguk, lalu langsung menarik Lisa lembut bersama nya saat jemari gadis itu menyentuh tangannya.

“Eonni, gomawo!” seru Lisa sambil mengekori Sehun.

Mata gadis Cho itu langsung membulat karena panggilan Lisa, namun ia menarik nafas lega saat Sehun terlihat santai saja dan tertawa karena Lisa.

“Kim Jongin!” seru Sehun sambil menggandeng Lisa masuk ke ruangan nya.

Wae?”

“Kami akan pergi, aku titipkan ini ya. Bisa tolong kerjakan untukku? Aku akan membayarmu sebagai gantinya” pinta Sehun. “Kau kan sudah biasa mengerjakan hal seperti ini”

“Cih! Aku tidak butuh uang, uangku sudah banyak, yang lain saja” tawar Jongin.

“Sombong sekali!” cibir Sehun. “Apa yang kau inginkan?”

Pemuda tan itu lagi-lagi hanya tertawa.

“Bagaimana dengan seorang gadis yang menarik, kau bisa memberinya untukku?”

Babbo! Kau kan tahu aku tidak punya kenalan perempuan!” cecar Sehun. “Kalau kau ingin, aku bisa meminta Appa memberi Miss Park untuk mu”

“Hish! Aku tidak ingin gadis itu!” tolak Jongin.

Mulut Lisa membulat, ia lalu buka suara.

“Apa aku bisa membantu?”

Mata Jongin langsung berbinar-binar, sementara Sehun menatap Lisa dengan seksama.

“Aku punya teman yang menarik, ku rasa dia cocok dengan Oppa” lanjut Lisa.

“Benarkah? Wahh terima kasih sekali Nona Oh, kau memang yang terbaik, tidak seperti suami mu yang sangat kaku!” ejek Jongin pada Sehun.

Sehun menggeram kesal, tapi ia menahannya. Demi bisa pergi menemani Lisa, ia butuh bantuan Jongin.

“Terserah saja” ujar Sehun kemudian.

Woah! Sehunie ternyata sangat gampang di taklukkan oleh Nona Oh? Daebak!” Jongin bertepuk tangan. “Kau harus tahu dulu suami mu ini seperti batu, dan begitu keras kepala tidak ada yang bisa menggoyahkan pendirian nya. Tapi tadi kau dengan mudahnya membuat ia berkata 'Ya'? Semudah memotong tahu atau Jelly dengan pisau tajam” takjub pemuda itu.

Lisa terkekeh sambil menatap Sehun yang kini sedang menghujam Jongin dengan pandangan membunuhnya.

“Aku sudah pernah mengalami nya” jawab Lisa.

Tatapan Sehun langsung berubah sendu, memandang Lisa dengan sejuta makna. Ia langsung teringat masa lalu, dimana ia bersikap tidak baik pada istrinya.

“Oppa ayooo~” rengekan Lisa membuyarkan lamunan sejenak Sehun.

“Ah, ayo sayang..” pemuda itu dengan sigap merangkul Lisa. “Jongin~ah, titip yah! Kau akan mendapatkan bayaran yang setimpal!” seru Sehun sambil membawa Lisa meninggalkan ruangan tersebut.

Jongin menggelengkan kepala, menatap punggung Sehun dan Lisa yang kini menjauh.

“Sejak kapan ia menjadi semanis itu pada seorang gadis? Benar-benar luar biasa, aku hampir saja tidak mengenali sifatnya” kekeh Jongin.

Sampai akhirnya ia terlarut dengan pekerjaan Sehun, demi tawaran Lisa.

.
.
.

“Siapa yang kau jadikan tumbal untuk Jongin pabbo itu?” penasaran Sehun saat mereka memasuki rumah makan yang Lisa maksud.

Lisa terkekeh geli.

“Rahasia” ia menjulurkan lidahnya pada Sehun.

Pemuda itu langsung berdecih, namun tertawa menanggapi gadisnya.

“Kau ingin makan bibimbab lagi? Baiklah kita pesan..” Sehun meraih buku menu.

“Bukan” Lisa menahan tangan Sehun yang hendak menulis. “Aku hanya ingin es teh nya”

Demi apapun, pemuda itu tidak tahu harus kesal atau tertawa. Ia pikir Lisa begitu antusias ingin ketempat tersebut karena bibimbab nya. Sehun mengerjap-ngerjap menatap Lisa yang tersenyum polos tanpa dosa sama sekali.

“Hanya itu?” tanya Sehun.

“Hmm.. Hanya itu” mata gadis itu menjelajahi seisi ruangan tersebut. “Oppa lihat! Kue bawang, aku ingin!”

Sehun langsung merengut.

“Kau kan tahu aku tidak suka..”

“Ah, aku melupakan nya.. Baiklah tidak jadi” jawab Lisa sambil tertawa. “Es teh saja, aku sangat ingin es teh nya”

Lisa begitu antusias menerima gelas besar es teh nya begitu pesanan nya datang, hanya dalam hitungan detik ia menghabiskan nya.

Mata Sehun terus saja mengekori setiap gerak-gerik Lisa, benar-benar menakjubkan gadis itu sanggup menghabiskan satu gelas jumbo es teh.

“Jadi siapa yang sangat menginginkan nya diantara kalian berdua, hm?” Sehun bertanya saat mereka dalam perjalanan mengantar Lisa pulang. Tangan kanan nya mengusap pelan perut istrinya.

“Aku, aku yang sangat menginginkan es teh itu sejak lama” jawab Lisa mantap.

“Ah pantas saja, terlihat sih..” gumam Sehun pelan.

“Apa?”

Aniyo..” Sehun terkekeh.

Gadis itu tidak bertanya lagi, ia asik menonton keluar jendela menikmati pemandangan siang menjelang sore itu.

“Oppa!” jerit Lisa heboh membuat Sehun terkejut.

“Ada apa?” kaget Sehun.

“Maroon Five! Maroon Five!” tunjuk nya pada sebuah poster besar di pinggir jalan. “Aku ingin kesana, yah? Ayo Oppa kita kesana!”

Pemuda itu terlihat menekuk wajahnya, namun hanya diam tanpa menjawab Lisa.

“Oppa?” bingung Lisa saat Sehun diam saja dan tidak berhenti kearah poster besar Maroon Five.

Sehun tetap menjalankan mobilnya lurus, menuju arah rumah mereka. Bibir Lisa mengerucut kesal.

“Aku tidak suka Maroon Five, apalagi vokalisnya” ujar Sehun berat saat mereka memasuki halaman rumah.

“Ya sudah sih, bilang saja Oppa masih cemburu padanya, karena Adam Levine adalah cinta pertama ku” sahut Lisa mendahului Sehun masuk kedalam rumah.

Pemuda itu mengekori Lisa, ia sudah was-was kalau gadis itu akan merajuk. Tapi nyatanya tidak, Lisa meletakkan tasnya dan, langsung menghambur ketempat tidur.

“Oppa ayo bernyanyi, Baby Oh ingin mendengarkan nya” ujar gadis itu manja.

“Cih, alasan saja.. Bahkan sebelum Baby Oh ada kau memang sering memintaku bernyanyi untukmu” jawab Sehun. “Iya kan sayang, Momma mu suka sekali menjual namamu” bisik Sehun pada perut gadis itu, lalu mengecup nya sayang.

Lisa tergelak lucu, sambil jemarinya menyisir lembut helaian rambut Sehun yang kini tengah mengobrol panjang lebar dengan perutnya.

.
.
🌷~BABY²~🌷
.
.

Waktu berjalan sangat cepat, seiring dengan cepat nya perputaran waktu, demikian juga pertumbuhan si kecil didalam perut Lisa. Mulai dari ia merasa biasa saja dengan perut datar nya, kini gadis itu merasakan bagaimana repotnya membawa perut buncit kemana-mana.

36 Minggu.

Lisa masih ingat awal-awal perutnya mulai membesar, butuh perjuangan besar untuk menyesuaikan. Seperti tidak bisa tidur terlentang, harus menyamping. Belum lagi ia tidak bisa bergerak leluasa dan lincah ditambah terkadang pinggang nya terasa sakit dan pegal. Bahkan untuk duduk saja gadis itu terkadang kewalahan.

Lalu Sehun? Ah, pemuda itu sudah tidak lagi membenci aroma bawang putih dan keju. Ia sudah kembali normal sejak kandungan Lisa memasuki usia 20 minggu, seketika itu juga Sehun melupakan kebencian nya terhadap bawang putih dan keju.

Kewalahan berhadapan dengan ibu hamil seperti istrinya? Jawaban Sehun adalah tidak.

Ia masih ingat bagaimana Lisa merengek-rengek ingin bertemu dengan lumba-lumba pada usia kehamilan yang ke 18 minggu. Jadi, terpaksa Sehun harus membawanya ke pertunjukan lumba-lumba yang isinya anak kecil semua.

Tidak hanya itu, ingatan Sehun masih segar bagaimana Lisa terus mengungkit sikap Sehun dimasa lalu, pelakuan buruk Sehun, perkataan keras pemuda itu yang membuat nya menangis. Waktu itu Lisa hamil 15 minggu, entah kenapa gadis itu menjadi sangat sensitif.

Ia meminta Sehun membawa nya ke Everland, mengenang hari dimana Lisa berjuang berjalan kaki pulang ke rumah. Tapi sifat sensitif Lisa tidak berlangsung lama, hanya beberapa jam. Setelah itu ia meminta maaf pada Sehun karena mengungkit masalah yang sudah mereka sepakati untuk dilupakan.

Hal penting yang sangat membekas di pikiran dan juga hati Sehun, adalah saat bayi mereka mulai menendang-nendang didalam perut Lisa. Hanya dengan mendengar suara Sehun saja, si kecil itu gaduh didalam sana. Kalau kata Lisa, itu akibat Sehun yang sering mengajak bayinya bicara atau sekedar menggosipkan Lisa.

Seperti sekarang ini. Sehun mengajak bayi berusia 36 minggu mereka bergosip. Dengan bahan gosip mereka yaitu Lisa, dan akan selalu Lisa sampai seterusnya.

Aegi~ya, kau tidur sekarang?” bisik pemuda itu didepan perut Lisa, setelah ia selesai mengganti baju kantor nya. “Jadi hari ini kita akan membicarakan Momma lagi?”

Lisa langsung berdecih, memang nya tidak ada pembicaraan lain, selain membicarakan dirinya? begitu pikir Lisa.

“Helo yang didalam sana, apakah sedang tidur? Tumben sekali tidak berisik..” lanjut Sehun lagi sambil mengecup-mengecup permukaan perut besar Lisa.

Untungnya, setelah lepas dari minggu ke 20, Lisa tidak lagi sensitif atau meminta yang aneh-aneh. Ia benar-benar normal, seperti dirinya yang belum hamil. Kalau saja ia dalam masa sensitif sekarang, mungkin ia sudah menjambak Sehun.

Pemuda itu secara tidak langsung mengajar bayi mereka yang tidak benar, dengan bergosip.

“Sayang kecil Daddy...” bisik Sehun lagi. “Ayo bermain” ajaknya.

“Ia sedang tidur sekarang, tidak usah membangunkan nya” sela Lisa.

“Lihat lah Aegi~ya, Momma cemburu padamu karena Daddy lebih menyayangi mu” ejek Sehun pada Lisa.

Gadis itu tidak perduli, ia sedang memainkan permainan di ponsel Sehun. Dan membiarkan suaminya berisik didepan perut buncitnya.

“Ah, ani.. Aku menyayangi mu juga sayang” Sehun beralih pada Lisa. Mencuri kecupan dari gadis itu. “Aku mencintai mu”

“Ish, jangan mengganggu Oppa, aku bisa kalah!” seru Lisa tetap fokus pada layar ponsel.

“Ck, tinggal kan itu dulu sayang, aku ingin memelukmu” rayu Sehun.

Andwae, sesak..” tolak Lisa. Tangan nya masih sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel.

“Alasan saja..” Sehun terkekeh lalu merebut ponsel nya.

Lisa menggeram kesal.

“Oppa~”

Popo..” pemuda itu menyodorkan pipi nya.

Shireo, kembali kan ponselnya~” Rengek Lisa.

“Kalau begitu ponsel nya tidak akan kembali” sahut Sehun.

Ia beranjak dari samping Lisa, membawa ponsel nya. Gadis itu merengut menatap jengkel Sehun.

“Oppa tega sekali, mentang-mentang aku tidak bisa berbuat apa-apa karena perut besar ini” rajuk Lisa, ia memancungkan bibirnya.

Lisa kemudian bergerak sambil memegang perut nya, berusaha bangun dari tempat tidur dimana ia duduk dan bersandar. Sehun dengan sigap menghampiri Lisa, membantu nya berdiri.

“Mau kemana?” tanya Sehun.

“Ke bulan!” sahut Lisa keluar dari kamar.

Pemuda itu mengekori istri nya sambil tertawa tidak jelas, ia merasa lucu saja melihat Lisa membawa perut besarnya seperti sedang menggendong bola.

“Neptunus atau Saturnus sayang?” Sehun justru menanggapi ucapan Lisa.

Aquarius!” jawab Lisa asal.

Ledakan tawa Sehun menggema di seluruh ruangan rumah mereka, namun Lisa tidak, perduli. Pemuda itu memang suka sekali mengerjai Lisa, atau sekedar menggoda gadis itu.

Namun begitu ia melihat Lisa menuju meja makan, ia langsung merangkul istri nya tersebut. Ia menarik kursi, dan mendudukkan Lisa dengan pelan lalu menarik kursi lainnya mendekat dengan istrinya, Sehun duduk disana.

“Biar aku yang mengambilkan nya untuk mu sayang” Sehun menahan tangan Lisa yang terulur kearah piring diatas meja.

Gadis itu menurut saja, lagi pula ia susah bergerak untuk menjangkau nya karena perut nya.

“Aaaa..” Sehun mengarahkan sendok berisi makanan ke mulut Lisa.

Lisa melakukan nya dengan patuh, ia kini tampak sibuk mengunyah makanan nya.

“Oppa, aku tidak suka ada rasa bawang putihnya” ucap Lisa tapi dengan nada mengejek.

Sehun yang mengerti kalau Lisa tengah menyindirnya hanya bisa tertawa, ia fokus menyuapi istri nya tersebut.

Arraseo, kita beli es teh saja kalau begitu” balas Sehun kemudian.

Gadis itu ingin tertawa, tapi mulutnya sedang penuh dengan makanan.

“Oppa kenapa tidak makan?” tanya Lisa setelah menelan makanan nya.

“Aku ingin istri dan anakku kenyang terlebih dahulu” sahut pemuda itu. “Tapi nanti, aku juga ingin disuap”

Geez!”

Keduanya tertawa, mereka sibuk bersenda gurau sambil sesekali berdebat. Itu karena memang Sehun suka sekali menggoda Lisa.

“Oppa, aku ingin tidur terlentang tanpa harus menyamping, aku lelah..” keluh Lisa.

Gadis itu duduk di pinggiran tempat tidur, menatap Sehun yang baru masuk setelah selesai mencuci piring makan mereka.

“Eoh, ingin tidur terlentang?” ulang Sehun.

Lisa mengangguk dengan wajah memelas, berharap Sehun akan melakukan sesuatu untuk nya. Selama beberapa bulan terakhir, Lisa merasa sedikit lelah dan bosan tidur menyamping.

Sehun berbalik arah, keluar dari kamar. Alis Lisa langsung bertaut begitu Sehun menghilang dari pandangan nya. Namun ia tersenyum saat Sehun kembali muncul dengan membawa bantal sebanyak mungkin dari kamar sebelah.

“Ayo kita susun” ajak Sehun riang.

Pemuda itu menata bantal-bantal tersebut, menyusunnya menjadi tempat yang bisa Lisa gunakan untuk bersandar. Jadi gadis itu bisa tidur terlentang dengan posisi kepala dan punggungnya lebih tinggi.

Gomawo Oppa, gomawo Daddy” ucap gadis itu senang sambil menyandarkan tubuhnya pada bantal susunan Sehun.

Sehun tersenyum hangat, menarik lembut tengkuk sang istri, mengecup nya sayang.

Saranghae~” bisiknya, sambil memeluk gadis itu dari samping.

Lisa terkikik geli, menyusupkan kepala nya ke sela leher suaminya bersandar disana.

Nado saranghae Oppa” balasnya. “Maaf selalu merepotkan..”

“Sama sekali tidak, aku senang sekali bisa terus ada disamping mu dan melakukan banyak hal untuk mu, juga gadis kecil kita..” jawab Sehun cepat.

Dekapan pemuda itu mengerat pada Lisa. Oh, ngomong-ngomong Sehun menyebutkan gadis kecil? Ya, menurut hasil USG mereka beberapa waktu lalu, bayi mereka akan berjenis kelamin perempuan.

Lalu Lisa terlelap didalam dekapan Sehun dengan cepat, sementara pemuda itu masih terjaga. Ia meletakkan tangannya diatas perut Lisa, mengusap-usap nya lembut.

“Selamat tidur dua gadis kesayangan ku” bisik nya sangat pelan.

Dan, Sehun segera menyusul Lisa yang sudah tidur dengan pulas.

Aku tidak sabar menunggu kehadiran gadis kecil ku.. ^^

Countdown

.
.
.
.
.
.

Lisa sangat rajin berada di halam rumah mereka pagi-pagi, ia bertelanjang kaki menginjak rumput, atau kerikil-kerikil kecil. Ia juga sangat banyak bergerak, kata Tiffany dan Yoona memang harus seperti itu.

Setiap pagi, jika Sehun terlambat bangun dari Lisa, ia tidak akan mendapati gadis itu dikamar. Pasti Lisa sudah menyelesaikan lima sampai tujuh putaran di halaman rumah mereka.

Gadis itu baru selesai membersihkan diri, dan mendapati Sehun sudah siap akan berangkat ke kantor. Pemuda itu tampak kesusahan dengan dasi nya, pagi ini Sehun tergesa karena terlambat bangun.

“Biar aku bantu Oppa” Lisa mengulurkan tangan nya ke arah leher Sehun. Ia tersenyum bangga, setelah selesai membenarkan dasi suaminya.

Gomawo sayang” ucap Sehun mengacak puncak kepala Lisa.

“Daddy sudah mau berangkat sekarang?” gadis itu merubah nadanya menjadi seperti Mickey Mouse.

Sehun tertawa, ia langsung berjongkok didepan perut besar gadis itu mengusap dan mengecup nya berulang-ulang.

Morning gadis kecil Daddy..” sapa nya. “Temani Momma selama Daddy di kantor ya anak pintar..”

Dug!

Lisa langsung memekik pelan, akibat tendangan tiba-tiba dari dalam perut nya dan kencang sekali. Namun setelah itu ia tertawa, diikuti oleh Sehun.

“Ah, Putri Daddy sudah bangun ternyata” lanjut Sehun terkekeh. “Kenapa menendang keras sekali? Ingin menjadi pemain bola? Tapi kan itu permainan anak laki-laki sayang” canda Sehun.

Gadis itu tersenyum, menatap perbincangan pagi rutin Sehun dan perutnya sebelum pemuda itu berangkat ke kantor.

“Oppa lihat..” tunjuk Lisa pada permukaan perut nya.

Si kecil itu bergerak didalam sana, dan itu terlihat menonjol di permukaan perut Lisa.

“Hey, gadis kecil ini sedang menari didalam sana, hm?” ujar Sehun.

Lalu gerakan kecil itu menghilang dari permukaan perut besar Lisa, menjadi tenang seperti semula.

“Ia hanya ingin membalas sapaan Oppa” Lisa terkikik.

Arraseo, Daddy berangkat ya sayang, jangan nakal gadis kecil ku” pemuda itu kembali meninggalkan kecupan sayang diperut Lisa. Ia kemudian beralih pada istrinya. “Aku berangkat ya, kalau ada apa-apa kabari segera, okay? Aku mencintai mu” kecupan yang sama ia tinggal kan untuk Lisa.

Nado~ Oppa hati-hati, kami akan menunggu Oppa pulang” balas Lisa.

Gadis itu berdiri lama dipagar rumah, menatap mobil Sehun yang menjauh dan segera menghilang dari pandangan nya.

Dug!

Tendangan halus kembali terasa dari dalam perut Lisa, gadis itu langsung tertawa mengelus perut nya berulang-ulang.

“Sabar ya sayang, Daddy akan pulang nanti sore. Sementara bermain dengan Momma dulu, okay?” kekeh Lisa.

Dug!

Ia bergerak lagi.

Aigoo.. Baru juga ditinggal sebentar” gumam Lisa. “Sabar ya Nona Oh kecil..”

Lisa menutup pagar mereka, lalu membawa dirinya masuk kembali kedalam rumah. Meski sedikit 'repot' dengan perut besar nya, tapi Lisa tidak merasa terganggu. Ia justru merasa senang dengan momen-momen yang sudah ia lalui selama hamil.

Ah, bahagia sekali rasanya, tidak sabar ingin segera melihat mu mini me.. :*

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sehun termenung di ruangannya, ini sudah masuk minggu ke 40 kandungan Lisa. Sudah detik-detik terakhir, dimana bayi mereka akan segera muncul.

Tapi Lisa masih terlihat baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda kalau ia akan melahirkan dalam waktu dekat. Ah, tapi Sehun teringat kata dokter kandungan Lisa mengenai masa melahirkan.

Pada umum nya, wanita akan melahirkan pada usia kehamilan di antara 38-42 minggu, jadi mungkin Sehun harus terus siaga sampai nanti minggu ke 42.

Kemudian ingatan Sehun melayang ke beberapa waktu lalu, tiba-tiba saja Roseanne Park muncul lagi di ruangan nya untuk berpamitan. Gadis itu resign dari kantor tersebut, dan tepat saat itu juga Lisa muncul dengan wajah mengerikan.

Bahkan gadis Park itu saja tampak nya ketakutan melihat raut wajah Lisa, dan Sehun juga masih ingat bagaimana reaksi Miss Park saat melihat perut besar Lisa.

Ia terkekeh jika mengingat nya, Lisa begitu sinis hari itu. Entah apa yang membuat gadis itu muncul, padahal sejak perutnya membesar Lisa tidak pernah menampakkan diri lagi dikantor Sehun.

“Eoh, Miss Park kan? Lama tidak berjumpa..”

Sehun tidak akan pernah lupa, betapa sinisnya Lisa menyapa Miss Park, sehingga gadis Park itu meninggalkan ruangan Sehun tanpa sempat bicara apapun. Pemuda itu bisa menebak, Lisa menjadi sedikit 'mengerikan' itu karena efek gadis kecil yang masih bersembunyi didalam perutnya itu.

“Sehuna.. Ini sudah tinggal menunggu waktu, jangan tinggal kan Lisa sendiri, bagaimana kalau terjadi apa-apa?”

Tiba-tiba ucapan Yoona tempo hari terngiang di telinga Sehun, pemuda itu seolah tersadar dari perenungan nya. Sejak tadi perasaan nya memang tidak enak, tapi tadi pagi Lisa baik-baik saja, ia justru masih melakukan kegiatan mengelilingi halaman mereka. Kali ini sepuluh putaran.

Sehun segera bergegas meraih tas kerjanya hendak meninggalkan kantor, ponselnya berbunyi.

Nama Lisa tertera disana, jantung Sehun berpacu cepat.

“Sayang kau baik saja?” khawatir Sehun.

Oppa..” suara Lisa terdengar normal. “Sejak tadi aku merasa perut ku sakit, setiap lima belas menit sekali, aku sampai hafal hitungan nya..

Tubuh Sehun menegang, itu artinya gadis itu sudah masuk detik-detik mendekati persalinan nya. Beberapa waktu terakhir Lisa memang sempat mengeluh pinggangnya sering merasa sakit atau keram dan lain sebagainya, namun gadis itu masih terlihat santai.

“Tunggu, aku dalam perjalanan pulang!” panik Sehun.

Bisakah cepat Oppa? Sekarang jeda sakitnya semakin singkat.. Jinjja..” namun nada gadis itu masih terdengar tenang.

“Secepat mungkin!”

Sehun berlari sekuat tenaga masuk kedalam lift, menuju basement parkir. Kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Pemuda itu hampir saja menabrak pagar rumah mereka, ia tidak dapat berpikir saat menghentikan mobil nya diluar pagar. Ia berlari kencang masuk kedalam rumah, dan ia mendapati Lisa sedang berbaring miring di sofa.

Gadis itu menatap Sehun keheranan, pasalnya nafas pemuda itu tersengal terputus-putus.

“Oppa kecepatan berapa? Kenapa cepat sekali sampainya?” tanya Lisa sambil mengunyah.

Mata Sehun menangkap Lisa tengah memakan kentang goreng.

“Masih sakit?” Sehun mendekati gadis itu.

“Aku sedang menikmati nya sambil makan kentang, terasa nyeri” keluh Lisa.

“Ayo berangkat sekarang!” ajak Sehun. Ia meraih tubuh Lisa membantu nya bangun dari tempat ia berbaring.

“Aku sudah menyiapkan tas perlengkapan nya sambil menunggu Oppa tadi”

Jemari Lisa menunjuk kearah pintu kamar mereka, disana tergeletak tas berukuran sedang. Pemuda itu langsung mengambil tas tersebut, kemudian menuntun Lisa menuju mobilnya.

“Oppa sudah menghubungi dokter Kim kalau kita akan kesana sekarang?” gadis itu memastikan.

“Sudah. Tenang saja sayang semua sudah diurus” jawab Sehun berusaha tenang meski jantungnya tidak bisa tenang.

“Eommadeul dan Appadeul?”

“Sudah sayang...” tangan Sehun terulur mengusap kepala Lisa. “Apa sakitnya masih muncul?”

Gadis itu langsung mengangguk.

“Aku sedang menahannya sekarang” Lisa tertawa sambil meringis. “Tapi aku tidak ingin panik”

“Kita akan segera sampai, kau tinggal masuk ruangan saja” Sehun mempercepat lari kendaraan mereka. “Aku sudah mendaftar lewat telephone tadi”

“Kurasa aku tidak akan melahirkan sekarang, mungkin besok?” gadis itu mengira-ngira.

Sehun menggelengkan kepala, sambil terus menatap lurus kedepan.

“Yang penting sudah dirumah sakit, menunggu besok juga tidak apa-apa, asal kita sudah disana” jawab Sehun.

Lisa hanya bisa mengiyakan, sambil sesekali meringis mengelus pinggang nya.

Agh, rasanya seperti keram saat masa period Oppa, tapi ini jauh berkali lipat sakitnya” adu Lisa. “1000 kali lipat”

Pemuda itu semakin tidak dapat berpikir, antara ingin fokus sampai cepat di rumah sakit dan juga tidak tega membiarkan istri nya kesakitan.

“Sakitnya intens?” tanya Sehun.

“Hmm.. Ah, tapi ini sakitnya menghilang.. Paling beberapa menit terasa lagi Oppa” jawab Lisa.

“Sabar ya sayang, seandainya aku bisa membantu untuk mengurangi rasa sakit nya” sesal Sehun. Ia benar-benar menyesal tidak bisa berbuat apapun.

Ia lalu menggenggam erat jemari Lisa, seolah menguatkan dan memberi gadis itu ketenangan.

Di sela rasa sakitnya, Lisa masih sempat bercanda dengan Sehun. Namun kalau rasa sakitnya datang gadis itu kembali mengaduh, terkadang ia mengomeli Sehun karena terlalu banyak bertanya.

“Halo Nona Oh, apakah apakah kontraksi nya sangat intens?” sapa seorang perawat saat Lisa memasuki ruangan nya.

“Sangat, bahkan sudah sampai di punggung ku” jawab Lisa namun ia terlihat tenang sekarang.

Arraseo, ayo kita periksa dan lihat, ini sudah sampai tahap mana..” perawat tersebut menuntun Lisa ke ranjang periksa.

Sehun sudah mengurus semuanya sejak jauh-jauh hari, ia tidak ingin tergesa di hari persalinan Lisa. Ia tidak ingin seperti di drama atau film yang selalu menayangkan seorang istri tiba-tiba langsung melahirkan tanpa persiapan.

Pemuda itu ingin fokus hanya pada Lisa, menemani dan menghibur gadis itu saat ia kesakitan. Mendampinginya terus sampai bayi mereka lahir, itu kenapa Sehun menyiapkan semua jauh sebelum nya.

Manik Sehun terus mengamati Lisa yang tengah bersandar di ranjang nya, wajah gadis itu sesekali terlihat mengernyit menahan sakit. Kemudian manik mereka saling bertemu, Lisa langsung tersenyum lebar pada Sehun.

Nan gwenchana, Oppa jangan terlalu khawatir” ujarnya. “Oppa harus melihat bagaimana wajah Oppa, tegang sekali seperti beton” Lisa mencoba bercanda.

Sehun terkekeh pelan, ia menjulurkan tangan nya mengelus kepala gadis itu.

“Kau tidak apa kalau aku tinggal sebentar kan? Aku akan keluar, tidak jauh hanya keluar kamar..” Sehun beralih menggenggam tangan Lisa.

Gadis itu tersenyum disela ringisan nya, mengangguk pelan.

“Aku baik saja, lagi pula ini masih tahap awal, baru bukaan pertama kata dokter Kim” jawab Lisa. “Tapi Oppa jangan lama-lama yah, aku ingin Oppa disini” lirih Lisa.

Pemuda itu mengangguk cepat.

“Hanya sebentar, aku akan kembali secepatnya” ia meninggalkan kecupan di kening Lisa lalu keluar.

Sehun menghilang dengan cepat dari hadapan Lisa. Pemuda itu keluar mencari tempat sunyi, ia tampak mengusap wajahnya lalu menangis tertahan.

Tangannya merogoh kantong celana nya, meraih ponsel nya. Ia tampak menunggu beberapa saat, sampai panggilan nya dijawab dari seberang sana.

“Eomma, eotokheyo? Hiks.. Lisa kesakitan, aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak tega melihat nya” isak Sehun seperti anak kecil.

Sangat bertolak belakang dengan postur tubuh dan juga garis tegas wajahnya. ><

Mwoya? Kenapa kau menangis?” heran Yoona. “Kami dalam perjalanan, tadi habis menjemput Eommoni mu

“Bagaimana tidak menangis, istriku kesakitan Eomma, dan aku tidak bisa menolong dia dari rasa sakitnya” rengek Sehun.

Ck! Lalu dimana Lisa sekarang? Kenapa kau meninggalkan nya sendiri? Kau harus menemani nya, bukannya malah menangis!” gemas Yoona. “Sudah buka-an berapa?

“Lisa didalam kamarnya, aku hanya ingin masukan dari Eommadeul, aku harus bagaimana Eomma?” pemuda itu masih merengek. “Baru buka-an pertama” ia menjawab pertanyaan Yoona tentang keadaan Lisa.

Ya! Seharusnya kau menemaninya! Cepat temani!” titah Yoona.

Lalu sambungan mereka terputus setelah Yoona justru mengomeli Sehun, pemuda itu masih sibuk mengusap wajah basah nya. Kalau melihat Lisa menderita seperti ini, pemuda itu menjadi sangat merasa bersalah, apalagi setiap ia mengingat bagaimana sikapnya pada gadis itu diawal pernikahan mereka.

Sehun kembali masuk mendapati Lisa yang tengah memejamkan mata, gadis itu tampak mengatur nafasnya disela rasa sakit yang timbul tenggelam.

“Hey...” Sehun kembali memegang tangan gadis itu. “Maaf meninggalkan mu sendiri”

Aniya, ini masih bisa diatasi dan di tahan” Lisa tersenyum.

Pemuda itu langsung mengecup tangan Lisa berulang-ulang, kenapa gadis itu bisa tahan? Pikirnya. Menurut banyak cerita atau beberapa tayangan atau bacaan yg Sehun baca kebanyakan wanita yang mengalami kontraksi itu mengeluh atau mengaduh.

Apa mungkin belum sekarang ya?

Mata Sehun terus melirik jam tangannya, waktu terus berjalan, sudah berjam-jam mereka menunggu. Beberapa kali dokter Kim datang mengunjungi mereka hanya untuk mengecek progres jalan lahir gadis itu, dan sekarang Lisa terlihat semakin kesakitan. Beberapa kali erangan nya mulai terdengar, namun gadis itu masih berusaha menahan sakitnya.

Sehun ikut duduk dengan Lisa diranjang nya, mengusap pelan punggung dan juga pinggang gadisnya, sesekali ia memijit nya membantu Lisa mengurangi rasa sakitnya.

“Oppa, kenapa bayinya tidak langsung keluar saja sih? Kenapa harus menunggu buka-an segala, pinggang ku rasanya sudah ingin terlepas” keluh Lisa akhirnya.

“Ingin melakukan sesuatu?” tawar Sehun.

“Apa?” penasaran Lisa disela nyeri nya.

“Menari?” Sehun mengulurkan tangannya. “Biar cepat”

Gadis itu terkekeh, ia meraih uluran tangan Sehun, turun dari ranjangnya.

Katanya, banyak bergerak agar lebih cepat proses persalinan nya. Dan seperti yang pernah Sehun pelajari dari YouTube, menari menjadi salah satu cara yang mudah. Ia sering melihat video wanita yang menanti proses persalinan nya menari.

Gelak tawa Lisa masih terdengar, ia sesekali terkikik karena beberapa kali menginjak kaki Sehun. Ah, keduanya menari seperti anak kecil, dengan diiringi oleh lagu Despacito dan koreografi oleh Dokter Kim sendiri.

Lisa dan Sehun sudah mempelajarinya beberapa puluh menit yang lalu, dan sekarang tawa mereka terdengar memenuhi ruangan tempat Lisa menanti.

Setidaknya itu membantu Lisa, tidak perduli nyeri infus nya yang dicabut sementara, gadis itu suka menari. Hari sudah semakin gelap, Sehun kembali diperhadapkan dengan kecemasan.

Lisa terus mengerang sakit sejak tadi.

“Oppa sakit..” keluhnya.

“Sabar ya sayang” pemuda itu benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

Ia terus mengelus perut Lisa, berniat menenangkan gadis itu, tapi Lisa sudah tidak dapat merasa kan elusan tangan Sehun di perut nya. Dominasi nyeri, ngilu dan sakit yang lainnya membuat semuanya bagai tidak terasa lagi.

Arghhh!” erangan Lisa semakin membuat Sehun kelabakan.

Dokter Kim dengan beberapa perawat masuk dengan peralatan mereka, wanita itu memeriksa lagi jalan lahir gadis itu, dan ia terlihat sedikit terkejut.

Omo, ini cepat sekali.. Ketubannya sudah pecah” ujarnya. “Nona Oh dengar, jangan mendorong dulu arraseo? Tunggu aba-aba dari ku”

Lisa berusaha menjadi pasien yang baik, dengan tidak mendorong atau mengedan, tapi apa daya rasanya benar-benar seperti ingin buang air. Dan, itu membuat Lisa mau tidak mau mendorong secara tidak sengaja.

“Nona Oh jangan mendorong nya sekarang, kau akan kelelahan dan kasihan bayinya.. Atur nafas... ” ucap Dokter Kim lagi.

“Ayo sayang, jangan mendorong dulu.. Tarik nafas..” Sehun ikut-ikut bicara sambil menggenggam erat tangan gadis itu.

Aghh! Oppa tidak tahu rasanya! Ini sulit sekali, sakit! Babbo!” marah Lisa.

Dokter Kim tampak menahan tawanya, ia dan beberapa perawat yang bersamanya tengah sibuk mempersiapkan peralatan mereka, sambil menunggu buka-an gadis itu benar-benar final.

Arraseo maaf sayang” ujar Sehun akhirnya.

Hh...hh..hhh..hhh..” gadis itu berusah keras mengatur nafasnya agar ia tidak melakukan pergerakan yang memaksa bayinya keluar. Karena belum waktunya.

“Kau bisa melakukan nya sayang, kau pasti bisa. Aku disini jangan takut” bisik Sehun sambil terus mengecup tangan gadis itu.

“Hiks... Aku sudah tidak sanggup, ini benar-benar sakit, pinggang ku seperti nya patah” ujar Lisa berusaha menggambarkan betapa sakitnya kondisi nya sekarang. “Aku tidak sanggup Oppa, aku tidak kuat..”

Aniya, kau gadis terkuat yang pernah aku temui... Gadis hebat, istriku” balas Sehun cepat, ia juga takut sebenarnya. Lisa terlihat benar-benar kewalahan karena sakitnya. “Gadis kecil kita lahir dari gadis yang sangat kuat, ia pasti bangga, karena aku juga bangga” Sehun terus menenangkan dan menyemangati Lisa.

Sekian lama Lisa berkutat dengan rasa sakit menunggu bayi mereka lahir, Sehun tidak berhenti menyemangati gadisnya. Sementara keempat orangtua mereka menanti diluar ruangan, membiarkan Sehun yang mendampingi Lisa.

Sehun terlihat seperti akan menangis setiap kali Lisa mencengkeram kuat tangannya menahan sakit, sebenarnya dalam hati ia benar-benar menangis. Tidak tega, Sehun tidak sanggup melihat Lisa seperti ini.

Beberapa kali dokter Kim tampak memeriksa diantara kedua paha Lisa yang mengangkang, memastikan kalau bayinya sudah bisa didorong atau belum.

Hahh!” suara erangan Lisa kembali terdengar.

“Tenang ya sayang, sebentar lagi” hibur Sehun.

Agh! Oppa bisakah ganti kan aku sebentar untuk melahirkan?ini sakit sekali” rintihnya.

Biasanya Sehun akan tertawa kalau Lisa bicara melantur, tapi kali ini ia justru merasa sesak didada nya. Kalau sampai Lisa bicara seperti itu, sakitnya memang tidak terkira.

“Nona Oh..” suara dokter Kim kembali terdengar setelah memeriksa Lisa untuk kesekian kalinya. “Atur nafas, dan ikuti aba-aba dari ku arraseo? Bayinya sudah dekat..”

“Nah, semangat sayang! Sudah dekat” pemuda itu menyemangati.

Dokter Kim tertawa pelan melihat Sehun yang antusias dalam mendampingi Lisa, meski jelas sekali raut panik dan juga khawatir dari pemuda itu.

Okay Nona Oh, kau boleh mendorong pelan-pelan ya” Dokter Kim memberi aba-aba.

Gadis itu menurut, ia mendorong pelan tapi ia juga tidak sabaran ingin mendorong sekuat tenaga.

No, no, no! Jangan habiskan tenagamu Nona Oh” interupsi wanita Kim tersebut.

Genggaman Sehun mengerat pada tangan Lisa, sambil terus berbisik menyemangati nya.

Okay, sekarang dorong perlahan, kemudian dorong dengan keras Nona!” suruh dokter Kim.

Hmpppp...” Lisa berusaha mendorong sekuat tenaga.

“Lebih kuat lagi Nona, dorong yang kuat!”

“Ayo sayang, dorong yang kuat, kau bisa melakukan nya” Sehun tidak ketinggalan.

Argh! Aku harus mendorong bagaimana lagi?! kalau begitu Oppa saja yang mendorong! Agh!” jerit Lisa frustasi.

“Ya sekuat yang kau bisa sayang, aku akan membantu mu kalau Kim Uisanim membutuhkan bantuanku” jawab Sehun takut-takut.

“Ck! Ini semua karena Oppa! Hiks!” erangnya. Saking Lisa tidak tahu bagaimana cara melampiaskan rasa sakitnya ia menyalahkan Sehun.

“Iya sayang, ini salahku. Maafkan aku..” Sehun pasrah saja. Ia terus menghibur dan menyemangati Lisa.

Antara harus mengatur nafas, mendorong dan lain sebagai nya Lisa merasa tidak sanggup lagi. Seperti ingin menangis, tapi tidak juga.

Terbersit rasa ingin menyerah, tapi ia teringat wajah Sehun dan juga gambar USG bayi mereka yang terakhir kali keduanya melakukan USG, jadi ia berusaha mendorong lagi sekuat tenaga.

“Nona, bernafas lembut melalui hidung seperti yang saya ajarkan, kemudian dorong kuat arraseo? Bayinya sudah sangat dekat” Dokter Kim menuntun.

Lisa menurut, ia berusaha mengabaikan rasa sakit yang merobeknya di bawah sana.

Hmmpppppp....” ia mendorong kuat.

Sehun sampai ikut menahan nafas melihat Lisa yang tengah berjuang, genggamannya tidak ia lepas kan dari jemari Lisa. Beberapa kali ia berbisik menyemangati istrinya, beberapa kali juga ia terlihat memejamkan mata berdoa.

Aaaaagghhhkkhhh!” Lisa mengerahkan seluruh tenaga terakhir nya, ia sudah pasrah apapun yang terjadi.

Lalu tangisan kencang seorang bayi terdengar memenuhi ruangan tersebut, Sehun langsung ikut menangis mendengar tangisan bayi itu.

Lisa menghembuskan nafas panjang.

“Ya! You did it! You did it!” seru Dokter Kim.

Ia mengangkat sesosok bayi gembul, menelungkupnya di dada Lisa seraya mengelap bayi yang masih bersimpah cairan dan juga bercak darah tersebut.

Say hi Momma, say hi Daddy..” ujar dokter Kim. “Ini seperti prediksi nya, seorang gadis cantik!”

Airmata Lisa lolos begitu saja melihat bayi mungil nya, ia mengecup bayi nya berkali-kali sama hal nya dengan Sehun.

Neomu Yeppeo...” isak Lisa.

“Nah, Daddy bisa kah bantu memotong tali pusar si cantik ini?” pinta dokter Kim ia menyerah kan gunting khusus dan steril pada Sehun.

Tangan Sehun sedikit bergetar menerima nya, ia memotong dengan sangat hati-hati, takut kalau-kalau itu bisa menyakitkan bayi nya.

Lalu bayi itu dibawa oleh perawat, untuk dibersihkan, sementara dokter Kim langsung kembali menangani Lisa.

“Selamat menjadi orangtua Tuan dan Nona Oh” ujar dokter Kim dengan antusias.

Sehun membungkuk, kemudian mengucapkan terima kasih.

“Selamat ya sayang.. Kau seorang Eomma sekarang” Sehun meninggalkan ciuman di kening Lisa sepeninggal Dokter Kim.

Lisa tersenyum lemah.

“Oppa juga seorang Appa sekarang, apa aku merepotkan Oppa tadi?” tanya Lisa dengan suara sangat pelan.

Pemuda itu menggeleng cepat.

“Aku mencintaimu” ia memeluk tangan Lisa lalu menempel kan di wajahnya.

Kepala Lisa terangguk lemah, lalu pintu ruangan terbuka Tiffany dan Yoona masuk tergesa-gesa sementara para Pria berjalan samtai dibelakang.

“Mana cucuku?” seru Tiffany.

“Seperti apa rupanya, aku penasaran” Yoona tidak mau ketinggalan.

“Ini dia gadis Oh yang cantik!” Dokter Kim masuk membawa bayi mungil Lisa dan Sehun. “Momma nya hebat sekali, bayi ini berat nya 3,8 kg dengan panjang 53cm.. Bisa bayangkan betapa kuatnya Momma melahirkan secara normal?”

Mata Sehun menatap takjub bayinya, lalu otomatis terulur ingin menggendongnya.

Arraseo, arraseo Daddy nya ingin menggendong” ujar Tiffany terkekeh.

Hati Sehun meluap-luap menatap wajah tenang bayinya yang kini tertidur tenang didalam gendongannya.

“Dia benar-benar cantik” gumam Sehun.

Yoona mendekat, kemudian ia bersorak girang.

Yes! Sangat persis dengan Momma nya!”

Yeah, tapi dia juga masih anak Daddy, lihat ini” Tiffany menyentuh hidung mungil bayi itu. “Ah, neomu yeppeo..”

“Cantik sekali, kalian pintar membuatnya” seloroh Nichkhun.

Lisa dan Sehun terkekeh, pemuda itu membawa bayi mereka mendekat pada Ibu nya.

“Lihat, dia seperti mu” ujarnya seraya tertawa.

Gadis itu ikut tertawa, tapi airmata nya jatuh bersamaan dengan tawanya.

“Kalian sudah memberi nya nama?” tanya Siwon.

“OH SESA!” jawab keduanya bersamaan, lalu mereka tertawa lagi.

“Sesa?” serempak keempat nya.

“Tidak familiar untuk nama Korea atau Thailand” bingung Yoona.

“SE untuk SEhun..” jawab Lisa.

“SA untuk LiSA..” Sehun menambah.

Keempat nya membulatkan mulut, memanggut-manggut menggerti.

Got it!” seru Tiffany. “It's cute, you know

“Ah benar, neomu kiyowo~” Yoona menatap bayi kecil yang kini Lisa gendong dengan gemas.

“Kalian benar-benar pintar membuat nama anak kalian menjadi gabungan nama kalian” kekeh Siwon.

Sehun memasang wajah bangga, sambil menaikkan alisnya.

“Itu ide Oppa” sahut Lisa tertawa. “Awalnya aku mengusulkan Mariposa” ia kemudian menyengir.

Mwoya, kenapa Mariposa?” heran Tiffany.

“Karena waktu itu Lisa sedang senang-senangnya menonton Mariposa Eommonim” Sehun yang menjawab sambil, tertawa. “Tapi sebenarnya Sesa itu ide kami berdua” lanjut nya.

“Lisa memang suka aneh kalau untuk nama, bahkan dulu ia menamai anak kucingnya 'Lada Gaga'” tambah Nichkhun.

Lisa mengerucutkan bibirnya, namun suara Yoona mengunterupsi nya.

“Bisa Eomma gendong?” Yoona sejak tadi terlihat tidak sabaran ingin meminta Sesa dari Lisa.

“Tentu saja Eommoni” kekeh Lisa menyodorkan bayi mungil nya.

“Setelah itu Mommy juga ya!” Tiffany mendekati Yoona yang terus tersenyum menatap Sesa. “Heuhh, menggemaskan sekali!” gemas Tiffany.

“Kami mengalah saja dengan wanita-wanita ini” ujar Nichkhun.

Sehun tertawa menanggapi nya, ia mendekati Lisa dan duduk dipinggir ranjang rawatnya.

“Kau tidak ingin istirahat? Bukan kah kau tidak istirahat dengan baik sejak semalaman?” pemuda itu mengusap-usap tangan Lisa.

“Tiba-tiba aku tidak merasakan lelah atau apapun melihat nya” Lisa menatap kearah Ibu dan mertua nya yang menggendong Sesa.

Sehun tersenyum, ia mengerti sekali. Apa yang dirasakan Lisa juga ia rasakan. Benar-benar bahagia, melihat bayi mereka.

Bagi Lisa, segala kesakitan nya selama imi, segala kerepotan nya tidak sebanding dengan kebahagiaan nya sekarang.

“Beristirahat lah, kau membuang banyak tenaga selama berbelas-belas jam” suruh Sehun, ia mendorong Lisa pelan bersandar.

Gadis itu kembali tersenyum, ia lalu memejamkan mata, dan elusan tangan Sehun memghantarkan nya terlelap.

Entah berapa jam Lisa tertidur, saat ia terbangun ruangan nya redup. Ia menilik isi ruangan tersebut, lalu ia mendapati Sehun tengah menggendong Sesa sambil memegang botol susu. Ah ya, air susu Lisa belum begitu lancar, ia belum bisa memberi Sesa susu yang banyak.

Tapi Sesa itu bayi pintar, ia dengan cepat belajar dan mengenali susu Ibu nya. Namun untuk sementara Sesa minum susu botol, menunggu Lisa bisa menyusui nya.

Lisa tersenyum menatap ke arah suami dan juga putri nya, sepertinya Sehun benar-benar menikmati momen pertama nya menjadi Ayah.

Ah, Lisa tidak bisa melukiskan kebahagiaan nya sekarang.

“Oppa~” panggil nya.

Pemuda itu langsung menoleh, ia tersenyum hangat.

“Eoh, Momma sudah bangun..” Sehun membawa Sesa menghampiri Lisa.

Tangan gadis itu langsung terulur meminta Sesa, ia ingin memeluknya tiada henti. Bayi kecil yang selama 40 minggu berada didalam perutnya, menemani nya.

Sehun menyerah kan Sesa kemudian duduk disamping Lisa berdempetan diatas ranjang rawatnya yang lumayan lebar.

“Oppa lihat, dia bangun..” kekeh Lisa.

Pemuda itu ikut terkekeh, Sesa mengintip-ngintip kecil, lalu kemudian membuka matanya lebar. Seolah mengerti kalau Ibunya yang kini tengah mendekapnya.

“Ahh, neomu kiyowo putri Daddy, kau benar-benar seperti Momma mu” ujar Sehun sambil mengelus pipi Sesa.

“Tentu saja, Sesa kan anak Momma”

“Anak Daddy juga!” Sehun tidak mau kalah.

Sesa hanya mengerjap-ngerjap kan mata, lalu menggeliat kecil.

“Dia tidak suka susu formulanya” ujar Sehun kemudian.

“Ah, jinjja?” Lisa menatap Sehun serius. “Jadi dia tidak minum banyak?”

“Aku berusaha memberi nya, tapi ia tidak mau menyedotnya. Untung tidak menangis” jawab Sehun serius juga. “Mungkin itu kenapa ia bangun lagi”

Lisa langsung menyodorkan Sesa kepada Sehun, ia melebarkan baju rawatnya, mencoba memeras susu nya.

“Tadi sehabis aku makan, dokter Kim bilang aku harus rajin memompa nya agar susu untuk Sesa lancar” ujar Lisa. “Mungkin sekarang sudah mulai penuh”

Gadis itu kemudian meminta Sesa kembali, mencoba mempertemukan mulut Sesa dengan susu nya, dan gadis mungil itu langsung merespon dengan sangat cepat.

“Ia menyedotnya” ucap Lisa girang. “Apa air nya lancar sayang, hm?” tanya nya pada Sesa.

Bayi kecil itu tetap menyedot tampaknya ia memang mendapatkan susu nya, seperti yang ia ingin kan. Lisa merendah kan kepala nya mendekati Sesa, ia mendengar suara nafas bayi nya dengan jelas dan suara Sesa menelan ASI nya.

Lisa tertawa, mendekap erat Sesa.

“Dia mendapat kan ASI nya?” tanya Sehun memastikan.

“Hm, Oppa dengar suaranya menelan? Kiyowo~” Lisa memiringkan kepala.

“Ah, bagus lah kalau begitu. Kasihan, tampaknya ia lapar” jawab Sehun.

Arraseo, minum yang kenyang ya sayang, maafkan Momma membuat mu menunggu” Lisa mengecup kepala putri nya.

Sehun ikut mengecup kepala Sesa, lalu beranjak dari sisi Lisa, menuju sudut dimana sofa yang berbentuk setengah kasur terletak, lalu membaringkan dirinya disana.

“Oppa istirahat lah, kalau aku butuh bantuan aku akan memanggil Oppa” suruh Lisa.

Pemuda itu mengiyakan Lisa, kemudian tertidur untuk sementara waktu, selama Lisa sibuk dengan Sesa.

“Tenang lah sayang, mulai besok kau tidak akan bertemu susu formula lagi.. Momma yang akan memberimu minum” bisik Lisa pada Sesa seraya mengecupi bayinya berkali-kali dengan gemas.

.
.
.
.

Saat Sehun terbangun disana sudah ada Yoona dan Tiffany, menemani Lisa dan Sesa. Pemuda itu langsung terlonjak bangun.

Lisa tampaknya sudah mandi, ia juga sudah berganti pakaian. Ia sedang memangku Sesa, mengagumi Putri mereka dengan takjub.

Langsung saja Sehun menghampiri kedua gadis kesayangannya.

"Morning.." sapa Sehun khas baru bangun tidur.

"Morning Daddy.." jawab Lisa sumringah. "Oppa sangat kelelahan ya?"

Pemuda itu menggeleng pelan, lalu memainkan jemarinya di pipi Sesa, kemudian tergelak lucu.

"Jangan mengganggu Dad, Sesa ingin menatap wajah Momma" Lisa tertawa. "Sejak didalam perut, Sesa ingin sekali melihat Momma. Sesa hanya bisa mendengar suara Momma waktu itu"

"Ah, malaikat pelindung Sesa, Eoh?" sahut Sehun, ia mengelus kaki kecil Sesa yang terbebas dari kain balutannya.

Sesa menguap, kemudian menggeliat gelisah.

"Nah.. Ini karena Oppa" sungut Lisa.

"Wae?" bingung Sehun.

Gadis itu tidak menjawab ia justru menyodorkan Sesa pada Sehun, dengan sigap pemuda itu menerimanya. Dan, hebat nya begitu Sehun mendekap Sesa, bayi mungil itu langsung diam tenang, kemudian perlahan menutup matanya tidur. Persis Lisa.

See?” ujar Lisa, menaikkan alisnya.

Lalu tawa Yoona dan Tiffany terdengar.

“Sesa itu seperti Lisa, ia akan diam tenang kalau Sehun mendekapnya” ujar Tiffany menggoda.

“Ah, semacam ikatan dengan Ayah yang sangat kuat sejak dalam kandungan, eoh?” tambah Yoona. “Eomma dengar Sehun dan Sesa sering menggosipkan Lisa saat Sesa masih didalam perut?”

“Yahh, itu benar Eomma..” Lisa tertawa lalu menatap Sehun yang tengah menahan tawa nya juga.

Pada kenyataan nya, Sesa memang anak Daddy sekali.

Siang itu Lisa dan Sesa sudah boleh pulang ke rumah, tanpa perlu berlama-lama di Rumah Sakit. Bersyukur nya, Lisa pulih dengan cepat, dan Sehun selalu sigap mengimbangi Lisa mengurus Sesa.

Sekitar satu minggu Sehun tidak masuk kantor, meski ada Yoona dan Tiffany yang membantu mendampingi Lisa dan Sesa. Namun, Sehun tampaknya belum berani meninggalkan Lisa dan Sesa begitulah saja selama seharian penuh.

.
.

Sesa itu bayi yang lucu, ia juga sangat pintar. Pernah sekali, Sehun mencoba menggoda nya.

Saat itu Sesa tengah menyusu pada Lisa, Sehun yang baru pulang dari kantor langsung tersenyum sumringah begitu mendapati anak dan istrinya tengah asik di ruang tamu.

“Sesa~ya” panggil Sehun pada Sesa yang sibuk minum. “Bagi Daddy susu nya..”

Lisa langsung mendelik, ia tahu Sehun suka sekali menggoda dirinya bahkan bayi mereka. Dan, reaksi Sesa membuat Lisa tertawa.

Bayi mungil itu langsung mengangkat tangannya, menutupi wajah dan juga susu yang tengah ia sedot. Ia menyembunyikan nya dari Sehun, berpikir kalau Ayahnya itu benar-benar akan merebut makanannya.

“Sayang, Daddy juga lapar, bagi yah..” goda Sehun lagi.

Sesa semakin merapatkan wajahnya kearah dada Lisa, dengan sebelah tangannya tetap menutupi wajah dan juga susu nya.

Otak usil Sehun semakin menjadi-jadi, ia menekan pipi Sesa dengan jarinya lalu menarik nya menjauh dari dada Lisa. Hal itu membuat Sesa semakin memperkuat sedotannya, serta geraman kecil nya terdengar.

Grhh..” sebuah geraman kecil dan halus datang dari Sesa disela minumnya.

Tampaknya ia kesal Sehun terus mengganggu nya.

“Berhenti mengganggu Daddy” omel Lisa kemudian.

“Ish, hanya bercanda.. Galak sekali persis Momma nya” ejek Sehun.

Sebelum tangan Lisa meraih untuk mencubit Sehun, pemuda itu sudah kabur terbirit-birit kedalam kamar.

Meski Sehun itu usil, tapi Lisa sangat bersyukur sekaligus takjub melihat kesigapan dan kesiagaan Sehun sebagai Ayah. Ia tampak sangat profesional, entah dimana pemuda itu belajar mengurus bayi, mungkin pada Siwon atau lada Nichkhun.

Terkadang saat Lisa sedang lelah karena sering bergadang dengan Sesa, Sehun akan meminta mereka bergantian. Menyuruh Lisa beristirahat dan Sehun full mengurus Sesa bahkan sampai mengganti diapers nya pemuda itu pandai.

Kecuali kalau sudah waktunya Sesa menyusu, barulah Sehun membangunkan Lisa. Itupun kalau Sesa sudah kenyang, dan Sehun melihat Lisa masih kelelahan ia akan melanjutkan mengurus Sesa.

Itu membuat Lisa sering terharu ia tidak menyangka suaminya, yang dulu ia kenal begitu kaku di awal pernikahan, ternyata sehangat ini.

Dilain kesempatan, kalau Lisa sibuk berkutat dengan Sesa karena bayi itu sedang rewel. Sehun akan mengambil alih semua pekerjaan rumah, sampai memasak bahkan mencuci baju Sesa. :")

Dan, waktu berjalan sangat cepat Sesa bertumbuh dengan sangat baik. Ia benar-benar mini Lisa. Ah, mini Sehun juga.

Dan, waktu berjalan sangat cepat Sesa bertumbuh dengan sangat baik. Ia benar-benar mini Lisa. Ah, mini Sehun juga.

Saat Sesa mulai terlungkup, Sehun yang pertama kali mendapat momennya karena saat itu Lisa sedang didapur.

Namun saat Sesa sudah mulai bisa menyebutkan nama orang tua nya, kata Momma lah yang pertama kali ia sebutkan.

Hanya selisih jam, kata Daddy keluar dari mulut Sesa. Saat gadis kecil itu sudah bisa terpisah dari Sehun dan Lisa, Yoona dan Siwon seringkali menculiknya. Begitu pun dengan Tiffany dan Nichkhun.

Terkadang Sesa menginap semalam dengan Yoona dan Siwon, kemudian satu malam juga dengan Tiffany dan Nichkhun.

Sesa adalah anak dengan daya tankap sangat cepat, pernah sekali Yoona kesal karena Sehun datang menjemput Sesa lebih awal.

“Ya! Oh Sehun! Tidak bisakah membiarkan Sesa lebih lama dengan kami?”

Wanita itu mengomeli putra nya. Namun tiba-tiba..

“Ya! Oh Sehun! Oh Sehun!” seru Sesa yang waktu itu baru-baru bisa bicara.

Sehun langsung melotot pada Sesa, gadis kecil itu justru menyengir.

“Daddy Sehun..” panggil nya.

Sontak saja Yoona tertawa terbahak-bahak, namun setelah itu menghampiri Sesa.

“Sayang, tidak boleh memanggil Daddy seperti itu arraseo? Cukup panggil Daddy..” nasehat Yoona. “Hanya halmoni dan haraboji yang boleh memanggil Daddy seperti tadi”

Gadis kecil itu mengangguk-angguk, meski mungkin ia belum paham.

Tidak hanya itu, Lisa dan Sehun memang terkadang seperti Tom dan Jerry. Itu karena sifat usil pada Lisa. Sesa seringkali meniru ucapan Lisa pada Sehun, kalau tingkat kekesalannya sudah level akhir.

“Yak Oppa babbo! Berhenti mengganggu ku!” seru Lisa suatu hari. “Aku sedang membuat makan untuk Sesa!”

Arraseo, padahal hanya ingin mengajak bercanda..” balas Sehun, kemudian menuju ruang tengah.

Tidak lama Sesa muncul dari kamar sambil memegang boneka ayam, ia menatap Sehun dengan seksama. Kala itu Sesa hampir berusia dua tahun.

“Oppa pabbo!” ujar nya kemudian.

Mata Sehun langsung mendelik.

“OPPA BABBO!” seru nya lagi dengan kencang.

Lisa muncul dari dapur membawa sutil masak, menatap Sesa sambil menahan tawa.

“Sayang.. Tidak boleh mengulang ucapan Momma kalau berteriak arraseo..?”

“Alaso Momma..”

Ia menjawab kemudian langsung berlari menuju tempat Sehun duduk, masuk kedalam pangkuan Ayahnya.

Setelah itu Sehun tampak membisikkan sesuatu pada Sesa, dan gadis kecil itu mengangguk lalu keduanya tertawa.

Lisa menatap curiga.

“Momma, hungry...” rengek Sesa.

Gadis itu langsung sigap kembali lagi ke dapur. Namun tidak lama, suara Sesa muncul dibelakang nya.

“Momma..” ia menarik-narik apron Lisa. “Sesa ingin susu”

“Eoh? Sesa ingin susu atau makan?” tanya Lisa.

Ia terlihat berpikir sebelum menjawab Ibunya.

“Makan dan Susu!” jawab Sesa mantap, lalu menyengir.

Lisa merotasikan matanya, ini pasti ajaran Sehun pikirnya.

“Sesa bermain dengan Daddy ya, Momma segera antarkan makanan nya” suruh Lisa.

Gadis kecil itu menurut, ia kembali lagi bersama Sehun.

“Daddy..” ia masuk ke pangkuan Sehun lagi.

“Iya?”

“Daddy ingin makan atau susu?” tanya nya polos.

Sehun menahan tawa, ia berpikir membuat Sesa penasaran.

“Daddy..” rengeknya.

“Makan, Daddy sudah besar tidak perlu susu” jawab Sehun.

Sesa mengecup Sehun lalu turun dari pangkuan nya, dan berlari ke dapur.

“Momma, Sesa tidak ingin susu lagi.. Sesa sudah beshaarr!” teriaknya.

Lisa yang sudah berjalan menuju arah ruang tengah menatap Sehun dan Sesa gemas, pasalnya ia sudah membawa makanan sekaligus susu untuk Sesa.

See? Sesa itu sifatnya persis dengan Sehun. Usil.

“Lalu siapa yang akan meminum susu ini? Sesa ingat, Momma selalu mengajar Sesa tidak boleh membuang makanan” tegur Lisa.

Ne..” Sesa mengangguk ia meraih gelas susunya terlebih dahulu dan meneguknya sedikit. “Daddy suap..” pinta Sesa.

Pemuda itu mendudukkan Sesa disamping nya, lalu menyuap putri kecil nya.

“Daddy, bolehkan Sesa menginap dengan Halmoni Oh lagi?” tanya Sesa dengan mulut penuh.

“Tentu saja boleh” jawab Sehun.

“Kalau tinggal dengan Halmoni dan Haraboji Oh?”

“Nah, itu tidak boleh.. Sesa kan putri Daddy dan Momma jadi harus tinggal dengan Daddy Momma, okay?”

Gadis kecil itu mengangkat kedua jempolnya, mengiyakan Ayahnya.

“Daddy sayang Sesa atau Momma?” tanya Sesa lagi.

Sehun langsung melirik ke arah Lisa berdiri tengah menatap kegiatan bergosip kedua orang tersebut.

“Sayang dua-dua nya” sahut Sehun. “Kalau Sesa sayang siapa?”

“Sayang Daddy!” seru Sesa cepat.

Lisa langsung berdehem, melipat tangan didepan dada.

Arraseo, tidak ada susu dan telur mata sapi lagi” ujarnya.

“Sayang Momma juga!” lanjut Sesa memamerkan gigi nya.

Gadis itu hanya mendelik, apalagi saat Sehun menatapnya mengejek.

“Malam ini tidur sendiri dikamar, aku akan tidur dengan Sesa” ucap Lisa sambil menatap Sehun jengkel.

Pemuda itu langsung kelabakan tentunya. Dan, benar saja malam harinya Lisa tidur dengan Sesa.

Malam sudah merayap larut, Sehun mengendap-ngendap masuk ke kamar Sesa lalu membaringkan tubuhnya disamping Lisa yang memeluk tubuh Sesa.

“Sayang..” bisiknya.

Sebenarnya Lisa masih terjaga, namun ia diam saja.

“Oh Lisa” Sehun bergemirisik samping Lisa.

“Shh, Oppa bisa membangunkan Sesa” Lisa menahan suaranya.

“Sayang aku tidak mengajar kan Sesa untuk memilih, aku hanya bertanya” rengek Sehun.

Gadis itu mendengus, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Sehun. Tentu saja pemuda itu tersenyum senang.

“Aku tahu” balas Lisa.

“Kalau begitu boleh peluk?” tanya nya.

“Hmm” Lisa hanya bergumam.

Sehun menyeringai senang, menarik Lisa kedalam pelukan nya. Mencuri kecupan dari Lisa tentunya, lalu terkekeh saat Lisa mengomeli nya.

“Aku sangat mencintai kalian berdua, kau tahu?” bisik Sehun kemudian. “Aku merasa hidup ku benar-benar sempurna sekarang”

“Aku tahu, aku juga sama..” lirih Lisa, ia sudah mengantuk.

Sehun mempererat pelukan nya, awalnya hanya mengecup gadis itu ringan, tapi salah Lisa membalas perbuatan Sehun. Pemuda itu memagut bibir Lisa dengan tergesa, membuat gadis itu mendorong dadanya menjauh.

“Oppa bisa membangun kan Sesa” protes nya.

Pemuda itu langsung memasang wajah memelas, menatap Lisa memohon.

“Ayo kembali ke kamar” rengeknya.

Lisa mendengus, ia tahu maksud Sehun. Tapi daripada Sehun terus merengek dan membangun kan Sesa lebih baik menuruti nya, Sehun itu sifatnya terkadang melebihi sifat Sesa yang masih balita.

Ia akhirnya mengangguk, Sehun hampir saja bersorak karena kesenangan. Sebelum meninggalkan kamar Sesa, Lisa mengecup seluruh wajah Sesa hati-hati.

“Selamat malam sayangnya Momma, saranghae” bisiknya.

“Tidur yang nyenyak ya sayang” giliran Sehun, ia mengecup putrinya dengan sayang dan membenarkan selimut nya. “Daddy pinjam Momma semalaman ini tidak apa-apa kan? Saranghae” kekehnya.

Lalu mengekori Lisa meninggalkan kamar Sesa, gadis kecil itu sudah berkelana ke alam mimpinya, bermain disana bersama boneka ayam dan anak-anak ayam.

一一

OH SESA

THE END
一一一一

Heloo, sebenarnya aku ragu mau publish cerita ini.

1. Karena kepanjangan 22k words lebih
2. Karena GAJELAS dan juga ngalor ngidul
3. Pastinya membosankan karena alurnya udah kemana-mana

Tapi aku sudah terlanjur janji. Hehe

Btw

Thanks to:
KaRenn LaliceLaliz yang selalu bersedia menampung semua spam chat foto dan juga pertanyaan2 Gaje seputar Hunlice, Sesa dll😭
Akhirnya terpilihlah Jenna sebagai SESA..

Nama SESA ide dari nae dongsaeng KwonLalice, juga KaRenn wkwkw

Terakhir, Thank you All♥

Makasih sudah sabar nunggu wekeke

Mwahhh



©Lalicize
28 Mei 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro