Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

47. Siaran


Siaran langsung konferensi pers itu Yasmina ikuti dari rumah. Ia ikut was-was saat Kukuh dihujani berbagai pertanyaan pedas menyangkut gambar-gambar mesum itu. Beruntung tim pengacara dapat menjawab dengan baik. Tinggal satu hal yang masih mengganjal, yaitu bila ada pihak yang mengajukan tuntutan hukum atas perbuatan itu. Kukuh bisa didakwa melakukan perbuatan asusila dan dijatuhi hukuman kurungan. Ia berharap hal itu tidak terjadi. Namun, bila terpaksa sanksi hukum dijatuhkan, ia akan tetap berada di sisi Kukuh sampai akhir. Semoga saja tim pengacara bisa membuktikan bahwa Kukuh adalah korban pengintaian yang gambar-gambar pribadinya disebar semena-mena.

Rasa cemas itu berkurang saat melihat tanggapan wartawan seputar pacar baru Kukuh. Ia geli melihat Kukuh berusaha menjawab dengan tenang seperti biasa, kadang diiringi senyum dan tawa. Nyata sekali ia tidak nyaman dengan semua pertanyaan itu. Namun, dibalik kata-kata teratur dan diplomatis yang diucapkan, seluruh gerak tubuh Kukuh menunjukkan ia sedang berbahagia. Matanya kerap berbinar dan senyumnya terkembang penuh arti. Bagaimana para wartawan tidak menjadikannya bulan-bulanan pertanyaan?

Mau tak mau ada segenggam sesal di hati Yasmina saat menyaksikan semua tanda cinta itu. Ia sempat meragukan Kukuh dan meragukan hatinya sendiri. Kini ia justru menjadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi. Dian dan Irawan, tuduhan pencurian data, larangan bergabung dengan Madava, dan kini, upaya menjatuhkan citra Kukuh. Kening Yasmina berkerut. Ia beranjak masuk ke kamar kenangan, di mana tuduhan berat itu berasal.

Saat berada di kamar itu, pandangannya beredar. Bagaimana bisa saat Kukuh sedang berada di situ ada orang mencuri data dari komputernya? Atau jangan-jangan orang itu telah dikenal Kukuh?

Mata Yasmina mengarah pada pintu penghubung antara kamarnya dengan kamar sang kakek. Kakeknya tengah di Saudi saat kejadian itu. Yang ada di sana hanya neneknya. Apakah neneknya bertemu Kukuh? Apakah mereka bersekongkol? Atau jangan-jangan neneknya menjebak Kukuh? Ia tahu Kukuh sempat ke kamar mandi untuk mengosongkan kandung kemih. Ia tahu itu dari urine bag, kateter, dan sarung tangan bekas di kotak sampah kamar mandi. Barangkali waktu sekitar dua puluh menit itu cukup bagi orang itu untuk mengambil data.

Yasmina sempat meminta data yang dicuri itu. Sang kakek bersikeras tidak memberikan, namun akhirnya luluh juga. Semua data itu adalah berisi aliran dana Grup Adam. Bila benar bocor, untuk apa data itu bagi Kukuh? Bila benar Kukuh pelakunya, atas motivasi apa? Bukankah Kukuh mengejar pembunuh orang tuanya, bukan mengejar keruntuhan bisnis Adam atau ingin menguasainya? Kukuh sudah kaya raya. Kemungkinan motivasi bisnis adalah kemungkinan yang paling tidak masuk akal.

Apa pun itu, ia yakin sekali ada hubungan antara Kukuh dengan sang kakek terkait kematian keluarganya. Bila tidak, tidak mungkin kejadian-kejadian berputar di kedua orang itu, mulai Madava, hingga Dian dan Irawan.

Ia ingin bertanya pada neneknya, tapi ia kini tidak yakin sang nenek tidak terkait pencurian data itu. Lagi pula ia istri Iskandar. Mana mungkin tidak melindungi suaminya?

Satu yang ia ingat, Pramudya. Lelaki itu ditelepon tidak menjawab, dikirimi pesan teks tidak membalas pula. Akhirnya ia melayangkan email. Ternyata berhasil. Pramudya menghubunginya.

"Gimana di sana, Yas? Heboh?" tanya lelaki itu.

"Kamu di mana? Anakmu lahir, tuh."

"Masih di luar. Biasa, urusan bisnis."

"Kamu ini!"

"Jangan sinis begitu. Aku juga korban. Kamu belum tahu, kan, kalau aku dan Restu dijadikan korban penderita?"

Yasmina terbelalak. Rupanya benar dugaannya. "Hah? Korban apa? Siapa pelakunya?"

"Kalau tahu mah, aku nggak usah kabur gini. Kuhabisi pasti."

"Untuk apa?"

"Melenyapkan pacarmulah!"

Yasmina kaget mendengarnya. "Untuk apa, Pram?"

"Mana kutahu? Nah, aku makin curiga nih. Kamu mau gali-gali apa dariku? Disuruh kakekmu, ha?"

"Aku nggak ngerti sama sekali."

"Bilang ke kakekmu, fuck you!"

Pramudya menyudahi pembicaraan itu dengan serentetan umpatan kebun binatang. Yasmina semakin kacau. Agaknya masalah ini tidak sesederhana yang ia kira. Ia mulai meragukan nenek dan kakeknya. Hanya sang ayahlah harapannya. Namun, saat menelepon lelaki itu, ia malah dimarahi dan diminta segera pulang ke Kairo. Astaga, serumit itukah kisah keluarganya?

☆☆☆


= Di suatu tempat di bawah langit Jakarta =

"Setaaan! Kita kecolongan. Gimana, sih? Katanya malam, kok maju jadi pagi?"

"Aku juga nggak tahu. Kalau keduluan konferensi pers jadi basi isunya. Tapi kalau maksain bisa aja, sih."

"Bodoh! Gimana mau bikin isu mereka 'kumpul' lagi? Ceweknya aja lahiran. Aku malah curiga Kukuh udah nebak rencana ini makanya dia cepet-cepet perscon."

"Damn! Bakal berbalik jadi bumerang buat kita nggak?"

"Nggaklaaah. Aman. Pramudya nggak bakalan buka mulut."

"Terus gimana, nih?"

Satu orang lagi bergabung. "Apa kubilang? Segala sok-sokan pakai strategi halus. Pakai cara alamiah lebih gampang."

"Enak aja. Siapa yang eksekusi?"

"Kalian pasti! Siapa lagi, hah?!" Orang ketiga itu terbahak dengan puas. "Aku ingetin, ya, nggak pake lama!"

"Anjing kau!"

"Setaaannn!"

☆☆☆


= Di base camp Next! Dan Netz =

Hari ini, persiapan rangkaian tahap akhir seleksi yang akan menjadi ajang tanding para finalis telah mencapai puncak. Semua orang di base camp Next! dan Netz bergerak seperti orang gila, dikejar target.

Di luar dugaan, Aila, sang keponakan presiden melaju pesat dan mendapat pujian dari juri dan pemirsa. Voting untuknya masuk lima besar. Sampai saat ini, identitasnya sebagai kerabat dekat presiden masih dirahasiakan.

Kukuh bersama timnya tengah berada di studio guna mempersiapkan aransemen lagu untuk malam puncak saat Yasmina datang. Melihat mata berbinar itu, tim Kukuh segera melempar dehem-dehem. Apalagi saat Yasmina dengan manis duduk di samping Kukuh dan meletakkan tangan di rodanya. Kukuh senang. Meletakkan tangan di kursinya sama saja meletakkan tangan di tubuhnya. Itu artinya, Yasmina tidak terganggu dengan konferensi pers tadi.

"Kapan nyusul David dan Rosa, Kuh?" goda Hogan.

"Kapan, Yas?" balas tanya Kukuh ke Yasmina sambil memandang mesra.

"Ck! Kok tanya aku?" tukas Yasmina.

"Ya udah, kita rehat dulu deh. Otakku udah mengepul nih," kata Gun.

Mereka menyantap makanan kecil dan kopi. Yasmina mengambil sepotong kue untuk Kukuh dan menungguinya makan. Sepotong ternyata tidak cukup. Yasmina mengambilkan sepotong lagi.

"Naaah, kalau sambil ditungguin, lahap dia," goda Gun.

"Kalian berantem, kan, kemarin?" tuduh Hogan. "Kukuh tuh nggak bisa bohong. Biar dia nggak ngomong pun, tetep ketahuan dari selera makannya."

Kukuh dan Yasmina cuma cengar-cengir saja.

"Kuh, kita kayaknya bisa isi musiknya dengan biola. Gimana, Yas?"

"Boleh. Yuk dicoba," kata Yasmina antusias. Ia menoleh ke Kukuh dan heran mendapati wajah tak suka. "Boleh, Kuh?" tanyanya hati-hati. "Cuma mencoba aja. Kalau nggak cocok nggak papa, kok."

Kukuh bukan mempermasalahkan cocok atau tidak. Yang ia khawatirkan adalah apakah itu akan mengekspos keberadaan Yasmina. "Oke. Dicoba aja," jawabnya kemudian setelah melihat mata mendamba sang kekasih.

Tim kecil itu segera bekerja kembali. Yasmina memainkan beberapa nada, mengisi di sela-sela lagu. Keterampilan biola Yasmina memang di atas rata-rata. Tambahan satu instrumen itu mengubah rona lagu secara keseluruhan. Mereka terkagum dengan hasil akhirnya.

"Indah dan menyentuh banget, aku nggak sangka," komentar Dedi. "Kalau begitu kita rombak liriknya biar pas."

Bukannya rehat, mereka malah kembali sibuk. Mereka baru benar-benar istirahat saat perut telah meronta minta diisi. Kukuh mengajak Yasmina ke ruangannya. Di sana, Karin telah menyediakan dua paket makan siang.

"Yas," bisik Kukuh seraya melingkarkan lengan di pinggang kekasihnya. Ia tidak yakin kedekatan itu akan terus berlanjut.

"Ya?" kerling Yasmina manja.

"Nanti malam mau ikutan talk show?"

"Menurutmu gimana?"

Kukuh ragu. "Menurutku sebaiknya tidak usah. Kamu di rumah saja, seperti tadi."

Yasmina mengangguk saja. Ia juga malas menanyakan alasan karena paling-paling dijawab mengambang. Ada hal lebih penting yang ingin ia tanyakan.

"Kuh, waktu di kamar itu ... bener kamu nggak ketemu siapa-siapa?"

Kukuh tertegun. "Soal pencurian data itu? Nggak, Yas. Aku nggak ketemu siapa-siapa selain kamu."

"Kamu terus-menerus di kamar?"

"Ya." Ia terdiam sejenak. "Aku sempat ke kamar mandi, sih. Emm ... kamu tahu, kan, aku harus mengeluarkan air seni di jam-jam tertentu."

"Kamu nggak dengar ada orang masuk waktu kamu di kamar mandi?"

Kukuh menggeleng. "Enggak tuh. Kenapa kamu tanya itu?"

Yasmina mengangkat bahu. "Aku merasa ada orang dalam yang menjebakmu soal pencurian data itu."

Seketika, Kukuh mengembuskan napas. Ini yang paling ia takuti. Yasmina terlalu cerdas dan terlalu peduli untuk disuruh diam. "Yas, jangan pikirkan itu. Selesaikan saja disertasimu. Itu lebih penting."

Yasmina tertegun dengan kata-kata tegas itu. "Kuh, kalau kamu begini, aku semakin yakin ada apa-apa antara kamu dan kakekku."

"Kamu kebanyakan nonton film detektif kali?" seloroh Kukuh.

"Kuh! Aku serius. Kamu menyembunyikan apa?"

"Enggak ada," balas Kukuh. Nada bicaranya justru membuat Yasmina semakin curiga.

"Aku kok merasa kamu dalam bahaya, Kuh," bisik Yasmina.

"Aku baik-baik aja." Kukuh mempererat rengkuhannya. Untuk saat ini, entah sampai kapan.

"Kuh?" Yasmina dapat merasakan kegalauan itu. Apalagi saat Kukuh mencium dengan mata berkaca-kaca. Sontak, hatinya remuk tanpa tahu mengapa.

"Kamu kenapa, Kuh?" bisiknya. Air matanya turut runtuh. "Kenapa kamu nggak bisa cerita semua ke aku?"

"Aku nggak papa," bisik Kukuh. Ia melingkarkan kedua lengan untuk membenamkan tubuh Yasmina dalam pelukan. Dihirupnya aroma sang kekasih dalam-dalam. Ia tidak tahu apakah ia akan bisa memeluk tubuh itu lagi. "Aku sayang kamu, Yas. Sayang banget."

Yasmina membiarkan Kukuh menciumnya beberapa saat. "Aku juga sayang banget sama kamu. Tapi kenapa kamu nggak bisa percaya sama aku?"

Kukuh tidak menjawab. Ia malah menatap pilu wajah Yasmina dan mengelus pipi gadis itu dengan penuh perasaan, seolah itu yang terakhir kali. Ia berusaha tidak menangis dan memberikan senyum terbaik.

"Entahlah. Aku nggak bisa cerita hal-hal yang aku sendiri nggak tahu, kan?" jawabnya berusaha seringan mungkin. "Selesaikan makanmu, lalu kuantar kamu pulang."

"Aku bisa bantu kamu, Kuh," pinta Yasmina.

Kukuh tersenyum. Ia sudah lebih tenang sekarang. "Mau membantu apa? Nggak ada yang perlu dibantu."

Mulut Yasmina manyun seketika.

"Oh, ada!" kata Kukuh berusaha mengalihkan pembicaraan. "Kamu bisa bantu aku dengan datang konsultasi sore nanti."

Mata Yasmina membulat. "Soal disfungsi itu? Yah, nanti sore aku nemenin Kakek ke acara soft launching Madava."

Kukuh berkerut kening. "Kamu jadi bergabung dengan Madava?"

"Enggak, cuma hadir di acaranya aja."

"Jangan gabung, Yas!"

Yasmina tersentak dengan peringatan keras itu. Lagi-lagi rahasia yang tidak boleh diketahui. "Cuma hadir aja, kok."

Mereka terdiam sejenak.

"Mmm, nanti di konsultasi dokter, kita ngapain aja?" tanyanya sambil berusaha mencairkan suasana.

Kukuh mengangkat bahu. "Kita lihat nanti."

"Mmm, apa memang nggak terasa apa-apa di situ?"

Kukuh mengangguk. "Seperti memegang gedebok pisang."

"Sampai di mana kamu tidak merasa?"

Kukuh menunjuk daerah di atas putingnya.

Yasmina menyentuh daerah itu. "Di sini terasa?"

Kukuh mengangguk. Yasmina menurunkan jarinya ke dada bawah. "Di sini?"

Kukuh menggeleng. Entah mengapa, sentuhan yang tak dapat dirasakan itu membuat jantungnya berdenyut lebih keras.

"Ini terasa?" Jari Yasmina menyentuh ulu hati.

"Enggak." Kukuh meneguk liur diam-diam karena hatinya bergemuruh.

"Di sini?" Yasmina menurunkan jarinya ke pinggang.

Kukuh menggeleng lagi. Napasnya memburu tanpa bisa dikendalikan.

Jari Yasmina bergerak semakin ke bawah. Kukuh segera menangkap tangan itu.

"Jangan diteruskan."

"Kenapa?" tanya Yasmina.

"Bikin aku deg-degan."

"Lho, katamu nggak terasa."

"Di situ memang nggak terasa. Terasanya di sini." Kukuh menempelkan tangan Yasmina ke dadanya.

Seketika wajah Yasmina merona merah. Kukuh selalu tahu cara membuat hatinya menggebu karena cinta. Tanpa diminta, ia memberikan kecupan pada bibir lelaki itu.


/////////////////

Mau hemat baca Yasmina sampai tamat nggak pake nungguin apdetan beberapa purnama? Cuus aja ke KBM atau Karya Karsa.

Buat pengguna Karya Karsa, ada 2 cara:

1. "PAKET YASMINA 30 HARI": cukup dengan Rp22.000,- Sobat bisa baca sampai tamat. Pastikan Sobat semua menggunakan voucher senilai Rp. 20.000,- KODE VOUCHER: yas032022

2. Mau menyimpan Yasmina buat dibaca selamanya? Gunakan "PAKET YASMINA SELAMANYA". Sementara nggak ada voucher untuk paket ini, ya, karena udah murah banget, cuma Rp49.900,- aja. Paket ini bisa di-scroll di Tab PAKET di Karya Karsa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro