Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3a. Rumah Besar (1)

Rumah besar di pinggiran Jogja itu sungguh artistik dengan banyak bahan alami yang membentuk struktur. Ada pilar-pilar besar dilapis batu alam serta sebagian lantai teras yang terbuat dari kayu. Demikian pula dinding, sebagian batu alam, sebagian lagi dilapis kayu. Terlihat banyak bukaan yang memastikan cahaya matahari masuk dengan leluasa.

Satu hal yang menarik, rumah itu hanya satu lantai. Seluruh lantai datar, bebas dari tangga atau tanjakan. Terdapat jalur-jalur datar memanjang dari rumah hingga ke sudut-sudut halaman. Pintu-pintunya lebar, dengan handel rendah, sesuai dengan jangkauan pengguna kursi roda. Sungguh cermat arsitek yang merancang, menciptakan rumah yang ramah kursi roda, yang memastikan Kukuh bisa bergerak tanpa hambatan.

Halaman rumah itu luar biasa luas. Bahkan, menurut data yang diperoleh Irawan, ada hutan pinus kecil di belakang yang berakhir di sebuah jurang. Di dasar jurang tersebut mengalir sungai yang deru alirannya terdengar sampai ke ruang tamu.

Banyak tanaman menghiasi rumah ini. Suasana yang dibentuk sungguh alami dan indah. Tapi, sejak menginjakkan kaki tadi, Yasmina merasakan bulu kuduk meremang.

Senyap. Dingin.

Sungguh, dua hal yang paling ia hindari. Kalau bukan karena permintaan sang kakek demi menyelamatkan sayap bisnis yang terancam rontok akibat rencana pengalihan kepemilikan grup Phoenix ke grup Andreans, tak akan ia injakkan kaki di tempat angker ini untuk kelima kali.

"Pagi sekali Mbak Yasmina datang?" sapa Yeni, kepala rumah tangga Kukuh.

"Janji harus ditepati, Bu Yeni," sahut Yasmina lembut seraya mengulurkan buah tangan berupa sekeranjang roti hangat. "Dicoba ya, Bu. Saya membuatnya sendiri."

Yeni menerima keranjang itu dengan senang hati. Dipersilakannya Yasmina duduk.

Yeni adalah perempuan berusia lima puluhan yang telah mengabdi pada keluarga Kukuh sejak lama. Ia pula yang merawat Kukuh sejak lelaki itu dilahirkan. Setelah seluruh keluarga Kukuh tiada, praktis Yeni-lah orang terdekat lelaki itu.

Sembari menikmati teh hangat buatan Yeni, Yasmina mengedarkan pandangan ke seisi ruang. Ruang itu ditata dengan apik dengan pencahayaan dan ventiasi yang sangat baik. Aroma pinus dari hutan di belakang sana bahkan dapat tercium dengan jelas. Seharusnya penataan itu membuat rumah ini nyaman.

Ah, benar kata orang tua. Suasana rumah adalah cerminan isi hati penghuninya. Bila rumahnya seangker ini, seperti apa kepribadian orang yang mengurung diri di dalam sana?

Semua dimulai sejak enam tahun yang lalu saat Andoyo Gunawan, sekutu usaha kakek Yasmina, menarik diri dari percaturan bisnis untuk terjun ke dunia politik. Padahal dua grup mereka telah bekerja sama puluhan tahun. Kakeknya sangat kecewa, namun bisa mengerti pilihan sang sahabat

Semua berjalan lancar hingga dua tahun yang lalu terjadi hal yang mengejutkan. Andoyo Gunawan dan keluarganya meninggal mendadak dalam kecelakaan misterius di jalan tol. Hanya satu saja yang tersisa, anak bungsunya, Kukuh Arkatama, dalam kondisi terluka parah.

Kemudian hari, Kukuh berupaya keras untuk membuktikan bahwa peristiwa itu bukan kecelakaan, melainkan kesengajaan. Sepak terjang Andoyo Gunawan yang tegas dan lurus telah membahayakan pihak-pihak tertentu. Perkembangan pengungkapan kasus berjalan lambat. Setelah beberapa bulan, upaya terbatas di atas kursi roda itu baru menemui titik terang. Beberapa orang ditangkap dan diadili. Walau masih menyisakan misteri yang tidak tuntas, Kukuh telah puas dengan hasilnya. Setahun lalu, ia menarik diri dari dunia dan menyendiri di rumah masa kecilnya ini.

"Kukuh tampaknya sudah tidak ingin hidup, Yas," kata neneknya sebelum ia bertolak ke Yogyakarta. "Usahakan membantu semaksimal mungkin. Barangkali dia cuma butuh teman."

Yasmina merasakan nyeri setiap mengingat kisah itu. Ia tidak bisa membayangkan bila kehangatan keluarga yang ia miliki dirampas dalam hitungan detik. Ditambah beban kelumpuhan, ia masih bersyukur Kukuh tidak menjadi pasien rumah sakit jiwa. Karena itu, ia bertekad untuk tidak menyerah sekalipun berkali-kali ditolak.

Ia memutar otak dengan keras. Membawa makanan, tidak berhasil. Membawa buah dan kue bikinan sendiri pun ditolak mentah-mentah. Setelah penolakan ketiga, ia menghubungi Rosa.

"Ros, apa lukisan bisa menggugah semangat orang yang depresi?"

"Bisa banget! Coba kirim profil orang itu. Aku akan melukis khusus untuknya."

Begitu lukisan datang, ia langsung mengantarnya ke rumah Kukuh.

"Bu Yeni, bisakah lukisan ini diperlihatkan padanya? Ini dibuat adik saya khusus untuk Pak Kukuh. Katanya bisa meredakan depresi," begitu pintanya saat kunjungan keempat.

"Pasti, Mbak. Saya juga ingin Mas Kukuh pulih," jawab Yeni tempo hari.

☆☆☆

Yasmina memandang Yeni penuh harap.

"Mas Kukuh masih bersikeras, Mbak," lapornya dengan nada prihatin. "Tapi, lukisannya sudah saya gantung di dinding kamar."

"Bagaimana reaksinya, Bu?"

"Mmm, saya perhatikan sempat dilirik beberapa kali."

"Asal tidak ditolak, saya sudah senang, Bu."

"Benar. Kata asisten pribadinya, beberapa kali Mas Kukuh terlihat merenungi lukisan itu."

Senyum Yasmina terkembang. Sebersit harapan telah terbit.

"Kali ini, saya harap Ibu tidak meminta saya pulang. Saya akan tetap di sini sampai Pak Kukuh mau bertemu," pinta Yasmina dengan memelas.


☆Bersambung☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro