Tamparan Menyadarkan
"Kenapa Allah masih menghidupkan aku hari ini? Karna dosaku terlalu banyak dan Allah masih izinkan aku untuk bertaubat."
-Imam Ghazali-
..........
"Gue enggak seneng, gak tau maunya Tuhan ini apasih sama gue? Gue hidup menderita, pertama Dia rampas papa, trus dia juga rampas mama dari gue, seakan gak cukup semua penderitaan itu dan sekarang Dia rampas kehormatan dan harga diri gue! Gue benci Tuhan! Kenapa ada Tuhan kalau gue harus hidup menderita? Fungsinya Tuhan tuh apa kalau gak bisa buat gue bahagia sedikit aja?!!" Teriak Yasmin frustasi, dia ingin mati namun berulang kali Tuhan menggagalkan rencananya, jika dia meninggal saat pertama kali menenggak racun tikus di makam mama tujuh tahun lalu maka tidak perlu dia mengalami kejadian seperti ini.
"Astaghfirullah!" Plaakkkk! Satu tamparan dari Mentari mendarat mulus di pipi kiri Yasmin. "CUKUP! CUKUP! CUKUP!" Mentari ganti berteriak, dia tidak kuat lagi melihat apa yang terjadi pada sahabatnya itu yang menyalahkan Allah atas semua yang terjadi padanya.
"Emang lo udah ngasih apa ke Tuhan? Lo pernah sholat? Lo pernah berdo'a? Kenapa sekarang seenaknya nuntut Tuhan? Banyak banget yang udah Allah kasih ke lo, wajah yang cantik, harta berlimpah, otak yang cerdas, bahkan jantung yang masih berdetak sampai hari ini..."
"Gue gak butuh semua itu!!!" Teriak Yasmin.
"Karna lo gak pernah mensyukuri apa yang udah Allah kasih. Lo terpaku sama masalah lo sendiri, seakan lo sendiri manusia yang paling menderita di dunia ini. Banyak, Yas yang beban hidupnya lebih berat dari lo tapi lebih milih berjuang dari pada mengakhiri hidup. Setiap orang punya masalahnya sendiri-sendiri, ngeluh cuma bikin kita merasa lebih susah maka lebih baik kita mensyukuri nikmat yang udah Allah kasih dan berlapang dada menerima setiap ujianNya yang membuat kita lebih kuat."
"Lo bisa bilang gitu karna lo punya orangtua yang lengkap, punya dua adek yang sayang dan nurut banget sama lo, keluarga yang harmonis, lo punya banyak temen yang bersedia ada buat lo kapan aja lo butuhin. Jadi lo gak tau apa yang gue rasain!" Yasmin sudah menangis, air matanya turun begitu deras mengingat semua hal yang terjadi dalam hidupnya sejak tujuh tahun terakhir ini.
"Itu yang lo tau kan? Lo gak tau gimana sakitnya gue liat bapak diusia yang udah tua tapi masih harus keliling jual somay, ibuk yang masih harus mulung sayuran sisa panen di kebun orang. Gue di sini sering puasa kalau lagi ada tugas makalah yang harus ngeprint dan keluar uang, gue harus kerja paruh waktu demi gak jadi beban keluarga dan bisa sedikit bantu mereka. Lo gak tau kan? Karna gue gak mau orang lain tau, bukan gue malu dengan kondisi keluarga tapi gue milih untuk gak ngeluh dan gak dikasihani orang lain. Udah, Yas cukup. Gue gak mau lo coba bunuh diri lagi, hidup itu ya dihadapi karna mati gak berarti semuanya berakhir yang ada lebih menderita di dalam neraka. Siap?" Cecar Mentari. Yasmin tertegun, airmata mendadak berhenti mengalir. Malu, sungguh dia malu pada Mentari. Ternyata sahabatnya itu hidup sangat memprihatinkan dan Yasmin sebagai sahabat tidak tau sama sekali karna Mentari selalu terlihat bahagia dan baik-baik saja bahkan selalu menghibur dan mencoba menguatkannya.
Yasmin menarik Mentari ke dalam pelukannya. Dia selalu merasa paling menderita sedang mentari yang benar-benar dalam penderitaan tidak pernah nampak juga tidak pernah dia tanyakan.
"Maafin gue, gue bukan sahabat yang baik buat lo. Gue egois, maafin gue," ujar Yasmin berulang.
"Gue mau lo jangan pernah lagi nyoba bunuh diri, apapun yang terjadi ke depannya terima dan hadapi. Lo perempuan yang kuat." Yasmin mengangguk masih dalam pelukan Mentari, sahabatnya yang sekuat baja lalu kenapa dia bisa selemah ini? Tidak akan lagi.
...........
Sudah hampir sebulan Yasmin tidak beranjak dari kamarnya setelah pulang dari rumah sakit, rasanya belum siap untuk menghadapi dunia luar.
Mentari menarik selimut yang membungkus tubuh Yasmin dengan paksa.
"Lo ngapain sih! diem deh jangan gangguin gue mulu tiap hari."
"He to the lo, gue juga males ya kesini tiap hari, untungnya gue sayang sama lo, dan berniat menghibur lo yang kesepian bak jomblo mengenaskan ini. Lo harusnya berterimakasih ke gue."
Yasmin menggerutu tak suka atas ucapan Mentari barusan.
"Apaan sih lo, gue gak mengenaskan!"
"Tapi jomblo kan?" ucap Mentari dengan mimik wajah yang membuat siapapun tak tahan untuk mencubit kedua pipinya.
"Taarrrriiiiiiiiiiii!" Yasmin bangkit dari pembaringannya hendak menghakimi Mentari atas ucapannya barusan, namun Mentari sudah tanggap lebih dulu berlari.
"Sini gak lo?"
"Ogah! wleeeee." Mentari malah semakin meledek Yasmin dan berakhirlah mereka berkejar-kejaran di dalam kamar yang luas itu.
"Udah-udah stop! gue capek nih."
Mentari menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk milik Yasmin dengan napas yang masih terengah-engah, diikuti Yasmin.
"Makasih ya, Tar, " ucap Yasmin samar nyaris tak terdengar.
"Untuk?"
"Untuk bikin gue keseeel!!!!!"
Mentari tersenyum, dia tau bukan itu yang ingin dikatakan oleh Yasmin sebenarnya.
"Apaan sih lo, udah sono buruan mandi. udah berapa hari lo gak mandi? mata bengkak menghitam, rambut berantakan, bauuuu. bentar lagi jadi zombie lo."
"GUE GAK SENYEREMIN YANG ADA DI OTAK LO!!!"
"HAHAHA, Udah sono buruan mandi lo sebelum dinobatkan jadi zombie beneran."
Yasmin mendelik kesal ke arah Mentari. "Sembarangan banget kalau lo ngomong, lo pasti gak tau kan siapa zombie sebenernya? huuuuu kebanyakan diracun sama film sih."
"Ya emang kaya lo gini kan modelannya zombie?"
"Kalau gue zombie, lo orang pertama yang gue mangsa!"
"HAHAHAHA lo makin kurus deh sekarang, cantik juga. bhaaaay gue ke dapur dulu cari sesuatu yang bisa gue mangsa."
Mentari tertawa dan berlari keluar kamar meninggalkan Yasmin yang sedang berlaga seperti benar-benar ingin memangsa nya.
"...oh ya kalau lo mau wisuda bareng gue berarti lo harus kejer seminar hasil smester ini kalau gak ya bhaayyy gue duluan. Jadi buruan mandi dan kita ke kampus tanpa penolakan lagi!" Sambung Mentari."
.............
Yasmin melangkahkan kakinya memasuki koridor kampus, tempat yang sudah hampir sebulan dia tinggalkan. semua mata menatap aneh pada diri Yasmin, mereka seakan tak percaya yang datang ke kampus pagi ini adalah seorang Yasmin. tak ada yang aneh sebenarnya, hanya saja mata mereka yang tak biasa melihat ini. Yasmin datang dengan kulot panjang berwarna baby pink dan kemeja putih dengan pita di kiri kanan lengannya. tak ada yang aneh kan? hanya karna yang memakainya adalah seorang Yasmin, gadis yang biasa memakai rok di atas lutut dan berbagai dress seksi lainnya, hari ini nampak begitu anggun dengan pakaian sederhana.
tatapan mereka mulai dari memuja, kagum, bahkan menghina. Yasmin menarik napas panjang, baru kemudian melanjutkan langkahnya menuju lorong ruang dosen bersama Mentari.
"Lo cantik banget hari ini, liat aja orang-orang sampe segitunya ngeliatin lo," puji Mentari menguatkan sahabatnya.
"Yeee gue mah dari sononya emang udah cantik."
"Assalammu'alaikum."
Suara salam dari seorang laki-laki menginterupsi pembicaraan mereka yang baru saja di mulai. suara yang cukup asing di telinga Yasmin, tapi tidak bagi mentari.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah"
Jawab mereka bersamaan, Mentari melirik sekilas lalu tersenyum dan mengalihkan pandang, namun tidak dengan Yasmin. dia masih saja asik menatap wajah tampan lelaki itu, sementara yang ditatap sudah sejak tadi memalingkan pandang karna risih dengan perlakuan Yasmin.
Mentari menyikut-nyikut kecil lengan Yasmin kode meminta dia untuk memalingkan pandangannya, sementara Yasmin hanya nyengir tanpa merasa bersalah.
"Mentari?" Panggil laki-laki itu.
"Iya dia mentari, Kak, Kalau saya Yasmin." Sergah Yasmin tanpa malu-malu. kembali Yasmin mendapat sikutan dari Mentari.
"Iya, ada apa, Mas?" ujar mentari sebelum sahabatnya berulah.
"Ini ketinggalan."
Lelaki itu menyodorkan amplop coklat besar pada Mentari.
"MasyaAllah Iya ketinggalan, terimakasih ya, Mas."
"Kalau begitu saya permisi dulu. Oh ya, Mentari sahabatmu itu lebih anggun dengan pakaian tertutup."
Lelaki itu menutup pembicaraannya dengan tersenyum manis, sangat manis. Sangat.
Yasmin matanya sudah berbinar-binar menatap tanpa berkedip padahal punggung itu sudah mulai menjauh dari mereka.
"MENTARI, SAHABAT LO INI JATUH CINTA!!!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro