Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23. Permintaan Alfan

"Dedek, uminya masih marah ya sama Abi? Bilangin dong abi minta maaf." Nizam yang mencoba berkomunikasi dengan bayi dalam kandungan Yasmin kini malah mendapat pelototan sempurna dari perpuan itu.

"GITU CARA LO PERLAKUIN NATANIA WAKTU HAMIL KAN?!"

"Astaghfirullah! Salah lagi gue."

"Lo bikin gue bad mood banget! Males gue sama lo!"

"Lo udah seanggun itu, cantik, masyaAllah kayak bidadari surga, gak baik loh marah-marah terus. Anak Lo kasian ikut emosian ntar, gimana coba?"

"Ya elo sih bikin gue emosi aja!"

"Gini, tarik napas, hembuskan. Tarik napas, hembuskan, huuuuu hwaaaa tarik lagi, hembuskan..." Nizam dengan seksama mencontohkan tutorial bernapas dengan baik pada Yasmin agar perempuan itu merasa lebih tenang.

Yasmin tertawa lepas melihat tingkah Nizam, seketika dia lupa tentang amarahnya. Nizam ikut tertawa.

"Lo tambah cantik kalau ketawa gitu, bingung gue jadi makin cinta. Nunggu seminggu lagi rasanya lama banget."

"Dasar cowo gombal!"

"Serah lo deh. Emm, Yas gue mau ceritain semuanya sebelum pernikahan kita, gue gak mau ada rahasia dan nimbulin masalah kedepannya."

"Bentar, lo masih cinta sama Natania?"

"Enggak!" Jawab Nizam dengan tegas, Yasmin mencari kebohongan dari Nizam namun tidak dia temukan, karna itu Yasmin memutuskan untuk percaya.

"Gue percaya sama lo. Lo gak perlu buka kisah lama itu, gue udah mutusin buat terima masalalu lo kayak lo terima masalalu gue, dan untuk Maryam gue juga bisa terima. Sekarang fokus untuk masa depan kita aja, tolong bantu gue buat jadi lebih baik biar gue pantes buat lo."

Sepersekian detik Nizam melotot sempurna mendengar perkataan Yasmin itu, kemudian tersenyum sumringah.

"Gue gak nyangka lo bisa bener gitu otaknya."

"Nizaaaammm!!"

"Hahaha. Maaf-maaf, makasih banget ya lo udah mau bersikap dewasa, gue janji akan berusaha buat lo bersyukur atas keputusan lo ini," ucap Nizam tulus.

"Buktiin, kalau cuma janji mah anak kecil juga bisa."

"Siap, kom-"

"Assalamu'alaikum."
Suara laki-laki menginterupsi percakapan Nizam dan Yasmin, suara yang tidak asing itu membuat jantung Yasmin berdebar tak karuan, dengan sekuat tenaga dia mencoba mengendalikan dirinya agar bisa bersikap biasa.

"Wa'alaikumsalam. Ada apa lo di sini?" Nizam dengan sigap menutupi Yasmin dari pandangan Alfan.

"Gue ke sini buat ketemu Yasmin."

"Gak bisa. Pergi dari sini! Jangan ganggu Yasmin lagi!" Ucap Nizam dengan tegas, dia tidak mau sampai terjadi sesuatu lagi pada Yasmin karna ulah Alfan.

Dibalik punggungnya, Yasmin sedikit gemetar namun dia merasa harus berani menghadapi Alfan sekarang.

"Silahkan bicara," ucap Yasmin yang sudah berdiri di sisi Nizam.

Alfan tersenyum "Thanks, Yas. Gue mau minta maaf sama lo, gue bener-bener dihantui rasa bersalah selama ini. Please, kasih gue kesempatan untuk memperbaiki semuanya, gue bakal berusaha jadi suami dan ayah yang baik buat Lo dan anak itu-"

"Lo udah gila ya!" Nizam sangat tidak bisa menerima ucapan Alfan, bagaimana bisa dia dengan lancang mengatakan hal semacam itu pada Yasmin yang jelas akan segera menjadi istri Nizam?

"Gue pernah salah, tapi gue bisa berubah. Please kasih gue kesempatan, Yas." Alfan terus memohon seakan tidak mendengar dan tidak melihat Nizam ada di sana. Sementara Yasmin mematung tidak menyangka Alfan akan mengatakan hal itu.

"Demi anak itu, gue mohon lo harus nikah sama gue, Yas. Gue bakal ngelakuin apapun demi dia. Please, Yas."

"Waaah udah gila banget ya lo! Ada calon suaminya di sini, ahelah lo gak bisa liat gue apa?"

"Yas, jawab gue. Gue janji akan memperbaiki semuanya, I'm muslim right now. Allah udah kasih gue kesempatan kedua, sekarang gue mohon sama lo juga, Yas."

Alfan tidak menanggapi Nizam sama sekali, dia hanya ingin bicara dengan Yasmin, dia tidak perduli apapun yang dikatakan Nizam.

Nizam menarik napas, dia tidak bisa membiarkan ini lagi "Kalau sekarang lo muslim, lo harus tau bahwa haram hukumnya melamar perempuan yang sudah dilamar laki-laki lain. Pergi dari sini!" Suara Nizam sangat dingin, tak pernah Yasmin mendengar Nizam bicara seperti itu sebelumnya.

Yasmin masih belum bisa mencerna keadaan saat ini, dia dibuat bingung dengan sikap Alfan.

Alfan menatap tajam ke arah Nizam, "Lo selalu ambil segalanya dari gue! Sekarang lo mau ambil anak gue juga? Gak puas dengan apa yang udah Lo punya?" Nampak sangat jelas ada persaingan dan dendam diantara dua laki-laki itu.

"Gue gak pernah ngambil apapun dari lo, tapi lo yang udah ngancurin hidup gue dan Yasmin! Lo gak punya hak sama anak dalam kandungan Yasmin, pergi!"

"Ckck itu anak gue kan? gue bertanggung jawab atas kehidupan anak itu dong! Gue mampu kasih dia nafkah dan kasih sayang, dia gak perlu lo! Lo bisa urus anak lo sendiri, jangan repot-repot mikirin yang orang tau anak gue!"

"Kamu gak punya hak apapun sama anak itu, secara hukum maupun secara agama!" Tegas Danar yang baru saja muncul setelah meninggalkan makanannya begitu mendengar keributan di ruang tengah.

"Nar, lo harus dengerin gue. Lo tau gue udah banyak berubah, gue janji bakal jadi lebih baik buat Yasmin dan anak itu. Please, bujuk Adek lo, jangan biarin dia nikah sama laki-laki ini. atau lo bakal nyesel nantinya." Alfan ganti memohon pada Danar membuat Nizam tambah geram.

Danar diam, dia tau bahwa Alfan sudah berubah bahkan sudah menjadi seorang muslim, dia banyak bercerita tentang penyesalan nya sudah menyakiti seorang gadis "Yasmin akan segera menikah, jangan ganggu dia lagi." Tegas Danar akhirnya.

"Tapi Lo tau gue ayah anaknya, Nar. Berarti gue yang lebih berhak atas anak itu, gue bersedia menikah dengan Yasmin dan menebus semua kesalahan hari itu. Gue gak akan biarin Yasmin lebih menderita." Alfan terus memohon.

"Kamu gak punya hak apapun sama anak itu. Anak di luar nikah adalah anak ibunya. Jangan repot-repot memikirkan anak itu karna bahkan kamu gak memiliki kewajiban menafkahinya, dia tidak berhak menjadi ahli waris kamu, bahkan jika perempuan kamu tidak ada hak meniadi walinya, bernasabmu pun tidak."

"Tapi gue ayahnya kan?!"

Plakkkk! Tangan mulus itu mendarat sangat keras di pipi tegas milik Alfan, Yasmin sudah berusaha dengan keras menahannya namun dia sangat geram dan membenci setiap kata yang keluar dari bibir alfan. "Cukup!!! Anak? Gak punya malu Lo ngomong gitu? Lo udah ngancurin hidup gue! Gue gak akan pernah izinin anak gue tau kalau bapaknya iblis kayak lo!"

"Lo gak bisa lakuin itu,Yas."

"Secara biologis, iya kamu ayah nya. Karna memang kamu laki-laki yang udah kurang ngajar sama Yasmin tapi sebentar lagi dia akan jadi anak Nizam, sah secara hukum." Danar mencoba menegaskan posisi mereka.

"Biarkan Yasmin hidup bahagia tanpa kamu, kamu bisa lihat bagaimana dia pucat, ketakutan, gemetaran karna ada kamu di sini? Saya mohon jangan ganggu dia lagi." Danar mulai melemah pada Alfan, bagaimanapun Alfan adalah sahabatnya, dan sudah berubah.

"Gue gak sepenuhnya salah, Nar. Gue dateng ke sini untuk memperbaiki keadaan. Gue gak mau hidup Yasmin penuh penderitaan lagi nantinya.

"Aku mohon, kalau kamu mau Nebus kesalahan maka jangan ganggu Yasmin lagi," ucap Danar dengan sungguh-sungguh.

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Alfan pergi dari rumah Yasmin bersama harapannya yang patah.

Yasmin terduduk lemas dipapah Danar, semesta sudah terlalu sering mengombang-ambing dirinya. Sekarang saat dia mulai yakin Nizam adalah jodohnya malah Alfan datang untuk bertanggung jawab, terselip rasa bersalah karna akan memisahkan Alfan dan anaknya namun kebencian dan sakit hati sekarang sudah menjadi tembok yang tak mungkin bisa dilewati Alfan lagi.

"Aku butuh istirahat, Mas," ucap Yasmin lemah. Danar memapahnya hingga ke kamar. Hal itu membuat khawatir semua orang, namun Danar berhasil meyakinkan bahwa Yasmin baik-baik saja.

............

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro