Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21. Sujud tanda cinta

Mentari termenung dengan permintaan Yasmin tadi, dalam hati dia terus berucap syukur karna sahabatnya mulai mau membuka hati untuk hidayah Allah yang sudah sering kali datang menyapanya.

Mobil terparkir di garasi rumah Yasmin, mereka turun dengan perasaan berbeda. Yasmin yang masih menyimpan ketakutan juga keraguan, sedang Mentari dengan perasaan haru dan kebahagiaan.

Sebelum masuk ke dalam rumah, mereka di semprot disinfektan oleh satpam di rumah Yasmin, "mencegah masuknya virus ke dalam rumah" katanya.

"Ini apaan sih, Yas? Berlebihan banget deh."

"Gue gak tau juga, siapa yang suruh kalian lakuin ini ke gue sih?" Yasmin melotot ke arah Satpam yang menyemprotkan cairan itu padanya, Yasmin tidak suka bau cairan itu, dia jadi agak mual sekarang.

"Gue yang suruh." Suara Nizam agak berteriak dari dalam rumah.

"Ngapain dia di sini?!" Gerutu Yasmin, dengan menghentak-hentakkan kaki dan menutup hidung dia masuk mencari Nizam diikuti Mentari.

"Apa yang lo lakuin di rumah gue?"

"Nyemprot disinfektan, lo gak liat?"
Jawab Nizam santai seperti tidak terjadi apapun di super market tadi.

"Lo gak tau malu banget ya!"

"Kalau gue malu-malu nanti lo diambil orang." Nizam masih fokus dengan semprotan disinfektan nya, dia berkeliling rumah Yasmin tanpa permisi, Yasmin tambah geram karna Nizam seperti tidak perduli dengan emosinya. Yasmin mengisyaratkan untuk para ARTnya pergi dari tempat itu, memberikan privasi bagi dirinya dan Nizam.

"Mau lo apa sebenernya?"

"Elo."

"Lo udah punya anak?" Todong Yasmin malas berbelit-belit dengan Nizam yang suka gombal.

Yasmin tidak suka memendam perasaan dan menyakiti diri sendiri, menurutnya komunikasi itu penting. Ada yang mengganjal tanyakan, tak suka ya sampaikan, diskusikan apapun sampai masalah tuntas, jangan memendam lalu lelah sendiri dan memutuskan pergi. Hubungan yang baik tidak bisa menggunakan cara itu.

"Iya." Ucapan singkat dari bibir Nizam sukses membuat mata Yasmin melotot sempurna.

"Lo serius?"

"Iya serius."

"Kurang ajar banget lo!!! Terus apa maksud lo ngelamar gue?!"

"Karna gue suka sama lo, gue sayang banget sama lo, Yas. Lo satu-satunya perempuan yang bisa buat gue kagum dan jatuh cinta. Trust me!"

"Pergi Lo dari sini! Bisa-bisa nya Lo bohongin gue! Sampe kapan pun gue gak akan pernah mau nikah sama suami orang!" Yasmin berteriak, lukanya kembali terkoyak. Entah kenapa hidupnya dikelilingi dengan hal semacam ini.

"Gue masih sendiri, Yas."

"Terus gimana bisa lo punya anak? Lo lepehin tuh bayi?"

"Natania, dia anak gue sama Natania." Pengakuan Nizam membuat lutut Yasmin lemas. "Maafin gue, Yas."

"Jadi itu alasan lo mau nerima keadaan gue? ckck muka polos ternyata bajing*n juga." Yasmin tersenyum miring.

"Terserah lo mau anggep gue apa, yang jelas ini semua gak kayak apa yang lo pikirin."

"Ckck pergi dari rumah gue!"

"Tapi, Yas gue belum selesai."

"PERGI!!!" Teriakan Yasmin membuat Nizam menyerah, dia tidak ingin Yasmin lebih marah lagi karna hal itu akan berdampak pada kandungan Yasmin. Nizam mengambil langkah mundur, menatap punggung Yasmin yang sudah lebih dulu berbalik meninggalkannya.

"Maafin gue, Yas."

..........

Yasmin berdiri di dekat jendela kamarnya yang mengarah ke gerbang depan, dia menatap Nizam yang juga sedang menatap ke arahnya.

Tidak ingin dia tahan, air mata itu sekarang lolos begitu saja. "Kenapa ya, Tar hidup gue gini banget? Gue udah berpikir bakal bangun keluarga bahagia dengan Nizam. Ternyata dia nyimpen rahasia sebesar itu. Apa Tuhan gak nulis takdir indah dalam hidup gue, ya? Kenapa Tuhan gak mau sedikit aja berbaik hati sama gue?"

"Yas." Lembut suara Mentari membuat Yasmin berbalik, dia menatap Mentari sebentar lalu membaringkan tubuh di atas tempat tidur empuk miliknya.

"Tuhan gak berenti-berenti kasih gue cobaan berat. Rasanya gue udah gak kuat, Tar." Yasmin memejamkan mata, menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan, berharap sesak di dadanya mereda.

"Saat sesuatu gak sesuai dengan harapan kita maka kita akan beranggapan hal itu buruk, padahal belum tentu, coba cari hikmah dari setiap kejadian maka kita akan merasakan kebaikan dari setiap rencana Allah. Yuk sholat dulu nanti kita bicarain ini setelah hati lo tenang." Ajak Mentari.

"Gue kan gak bisa sholat. Gue gak hapal bacaan sholat, gue udah lupa caranya wudhu." Suara Yasmin terdengar sangat lemah, ada perasaan malu pada Mentari terlebih pada dirinya sendiri.

"Yasmin, Lo gak sendirian. Ada gue di sini, insyaAllah gue bisa sedikit bantuin lo." Mentari memeluk erat sahabatnya, dia mengerti sudah terlalu banyak hal berat yang dilalui Yasmin, hal itu menambah kekaguman Mentari pada Yasmin yang masih bisa setegar hari ini.

"Emm, Yas berarti selama ini lo gak pernah mandi wajib?" Tanya Mentari hati-hati.

"Mandi emang wajib buat gue, Tar. Lo lupa?"

"Maksud gue mandi junub, sesuai aturan dan niat karna Allah untuk bersihin diri kita."

"Emang ada ya mandi yang kayak gitu?" Yasmin bingung, baru kali ini dia mendengar ada mandi semacam itu, padahal selama ini dia sangat rajin mandi.

"Ada dan itu sangat penting. Suci dari hadas itu sarat mutlak agar sholat kita diterima, bersuci dari hadas kecil memang berwudhu tapi hadas besar kita harus mandi. Mandi itu macam-macam penyebutannya, ada yang menyebut mandi wajib, mandi besar, mandi junub tapi inti dan tata cara tetap sama."

"Coba bahasanya yang gue ngerti aja, hadas itu apaan?"

"Hmm gini, kalau menurut KBBI hadas itu keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang menyebabkan dia tidak boleh salat, tawaf dan lain sebagainya. Contoh hadas besar itu kayak haid, junub, nifas dan keluar mani jadi kita wajib mandi setelah itu, kalau gak mandi berarti sholat kita gak sah." Terang Mentari mencoba membuat Yasmin memahami kata-katanya.

"Eh berarti gue waktu itu sholat gak sah ya? Yaah sayang banget." Keluh Yasmin pada dirinya sendiri. Sudah tidak pernah sholat, sekalinya sholat ternyata tidak sah.

"Wallahu alam. Lo kemaren kan belum tau, sekarang lo buruan mandi dulu gue tunggu di sini mau istirahat sebentar, pinggang gue rasanya sakit banget." Mentari berbaring, meluruskan kakinya, kandungan belum terlalu besar namun dia semakin mudah lelah.

"Caranya gimana? Gue kan gak tau."

"Bentar, gue kirim link nya lo baca sendiri ya, gue capek banget."

"Emang bisa gitu, ya?"

"Ya bisa. Dunia udah canggih gini Lo kok masih kebingungan sih?" Ledek Mentari.

"Ya ampun! Kok gue gak kepikiran ya kemaren-kemaren buat buka google atau YouTube? Tau gitu gue belajar sholat dari waktu itu astagaaaaa asli gak kepikiran gue!" Yasmin merutuki dirinya sendiri, padahal punya ponsel canggih tapi tidak dia pergunakan untuk mencari ilmu, sungguh kerugian.

Mentari geleng-geleng melihat Yasmin yang sudah berlalu, mood perempuan itu sangat cepat berubah, bahkan Mentari sampai sekarang tidak bisa benar-benar memahami Yasmin.

..........

Yasmin dan Mentari berdiri sejajar, takbir terlantun indah, gemuruh di dada Yasmin agak mereda saat suara merdu Mentari membacakan do'a iftitah. Yasmin memang belum hafal, belum juga memahami apa yang dibaca sahabatnya, namun getar di hatinya membuat air mata luruh begitu saja.

Mentari membaca perlahan ayat demi ayat alfatihah sampai pada salam yang mengakhiri sholat dua rakaatnya.

Tidak beranjak, kedua insan itu malah kembali bersujud. Mentari bersujud sebagai ungkapan syukur karna Allah sudah mendengar do'anya supaya Yasmin sepenuhnya menerima Islam dalam dadanya dan mau melaksanakan sholat, sementara disebelahnya Yasmin terisak dalam sujud dia menyesal karna terlambat tau bahwa sholat itu sangat indah dan menenangkan sementara selama ini dia malah menuju tempat maksiat demi mencari ketenangan hingga pada akhirnya berujung aib yang harus dia tanggung sekarang.

"Tar, makasih ya udah jadi sahabat terbaik gue. Maaf karna selama ini gue cuek dengan ajakan lo buat ibadah, gue nyesel." Ucap Yasmin yang sekarang sudah berpindah ke pelukan Mentari. Sahabatnya itu tidak menjawab, hanya mendekapnya lebih erat.

Setelah melipat mukena hasil Yasmin meminjam milik pembantunya, kini dua ibu hamil itu kembali membaringkan diri, menatap langit-langit kamar.

"Yas, gue rasa lo harus dengerin penjelasan Nizam lagi deh. Gue percaya dia orang baik, pasti ada alasan di balik ini semua." Bujuk Mentari.

Yasmin menghembuskan napas kasar "gue pikir juga gitu, lagian ini emang pantes buat gue. Jodoh emang cerminan diri, gue hamil di luar nikah, wajar kalau calon suami gue juga pernah ngehamilin orang di luar nikah. Sikap gue tadi ke Nizam agak berlebihan, gak sadar diri." Yasmin mengejek dirinya sendiri.

"Jangan jadi manusia yang suka mendoktrin hal negatif, terlebih buat diri sendiri. Jodoh emang cerminan diri, yang baik akan tetap mendapat jodoh yang baik meski sama-sama pernah salah. Sekarang fokus buat masa depan kalian yang lebih baik, diskusi apa yang masih mengganjal aja, gak usah cari-cari kesalahan masa lalu terlalu dalam. Karna kamu gak berhak atas masa lalu dia, yang penting gimana dia sekarang dan ke depan nanti." Mentari mengakhiri wejangan panjangnya dengan senyum menghangatkan.

"Gak nyangka gue punya kakak ipar dewasa banget kayak lo. Btw Mas Danar di mana? Kok Lo dibiarin berkeliaran sendiri?" Yasmin mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ada bisnis katanya, cafe ditutup semua jadi ya harus cari kerjaan sampingan dulu sementara ini. Jadi agak sibuk doi, tapi ntar sore Mas Danar sama mama bakal ke sini kok Buat fitting baju akad lo sama Nizam."

"Hah? Kok gue gak tau?"

"Lah ini udah gue kasih tau. Ntar malem Nizam sama nyokapnya bakal dateng." Terangnya dengan santai.

"Dih Lo kan tau gue abis marah sama Nizam."

"Ya udah lo tinggal hubungin dia, selesain masalah sebelum malem, kan beres." Mentari berguling, merubah posisi jadi memunggungi Yasmin.

"Masak gue yang ngehubungin duluan? Ogah! Gengsi!" Teriak batin Yasmin.

............

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro