
18. Lamaran (2)
"Assalammualaikum, Yasmin. Aku Natania." Gadis ayu itu memamerkan dua lesung pipinya pada Yasmin, Yasmin langsung mengagumi Natania saat itu juga.
"Wa'alaikumsalam," jawab Yasmin singkat, hendak menyalami lelaki di sebelah ayahnya Nizam namun laki-laki itu cepat menangkupkan kedua tangan, menolak bersalaman dengan Yasmin secara santun. Yasmin yang jadi sedikit canggung akhirnya hanya tersenyum pada yang lain lalu bergegas duduk di sebelah Mentari dan mama.
"Gila tu bapak-bapak buat malu gue aja," bisik Yasmin ke Mentari. Bukannya membalas ucapan Yasmin, Mentari malah melotot meminta Yasmin untuk diam.
Yasmin membenarkan letak rambutnya, menutupi pundak sebelah kanan sementara membiarkan pundak kirinya terbuka.
Gaun berukat merah selutut model sabrina, dengan lengan sesiku itu jujur saja membuat Yasmin nampak sangat cantik, namun membuat Nizam sudah tak berani mengangkat wajahnya.
Keluarganya merasa tak enak dengan keluarga Nizam namun tidak bisa melakukan apa-apa, mereka juga tidak menyangka Yasmin akan berpenampilan seterbuka itu di acara ini.
"Mba, kok bisa Nizam dapet calon seperti itu? Apa gak nyesel dia nolak Nia?" Bisik seorang ibu-ibu di sebelah Bu Rahma namun Bu Rahma memintanya untuk diam.
Acara di mulai dengan prakata dari Ayah Nizam, lelaki yang bijaksana namun humoris berhasil menghidupkan suasana yang sempat canggung karna melihat kedatangan Yasmin.
"Benar memang kami sekeluarga mulanya datang ke sini untuk melamar putri bapak, namun melihat anak saya yang sejak tadi sudah tidak sanggup mengangkat kepala apa boleh kalau kita lanjutkan saja jadi acara pernikahan?" Gurau ayahnya yang membuat Nizam sontak menegakkan tubuh dan menatap ke depan membuat semua orang tertawa termasuk juga Yasmin.
"Nah gitu, ayo sampaikan maksud kamu membawa kami ke sini." Perintah ayah tidak ada basa-basinya lagi, Nizam gelagapan, dengan menarik napas panjang sebelumnya Nizam melirik Yasmin sekilas, wanita cantik itu nampak gusar.
"Yasmin, Nizam Dateng ke sini sama keluarga bermaksud melamar Yasmin untuk jadi teman hidup Nizam yang saat terbangun dan memejam akan lihat Nizam di samping Yasmin. Nizam ingin meminta Yasmin bersedia jadi tempat Nizam pulang atas segala lelah dalam ikhtiar, Nizam ingin kita berdua saling menguatkan di jalan yang Allah ridho. Nizam janji akan jadi sahabat baik untuk Yasmin, mendengar semua keluhan Yasmin, membantu setiap Yasmin membutuhkan Nizam, tersenyum dan membuat Yasmin juga tersenyum, mengingatkan ketika Yasmin keliru, menjadi tempat Yasmin berbagi segala hal. Semoga Yasmin bersedia menerima Nizam sebagai suami, teman, sahabat, kakak bagi Yasmin yang akan saling menerima kurang dan lebih masing-masing. Semoga-"
"Udah deh iya-iya gue terima." Yasmin memotong kata-kata Nizam yang menurutnya sudah kelewat berlebihan, hal itu cukup aneh menurut Yasmin karna dia tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya dan juga Nizam sangat lucu menghilangkan gue-elo berganti jadi nama mereka seperti itu, menggemaskan.
Ayah dan ibun tertawa guna menetralisir keadaan diikuti yang lain. Nizam tambah salah tingkah dia membuang pandangan ke kiri namun yang terlihat olehnya malah wajah Natania, gadis sholiha itu menatap nanar ke arah Nizam.
Nizam kembali menunduk, ini terasa semakin berat.
Acara berjalan lancar, hari pernikahan di tetapkan seminggu sebelum bulan Ramadhan yang artinya hanya ada waktu kurang lebih sebulan untuk persiapan.
Para orang tua sedang asik berbincang sedangkan Nizam dan Yasmin sibuk berfoto mengikuti arahan dari fotografer yang tidak lain adalah adik tingkat Danar, khusus di datangkan ke acara ini oleh sang kakak, tentu saja atas bujuk rayu istrinya.
Mentari dan Danar ikut bergabung di depan dekorasi cantik itu, memasang gaya bersama Nizam dan Yasmin.
"Eh si Natania diajakin dong, Zam." Yasmin tiba-tiba teringat perempuan itu, pasti dia bosan mendengar perbincangan para orangtua.
"Dia gak suka foto," jawab Nizam jujur.
"Ya udah jangan dipaksa. Ajakin yang lain foto terus udahan, kasian ini ibu-ibu hamil." timpal Danar.
"Iya, aku capek banget nih." Keluh Yasmin.
"Lo gapapa kan? Udah lo istirahat aja, duduk di sini, mau gue ambilin minum?" Tawar Nizam yang agak panik mendengar Yasmin kelelahan. Yasmin mengerutkan kening melihat respon berlebihan dari Nizam.
"Ini sih calon suami siaga banget," goda Mentari.
"Apaan sih lo, diem!" Yasmin sudah melotot sempurna, membuat sahabatnya itu kabur meninggalkan mereka.
"Yas, gue boleh ngomong sesuatu?" Nizam merasa ada kesempatan untuk bicara berdua dengan Yasmin sekarang, tidak ingin dia sia-siakan, Mentari harus tau hal ini sebelum terlambat.
"Aneh banget sih lo, perasaan dari tadi juga lo udah banyak ngomong."
Nizam menggaruk-garuk tengkuknya sambil tersenyum bodoh.
"Emm, Yas."
"Apaan sih lo? Gausah lebay deh, sok tersipu-sipu gitu kayak anak gadis baru dilamar. Biasa aja, ntar gue ilfeell. Buruan, lo mau bilang apa?" Desak Yasmin setelah mencaci Nizam.
Laki-laki dengan batik songket lengan panjang itu benar-benar dibuat salah tingkah oleh Yasmin. Susah payah Nizam mengatur detak jantungnya, agar tidak mempermalukan diri sendiri di hadapan calon istri.
"Lo cantik banget, Yas. Tapi-"
"Emang. Gue dari embrio juga udh cantik." Potong Yasmin yang membuat Nizam menarik sudut bibirnya.
"Gue boleh minta satu hal lagi dari Lo?"
"Tergantung. Lo mau apa?"
"Mungkin ini terdengar egois, gue minta kecantikan lo ini cuma buat gue aja, udah cukup, jangan lo umbar lagi." Nizam mengucapkan itu dengan tegas seakan tidak menerima bantahan.
"Maksud lo?"
"Katanya lo pinter tapi gitu aja gak nyambung. Gue pengen lo gak usah pake baju gini lagi di depan umum, kalau lo emang belum mau pake gamis dan kerudung ya gak masalah, terserah lo mau dandan gimana yang penting gak terbuka, Lo mau pake trashbag, karung goni, atau apa aja. Bisa?"
Bibir Yasmin tertarik sebelah, "Sorry, gue gak bisa. Lo salah kalau mikir nikahin gue berarti bisa jadiin gue budak lo, yang akan bersedia nurutin semua kemauan lo meski gak sejalan sama prinsip gue. Salah besar. Kalau mau dibatalin lamaran ini lo bisa langsung sampein sekarang juga, silahkan."
Tentu saja Nizam kaget mendapat respon seperti itu dari Yasmin, jelas maksudnya bukan itu.
"Yas, tunggu. Bukan gitu maksud gue."
"Terus apa?"
"Lo cantik banget-"
"Iya gue tau. Terus kenapa?"
"Gue cemburu. Gue gak suka kalau ada yang bebas ngeliatin tubuh lo secara bebas. Gue bisa berbagi apapun tapi gak bisa berbagi Lo sedikit pun. Salah ya?"
Yasmin bergeming sejenak, tidak ada yang bisa menyalahkan cemburu dalam sebuah cinta, tapi memenuhi permintaan Nizam hatinya masih ragu.
"Zam, Maryam mau bicara." Natania menginterupsi perbincangan mereka, menyodorkan ponsel yang layarnya menampilkan anak perempuan yang sangat lucu.
Sontak Nizam gelagapan, menarik ponsel dari tangan Natania dan meninggalkan dua perempuan itu.
"Selamat ya, Yasmin. Kamu beruntung dapet calon suami sebaik Nizam." Natania mengucapkan selamat dengan kembali menampilkan senyum manisnya.
"Ah biasa aja kok, dia yang beruntung dapet calon istri secantik gue." Canda Yasmin berhasil membuat Natania tersenyum.
...........
Dunia memang sudah begitu canggih, berkat tekhnologi di zaman ini informasi sangat cepat menyebar.
Hanya dengan satu foto yang terunggah di akun Instagram, kini Yasmin dibanjiri komentar dan DM, mulai dari ucapan selamat dan do'a, ungkapan kekecewaan, hingga hinaan juga ada. Foto itu juga mendadak muncul di akun-akun gosip yang mempertanyakan siapa laki-laki di balik stiker hati itu.
Wajar saja, Yasmin lama tidak aktif di Instagram tapi mendadak muncul foto dengan background decorasi bunga-bunga, bergaun merah super cantik, dengan laki-laki di sebelahnya yang ditutupi stiker hati, caption-nya hanya emoticon cincin namun netizen langsung peka bahwa itu adalah acara lamarannya.
"Heboh virus Corona malah sempet-sempetnya lamaran, kayak gak ada waktu lain." Komentar itu muncul paling atas dengan ribuan balasan.
"Sirik aja lo,"
"Mending nyempetin lamaran dari pada nyempetin julid di akun selebgram."
"Ada yang panas tapi bukan neraka."
"Keju mozzarella khas malang nya, kakak."
"Kalau dia lamaran minta biaya dari pemerintah atau dari bapak Lo baru Lo boleh ngelarang."
Di tutupnya balasan komentar itu khawatir membuat moodnya berantakan. Yasmin yang sedang hobi rebahan hanya merefresh notifnya sampai masuk sebuah DM dari akun @qurrotaayun_ foto profilnya bunga matahari.
Yasmin memang suka membuka pesan meski jarang dia balas atau terima.
"Tidak akan pernah ada kebahagiaan jika berpijak di atas luka orang lain."
..........
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro