Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Keridhoan Yasmin

"Pertemuan malam ini akan mas batalkan jika kamu memang tidak mau," ujar Danar tanpa bertanya apa-apa lagi.

Mentari sontak berdiri karna kaget dengan keputusan suaminya yang sepihak itu.

"Mas, gak bisa gitu dong. Ini bisa kita bicarakan baik-baik dulu. Yas, lo kenapa gak siap? Gue rasa mustahil kalau lo gak suka sama Nizam. Iya kan?" Todong Mentari. Yasmin bingung harus menjawab apa, dua pasang mata menatap intens ke arahnya.

"Ayo jawab, Yas!" Desak Mentari tak sabar.

"Gue ngerasa gak pantes buat dia, dia laki-laki baik, keluarganya juga baik, gue cuma jadi aib buat mereka, gue gak bisa."

"Terus lo mau yang gimana? Yang brengsek?" Kalimat sarkas Mentari menusuk hati Yasmin. "Terus kapan bener nya hidup gue kalau gitu?" Lanjut Mentari menirukan dialog Yasmin saat dulu dia masih menginginkan Danar. Yasmin mencebik.

"Iya sih, tapi gue ngerasa ya gak pantes aja, kenapa juga dia mau sama cewe yang hidupnya gak jelas kayak gue?"

"Why not? Sepanjang hayat lo kenal gue, emang ada laki-laki yang gak mau sama gue?" Lagi-lagi Mentari menirukan perkataan Yasmin.

"Mentari! Lo bisa diem gak sih!" Maki Yasmin yang geram dengan ekspresi Mentari menirukan perkataannya dengan gaya berlebihan bertujuan menyindir dirinya.

"Mintiri Li bisi diim gik sih!" Mentari mengulang ucapan Yasmin dengan wajah menyebalkan serta huruf vokal berubah menjadi I semua. Danar menahan tawanya agar tidak pecah melihat tingkah sang istri yang selama ini nampak dewasa dan keibuan ternyata berbeda saat bersama sahabatnya, dia jadi galak, bisa jadi lucu juga, benar-benar menggemaskan. "Kalau gue diem ya lo pikirannya gak kebuka. Dia cinta sama lo, dia bisa Nerima lo dalam keadaan ini, gak semua laki-laki sebaik dia, dicintai itu sudah cukup untuk bekal lo mulai perjalanan baru sama dia. Gue percaya dia bisa jadi imam yang baik buat lo," Lanjut Mentari tegas.

Yasmin diam memikirkan perkataan Mentari, dia takut menjadi beban untuk Nizam dan keluarganya.

"Gue mau ketemu Nizam sebelum dia dan keluarganya Dateng ke sini." Putus Yasmin.

Danar mengangguk, mungkin ini memang jalan yang baik sebelum Yasmin mengambil keputusan besar.
"Baik," jawab Danar setelah berfikir sejenak. Danar ke luar dari kamar Yasmin dengan menggenggam ponselnya.

Tak sampai satu jam, Danar kembali mengajak Yasmin dan Mentari untuk turun menemui Nizam yang sudah sampai.

Mereka duduk di ruang tamu, Yasmin hanya diam saja tidak bicara apapun begitu juga dengan Nizam. Mentari geram dengan tingkah sahabatnya itu.

"Lo nyuruh dia Dateng ke sini cuma buat ngelamun di depan dia doang?" Bisik Mentari pada Yasmin.

"Ajak suami lo pergi dari sini, gue mau ngomong pribadi!"

"Apaan sih, gak bisa. Dosa tau! Gue sama Mas Danar tetep di sini ngawasin lo. Titik." Tolak Mentari.

"Yauda berarti gue gak mau nikah sama dia!" Ancam Yasmin yang membuat Mentari agak menghentakkan kakinya. Danar yang memperhatikan dua wanita itu sudah mengerti apa yang di inginkan adiknya karna bisikan mereka berdua sampai juga ke telinga Danar bahkan mungkin ke Nizam.

Merasa tersudut dengan ancaman Yasmin akhirnya Danar mengajak Mentari masuk, dia yakin tidak akan terjadi apapun antara adiknya dan Nizam di tempat itu.

"Lo kenapa minta gue dateng sekarang? Gak bisa sabar nunggu ntar malem apa?" Tanya Nizam mengawali pembicaraan mereka karna Yasmin tidak kunjung memulai pembicaraan.

"Lo kenapa ngotot mau nikah sama gue padahal gue bukan cewe baik, lo dari keluarga baik-baik, pendidikan tinggi, lo bisa dapet cewe yang jauh banget lebih baik daripada gue."

"Itu kan kata lo, bukan kata gue."

"Gue serius, Zam."

"Gue juga dari awal udah serius, lo kemana aja?"

"Gak lucu!" Yasmin mulai bad mood.

Nizam menyadari perubahan mood wanita itu, dia menarik napas panjang sebelum memulai kembali bicara "Asal lo tau, gue jatuh cinta sama lo sejak lama, penelitian gue di tempat itu sudah berakhir tapi gue tetep pengen di sana buat jagain lo. Gue gak berani dan bener-bener gak tau gimana cara mulai deketin lo. Lo itu unik, lo perempuan yang selalu berusaha kuat, meski naif. Berulang kali gue liat lo ganti pacar, gue Pendem sendiri sakit hati yang gue buat sendiri, sampai akhirnya gue liat lo dengan pacar terakhir lo itu, dan semuanya terjadi di luar kendali. Kuliah gue berantakan 1 semester ini, harusnya tesis itu selesai dan gue bisa wisuda tapi gue bener-bener kehilangan fokus, gue selalu kepikiran lo..."

"..Lo perempuan yang baik, bahkan terlalu baik buat gue yang pengecut ini. Gue gak mau kehilangan lo, Yas. Please lupain apa yang terjadi di masa lalu dan kita mulai semuanya dari awal. Saling kenal lalu jatuh cinta dalam ikatan yang Allah ridho. Gue gak pernah bercanda ngajak lo nikah. Percaya sama gue, Yas."

Yasmin terpana mendengar penjelasan Nizam, dia tidak menyangka ternyata ada laki-laki yang mencintainya dengan baik.

"Yas, gue gak 'tanya' tapi gue 'minta' banget sama lo untuk ridho jadi jodoh gue dan ridho kalau gue jadi ayah dari anak lo. Please." Nizam memohon dengan kesungguhan di mata dan hatinya, hati perempuan yang lemah itu sudah kucar-kacir meleleh tak karuan. Yasmin salah tingkah, sesekali dia membenarkan letak rambutnya yang sebenernya masih rapi.

"Udah deh sana lo pergi dari rumah gue, keburu gue khilaf pengen peluk!"

Yasmin berbalik badan hendak meninggalkan Nizam yang tengah tersenyum sumringah.

"Berarti lo udah bersedia dan ridho untuk jadi jodoh gue?" Tanya Nizam bersemangat.

Yasmin tersenyum, dia mengangguk tanpa menoleh.

"Iya, gue ridho berjodoh sama lo."

..........

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro