Prolok
Kenangan pahit itu masih memenuhi pikirannya. Ya, walaupun sudah berlalu, tetapi efeknya masih terasa sampai sekarang.
Sebelum itu, semuanya berjalan lancar. Hari yang cerah, suasana yang sejuk. Walaupun negeri kembali dijajah, namun, setidaknya kehidupannya tidak lebih buruk dari yang ia pikirkan. Memiliki keluarga kedua yang cukup bahagia. Setidaknya kehangatan kedua orang tuanya bisa terobati oleh keluarga yang menampungnya ini.
Lalu semuanya berubah.
"Dia bilang, mau nggak kerja di daerah Batavia?"
Sekitar tiga orang Tentara Nippon berdiri di ambang pintu, mereka membawa seorang penerjemah. Tidak mau melewatkan sebuah kesempatan emas untuk persiapan di kehidupan yang baru, tentu saja ia mengangguk. Batavia, di pikirannya, walaupun sama tersohornya dengan Bandung, selalu menduduki peringkat teratas di daftar kota yang ingin ia kunjungi.
Apalagi ini ditawarkan bekerja. Bukankah kesempatan berlipat ganda?
Pribumi itu pun mengangguk, ia berniat akan memberi tahu hal ini sore nanti ketika sang pujaan hatinya pulang dari bekerja. Namun, Tentara Nippon itu berbicara lagi, dan penerjemah di dekat mereka mengatakan kalau dia akan dibawa saat itu juga. Alisnya mengerut heran, tetapi jika kata Nippon sudah seperti itu, apa yang bisa ia lakukan?
Tetapi pribumi itu melihat ibu, melirik ke arah dirinya, lalu menggeleng pelan. Raut wajahnya rumit, ketika ia akhirnya menyadari maksud dari tatapan itu, sudah terlambat. Tentara Nippon yang melihat gelengan ibu, lantas membentak, menarik tangan pribumi itu paksa. Ibu sempat menahan, tetapi dirinya didorong hingga tersungkur, lalu kisah setelahnya adalah sebuah mimpi buruk.
Saat bangsa kulit putih kembali menduduki Indonesia, terjadi perpindahan pemegang gelar penjajah. Tempat mimpi buruknya diratakan dengan tanah dan digantikan dengan lahan uji coba senjata. Pribumi itu sendiri, diajak pergi bersama pribumi lainnya, menuju suatu tempat di mana ia bisa lebih berguna, secara nyata. Tidak hanya menjadi sebuah barang rongsok dengan segunung malu.
Hingga waktu yang tepat, mungkin ia akan kembali menemui mereka.
Hng? Sebuah tarikan kecil di lengan kemeja menyadarkan lamunannya, arah pandangnya menoleh ke arah bawah. "Kenapa?"
Bocah di dekatnya menunjuk ke sebuah perkampungan yang mulai terbakar. Pejuang itu memincangkan mata, terlihat sebuah siluet pria. Tetapi yang membuatnya mengernyit, pakaian yang dipakai pria itu.
Ya, walaupun ia tidak memiliki masalah dengan penjajah yang satu ini, tetapi tetap saja. Bocah itu kembali memohon, ia bahkan melakukan sumpah kelingking kalau orang yang ditunjuknya tidak seburuk yang dipikirkan. Setelah melalui perdebatan batin yang singkat, pribumi itu lantas menyetujui permintaan si bocah.
Ia mengeratkan genggaman senapan di tangannya. "Kalau berlaku aneh-aneh, saya bakal tembak."
tbc.
tag yang punya event: PseuCom
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro