20. Gosip Gosip Miring
Bismillahirrahmanirrahiim...
Author's Pov
Sujud syukur Abati begitu tahu Khaula tak bersalah atas kasus penipuan ini.
Entah bagaimana Abati yang lemah hatinya itu mampu berdiri jika putrinya benar-benar melakukan perbuatan tak terpuji seperti itu.
Untung saja, ternyata Khaula pun juga korban. Sekarang tinggal memikirkan bagaimana Abati akan mengganti rugi uang sebanyak itu dalam waktu singkat.
Dan tentu saja, meski Khaula dinyatakan tidak bersalah bukan berarti ia termaafkan sepenuhnya.
Abati masih menurunkan perintah untuk membakar semua barang-barang Khaula yang ada sentuhan K-Pop nya.
Semua foto, lightstick, kartu, tanda tangan, boneka, kaset, poster, majalah, aksesoris yang semuanya memang tidak dipajangnya tapi disimpan dalam sebuah lemari yang tertutup rapat.
Khaula masih menggerung tak terima semua hasil kerja kerasnya mengumpulkan koleksi satu persatu harus dimusnahkan sekejap mata.
Natasha yang sudah tiba sejak tadi pun merasa sayang jika benda-benda yang cukup berharga itu dibakar. Ia sempat mengusulkan agar dijual saja, sekecil apapun aksesoris berbau idol korea itu pasti ada saja penggemar yang mau membelinya. Jika dihitung-hitung, sedikit bisa membantu menutupi kerugian akibat penipuan itu.
Tapi, usulan Natasha ditolak mentah-mentah.
Abati bilang, tidak ada yang lebih pantas selain menghancurkan semua benda-benda tidak berguna itu. Karena jika dijual, sama saja kita menyesatkan orang lain dan mendapatkan untung dari sana.
Bukan main-main kefanatikan seorang penggemar jika terlalu mencintai idolanya. Bahkan dengan harga berapapun, mereka rela membeli segala produk yang dipasarkannya.
Padahal jika dipikir-pikir lagi, keuntungannya apa untuk mereka?
Hanya menambah kekayaan sang idola, padahal idolanya pun sama sekali tak mengenalnya. Ia rela mengorbankan hartanya demi sesuatu yang akan hangus di neraka.
Andai sedikit saja mereka berpikir bahwa jika dengan sejumlah uang yang dia gunakan membeli pernak pernik artis itu mereka sedekahkan di jalan Allah, sungguh betapa di surga ia akan berbaring santai dalam sebuah istana bergelimang kekayaan, dan di dunia pun diliputi kemuliaan.
Dibandingkan dengan membeli gambar-gambar idola mereka, menontonnya, memandangnya ataupun mengirim hadiah untuk mereka.
Hanya kesenangan dunia saja yang dirasanya, namun entah seberat apa dosa yang menantinya di akhirat sana.
"Kak! Jangan yang itu kak. Ambil aja semuanya tapi jangan yang itu kak, pleaseeee... Biarin aku simpen foto Sehun yang itu kak, please!" Khaula merajuk tanpa henti, memohon agar disisakan selembar kartu foto untuk menjadi kenang-kenangannya.
"Jangan bakar itu, Kak! Yaampun disitu Sehun ganteng banget kasian kalo dibakar"
"Khaula! Istighfar. Kamu kenapa jadi kaya kesetanan begitu sih?" Khansa bertanya, sejenak ia hentikan pekerjaannya dan menatap Khaula lekat-lekat.
"Di dunia cuma fotonya yang dibakar, gak seberapa daripada nanti sampai dia mati gak dapet hidayah, badannya yang bakalan gosong di neraka. Na'udzu billah"
"Ih kakak kok gitu, sih! Nyumpah-nyumpahin aja. Bukannya didoain biar dapat hidayah."
"Kamu yang harus banyak doa tau gak?! Otak kamu udah penuh sama virus Korea. Mesti di install ulang."
"Coba dari kemaren-kemaren kamu nurutin kakak buat jualin semuanya, Bi. Gak rugi rugi amat deh." Natasha mencandai Khaula yang memang diminta Khaula agar memanggilnya dengan nama Na Bi.
"Iya nih... Tapi kan aku gak rela bagi-bagi oppa-ku dengan yang lain." lirihnya diiringi cekikikan kecil.
"YaAllah bocah! Kamu jadi najisin begini sih? Heran..." Khansa merengut penuh kesal menghadapi adiknya yang seperti tidak dikenali lantaran emosinya yang masih menggerogoti.
"Ayo cepet bakar!" perintah Abati yang masih mengawasi.
"Inget kata sayyidatina Fathimah radhiyallahu 'anha: "wanita shalihah itu tak ingin dipandang dan memandang lelaki. Dari bibirnya tidak tersebut nama lelaki, dan dari bibir lelaki tak tersebut namanya." kita, semulia dan seterpelihara itu, Dek."
"Halaaaah! Gausah sok ceramah! Sendirinya aja kabur ninggalin suaminya pergi dilariin temen facebooknya!" Khaula mencak-mencak tidak terima Khansa menasihatinya.
"Astagfirullahalazhim.. Jangan ngomong sembarangan kamu, Dek" Khansa menimpali dengan suara yang bergetar. Entah mengapa dia merasa terhina meski memang benar dia pergi dari rumah, tapi tidak ada siapa-siapa yang mengajak ataupun membantunya.
"Khaula!" Ummi dan Abati serentak memperingati Khaula untuk tidak menyuarakan itu sekarang.
"Kenapa?! Kenapa cuma Khaula yang dihukum? Kenapa Khaula yang barang-barangnya dibakar?! Padahal Khaula gak salah apa-apa! Salahnya kakak lebih besar! Kenapaaaaa?!!!"
Ummi berusaha menenangkan. Dan Abati bergeming di garis karpet yang diatasnya Khansa meletakkan alat pemanggang untuk membakar barang-barang Khaula.
"Maksudnya apa?" tanya Khansa meminta kejelasan.
Semuanya diam saling melempar pandangan.
"Diam? Giliran kakak semuanya diam! Emang cuma Khaula yang gak disayang!"
"Anak bawang nih kenapa sih? Uang jajan habis?" Kahfi mencoba mencairkan suasana. Tapi gagal. Khaula terlanjur menangis.
"Emang bener kan? Aku yang selalu jadi masalah. Aku yang selalu dihukum kalau ada salah. Kakak sama oppa langsung dimaafin aja. Gak peduli diluar sana orang-orang ngomongin yang nggak-nggak, padahal aku denger tapi mereka gak peduli. Liat aja, Mi! Liat di hape kakak yang ummi sita! Sampe kakak pacaran aja ga kenapa-kenapa! Khaula yang cuma halu aja malah jadi perkara"
Sesenggukan Khaula mencurahkan isi hati.
Seperti tersiram air mendidih, Khansa merasa dirinya akan tamat sesaat lagi. Kesalahan terbesarnya adalah mencari perkara pada Khaula setelah menceritakan sedikit kenakalannya. Ummi pun tercekat, berharap Khaula hanya meluapkan emosi saja.
"Semua orang tau, Kak Khansa pulang kesini dijemput karena habis dibawa kabur sama teman facebooknya. Kakak jadi contoh nyata buat ingetin santri biar gak main facebook lagi. sampe semua orang jadi bilang "Anak Ustad kok gitu." Kakak gak pernah denger itu kan? Makanya kakak bebas-bebas aja keliaran di luar. Padahal orang-orang ngomongin, Kak! Mereka ngetawain kakak dari belakang! Khaula yang berusaha luruskan, tapi kenapa disini gak ada yang berpihak sama Khaula?!" lanjut Khaula lagi.
Khansa mematung seketika. Tak menyangka orang-orang akan mengatakan hal seburuk itu tentangnya.
Omong kosong yang tidak berdasar semacam itu benar-benar terdengar begitu menjijikkan.
Sekujur tubuh Khansa merinding kemudian bergetar hebat. Terlalu malu hingga memutuskan untuk berlari ke kamarnya, mengunci lalu membenamkan diri ke kasurnya.
Disana ia luapkan segara rasa melalui airmata.
Dibawa kabur teman facebook. Gosip darimana lagi itu?
Khansa sedih sekali mengapa gosip tentangnya melenceng sejauh ini. Fakta bahwa dirinya memang bisa kabur ke tanah suci dengan bantuan teman yang mempromosikan travelnya di facebook ternyata menjadi headline sebuah berita namun tak diberitakan keseluruhannya. Membuat penikmatnya menciptakan spekulasi sesukanya, bahka Khansa pergi meninggalkan suaminya karena lari bersama teman facebooknya. Sungguh menjijikkan.
Memang benar sebuah ungkapan, bahwa baik buruknya seseorang tergantung dari mulut-mulut tukang gosip.
Tidak peduli benar atau tidak, jika sudah sedap terdengar maka akan semakin sering diputar.
Membayangkan betapa dirinya penuh semangat terjun kembali mengambil alih pembinaan, mulai mengajar lagi dari kelas ke kelas, disambut penuh hangat dan kembali menjadi bintang yang sinarnya paling terang. Ternyata, dibalik senyum ramah semua orang ada tawa mengejek dan merendahkan.
Sekali lagi Khansa terluka, kali ini di tempat yang disebutnya surga dunia.
Dalam sekejap, ia kehilangan kepercayaan diri bahkan untuk keluar kamar. Di hatinya muncul tekad, dirinya takkan lagi mau terlibat dalam segala urusan kepesantrenan.
"Khaula! Kamu tuh kenapa sih? Kalo gak terima dinasehatin, jangan nyolot! Kakak kenapa tuh jadinya!" Kahfi mengadili Khaula sebab membuat kakak tertua mereka mengunci dirinya di kamar.
"Yang maksiat sampe hamilin orang diam aja! Masih bagus gak dipukul seratus kali! Orang-orang malah paling ilfil sama Oppa!"
Khaula lupa. Kahfi bukan Khansa yang hanya akan mematung lalu menangis mengasingkan diri. Kahfi adalah kakaknya yang bisa kasar jika sengaja melepaskan emosi.
Ditariknya kedua bibir Khaula dengan jari telunjuk dan ibu jari Kahfi hingga bibirnya menipis dan maju kedepan beberapa senti tanpa Kahfi lepaskan meski Khaula menjerit kesakitan.
"Ngomong sekali lagi?! Kasar banget diajarin siapa?! Ini yang oppa-oppa ajarin ke kamu, iya? Diajarin gak sopan sama orang lain! Percuma gaada salah kalo bibirnya berantakan kemana-mana!"
"hhmmmpaaasssss!!"
"Nggak sampe lo minta maaf!"
Khaula menendang salah satu kaki Kahfi tepat di tulang lututnya. Membuat Kahfi sontak mengaduh dan melepaskan cengkraman dua jarinya di bibir Khansa.
Kahfi marah bukan kepalang, ia meraih ujung kerudung Khaula sampai Khaula jatuh terduduk karena kepalanya seakan tersangkut. Tanpa melewatkan kesempatan Kahfi menggulingkan tubuh Khaula dan perkelahian dimulai meski Natasha berusaha melerai.
Baru reda saat Abati turun tangan dan menghadiahi mereka sabetan rotan, benda legendaris yang sudah lama sekali tak pernah mereka lihat sejak waktu kecil setiap kali berkelahi dulu.
"Sampai sebesar apa kalian harus dipukul begini?! Bikin malu aja!" bentak Abati. Membuat keduanya diam seribu bahasa dan kompak berlutut di hadapan Abati.
Di sisi lain, ummi penasaran dengan apa yang Khaula katakan barusan. Ummi pergi ke kamar, mengorek sesuatu dari bagian dalam lemarinya yang tersembunyi. Mengambil kotak yang tidak begitu besar dan meraih isinya yang merupakan smartphone milik Khansa.
Ummi coba menyalakannya, ternyata paket datanya masih aktif juga.
Seperti gayung bersambut, pesan singkat yang bertuliskan nama Kak Farhan di kontaknya yang pertama kali muncul sesaat setelah ummi berhasil menyalakan ponsel pintar itu.
Dengan ummi membuka pesan dari Kak Farhan itu, terbukalah semua pesan-pesan yang saling ditukarkan dengan Khansa sejak dulu-dulu yang ternyata masih disimpan Khansa sebagai history. Pesan dengan bunyi yang tidak seharusnya dikirimkan oleh seorang wanita bersuami.
Mungkin ini adalah hari kesialan bagi Khansa. Ia ketahuan justru pada saat dirinya sudah mulai melupakan Kak Farhan.
Terlihat dari pesan terakhirnya yang sudah lama sekali. Tapi pesan Kak Farhan yang masuk baru-baru ini, memang benar baru saja dikirim hari ini.
Ummi menjerit dengan hati yang terluka.
Lagi-lagi, persoalan baru muncul di rumah ini.
To be continued.
Double up, alhamdulillah.
Buat teman-teman yang menunggu part Natasha, sudah dikasih di chapter sebelum ini ya. Dan tidak akan ada lagi karena Natasha sebenarnya tidak dapat part sama sekali. Tapi sengaja dispesialin karena ada yang minta dan banyak yang suka.
Iyalah. Kahfi aja suka. Hahahaha.
Buat readersku yang telornya lebih banyak dari Natasha, kalian terlalu istimewa. Terima kasih atas support semangatnyaaaa. Ku jadi sayang sesayang sayangnya.
Beberapa part lagi menuju ending.
Mungkin akan terasa loncat-loncat atau ada plot hole. Maafkeun ya.
Gatau kenapa banyak yang melenceng dari alur sesungguhnya. Tapi karena kejar target jadi agak dipersingkat biar selesai dengan ending yang seharusnya. Karena sejujurnya ini ceritanya masih panjang tapi april sudah tersisa ujungnya saja.
Jadi demi menjaga amanah di sesuai kesepakatan gabung SWP dari awal, sebisa mungkin aku update lebih banyak dari biasanya, double ataupun triple.
Doakan aku teman-teman.
Kalau ada yang janggal, membingungkan atau tidak berkenan, feel free to comment and kabar kabarin.
Find me on wattpad zulfariesha
Dan Instagram @farah_fm94
Semoga puas dengan chapter ini, ya!
See ya on thursday, insyaAllah!
Saranghamnidaaaa...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro