Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Ipar Baru

Bismillahirrahmanirrahiim...

Khansa's Pov

Akhirnya setelah melalui perdebatan panjang, kembali ke kampung halaman menjadi kesepakatan. Keluargaku bilang, untuk sementara. Tapi bagiku, nanti aku mencari cara lain agar kepulanganku ini untuk selamanya.

Meski keluargaku masih berusaha mencari jalan tengah agar rumah tanggaku dipertahankan, aku pun berusaha meyakinkan jika tetap melanjutkannya adalah penyiksaan.
Sayangnya, mereka menemukan kejanggalan ketika kuceritakan bagaimana usahaku hingga bisa kabur sejauh itu, ponselku disita untuk sementara waktu karena menurut mereka lingkaran pertemanan tidak sehat melalui ponsel yang mulai mempengaruhiku hingga berani berbuat sejauh itu maka aku harus dibenahi dan ditatar ulang kembali.

Tidak mengapa!
Berhasil pulang ke rumah dan lepas dari suami, hanya itu yang kuinginkan.

Aku mulai merancang rencana-rencana apa yang akan ku lakukan disini. Rencana yang tidak sempat ku lakukan saat dulu aku tiba-tiba dijodohkan. Kegiatan-kegiatan yang sudah sangat kurindukan karena hampir satu tahun tidak melakukan apa-apa.

Ini menyenangkan. Hidupku kembali normal seperti sedia kala. Bahkan lebih berwarna karena Natasha bergabung disana.
Natasha yang tiba-tiba muncul dan menjadi iparku.
Bukan main terkejutnya kami semua saat Kahfi mengakui pernikahannya dengan Natasha. Sekalipun itu tidak sah dan terpaksa, namun foto-foto yang terlanjur tersebar di media sosial dan mungkin juga di kalangan jamaah abati memaksa kami untuk menerima Natasha seperti perintah abati. Tidak sulit bagiku memulai keakraban dengan adik baruku itu, terlebih Khaula yang melonjak girang begitu tahu bahwa Natasha juga seorang fangirl saat Khaula iseng menanyainya.
Abati pun terlihat menghargai dan melindungi gadis itu, terlepas dari bagaimana caranya ia menjadi bagian dari keluarga kami, abati tak mempersoalkan itu secara nyata. Kecuali tetap menutupi kehamilannya sesuai permohonan ummi.
Hanya Kahfi dan Ummi yang masih berdingin hati menampakkan ketidak sukaannya atas kehadiran Natasha. Meski ummi tetap seorang bangsawan yang elegan, caranya bukan membenci terang-terangan, tetapi dengan mengujinya sampai diketahui seberapa jauh Natasha bertahan. Tapi selama seminggu ini, Natasha justru mengagumkan. Dia bertahan! Bahkan disertai senyuman.
Jika itu aku, aku takkan mampu berbuat baik pada seseorang yang jelas tidak menyukaiku. Ini sifat buruk, aku tahu. Itu mengapa aku merasa malu pada istri adikku itu.

Kami pun masih bertanya-tanya bagaimana Kahfi bisa melakukan hal semacam ini. Masalahnya, kami memahami hal itu sebagai sebuah dosa besar yang dalam alquran perintah hukumannya adalah 100 kali cambukan dihadapan umum. Aku yakin abati punya alasan tersendiri kenapa bersikap tenang soal ini. Sama seperti keyakinanku bahwa Kahfi tidak mungkin selalai itu menggadaikan ketaatannya demi kenikmatan sesaat, meski jika ditanyai Kahfi selalu menjawab tidak tahu, tidak sadar ataupun khilaf.
Aku sering bertindak gila, tapi mungkin Kahfi jauh lebih gila, dan Natasha sama gilanya.

*****

Author's pov

Sama seperti Khansa yang dibolehkan pulang dengan syarat ponselnya disita. Natasha pun diterima abati dengan syarat hanya sebatas status saja.
Bagaimanapun, pernikahannya dengan Kahfi tidak sah menurut syariat karena dirinya yang sedang mengandung.
Pernikahan tidak menghalalkan mereka. Maka dengan mempertimbangkan kondisi Natasha saat ini, Abati mengizinkan untuk ikut bersama mereka tapi tidak benar-benar menjalankan tugasnya sebagai istri dan juga menantu.
Meski di depan umum Natasha diperkenalkan sebagai istri Kahfi, namun di dalam rumah Kahfi dan Natasha masih menjadi asing. Begitupula ummi mereka yang masih sakit hati dengan perempuan yang mengandung 'calon cucu' nya itu.
Membayangkannya saja membuat darah ummi mendidih hebat. Jangan tanyakan bagaimana ibu tiga anak itu menjelaskan pada keluarga besarnya yang cukup syok melihat Kahfi pulang membawa istri. Ummi tak bisa berkata-kata, apalagi menceritakan kronologinya. Rasa malu sudah memenuhi ujung kaki hingga ubun-ubunnya.

Tapi Natasha dengan pembawaan yang ramah dan ceria, tidak sulit berbaur dengan mereka. Khaula dan Khansa mulai akrab dengannya begitu pula santri-santri putri yang menaruh iri pada awalnya.

Seperti Natasha yang diam-diam semakin mengagumi Kahfi setiap kali melihat suaminya itu melantunkan ayat suci ataupun berceramah di depan para santri. Diam-diam pula, Kahfi ternyata memperhatikan.
Entah mengapa, sedemikian besar rasa bencinya pada Natasha tapi sesuatu dalam hatinya merasa bertanggung jawab pada gadis yang selalu menebar senyuman tulus itu.

Terlebih saat menyadari betapa Natasha tahu diri. Meski tidurnya tidak sekamar dengan Kahfi, meski berkomunikasi dengan Kahfi sangat jarang sekali, meski kewajibannya sebagai istri tak boleh dijalani, namun tugasnya sebagai menantu atau seseorang yang menumpang tak pernah ia tinggalkan. Natasha akan dengan senang hati membereskan kamar Khaula yang ia tempati setiap bangun tidur, membantu ummi di dapur dan berusaha mengobrol dengannya meski ummi masih menampakkan wajah tak suka. Mencuci piring, menyajikan makanan ke meja, membersihkan rumah. Apa saja, yang ia bisa lakukan untuk membalas jasa.

Awalnya Kahfi berpikir Natasha hanya cari muka. Namun semakin ia perhatikan, ia menyadari Natasha memang begitu sifatnya, dan seperti itu ia mengekspresikan rasa cinta.
Semakin meyakinkan ketika Kahfi mendengar percakapannya dengan Khaula yang menanyakan kenapa Natasha senang sekali bersih-bersih, gadis itu menjawab dengan santai "Emang udah kebiasaan. Jadi gak enak kalo liat ada yang gak rapi. Ribet yaa.." ujarnya sambil tertawa. "Papa dulu juga gak biasain aku manja walaupun dirumah ada pembantu. Kalau bisa dikerjain sendiri, kenapa mau nyusahin orang? Gitu katanya. Jadi ya udah. Gini deh. Hehehe" pungkasnya

Bahkan Khaula yang mendengar itu tersedak oleh rasa malu. Natasha yang dulunya non muslim saja cara hidupnya tertata seperti yang diajarkan dalam Alquran. Sedangkan Khaula, membereskan kamar saja menunggu mood. Membersihkan rumah? Dikerjakan sambil misuh-misuh, bantu ummi di dapur pun masih ngeluh-ngeluh.

Mungkin terlalu cepat menyimpulkan, tapi senyata itu Kahfi melihat progress Natasha yang penuh ketulusan. Termasuk sekeras apa Natasha berusaha mempelajari islam, seolah bukan lagi cinta Kahfi yang menjadi harapannya, dekat dengan Allah sudah cukup membahagiakan hatinya.
Semakin bangga Kahfi saat tahu Natasha bahkan bisa sedikit meredam kefanatikan Khaula pada idola-idola Korea dengan cara yang bisa Khaula terima. Karena Natasha seusai mendalami islam pun perlahan meninggalkan dunia gegap gempita di panggung gemerlap itu dan mulai giat menyiarkan agar anak-anak remaja tak perlu tenggelam sepertinya dulu.

Duhai, begitulah hidayah yang datang tanpa terduga kepada siapapun yang dikehendakiNya.

*****

Natasha's Pov

Assalamualaikum, aku Natasha.
Maaf aku mencuri bagian disini.
Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu yang sudah lama memenuhi hatiku.

Siapapun yang mengetahui kisahku pasti akan mengecamku, aku tahu itu.
Cara yang kutempuh untuk mendapatkan Kahfi pun tercela, aku sadar itu.

Tapi tahukah kau satu hal yang mendasari semua itu?

Cinta.

Ya. Aku mencintai Kahfi sedalam-dalamnya.
Sejak dulu, saat aku terpikat oleh bacaan qurannya meski saat itu aku bukan penganut agamanya. Pembawaan teduh dan cara bicaranya yang santun penuh hikmah. Ada setitik kesejukan yang membasahi kegersangan jiwaku setiap kali mendengarnya.
Membuatku semakin haus dan selalu ingin dekat dengannya.
Aku mulai menggila dengan cinta yang terus membuncah dan berakhir pada ketakutan jika aku kehilangannya. Maka akupun mencari cara agar Kahfi pun merasakan hal yang sama. Jika tidak, aku akan memaksa.
Apakah ini terdengar gila?
Mungkin memang seperti adanya.

Aku sudah gila, sejak kukhianati sahabatku Gadiza yang kutahu Kahfi ada rasa padanya, dan diapun menyukai Kahfi meski tak terang-terangan mengakuinya. Aku semakin terobsesi untuk menjadikan diriku satu-satunya perempuan yang memenangkan Kahfi.
Awalnya, dengan berpura-pura ingin mengenal agamanya saja. Kahfi dengan senang hati membimbingku meski selalu bersama Gadiza.

Sudah sebenci apa kalian denganku?
Belum seberapa, jika kalian tahu cerita bagaimana aku menarik Kahfi dalam jebakan dan akhirnya menitipkan darah dagingnya dalam diriku. Saat kalian mengetahuinya, mungkin mencabik-cabikku takkan cukup untuk meluapkan amarah.
Tapi tidak akan kuceritakan sekarang. Atau mungkin memang takkan kukatakan pada siapapun sampai selamanya. Biar aku dan Allah saja yang tahu.

Aku pernah dengar Kahfi membahas satu hadits Rasulullah saat aku lewat di depan masjid kampus dan dia sedang ceramah disana.
Katanya kira-kira begini; "setiap amalan itu tergantung niatnya. Dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan yang dia niatkan.
Siapa yang niatnya hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia atau wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu sesuai kemana dia hijrah. (H.R. Bukhari Muslim)"

Aku cukup cerdas dan selalu ingin tahu hal-hal baru. Maka saat itu juga kutanyakan pada Gadiza maksud dari ucapan Rasulullah yang dikutip Kahfi itu.
Ah, tentang berubah menjadi baik dengan niatnya masing-masing.
Aku tidak pernah menyangka ternyata hadits itu yang kini selalu menghantuiku karena persis sama dengan kasusku dulu.

Ya benar.
Aku ingin mengenal islam demi mengejar Kahfi.
Itu niat awalnya.
Ternyata memang benar, berniat satu kebaikan akan mendatangkan ribuan kebaikan setelahnya.

Ternyata dengan cara itu hidayah datang menyapaku. Bahkan hatiku mantap berislam jauh sebelum Kahfi menjadikan itu sebagai syarat agar ia setuju menikahiku.
Dan kehamilanku merupakan aib besar bagi keluargaku, ditambah niatku untuk berpindah agama.  Membuat mereka murka dan Kahfi yang jadi tersangkanya.

Kasian dia.

Sesungguhnya, seusai menikah aku pasrah melepas Kahfi kembali ke kehidupan dulunya. Dan aku mulai fokus belajar menjadi muslimah yang semakin baik setiap harinya.

Dan ketika aku sampai pada fase tidak ada cinta selain Allah, kejanggalan-kejanggalan yang berujung pertaubatan mengantarku pada cinta yang baru saja mulai kulupakan.

Disini aku, menjadi bagian dari keluarga yang dulu sangat kuimpikan, meski sempat kukubur dalam-dalam, Allah sendiri yang mengatur ketetapan.

Meski hanya status belaka, kurasa sebentar lagi kabar baik akan menyulap keadaan.

Karena aku percaya, setiap niat baik sekecil apapun itu hanya akan membuahkan kebaikan.
Aku tak pernah menduga diriku akan berdiri pada posisi ini, tapi yang kutahu pasti keberadaanku disini tak lepas dari niat baik yang kurealisasikan dulu.

Niatkan saja dulu, urusan Allah kemudian.

Yang iseng saja terkadang berhadiah.
Apalagi yang memang diniatkan sejak awalnya.

Jangan lelah berbuat baik!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro