Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 26

Sebelumnya, maaf telat update guys! Jadi tuh, hari ini aku dateng ke tempat yang mau dipake magang nanti. Yups, bentar lagi aku mulai magang, dan sepertinya akan sering telat up kayak gini. Huhu, tapi nggak papa! Aku usahakan tetap up setiap hari meskipun harus tengah malem :( Makasih antusias kalian baca cerita ini💜

Aku ingatkan lagi ya, cerita ini punya genre fantasi. Jadi, ada beberapa hal yang sebenarnya nggak mungkin kejadian di dunia nyata. Nikmatin aja oke??😘

Selamat membaca🤗

***

Menikah ulang? Itu berarti aku—Yoon Yooseul—akan menjadi istri sungguhan Kim Taehyung? Tuhan, apa kau sedang mempermainkan nasibku sekarang? Banyak hal yang datang secara bersamaan belakangan, itu membuatku pusing tak karuan. Belum lagi rencana Taehyung yang ingin mengumumkan kalau dia sudah beristri sangat mengganggu pikiranku. Bagaimana tidak? Aku bukan Kim Sohyun! Camkan itu. Aku orang asing yang mengambil alih posisinya, mencoba untuk menyelesaikan masalahnya agar aku bisa kembali ke alamku dengan tenang dan dia kembali ke tubuhnya dengan tenang. Apa aku salah? Kupikir, alurnya akan seperti itu. Tetapi aku benar-benar tidak tahu, kejutan apa lagi yang Tuhan siapkan untukku.

Sutradara adalah posisi yang diimpikan Taehyung sejak masih remaja. Aku mendapat cerita darinya, masalah antara ia dengan ayahnya adalah karena hal itu. Taehyung menolak kuliah manajemen bisnis seperti yang papanya minta. Taehyung tidak menginginkan jabatan di kantor papanya, padahal ia anak sulung yang diharapkan bisa menjadi penerus perusahaan papanya. Gigih dengan pilihannya, Taehyung pun berperang dingin dengan papanya sendiri. Hingga suatu ketika, kabar Taehyung yang menghamili wanita—yang tak lain adalah calon adik iparnya sendiri—malah membuat hubungan ayah dan anak itu semakin tegang. Jelas papanya tidak setuju Taehyung menikah dengan Sohyun—yang punya banyak rumor jelek. Tapi, karena ingin bertanggung jawab atas perbuatannya, Taehyung tak ada pilihan lain selain menikahi Sohyun.

Dengan menawarkan untuk kembali menjadi penerus keluarga, Taehyung pikir ia bisa membujuk papanya untuk menyetujui pernikahan besar-besaran yang ia rencanakan pada Sohyun. Dan benar saja, papanya terbujuk. Namun, mamanya yang begitu sulit ditaklukkan tak membuat Taehyung menyerah. Ia memberitahuku banyak hal mengenai apa saja yang mamanya suka. Pertama, mama Taehyung menyukai wanita yang pandai memasak. Kedua, mama Taehyung menyukai wanita yang berpenampilan elegan serta pintar mengurus wajah. Ketiga, mama Taehyung menyukai wanita yang pintar dan bisa menghasilkan uang sendiri.

Jelas, aku pekerja keras. Syarat terakhir tampak bisa kupenuhi. Aku pandai memasak, tetapi untuk masakan barat, mungkin masih harus banyak belajar. Dan untuk syarat kedua, jangan ditanya! Aku sangat payah! Aku tidak tahu berpenampilan elegan itu seperti apa karena dulu keseharianku cuma berpakaian lusuh seadanya. Pakai make up apalagi, skin care juga tak pernah aku menyentuhnya. Karena aku miskin. Setiap tahun baru hanya bisa memandangi pertokoan yang memajang gaun-gaun indah di dekat jendela. Merenungi nasib, kapan bisa membeli barang-barang mahal itu? Meskipun sekarang bisa, tapi aku tak merasa memiliki hak sama sekali. Ini kan uang Sohyun, bukan uangku. Kalau sekadar menggunakannya untuk kebutuhan rumah tangga sih tidak masalah. Tapi tidak untuk barang pribadi.

Hari ini, setelah mengantar Hamin ke sekolah, aku mampir ke rumah Jimin—tempatku biasa melakukan terapi dulu. Namun sayang, rumah dengan halaman rindang itu kelihatan sepi. Aku tidak pernah mencari orang sampai seperti ini, tapi penting bagiku untuk tahu siapa pria itu sebenarnya. Akhirnya, aku putuskan untuk bertanya pada tetangga sekitar.

Ada seorang ibu-ibu yang kutemui di jalan sambil membawa belanjaan. "Permisi, Bu. Apakah Ibu tinggal di daerah sini?"

"Benar, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"

"Begini, apa Ibu mengenal pemilik rumah itu? Saya ke sini untuk mencarinya, tapi sepertinya tempat itu kosong."

"Oh, rumah itu. Saya kurang tahu, Nona. Kalau untuk pemiliknya yang sekarang, orangnya jarang keluar dan bertegur sapa dengan kami, tetangganya. Tapi, kalau pemiliknya yang dulu, orangnya sangat supel."

"Pemilik yang dulu?"

"Iya, Nona. Jadi, setahu saya, rumah itu sudah dijual dan dibeli oleh seorang anak muda. Saya tidak tahu siapa namanya."

"Apa anak muda itu bekerja sebagai dokter kejiwaan?"

"Dokter kejiwaan? Oh, kalau itu sih pekerjaan pemilik lamanya, Nona. Yang sekarang itu seorang pemuda. Mungkin umurnya sekitar pertengahan dua puluhan."

"Park Jimin?"

"Ah, iya! Saya baru ingat, namanya Park Jimin."

Aku masih penasaran. Kenapa pemilik yang lama malah yang berprofesi sebagai dokter?

"Maaf, Bu. Saya ingin bertanya lagi. Kalau boleh tahu, siapa ya pemilik lama rumah itu? Apa saya boleh meminta nomornya kalau Ibu punya?"

"Nona, pemiliknya sudah lama meninggal. Sekitar tujuh tahun yang lalu. Dan baru-baru ini rumah itu ditempati oleh orang baru, mungkin sudah dijual keluarga dari pemilik yang lama."

"Kalau begitu, siapa nama pemilik lamanya dan di mana dia bekerja sebelumnya?"

"Kalau tidak salah ingat, namanya Tuan Park Jisung. Bekerja di Rumah Sakit Jiwa Universitas D."

Teka-teki ini semakin rumit. Aku tidak boleh menyerah. Harus kucari tahu siapa Park Jimin yang sebenarnya. Kalau perlu, akan kubongkar topengnya itu jika ia berani-beraninya mengganggu kehidupan Sohyun!

***

Mengikuti arahan ibu-ibu tadi, aku mendatangi kembali rumah sakit ini. Aneh, rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat kerja Jimin, rupanya merupakan tempat kerja dari Park Jisung—pemilik lama rumah itu. Aku menemui dr. Sungjin sekali lagi, kali ini tanpa membuat janji karena kedatanganku terlalu mendadak. Beruntung dr. Sungjin sedang tidak ada kunjungan pasien, beliau bahkan berbaik hati meluangkan waktu untukku.

"Nona, ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Maaf, Dok. Saya jadi mengganggu Anda. Saya ingin menanyakan, apakah Dokter kenal dengan dokter bernama Park Jisung? Katanya, beliau dulu bekerja di sini."

"Ah, Dokter Jisung? Tentu saya mengenalnya! Beliau dokter yang kompeten di usianya yang masih muda. Sayang, kami harus kehilangan dokter berbakat sepertinya. Beliau sudah meninggal tujuh tahun lalu karena menyelamatkan seorang anak kecil yang nyaris tertabrak bus."

Mulutku menganga tak percaya. Astaga, kenapa orang-orang baik justru meninggal lebih awal? Daripada aku, Dokter Jisung justru lebih layak hidup kembali. Aku terkejut mendengarnya.

"Apakah Nona mengenalinya?"

"Sebenarnya tidak, Dok. Tetapi, saya yakin Dokter Jisung maupun keluarganya kenal dengan orang yang sedang saya cari."

Aku menunduk lesu. Karena jadwalku kosong hari ini, mungkin lebih baik aku ikut mendoakan Dokter Jisung yang meninggal begitu mulia di makamnya. Orang baik sepertinya, pasti bahagia di alam sana. Aku hanya ingin mengungkapkan rasa bela sungkawaku atas kepergian malaikat tanpa sayap seperti dokter itu.

"Kalau boleh tahu, di mana makam Dokter Jisung, Dok?"

"Ada di pemakaman yang dekat dengan taman kota."

Tadinya aku berpikir, cuma aku yang akan berdoa dan menaruh bunga di makam itu. Rupanya ada tamu lain di sana. Aku menunggu sampai orang itu pergi, namun ... semakin kuamati, dari belakang semakin mirip ia dengan Jimin. Aku pun mendekat. Mengonfirmasi apakah aku salah lihat atau tidak.

"Park Jimin?"

Pria itu berdiri. Begitu mendengar suaraku, ia hampir kabur. Secepatnya kutahan lengan pria itu.

"Jangan kabur lagi! Ada yang ingin aku pastikan padamu, Jimin!"

Aku menoleh ke arah makam Dokter Jisung. Kenapa rasanya aku pernah ke sini dulu? Lingkungannya pun terasa tidak asing bagiku. Tiba-tiba, ingatan di mana Jinyoung mengajak Sohyun ke makam kakaknya yang telah meninggal terputar di kepala.

"Jinyoung, makam siapa ini?"

"Dia kakakku, Park Jisung. Kakak kesayanganku, panutanku yang meninggal lima tahun lalu."

"Ah, maaf. Aku turut berduka cita, ya."

"Tidak apa-apa, lagi pula kejadiannya sudah lama. Aku sekarang baik-baik saja dan sudah merelakannya."

"Kalau boleh tahu, bagaimana kakakmu bisa meninggal?"

"Kakakku itu orangnya pintar. Di umur 24 tahun, ia sudah menyandang gelar dokter. Bekerja di sebuah rumah sakit jiwa dan menyembuhkan banyak pasien di sana. Sayang, Tuhan merenggut nyawanya saat kakakku menyelamatkan seorang anak kecil yang nyaris tertabrak bus di depan bangunan rumah sakit. Dia tak terselamatkan, tepat di lokasi kejadian."

Park Jisung dan Park Jinyoung, keduanya adalah kakak–adik dengan selisih usia tujuh tahun. Bagaimana aku baru mengingat ini?! Tapi, apa hubungan Jimin dengan Park Jisung?

"Katakan, siapa kau sebenarnya?!" interogasiku pada Jimin terdengar memaksa.

"Kupikir kau sudah menyadari siapa aku setelah menggali informasi tentangku."

"Jadi kau tahu, selama ini aku mencarimu dan menyelidikimu?"

"Untuk apa kau mencariku? Kita sudah tidak ada urusan lagi. Aku sudah berhenti menjadi psikiatermu."

"Jangan bohong! Kau bahkan tidak punya gelar itu sama sekali, siapa kau sebenarnya, Park Jimin? Dan apa hubunganmu dengan Park Jisung yang dimakamkan di sini?!"

Jimin membalikkan badannya, menatapku. Pria itu perlahan melepas cengkeraman tanganku di lengannya. Wajahnya tersenyum namun ekspresinya serius.

"Di dunia ini, orang yang hidup kembali sepertimu tidak hanya kamu saja."

Jantungku berdebar. Tubuhku mendadak tegang. Apa maksudnya? Apa dia tahu kalau aku bukan Sohyun?

"Tidak usah kaget. Aku sudah mengetahui semuanya. Saat kau kuhipnoterapi, tanpa sengaja kau menceritakan masa lalumu. Menyebut nama Kim Seokjin, dan seorang anak kecil bernama Hamin. Benar begitu, Yoon Yooseul?"

Kakiku lemas. Astaga! Aku tidak sadar kalau selama ini dihipnotis olehnya. Setiap kali aku melakukan terapi, memang tahu-tahu aku ketiduran. Setelah bangun, aku tidak mengingat apapun kecuali mimpi mengenai masa lalu Sohyun yang gelap.

"K–kau siapa? Bagaimana kau tahu semuanya? Apa yang kau rencanakan?"

"Aku tahu, mengungkapkan identitas mengenai siapa aku sebenarnya akan berdampak buruk. Tapi, sepertinya sudah saatnya aku memperkenalkan diri dengan baik." Jimin mengulurkan tangannya, mengajakku berjabat tangan seperti kali pertama kita berjumpa.

"Perkenalkan, aku Park Jisung."

***

Tbc

Hadeuh... Ada yang ngeh? Wkwkwk

Malam-malam aku ajak mikir, bisa tidur nggak nih kalian?

Sampai jumpa besok, all. Semoga mimpi indah🤣

Semoga bisa tidur deh. Hari ini segini dulu, biar kalian nebak-nebak maksud yang aku sampaikan di bab ini hehe

Gud nait😴

Ini visual Dokter Jisung, ya.

Partner Jinyoung di Devil Judge wkwk
Btw, mereka emang mirip banget nggak sih. Cocok jadi kakak–adik.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro