Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 21

Aku sampai tidak bisa menutup mulutku. Kini aku mengerti, mengapa perilaku Taehyung akhir-akhir ini sedikit aneh dan mulai melunak. Ia mengatakannya beberapa hari lalu, tapi rasanya baru kemarin aku dibuat terkejut. Pria ini-Kim Taehyung-suami Sohyun yang sangat cuek dan dingin padaku, merobek surat cerainya. Sama halnya seperti aku yang tak mempercayai bahwa aku ternyata hidup lagi, dia juga seajaib itu.

Menjadi suatu pemandangan yang langka, menyaksikan Taehyung mengemasi barang-barangnya. Bukan mau pindah rumah, melainkan untuk pindah ke kamarku.

Aku tidak bisa menolak, kan? Seharusnya suami-istri memang tidur sekamar. Lagian ia tidak punya nafsu atau semacamnya untuk menyentuhku, jadi aku merasa aman. Aku yakin dia bisa menahan diri. Kami kan sudah pernah tidur seranjang. Buktinya, tidak terjadi apa-apa.

"Tapi, Taehyung. Apa otakmu baik-baik saja? Kau berubah seperti sekarang ini, membuatku merasa asing."

"Kau pikir cuma kau saja yang merasa asing? Aku juga semakin asing dengan sifatmu."

Pria itu menyeret kopernya yang berisi beberapa pakaian serta benda-benda lain yang biasa ia pajang di kamar lamanya. Pria ini selalu marah-marah kalau aku banyak tanya, tapi hari ini ia menanggapiku dengan suka cita. Betapa damainya.

"Mau kubantu?"

"Tidak usah. Kau duduk saja."

Serius, apa dia Kim Taehyung yang sama? Aku masih tidak percaya!

"Aku tanya sekali lagi, kau berubah menjadi baik begini, apa kepalamu tidak mengalami cedera? Mungkin kau jatuh di lokasi syuting? Atau terjungkal saat menuruni tangga? Atau kau salah makan? Atau kau cuma pura-pura dan punya maksud lain terhadapku?"

Taehyung menghentikan langkah dan meletakkan kopernya. Aku duduk di atas ranjangku sambil menanti responsnya. Kemudian, ia mendekat. Taehyung meraih tanganku dan membuat telapak tanganku menyentuh kulit wajahnya.

"Gimana? Suhu tubuhku normal kan? Kepalaku juga tidak ada bengkak atau apa. Kalau kau tanya apa aku punya maksud lain, ya, tentu saja. Aku bermaksud ingin memperbaiki hubungan kita."

Kulitnya halus, rambutnya juga lembut. Ketika menatap kedua matanya dalam, aku yakin bahwa apa yang dia katakan adalah kejujuran. Taehyung pun mengambil duduk di sampingku. Dengan kedua tangannya menumpu ke belakang. Kepalanya menengadah, menerawang ke langit-langit. Di luar, hari mulai malam. Karena rencana kami untuk mulai mengakrabkan diri, hari ini proses syuting berjalan singkat dan kami pulang lebih awal.

"Katakan, apa yang ingin kau tanyakan."

Seolah mengetahui banyaknya tanda tanya di kepalaku, Taehyung memintaku untuk mengungkapkannya. Ya, aku ingin tahu satu hal.

"Kenapa kau selalu dingin padaku? Saat aku koma, kau tak pernah datang menjenguk. Bahkan kau tak prihatin pada bayiku yang meninggal karena keguguran. Ah, lupakan yang terakhir. Aku tahu, kau tak pernah mengharapkan bayi itu ada karena ia lah alasan kita berdua terjebak dalam pernikahan ini."

Bodoh, untuk apa aku membahas tentang bayi? Aku sudah tahu pasti jawabannya. Bukankah itu hanya akan menambah lukaku? Maksudku, itu akan membuat Sohyun jadi tambah sedih.

"Akhirnya kau mempertanyakan sikapku ya, aku menunggunya sejak lama."

Aku menoleh ke arah Taehyung. Menelisik setiap inci wajahnya dan menilai seperti apa ekspresi yang ia tunjukkan. Wajahnya masih tetap dingin, tapi ... kedua matanya itu mengisyaratkan ada sesuatu yang ia sesali. Hingga aku menyadari, ini bukan ekspresi wajah yang ia tunjukkan seperti hari-hari sebelumnya. Ini adalah ekspresi wajah yang penuh beban.

"Maaf, pertemuan pertama kita ... itu pasti meninggalkan kesan buruk buatmu. Mungkin kau tidak ingat, tapi saat itu, aku mengucapkan omong kosong dan menghinamu habis-habisan. Aku akui, itu hal yang salah. Aku sulit percaya pada wanita, kebanyakan mereka mendekatiku karena tujuan tertentu, salah satunya uang. Tapi ... setelah menikah, aku rasa kau berbeda."

"Aku tidak tahu kalau kau mengalami hal yang berat. Aku kira kau akan mencoba berbagai cara untuk menggodaku. Dan yang kau lakukan? Hanya melamun setiap hari, tanpa memedulikan keberadaanku. Kau sering menangis, lalu tiba-tiba merenung lagi. Kau seperti orang yang tidak punya harapan. Terlihat sangat menyedihkan."

"Sejak hari itu, aku memutuskan untuk tidak memusuhimu. Aku cukup menjadi ayah yang baik saja, kan? Itulah peranku dan aku tak ingin terlibat denganmu. Ketika aku harus syuting ke tempat yang jauh, aku mendengar kabar dari Mama. Katanya ... kau nyaris mati bunuh diri. Aku marah waktu itu. Sangat marah. Kupikir, meskipun kondisi mentalmu terguncang, kau tidak akan pernah menyakiti bayi itu. Aku kecewa, padamu yang tidak bisa menjaga bayi kita," jelas Taehyung.

Kalimat terakhirnya membuatku terngiang-ngiang. Bayi kita?

"Kau tidak membenci bayiku?"

"Membencinya? Untuk apa? Dia tidak salah. Meskipun aku lelaki brengsek, aku tak pernah melalaikan tanggung jawabku. Bayi itu tanggung jawabku. Karena dia telah tiada, aku rasa aku bisa menceraikanmu. Tapi ... tiba-tiba kau berubah total."

"Kau ... tidak pernah membenci bayi itu? Tapi ... kenapa kau tidak datang setelah mendengar kabarku yang keguguran?"

"Aku berada di luar negeri. Sangat sulit untuk mengurus kepulanganku karena syuting tinggal beberapa hari lagi. Dan pada saat itu, jabatanku tidak setinggi sekarang. Aku masih bekerja di bawah orang lain. Aku tidak bisa seenaknya. Tapi aku titip pesan pada Mama agar menyampaikan ketidakhadiranku padamu."

Jadi begitu ceritanya. Bagaimana aku bisa tahu, mamamu saja tidak pernah datang mengunjungi Sohyun. Wanita itu tampaknya tak pernah sudi mengakui Sohyun sebagai menantunya.

"Kenapa? Apa Mama tidak mengabarimu?"

"Ah, soal itu ... sebenernya Bibi tidak pernah datang ke rumah sakit. Aku tidak tahu mengenai kondisimu. Makanya, aku kira kau sangat membenciku dan bayiku. Aku bahkan sempat mengutukmu dalam hati. Maaf."

"Apa? Haha, kau bisa mengutuk orang lain ternyata. Tunggu, tapi kenapa kau bunuh diri? Kenapa kau melakukan hal rendahan seperti itu?"

Aku terdiam. Bunuh diri? Aku pun tak yakin, apakah Sohyun menjatuhkan dirinya sendiri dari lantai lima. Lalu, aku kepikiran tentang ingatan yang kudapat saat pingsan di rumah sakit gara-gara kejatuhan lighting. Aku rasa, membahasnya dengan Taehyung tidak akan jadi masalah. Iya kan? Barang kali dia bisa membantuku.

***

Aku membuka mataku, masih berdiri sebagai Sohyun. Menatap ke arah luar jendela kaca yang tinggi. Angin dari luar masuk, menerbangkan tirai putih berbahan kain tulle yang tipis. Aku tak dapat mengendalikan diri seolah-olah jiwaku terkunci dalam diri Sohyun dan hanya ia yang bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Kilauan cahaya keemasan dari matahari yang hendak tenggelam, membuatku susah membuka kelopak mata. Saat itu juga, aku mengamati pakaian yang kukenakan serta perutku yang membesar berisi sesuatu.

Apa ini memori Sohyun sebelum ia jatuh dari balkon?

Terdengar langkah kaki mendekat. Meskipun aku ingin melihat siapa yang datang, tubuh ini tak mau bergerak.

"Kenapa, Sohyun? Kau sedih karena suamimu tak datang di saat kondisimu melemah?"

Belaian tangan menyentuh kedua bahuku, menuntunku maju, melewati pintu menuju balkon yang terbuka lebar. Kedinginan menusuk permukaan kulitku. Terlebih, ketika orang itu kembali berbisik padaku.

"Dia tidak akan datang. Dia tidak mencintaimu. Kau sangat menyedihkan."

"Kau pikir, kau bisa hidup tenang dan bahagia karena sudah menikahinya? Dan bayi itu ... kau pikir bayimu akan diakui oleh ayahnya?"

"Aku tahu, kau sudah menyerah hidup. Kekasihmu meninggal karena kesalahanmu, sekarang hidupmu hancur juga karena kesalahanmu. Kau tidak punya masa depan lagi."

"Dengar, jika kau terus hidup, maka penderitaan tidak akan berhenti menghampirimu. Bukankah, lebih baik kau meninggalkan dunia ini?"

Kata-kata itu! Apa yang dia katakan pada Sohyun? Apa dia sedang memprovokasi Sohyun untuk mengakhiri hidupnya?

"Kau tidak akan merasa sakit lagi. Kau tidak akan teringat kenangan buruk lagi. Kau tidak akan mendengar orang-orang mengolokmu lagi. Dan yang terpenting, kau bisa menyusul orang yang kau cintai. Hidupmu akan kembali tenang seperti dulu, Sohyun."

Kedua tanganku tiba-tiba bergerak mengelus perut. Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipi. Aku tidak tahu, tapi ... hatiku terasa sakit ketika mendengar orang itu menyebut soal orang yang Sohyun cintai. Tentang kenyataan pahit yang selama ini Sohyun alami. Mataku berembun, aku tak dapat melihat dengan jelas. Dan tiba-tiba saja, kakiku melangkah ke depan. Semakin dekat dengan pagar pembatas balkon yang tingginya sepinggang.

Tidak, Sohyun. Jangan lakukan itu, kembalilah. Mundur!

Meskipun aku ingin meneriaki Sohyun, itu tidak akan mempan. Kejadian ini telah terjadi dan sekarang, aku sedang dibawa ke dalam ingatannya.

"Benar begitu. Kau harus pergi. Temui Jinyoung-mu dan minta maaflah padanya. Kau mencintainya. Sudah sewajarnya kalian bersama-sama."

Lagi, kakiku melangkah tanpa ragu. Perlahan, aku-Sohyun-menaiki pagar pembatas. Tak ada rasa takut, yang aku rasakan hanyalah rasa sakit dan menderita dan segera ingin kusudahi ini semua. Tepat sebelum aku menjatuhkan diri, aku menatap langit dan berdoa, "Semoga Tuhan memaafkanku dan membalasmu dengan rasa sakit yang sama. Selamat tinggal, Kak Jisoo."

***

Tbc

Maaf banget, aku baru up. Padahal rencana di-up kemarin, tapi aku ketiduran.

Kalian bingung nggak sama Yooseul yang kadang-kadang pake sudut pandang dia, dan kadang-kadang pake sudut pandang Sohyun?

Aku sebisa mungkin bikin narasi yang bisa kalian pahami. Kalo masih ada yang bingung, itu paragraf di bagian kedua, menceritakan ingatan Sohyun sesaat sebelum dia menjatuhkan diri dari balkon rumah sakit.

Nah, Yooseul memposisikan diri sebagai Sohyun. Dia seolah-olah menjadi Sohyun, melihat dan merasakan semua yang dialami Sohyun. Bisa mengerti isi hati dan pikirannya Sohyun. Tapi Yooseul nggak bisa berbuat apa-apa. Karena itu potongan ingatan Sohyun yang udah kejadian, jadi Yooseul nggak bisa mencegah juga.

Satu misteri sudah terbuka ya. Bener Sohyun itu bunuh diri. Tapi, karena kondisi mentalnya kala itu sedang tidak bagus/drop, dia jadi gampang kepengaruh omongan orang lain. Dan di sana, Jisoo memanfaatkan kesempatan itu.

Tapi, pada tahu nggak sih, kira-kira apa alasan Jisoo melakukan itu pada adiknya sendiri?

Dan ada kesalahpahaman antara Taehyung dan Sohyun, yang baru diketahui oleh Yooseul. Itu yang menjelaskan kenapa Taehyung sikapnya dingin dan kasar setelah Sohyun bangun dari koma. Untuk lebih jelasnya, akan aku sampaikan lagi di bab selanjutnya yaa^^

Stay tuned💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro