WC - 9
Langit perlahan menggelap.
Rintik-rintik air turun mengenai tanah.
Hujan telah datang.
Akar pohon mulai menyerap air yang turun.
Tanah kering kini menjadi basah.
Semua orang pulang membawa payung masing-masing.
Tersisalah aku sendiri di sini.
Berlutut memandangi batu nisan yang baru ini.
Air mataku tak hentinya mengalir.
Aku masih tidak percaya bahwa ini semua telah terjadi.
Perlahan aku mengangkat tanganku untuk meraba tanah yang masih baru itu sambil memandang nama yang tertera di batu nisan itu.
Sepertinya langit mengerti akan kesedihanku ini.
Ia pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
Pergi tanpa memberi tahuku yang masih menunggunya untuk pulang.
Pergi dengan kondisinya yang sangat tidak dapat ku percaya.
Ia pergi karena sebuah kecelakaan.
Saat mendapatkan kabarnya, aku segera membawa kebut mobilku menuju rumah sakit.
Namun aku terlambat.
Ia telah pergi lima menit sebelum aku tiba.
Aku tidak percaya bahwa ia rela meninggalkanku di sini tanpa dirinya.
Tak bisakah ia mengatakan sesuatu terlebih dahulu kepadaku?
Tak bisakah ia melihatku untuk terakhir kalinya?
Aku harap kau datang ke dalam mimpiku dan melunasi semua janjimu.
Aku harap kau mengucapkan sesuatu meski pun itu adalah terakhir kalinya kau datang.
Aku menunggumu.
Karya : fredelcya
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro